Anda di halaman 1dari 9

Nama : Arry Faisal

CGP Angkatan 9 Deli Serdang

3.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 3.2Assignment

1. Pada sesi pembelajaran kali ini, Anda diberikan tantangan untuk membuat kesimpulan
dan juga koneksi antara semua materi yang telah diberikan dalam modul ini dengan materi
lainnya selama mengikut proses Pelatihan Guru Penggerak.
Sekolah merupakan tempat terjadinya interaksi antara faktor biotik dan abiotic. Faktor biotik terdiri
atas murid, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua, dan masyarakat
sekitar. Sedangkan faktor abiotik terdiri atas keuangan serta sarana dan prasarana. Kedua unsur ini
saling berinteraksi satu sama lain sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan
harmonis. Dalam ekosistem sekolah faktor abiotik akan saling mempengaruhi dan membutuhkan
keterlibatan satu sama lain, sedangkan faktor abiotik yang akan menunjang keberhasilan proses
pembelajaran di sekolah
Dengan mengetahui sumber daya dan komponen penting dalam ekosistem sekolah, maka sebagai
pemimpin pembelajaran harus bisa memetakan 7 aset atau modal utama dalam sekolah dan tugas
sebagai pemimpin adalah bagaimana mengelola ketujuh aset sekolah atau sumber daya tersebut
untuk kepentingan dan kemajuan sekolah. 7 aset atau sumber daya sekolah tersebut antara lain:
 Modal Manusia
 Modal Fisik
 Modal Sosial
 Modal Finansial
 Modal Politik
 Modal Lingkungan/ Alam
 Modal Agama dan budaya

Ada dua pendekatan berfikir dalam pengelolaan asset:

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) yang melihat dengan cara


pandang negatif. Memfokuskan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan
apa yang tidak bekerja.
Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) yang memfokuskan pikiran pada kekuatan
positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang
positif.
Perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset dapat dilihat
dari tabel di bawah ini.

Berbasis pada kekurangan/masalah/hambatan Berbasis pada asset

Fokus pada masalah dan isu dan kekuatan Fokus pada asset

Berkutat pada masalah utama Membayangkan masa depan

Berpikir tentang kesuksesan yang telah


Mengidentifikasi kebutuhan dan kekurangan – selalu
diraih dan kekuatan untuk mencapai
bertanya apa yang kurang?
kesuksesan tersebut

Mengorganisasikan kompetensi dan


Fokus mencari bantuan dari sponsor atau institusi lain
sumber daya (aset dan kekuatan)

Merancang program atau proyek untuk menyelesaikan Merancang sebuah rencana berdasarkan
masalah visi dan kekuatan

Melaksanakan rencana aksi yang sudah


Mengatur kelompok yang dapat melaksanakan proyek
diprogramkan.

(Green & Haines, 2010)


Seorang pemimpin wajib membangun ekosistem yang dapat merangsang kreativitas
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan “Pemimpin
Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya” adalah seorang pemimpin wajib membangun
ekosistem yang dapat merangsang kreativitas untuk menunjang keberhasilan tujuan pendidikan.
Keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat tergantung pada cara pandang dalam melihat
ekosistem tersebut. Dalam hal ini modal yang ada apakah sebagai kekuatan atau sebagai
kekurangan. Pemimpin yang memandang semua yang dimiliki adalah suatu kekuatan tidak akan
berfokus pada kekurangan, namun berupaya pada pemanfaatan aset atau sumber daya yang dimiliki.
Dengan kata lain pemimpin harus bisa memberdayakan sumber daya yang ada di sekolahnya untuk
mengembangkan dan memajukan sekolah sehingga dapat mencapai visi dan misi sekolah itu.

Modul 3.2 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya ini memiliki keterkaiatan
dengan modul-modul sebelumnya. Koneksi antarmateri atau keterkaitan itu terangkum dalam
definisi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, “ Maksud pendidikan itu adalah menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat”. Itu
merupakan kata kunci keterkaitan antara modul 3.2 dengan modul-modul yang telah dipelajari
sebelumnya. Koneksi antarmaterinya sebagai berikut:
Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan KHD
Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-
anak. agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat
anak. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka
pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Dalam hal ini anak-anak/murid
adalah aset yang kita optimalkan untuk dididik sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya.

Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak


Jika dikaitkan dengan nilai-nilai dan peran guru penggerak, sebagai pemimpin pengelolaan sumber
daya harus memiliki nilai positif seperti Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebinekaan global, bergotong royong dan kreatif.
Dalam hal ini manusia/ guru adalah sebagai orang dewasa yang harus menyadari segala peran dan
nilai yang melekat dalam dirinya dan diyakini merupakan aset untuk menuntun tumbuh kembang
anak-anak atau murid sesuai dengan potensi yang ada dalam diri mereka.

Modul 1.3 Visi Guru Penggerak


Mengelola sumber daya bisa dilakukan melalui pendekatan berbasis aset dan pendekatan berbasis
masalah. Sesuai dengan paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) maka prinsip yang digunakan dalam
pengelolaan adalah prinsip yang berbasis dengan kekuatan yang dimiliki (aset). IA menggunakan
prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap
orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini
merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai
dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki
organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan
perubahan melalui manajemen BAGJA (Buat pertanyaan, Atur ekskusi, Gali mimpi, dan Jabarkan
rencana).

Modul 1.4 Budaya Positif


Supaya pemimpin pembelajaran dapat bersinergis dengan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran, maka budaya positif perlu dilakukan. Dalam hal ini murid merupakan aset utama di
sekolah. Dengan pemetaan berbasis aset akan fokus pada hal-hal positif yang ada dalam diri murid,
yang pada akhirnya akan menumbuhkan budaya positif yang mendorong terbentuknya lingkungan
belajar yang nyaman dan kondusif. Pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya bukan
sebagai penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pengawas melainkan sebagai manajer.
Sehinggga bertanya dan membuat kesepakatan kelas, menanyakan harapan, dan apa yang perlu
diperbaiki, menumbuhkan disiplin dari dalam diri dan motivasi intrinsik.

Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi


Setiap siswa memiliki latar belakarng yang berbeda, memiliki bakat dan minat yang berbeda karena
pada hakikatnya siswa memiliki multiple inteligensi. Sebagai pengelola sumber daya dalam
pembelajaran kita harus menyadari bahwa setiap anak dilahirkan dalam kodrat yang berbeda-beda,
dan perbedaan itu sendiri adalah aset yang memperkaya keragaman, maka pembelajaran
berdiferensiasi menjadi solusi terbaik untuk memfasilitasi dan menyatukan keragaman berdasarkan
bakat dan minat, kesiapan belajar maupun profil belajar siswa. Adapun startegi yang digunakan
adalah strategi proses, strategi konten dan strategi produk.

Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional


Pemimpin pembelajaran harus menyadari bahwa emosi menentukan bagaimana kita mengambil
keputusan dalam pengelola sumber daya yang ada. Kompetensi Sosial Emosional meliputi
Kesadaran Diri (Pengenalan Emosi), Kesadaran Sosial (Empati), Pengelolaan Diri (Pengelolaan
emosi dan fokus), Pengambilan keputusan yang bertanggungjawab, Ketrampilan Sosial (Resiliensi).
Pembelajaran sosial emosional itu diperlukan agar semua warga sekolah memiliki kemampuan
untuk mengenali emosi, berempati, pengelolaan diri yang baik, memiliki keterampilan sosial, dan
mampu membuat keputusan yang bertanggung jawab. Dengan demikian upaya untuk mengantarkan
murid, guru, dan semua warga sekolah mencapai keselamatan dan kebahagiaan (wellbeing) dapat
tercapai.

Modul 2.3 Coaching


Coaching menjadi salah satu proses menuntun belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya,
Sebagai seorang pamong. Guru dapat memberikan tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif
dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya. Praktik coaching ini dilakukan untuk
menuntun segala kekuatan kodrat agar murid, guru, dan semua warga sekolah dapat meningkatkan
potensinya. Dengan proses coaching mereka akan mampu menemukan jalan keluar dari
permasalahan yang mereka hadapi sendiri, dan juga akan dapat menentukan tujuan yang
diharapkan.

Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran


Proses Coacing bisa dijadikan acuan dalam pengelola sumberdaya untuk melakukan pengambilan
keputusan baik yang sifatnya dilema etika maupun bujukan moral. Pengambilan keputusan yang
kita ambil jika berpedoman pada 9 langkah dalam mengambil keputusan pemimpin pembelajaran
tentu sudah mencerminkan pengajaran yang berpihak pada murid, yang memerdekakan murid,
meski dalam praktikknya memilih dilema etika itu sangat sulit. Kemampuan seorang pemimpin
pembelajaran dalam pengambilan keputusan akan mempengaruhi pencapaian tujuan maksud
pendidikan. Dengan pengetahuan pengambilan keputusan yang baik, maka seorang pemimpin
pembelajaran akan mampu menyelesaikan masalah. Dengan demikian pemimpin dapat melakukan
pemetaan aset dengan tepat dan dapat diterapkan secara optimal.

3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya


Kemampuan seorang pemimpin pembelajaran dalam mengelola tujuh aset atau modal utama di
daerah dan sekolahnya adalah sebuah kekuatan untuk pencapaian tujuan pendidikan yakni mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (wellbeing).
2. Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam
Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam
kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.

Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah pemimpin yang mampu mengenali
potensi dan kekuatan yang ada lalu memanfaatkannya untuk pembelajaran agar bisa optimal dan
mendukung merdeka belajar. Sebagai seorang pemimpin akan lebih baik jika memanfaatkan sumber
daya yang ada tanpa banyak melihat sisi kekurangannya.
Setiap organisasi pasti memiliki pemimpin untuk pemanfaatan sumber daya yang ada untuk
mencapai visi dan misi. Organisasi sekolah merupakan lembaga pemerintah yang memiliki ruang
lingkup yang jelas dan masyarakat haruslah mempunyai pemimpin yang mampu mengelola dan
memanfaatkan segala sumber daya yang ada untuk sampai pada tujuan pendidikan. Pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya yang ada di sekolah sebaiknya lebih menekankan pada pendekatan
berbasis aset atau lebih dikenal dengan Pendekatan Komunitas Berbasis Aset (PKBA). Pendekatan
PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya
serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Pendekatan
PKBA menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan
yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri.
Dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan. Pendekatan PKBA merupakan
pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut
sebagai community-driven development.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemimpin dalam pengelolaan sumber daya
merupakan sosok yang memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi, mengelola, dan
memanfaatkan berbagai aset-aset yang dimiliki oleh sekolah dalam rangka mewujudkan visi dan
misi sekolah untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Implementasi peran pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya dengan menggunakan
pendekatan ABCD dan bersinergi dengan semua pihak yang ada di sekolah dari guru, tenaga
pendidik, siswa, orang tua, dan masyarakat sekitar sekolah untuk bekerja sama dalam
mengidentifikasi dan memetakan segala sumber daya (aset) yang dimiliki sekolah serta menjadikan
segala aset tersebut sebagai kekuatan yang dimiliki oleh sekolah untuk dikelola dan dimanfaatkan
dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. Kemudian menyusun prakarsa perubahan menggunakan
BAGJA.
3. Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungannya pengelolaan sumber daya yang
tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.

Sekolah merupakan sebuah ekosistem pendidikan yang memiliki interaksi antara faktor biotik
(unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Dalam hal ini ada beberapa faktor yang
memengaruhi ekosistem sekolah dari faktor biotik meliputi murid, Kepala Sekolah, guru, tenaga
ependidikan, pengawas sekolah, orang tua dan masyarakat di sekitar sekolah. Sedangkan faktor
abiotik meliputi biaya/ anggaran/keuangan, rarana dan prasarana, kurikulum, dan peraturan yang
ada.

Berdasrkan beberapa sumber daya yang ada di sekolah tersebut tentu memiliki kontribusi dan
hubungan dalam membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih bermutu apabila sumber daya
dikelola secara tepat. Misalnya:

Modal Manusia, contoh: Guru yang mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada
murid akan mendorong tumbuh kembang murid untuk menggali potensi dirinya. Murid beragam
juga menjadi asset untuk memaksimalkan minat, bakat masing-masing.
Modal Fisik, contoh: bangunan sekolah dan lingkungan sekitar serta sarana dan prasarana yang
memadai akan menunjang pembelajaran murid menjadi lebih efektif dan efisien.
Modal Alam/lingkungan, contoh: lingkungan yang asri dan udara sejuk dapat membuat murid
merasa nyaman belajar di dalam maupun luar kelas, serta bisa dimanfaatkan untuk media belajar.
Modal Politik, contoh: keterlibatan guru dalam organisasi profesi seperti KKKS dan KKG dapat
membantu meningkatkan kompetensi guru yang berimbas pada perubahan kualitas belajar murid.
Modal Finansial, contoh: Dana APBN, APBD, bantuan komite sekolah dapat membantu operasional
sekolah.
Modal Sosial, contoh: Relasi baik dengan lembaga lembaga lain baik puskesmas, TPQ, balai desa,
dan aparat di sekitar sekolah dapat menjadi sumber belajar murid maupun pendukung kelancaran
belajar siswa
Modal Agama dan Budaya, contoh: Pembiasaan positif seperti mengaji TPQ dapat membantu murid
yang beragama Islam untuk memahami dan mendalami ajaran agama Islam, kegiatan peringatan
maulud nabi dan sedekah bumi sebagai dapat membantu murid untuk mengenal identitas agama dan
budaya daerah setempat. Pembelajaran Seni Suara Daerah yang ada di sekolah juga sebagai wujud
untuk mengenalkan anak lagu-lagu daerah dan melestarikannya.
Setiap sumber daya di atas memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Sebagai pemimpin
pembelajaran kita harus bisa mengidentifikasi aset yang dimiliki sebagai kelebihan dari sumber
daya, manfaatkan sumber daya yang ada dengan semaksimal mungkin dengan mengesampingkan
kekurangan yang ada agar proses pembelajaran berjalan dengan maksimal dan berkualitas. Cara
mengelolanya yaitu dengan cara: fokus pada aset dan kekuatan, membayangkan masa depan,
berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut,
mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan), merancang sebuah rencana
berdasarkan visi dan kekuatan, dan melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan
4. Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan materi lain yang
Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti proses Pelatihan Guru Penggerak.

Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan KHD
Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-
anak. agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat
anak. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka
pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Dalam hal ini anak-anak/murid
adalah aset yang kita optimalkan untuk dididik sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya.

Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak
Jika dikaitkan dengan nilai-nilai dan peran guru penggerak, sebagai pemimpin pengelolaan sumber
daya harus memiliki nilai positif seperti Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebinekaan global, bergotong royong dan kreatif.
Dalam hal ini manusia/ guru adalah sebagai orang dewasa yang harus menyadari segala peran dan
nilai yang melekat dalam dirinya dan diyakini merupakan aset untuk menuntun tumbuh kembang
anak-anak atau murid sesuai dengan potensi yang ada dalam diri mereka.

Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 1.3 Visi Guru Penggerak


Mengelola sumber daya bisa dilakukan melalui pendekatan berbasis aset dan pendekatan berbasis
masalah. Sesuai dengan paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) maka prinsip yang digunakan dalam
pengelolaan adalah prinsip yang berbasis dengan kekuatan yang dimiliki (aset). IA menggunakan
prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap
orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini
merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai
dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki
organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan
perubahan melalui manajemen BAGJA (Buat pertanyaan, Atur ekskusi, Gali mimpi, dan Jabarkan
rencana).

Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 1.4 Budaya Positif


Supaya pemimpin pembelajaran dapat bersinergis dengan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran, maka budaya positif perlu dilakukan. Dalam hal ini murid merupakan aset utama di
sekolah. Dengan pemetaan berbasis aset akan fokus pada hal-hal positif yang ada dalam diri murid,
yang pada akhirnya akan menumbuhkan budaya positif yang mendorong terbentuknya lingkungan
belajar yang nyaman dan kondusif. Pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya bukan
sebagai penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pengawas melainkan sebagai manajer.
Sehinggga bertanya dan membuat kesepakatan kelas, menanyakan harapan, dan apa yang perlu
diperbaiki, menumbuhkan disiplin dari dalam diri dan motivasi intrinsik.
Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Murid Melalui Pembelajaran
Berdiferensiasi
Setiap siswa memiliki latar belakarng yang berbeda, memiliki bakat dan minat yang berbeda karena
pada hakikatnya siswa memiliki multiple inteligensi. Sebagai pengelola sumber daya dalam
pembelajaran kita harus menyadari bahwa setiap anak dilahirkan dalam kodrat yang berbeda-beda,
dan perbedaan itu sendiri adalah aset yang memperkaya keragaman, maka pembelajaran
berdiferensiasi menjadi solusi terbaik untuk memfasilitasi dan menyatukan keragaman berdasarkan
bakat dan minat, kesiapan belajar maupun profil belajar siswa. Adapun startegi yang digunakan
adalah strategi proses, strategi konten dan strategi produk.

Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional


Pemimpin pembelajaran harus menyadari bahwa emosi menentukan bagaimana kita mengambil
keputusan dalam pengelola sumber daya yang ada. Kompetensi Sosial Emosional meliputi
Kesadaran Diri (Pengenalan Emosi), Kesadaran Sosial (Empati), Pengelolaan Diri (Pengelolaan
emosi dan fokus), Pengambilan keputusan yang bertanggungjawab, Ketrampilan Sosial (Resiliensi).
Pembelajaran sosial emosional itu diperlukan agar semua warga sekolah memiliki kemampuan
untuk mengenali emosi, berempati, pengelolaan diri yang baik, memiliki keterampilan sosial, dan
mampu membuat keputusan yang bertanggung jawab. Dengan demikian upaya untuk mengantarkan
murid, guru, dan semua warga sekolah mencapai keselamatan dan kebahagiaan (wellbeing) dapat
tercapai.

Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 2.3 Coaching


Coaching menjadi salah satu proses menuntun belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya,
Sebagai seorang pamong. Guru dapat memberikan tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif
dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya. Praktik coaching ini dilakukan untuk
menuntun segala kekuatan kodrat agar murid, guru, dan semua warga sekolah dapat meningkatkan
potensinya. Dengan proses coaching mereka akan mampu menemukan jalan keluar dari
permasalahan yang mereka hadapi sendiri, dan juga akan dapat menentukan tujuan yang
diharapkan.

Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Proses Coacing bisa dijadikan acuan dalam pengelola sumberdaya untuk melakukan pengambilan
keputusan baik yang sifatnya dilema etika maupun bujukan moral. Pengambilan keputusan yang
kita ambil jika berpedoman pada 9 langkah dalam mengambil keputusan pemimpin pembelajaran
tentu sudah mencerminkan pengajaran yang berpihak pada murid, yang memerdekakan murid,
meski dalam praktikknya memilih dilema etika itu sangat sulit. Kemampuan seorang pemimpin
pembelajaran dalam pengambilan keputusan akan mempengaruhi pencapaian tujuan maksud
pendidikan. Dengan pengetahuan pengambilan keputusan yang baik, maka seorang pemimpin
pembelajaran akan mampu menyelesaikan masalah. Dengan demikian pemimpin dapat melakukan
pemetaan aset dengan tepat dan dapat diterapkan secara optimal.
5. Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti
pelatihan terkait modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah
Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

Sebelum mempelajari modul 3.2 ini, pemahaman saya tentang aset yang dapat dimanfaatkan dalam
kegiatan di sekolah hanyalah sumber daya yang ada di sekolah seperti gedung dan sarana prasarana
yang dimiliki sekolah. Sebelumnya saya tidak pernah memikirkan sumber daya/aset/modal yang
dimiliki sekolah karena dalam pikiran saya hanya seorang guru. Namun setelah mempelajari modul
3.2 ini secara tidak langsung saya menyadari sebenarnya sekolah saya sudah memanfaatkan asset
yang ada di sekitar sekolah seperti melakukan MOu dengan puskesmas untuk kegiatan imunisasi
maupun penyuluhan siswa, bekerja sama dengan balai desa untuk menggunkana lapangan desa
untuk kegiatan siswa, bekerja sama dengan TPQ untuk membantu kegiatan keagamaan siswa, dan
bekerja sama dengan perguruan pencak silat untuk melatih siswa yang berminat di bidang olahraga
silat.

Saya merasa senang banyak ilmu yang saya dapatkan baik secara mandiri maupun diskusi sesama
rekan sejawat dan tentunya bisa diterapkan untuk membuat suatu program yang membawa dampak
pada murid. Seorang pemimpin pembelajaran harus berpikir kritis dan kreatif dalam mengelola
sumber daya yang ada di sekolah. Fokusnya adalah kelebihan yang dimiliki dengan
mengesampingkan kekurangan. Mengidentifikasi dan mengelola hal-hal yang positif dalam
kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan
perhatian pada apa yang bekerja, menjadi inspirasi, dan menjadi kekuatan yang positif. Dengan
begitu diharapkan bisa membawa dampak yang signifikan terhadap transformasi pendidikan baik
dari aspek modal manusia, modal fisik, modal finansial, politik, modal alam/lingkungan, dan modal
agama serta budaya.

Anda mungkin juga menyukai