Anda di halaman 1dari 3

CGP mampu menghubungkan materi modul ini dengan modul-modul yang didapatkan sebelumnya.

1. Kesimpulan tentang Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah seorang
pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengenali, menggali, menganalisa, dan memetakan
potensi sumber daya / aset utama daerah/ sekolahnya dengan pendekatan berbasis aset (asset
based thingking), selanjutnya memanfaatkan dan memberdayakan aset- aset tersebut seoptimal
mungkin untuk mewujudkan perubahan dalam pembelajaran yang berpihak pada murid. hal ini
selaras dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, pembelajaran harus berpihak pada murid.

Dengan berbekal pendekatan berbasis aset maka implementasi saya sebagai pemimpin
pembelajaran yaitu saya harus selalu berpikir positif, dan berusaha untuk bisa mengindentifikasi aset
yang ada di kelas, sekolah dan masyarakat sekitar. Misalnya saya sebagai Guru Biologi, akan
memanfaatkan aset murid saya yang sesuai kodrat dan jamannya anak-anak sekarang sebagai anak
yang mengerti tentang teknologi, maka pembelajaran yang saya lakukan berbasis digital, misal
menggunakan sumber belajar dari internet dan media sosial seperti Youtube, Blog, Tiktok,
Instagram, Facebook. Dan tagihan tugas peserta didik juga diminta menggunakan digital seperti
catatan digital, para siswa bisa membuat catatan dengan aplikasi canva, pict art dan yang lain,
diminta membuat laporan dalam bentuk video dan diupload di chanel Youtube.

Untuk pembelajaran tatap muka memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar sekolah
sebagai laboratorium alam. Dan juga peserta didik diminta untuk melakukan wawancara dengan
masyarakat yang berkaitan dengan materi Biologi seperti wawancara dengan para tenaga kesehatan
di Puskesmas dan pelaku usaha pembuatan tempe, tahu di sekitar sekolah.

2. Contoh hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran
murid yang berkualitas. Bila kita sudah bisa mengindentifikasi 7 sumber daya yaitu modal manusia,
sosial, fisik, lingkungan, finansial, politik, agama dan budaya yang ada di sekitar lingkungan
sekolah,maka itu bisa menjadi sumber kekuatan kita untuk merencanakan pembelajaran yang
berpihak dengan murid. Misalnya kita harus tahu karakteristik murid dalam pembelajaran, kemudian
fasilitas yang ada di sekolah,lingkungan sekitar sekolah yang bisa dijadikan sumber belajar, secara
finansial mendukung pembelajarn berlangsung dengan lancar, termasuk agama dan budaya di
sekitar lingkungan, semua dapat kita manfaatkan sebagai sumber pembelajaran yang berpihak pada
murid (pembelajaran yang berkualitas).

3. Hubungan dengan materi sebelumnya, yaitu:

Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan KHD :


Salah satu alasan mengapa kita melakukan pendekatan berbasis aset karena kita ingin melakukan
pembelajaran berkualitas dengan memanfaatkan aset yang ada sehingga dapat tercapai
pembelajaran berpihak pada murid sesuai filosofi Ki Hajar Dewantara.

Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak :

Saloah satu peran Guru Penggerak adalah sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam hal ini pemimpin
dalam pengelolaan sumber daya agar kita bisa melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada
murid. Dengan mengetahui 7 aset yang ada di sekitar sekolah maka kita bisa melaksanakan peran
kita sebagai Guru Penggerak.

Modul 1.3 Visi Guru Penggerak :

Untuk mewujudkan visi Guru Penggerak tentunya kita harus membuat pemetaan kekuatan kita yaitu
7 aset yang ada di sekitar sekolah agar kita bisa membuat pembelajaran yang berpihak pada murid
dan mencapai visi Guru Penggerak dan sekaligus tentunya mencapai visi misi sekolah.

Modul 1.4 Budaya Positif:

Salah satu aset manusia adalah murid, tentunya kita harus mengajarkan kepada semua peserta didik
budaya positif, agar bisa diamalkan dan menjadi kebiasaan yang baik, dan tentunya akan sangat
membantu tercapainya pembelajaran yang berkualitas dan berpihak pada murid.

Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi:

Dengan mengindentifikasi aset yaitu murid, tentunya kita akan mengetahui karakteristik peserta
didik. Supaya pembelajaran berkualtas dan berpihak pada murid maka kita harus mengadakan
pembelajaran diferensiasi, artinya pembelajaran dilakukan berdasarkan minat dan bakat siswa. Dan
ini artinya kita sudah melaksanakan pembelajaran berpihak pada murid.

2.2 Pembelajaran Sosial Emosional:

Pembelajaran sosial emosional diperlukan agar semua warga sekolah memiliki kemampuan untuk
berempati, memiliki kesadaran diri, dan pengelolaan diri yang baik. Dengan demikian upaya untuk
mengantarkan murid, guru, dan semua warga sekolah mencapai keselamatan dan kebahagiaan
(wellbeing) dapat tercapai.
2.3 Praktik Coaching:

Dengan praktik coaching model TIRTA maka kita sebagai Guru bukan memberikan solusi tapi justru
mengajak murid supaya menggali potensi yang dimiliki, untuk bisa merancang sendiri solusi yang
akan di ambil. Jadi peran kita sebaga Coach harus selalu dilatih, agar peserta didik bisa menjadi
coachee yang baik.

3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran :

Kemampuan seorang pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan akan mempengaruhi


pencapaian tujuan maksud pendidikan. Sebab dalam perjalanannya akan berhadapan dengan situasi
dilema etika maupun bujukan moral. Dengan pengetahuan pengambilan keputusan yang baik, maka
seorang pemimpin pembelajaran akan mampu menyelesaikan masalah dengan menerapkan 4
paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah-langkah pengambilan keputusan. Dengan demikian pemimpin
dapat melakukan pemetaan aset dengan tepat dan dapat diberdayakan secara optimal.

3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya :

Kemampuan seorang pemimpin pembelajaran dalam mengelola 7 aset/ modal utama di daerah/
sekolahnya adalah sebuah kekuatan untuk pencapaian tujuan pendidikan yakni mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (wellbeing).

4. Hubungan antara sebelum dan sesudah saya mengikuti pelatihan terkait modul 3.2 adalah adanya
perubahan paradigma baru dalam berfikir dan menghadapi sesuatu hal. Jika sebelumnya maindset
saya fokus pada kekurangan atau masalah yang dihadapi, sekarang maindset saya berfokus pada
kekuatan/ aset. Adapun pemikiran yang sudah berubah di diri saya setelah mengikuti proses
pembelajaran dalam modul ini yaitu mulai berfikir untuk berkolaborasi dengan pemangku
kepentingan, sebelumnya berjalan sendiri tanpa kolaborasi; mulai membuat program berdasarkan
visi-misi dan kekuatan sekolah, sebelumnya membuat proyek/ program untuk memecahkan
masalah; mulai berfokus pada aset untuk pengembangan sumberdaya, sebelumnya fokus pada
meminta/ mencari bantuan orang lain; mulai membiasakan diri dengan pertanyaan yang
memberdayakan seperti "apa yang sudah berhasil?", "bagaimana strategi agar membuatnya lebih
berhasil?", "apa saja yang kita miliki?".

5. Pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien merupakan kunci untuk mewujudkan
pembelajaran yang berpihak pada murid. Pemimpin pembelajaran harus mampu mengidentifikasi
aset dan kekuatan, memetakan kebutuhan, menyusun rencana, berkolaborasi, dan mengevaluasi
untuk memastikan bahwa sumber daya digunakan secara optimal. Demikian tadi pemaparan tugas
Koneksi Antar Materi , "Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya", mudah-mudahan bermanfaat.
Salam Guru Penggerak, "Guru bergerak Indonesia maju'.

Anda mungkin juga menyukai