Anda di halaman 1dari 15

h M ah

lmia JurnalIlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah


lI a

si s
a
Volume 4, Nomor 2, Mei 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

RELASI ANTARA ATASAN DAN BAWAHAN DALAM PEMBINAAN


KERJA PADA PT PLN (PERSERO) WILAYAH ACEH

Taufiq Rizqullah, Dr. Mahyuzar, Drs, M.Si

Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK, Dalam sebuah perusahaan, kinerja merupakan hal


yang sangat penting. Oleh karena itu diperlukan adanya sistem untuk
mengukur kinerja karyawan agar perusahaan tahu apakah performa yang
diberikan oleh karyawan sudah baik atau masih perlu ditingkatkan lagi.
Salah satunya dengan meningkatkan hubungan/relasi antara atasan dan
bawahan melalui pembinaan kerja. Penelitian ini membahas tentang
pengaruh atasan terhadap bawahan dalam pembinaan hubungan kerja
pada PT PLN (Persero) Wilayah Aceh. Menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif deskriptif, peneliti menganalisis hasil penelitian
dengan bantuan teori Leader Member Exchange (LMX). Hasil dari teori LMX
pada pengaruh pembinaan karyawan di PT PLN, dimana terdapat Afeksi
adalah adanya koordinasi dan komunikasi yang baik antar atasan dan
bawahan, Loyalitas adalah sebagai kontrol dan pengawas bagi staf,
Konstribusi adalah peningkatan kerja karyawan, Respek Profesional
adalah menciptakan kenyamanan bekerja. Seorang staf memiliki tanggung
jawab untuk mengerjakan tugasnya sesuai arahan atasan dan SOP dari
perusahaan. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan PT PLN
(Persero) Wilayah Aceh yang memiliki jabatan Manajer dan stafnya. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh atasan terhadap bawahan
melalui pembinaan kerja sangat memiliki dampak besar kepada kinerja
para stafnya. Bentuk relasi antara atasan dan bawahan yang memiliki
tujuan mengedukasi para karyawan agar dapat bekerja senyaman
mungkin tetapi tetap dalam SOP yang diterapkan perusahaan. Sehingga
hasil pembinaan yang dilakukan atasan ini dapat meningkatkan kinerja
karyawan dan meningkatkan motivasi bekerja para karyawan.

Kata Kunci: Relasi, Atasan, Bawahan, Pembinaan Kerja, Teori LMX


(Leader Member Exchange)

Relasi Antara Atasan dan Bawahan Dalam Pembinaan Kerja Pada PT PLN
(Persero) Wilayah Aceh (Taufiq Rizqullah, Dr. Mahyuzar, Drs, M.Si)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume 3. №. 2. Desember2018
h M ah
lmia JurnalIlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

si s
a
Volume 4, Nomor 2, Mei 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

PENDAHULUAN

Sebagai makhluk sosial dalam rangka menjalin kehidupannya,


manusia selalu melakukan relasi yang melibatkan dua orang atau lebih
dengan tujuan tertentu. Pengalaman hidup di dalam berinteraksi
membuktikan betapa sulitnya relasi antarmanusia. Relasi merupakan hasil
dari interaksi (rangkaian tingkah laku) yang sistematik antara dua orang
atau lebih. Menurut Spradley dan McCurdy (dalam Astuti, 2012:1),
menyatakan bahwa relasi merupakan hubungan yang sifatnya timbal
balik antara individu yang satu dengan individu yang lain dan saling
mempengaruhi. Misalnya pada sebuah organisasi, terjalin relasi antara
atasan dan bawahan pada suatau perusahaan.
Seorang atasan adalah orang yang dipandang memiliki status yang
lebih tinggi, lebih banyak hak istimewa dan mempunyai wilayah
pengawasan tertentu terhadap seorang bawahan (Pace dan Faules, 1998:
204-205 ). Bawahan adalah yang bekerja dalam suatu organisasi memiliki
status lebih rendah, mempunyai lebih sedikit hak istimewa dibandingkan
atasan dan bergantung dengan atasannya (Pace dan Faules, 1998: 205).
Atasan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu memiliki jabatan
sebagai supervisor sedangkan bawahan yaitu karyawan yang bekerja
dalam perusahaan tersebut.
Relasi antara atasan dan bawahan merupakan suatu faktor penting
dalam meningkatkan produktivitas kerja. Kerjasama akan menghasilkan
hubungan yang positif, karena atasan percaya bahwa kesuksesan
bawahan akan memberikan kesuksesan bagi atasan tersebut, ketika
bawahan bergerak ke arah pencapaian tujuan, maka mereka juga akan
beregerak mencapai tujuan bersama. Terjalinnya kerjasama yang baik
antara atasan dan bawahan dapat menghasilkan suatu produktivitas
kinerja bersama, dimana ketika bawahan mampu mencapai target
pekerjaan mereka maka atasan pun dapat mencapai tujuan pekerjaanya.
(Jhonson & Jhonson, 2005).
Peningkatan kinerja karyawan didukung oleh beberapa faktor
terutama pembinaan kerja yang diberikan oleh atasan terhadap bawahan
yaitu karyawan. Pebinaan kerja yang dilakukan oleh PT PLN (Persero)
Wilayah Aceh yaitu dengan memberikan pendidikan dan pelatihan yang
memadai, pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk mengembangkan

Relasi Antara Atasan dan Bawahan Dalam Pembinaan Kerja Pada PT PLN
(Persero) Wilayah Aceh (Taufiq Rizqullah, Dr. Mahyuzar, Drs, M.Si)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume 3. №. 2. Desember2018
h M ah
lmia JurnalIlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

si s
a
Volume 4, Nomor 2, Mei 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

potensi serta keterampilan kerja baik peningkatan pengetahuan umum


maupun pemahaman atas lingkungan kerja secara menyeluruh serta
atasan melakukan rapat secara formal maupun informal.
Dalam dunia organisasi, memperhatikan kinerja karyawan
merupakan suatu yang sangat penting dilakukan untuk mencapai suatu
tujuan instansi. Kinerja merupakan perilaku organisasi yang secara
langsung berhubungan dengan hasil kerja. Informasi tentang kinerja
karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting digunakan untuk
mengevaluasi apakah proses kinerja yang dilakukan selama ini sesuai
dengan pembinaan kerja yang dilakukan oleh perusahaan PT PLN
(Persero) Wilayah Aceh.
PT PLN (Persero) Wilayah Aceh merupakan perusahaan BUMN yang
bergerak dalam bidang kelistrikan dan peneliti menjadikan PT PLN
(Persero) Wilayah Aceh sebagai objek dalam melakukan penelitian. Dari
observasi yang peneliti lakukan kepada para responden baik internal
maupun eksternal seperti mitra PLN, mahasiswa dan masyarakat
memberikan penilaian terhadap kinerja karyawan.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Teori Leader Member Exchange Theory (LMX)


Leader Member Exchange (LMX) menyatakan bahwa para atasan
membentuk hubungan khusus dengan bawahannya yang berdasarkan
kompetensi bawahan dan keahlian serta keinginan pribadi yang sama
dengan mereka. Seperti sebuah hubungan khusus, kepercayaan
berkembang antara atasan dan bawahan dalamsebuah kelompok, atasan
dan bawahan dengan kemampuan yang lebih besar untukdapat
mempengaruhi satu sama lain (Sweeney & Thompson, 2009).
Pengertian Leader Member Exchange (LMX) sebagaimana pendapat
Morrow (2005) bahwa “Leader Member Exchange merupakan peningkatan
kualitas hubungan antara supervisi dengan karyawan akan mampu
meningkatkan kerja keduanya”. Pengertian Leader Member Exchange (LMX)
menurut Organ (1997) bahwa “perilaku karyawan terhadap perusahaan
mempunyai peran penting terhadap keberhasilan sebuah organisasi.

Relasi Antara Atasan dan Bawahan Dalam Pembinaan Kerja Pada PT PLN
(Persero) Wilayah Aceh (Taufiq Rizqullah, Dr. Mahyuzar, Drs, M.Si)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume 3. №. 2. Desember2018
h M ah
lmia JurnalIlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

si s
a
Volume 4, Nomor 2, Mei 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Leader Member Exchange (LMX) difokuskan pada penilaian


terhadap hubungan dan interaksi antara supervisor (atasan) dan
bawahan.
Hubungan antara atasan dan bawahan adalah merupakan hal yang
cukup kuat dalam menentukan hubungan yang baik dalam organisasi.
Hal ini melibatkan sejauh mana hubungan antara atasan dan bawahannya
terjalin kooperatif dan ramah atau antagonis dan sulit. Seorang atasan
yang memiliki hubungan yang baik dengan bawahannya maka akan
merasa mendapat dukungan dan dapat mengandalkan loyalitas dari para
bawahannya untuk dapat menghasilkan suatu kinerja yang maksimal
(Hughes, 2009)
Tingkat kedekatan dari hubungan antara pimpinan dan bawahan
ini yang menunjukkan adanya indikasi dari Leader Member Exchange
(LMX) di perusahaan.” Menurut Graen dan Haga (1995) terdapat tiga
domain menjadi dasar dalam membangun hubungan pada LMX yaitu
respect, trust dan obligation. Hubungan antar atasan dan bawahan tidak
dapat terbentuk tanpa adanya saling menghormati (respect) terhadap
kemampuan orang lain, tanpa adanya rasa percaya yang timbal balik
dengan yang lain, dan tidak memperkirakan bahwa pengaruh kewajiban
akan berkembang menjadi suatu hubungan kerja.
Dalam hal ini pernyataan mengenai relasi atau hubungan yang
berkembang antara atasan dan bawahan yang terjadi di PT PLN (Persero)
Wilayah Aceh yaitu bahwa dalam terjadinya komunikasi antara atasan
dan bawahan ini dilakukan hanya untuk membicarakan masalah
pekerjaan dan pembinaan kerja dengan cara yang lebih santai untuk
membantu bawahan dalam mengerjakan tugas yang berkaitan dengan
pekerjaannya.
Hal tersebut sejalan dengan temuan Lee (2006). yang menunjukkan
bahwa hubungan atasan-bawahan secara tidak langsung berpengaruh
terhadap rendahnya kcinginan pekerja untuk keluar dari pekerjaannya,
yakni melalui intermeditasi dari keadilan organisasional, kepuasan kerja,
serta komitmen.
Menurut Graen dan Haga (1995) terdapat tiga domain menjadi
dasar dalam membangun hubungan pada LMX yaitu respect, trust dan
obligation. Hubungan antar atasan dan bawahan tidak dapat terbentuk
tanpa adanya saling menghormati (respect) terhadap kemampuan orang
lain, tanpa adanya rasa percaya yang timbal balik dengan yang lain, dan

Relasi Antara Atasan dan Bawahan Dalam Pembinaan Kerja Pada PT PLN
(Persero) Wilayah Aceh (Taufiq Rizqullah, Dr. Mahyuzar, Drs, M.Si)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume 3. №. 2. Desember2018
h M ah
lmia JurnalIlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

si s
a
Volume 4, Nomor 2, Mei 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

tidak memperkirakan bahwa pengaruh kewajiban akan berkembang


menjadi suatu hubungan kerja.

LMX adalah teori yang memfokuskan pada interaksi antara


pemimpin dan pengikutnya. Yukl (2000) menyebutkan bahwa LMX
menjelaskan bagaimana pemimpin dan bawahan mengembangkan
hubungan yang saling mempengaruhi satu sama lain dan menegosiasikan
peran bawahan di dalam suatu organisasi. LMX tidak hanya melihat sikap
dan perilaku pemimpin dan pengikutnya tetapi menekankan pada
kualitas hubungan yang terbentuk.

2. PEMBINAAN KERJA

Pembinaan merupakan totalitas kegiatan yang meliputi


perencanaan, pengaturan dan penggunaan pegawai sehingga menjadi
pegawai yang mampu mengemban tugas menurut bidangnya masing-
masing, supaya dapat mencapai prestasi kerja yang efektif dan efisien.
Pembinaan juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan, proses, hasil atau
pernyataan lebih baik. Suatu pembinaan menunjukkan adanya suatu
kemajuan peningkatan, atas berbagai kemungkinan peningkatan, unsur
dari pengertian pembinaan ini merupakan suatu tindakan, proses atau
pernyataan dari suatu tujuan dan pembinaan menunjukkan kepada
“perbaikan” atas sesuatu istilah pembinaan hanya diperankan kepada
unsur manusia, oleh karena itu pembinaan haruslah mampu menekan
dan dalam hal-hal persoalan manusia.
Pembinaan yang dilakukan dapat berupa pendidikan dan pelatihan
(training) yang memadai yang difasilitasi oleh suatu perusahaan.
Hasibuan (2011:69) menyatakan bahwa pendidikan adalah hubungan
dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas
lingkungan kerja secara menyeluruh. Arah pembangunan SDM di
indonesia ditujukan pada pengembangan kualitas SDM secara
komprehensif meliputi aspek kepribadian dan sikap mental, penguasaan
ilmu dan teknologi, serta profesionalisme dan kompetensi yang ke
semuanya dijiwai oleh nilai-nilai religius sesuai dengan agamanya.
Teknik pembinaan kerja bertujuan untuk mengetahui secara pasti
arus daripada informasi yang diperlukan, yang diperoleh dari suatu
kegiatan pembinaan yang berwujud data-data, dimana setiap orang

Relasi Antara Atasan dan Bawahan Dalam Pembinaan Kerja Pada PT PLN
(Persero) Wilayah Aceh (Taufiq Rizqullah, Dr. Mahyuzar, Drs, M.Si)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume 3. №. 2. Desember2018
h M ah
lmia JurnalIlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

si s
a
Volume 4, Nomor 2, Mei 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

terlibat lebih mendetail dan telah dipraktekkan secara luas di dalam


kegiatan pembinaan. Penggunaan daripada teknik ini tidak hanya untuk
mencapai efisiensi, tetapi juga terhadap kualitas pekerjaannya dan
keseragaman daripada hasil yang diharapkan.
Dalam membina hubungan kerja untuk mencapai suatu tujuan
diperlukan strategi dalam pembinaan. Strategi pembinaan adalah upaya
menciptakan kesatuan arah bagi suatu organisasi dari segi tujuannya yang
berbagai macam itu, dalam memberikan pengarahan dan mengarahkan
sumber daya untuk mendorong organisasi menuju tujun tersebut. Oleh
karena itu pembinaan bukan merupakan hasil daripada proses
perencanaan, tetapi hanya sebagai laporan sementara. Hasil pembinaan
adalah spesifikasi dari tujuan-tujuan/sasaran-sasaran target dari
perencanaan yang ditentukan dengan apa yang ingin dicapai, dan
bagaimana mencapainya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada PT PLN (Persero) Wilayah Aceh


karena perusahaan ini adalah perusahana BUMN yang tentunya memiliki
bawahan yang mempunyai harapan dalam menjalin relasi dengan atasan.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, melalui pendekatan kualitatif ini dapat menjelaskan
realitas dengan penjelasan deskriptif melalui pengumpulan data-data
yang diperoleh saat observasi dan wawancara.
Menurut Pujileksono (2015:35) pendekatan kualitatif ialah
pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun
kelapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan
penulisannya mempergunakan aspek-aspek kecenderungan, non
perhitungan numerik, situasional deskriptif, interview mendalam, analisis
isi, bola salju dan story.
Subjek penelitian berupa benda, hal ataupun orang (Mulyana,
2006:298). Sehingga yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah
karyawan baik itu atasan maupun bawahan yang bekerja di PT PLN
(Persero) Area Banda Aceh. Penentuan informan dalam penelitian ini
menggunakan Sampling bertujuan/disengaja (Purposive Sampling). Teknik
purposive sampling adalah pengambilan sampel yang berdasarkan atas

Relasi Antara Atasan dan Bawahan Dalam Pembinaan Kerja Pada PT PLN
(Persero) Wilayah Aceh (Taufiq Rizqullah, Dr. Mahyuzar, Drs, M.Si)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume 3. №. 2. Desember2018
h M ah
lmia JurnalIlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

si s
a
Volume 4, Nomor 2, Mei 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri


yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).
Dalam hal ini yang akan diambil sebagai informan adalah
karyawan yang telibat pembinaan kerja di PT PLN (Persero) wilayah
Aceh. Menurut Arikunto (2010:129) Sumber data dalam penelitian adalah
subyek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis
mengunakan dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder.
Berikut rincian data primer atau sering disebut sebagai data yang di ambil
saat di lapangan dan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
studi kepustakaan dengan berbagai referensi yang menunjang penelitian
ini. Dalam penelitian ini yang menjadi data primer adalah hasil dari
wawancara, observasi dan data-data yang diberikan informan yang
merupakan karyawan dari PT PLN (Persero) wilayah Aceh.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini peneliti memperoleh data yang didapatkan


pada saat melakukan observasi secara nonpartisipan, wawancara yang
bersifat terbuka, dan dokumentasi peneliti terhadap 5 (lima) informan
penelitian, yakni 4 orang karyawan PT PLN (Persero) wilayah Aceh dan 1
orang nonstaf (cleaning servis) yang dilaksanakan selama kurun waktu 20
hari yaitu dimulai pada tanggal 15 Oktober hingga 5 November 2018.
Selama penelitian ini berlangsung, peneliti mencoba mengumpulkan data,
menganalisisnya, lalu menguraikannya menjadi suatu pembahasan
bagaimana pengaruh relasi antara atasan terhadap bawahan melalui
pembinaan kerja karyawan sehingga meningkatkan kinerjanya dalam
bekerja di PT PLN (Persero) wilayah Aceh.

Adapun hasil penelitian yang peneliti peroleh dalam penelitian


adalah adanya adanya relasi antara atasan terhadap bawahan yang
diciptakan dalam bentuk pembinaan-pembinaan kerja oleh kantor PT
PLN (Persero) wilayah Aceh terhadap karyawannya khususnya pada
bagian staff dalam upaya peningkatan kinerja karyawan dalam
melaksanakan tugas-tugasnya. Sehingga staff karyawan dapat bekerja
dengan maksimal dan sesuai dengan SOP yang berlaku di kantor PT PLN
(Persero) wilayah Aceh.

Relasi Antara Atasan dan Bawahan Dalam Pembinaan Kerja Pada PT PLN
(Persero) Wilayah Aceh (Taufiq Rizqullah, Dr. Mahyuzar, Drs, M.Si)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume 3. №. 2. Desember2018
h M ah
lmia JurnalIlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

si s
a
Volume 4, Nomor 2, Mei 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Sebuah perusahaan pada dasarnya memiliki SOP serta mewajibkan


setiap karyawannya untuk menerapkannya guna mewujudkan tujuan dari
perusahaan tersebut sesuai dengan visi dan misi dari perusahaan tersebut.
Untuk menciptakan hal itu tentunya dilakukan pembinaan kepada
seluruh karyawannya agar dapat bekerja maksimal baik itu dalam bentuk
pelayanan maupun bentuk mekanisme lainnya di lapangan. Dalam
membangun hubungan atau relasi antara atasan dan bawahan di PT PLN
(Persero) Wilayah Aceh kantor cabang Banda Aceh ini dicptakan dari
beberapa kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan.
Suatu pembinaan menunjukkan adanya suatu kemajuan
peningkatan, atas berbagai kemungkinan peningkatan, unsur dari
penerapan pembinaan ini merupakan suatu tindakan, proses atau
pernyataan dari suatu tujuan dan pembinaan ini menunjukkan kepada
“perbaikan”. Sebuahperusahaan memiliki target untuk mencapai kinerja
yang baik dan memuaskan.Oleh sebab itu untuk mencapai tujuan tersebut
maka perusahaan melakukan pembinaan kerja kepada karyawan.
Pada dasarnya PT PLN Wilayah Aceh ini melakukan pembinaan
kerja berdasarkan kegiatan dari perusahaan sendirisebagaimana yang
telah ditetapkan perusahaandengan tujuan membina karyawan agar lebih
efektif dalam mengemban tugas sehingga sesuai SOP (Standar
Operasional Prosedur)yang diterapkan dan tujuan dari visi dan misi PT
PLN sendiri.
Dalam hal ini peneliti menemukan ada beberapa kegiatan
pembinaan kerja yang dilakukan atasan kepada bawahan secara
interpersonalpada PT PLN (Persero) Wilayah Aceh kepada karyawannya
untuk membina para karyawan agar lebih maksimal dan menunjukkan
kemampuan diri dalam bekerja, yaitu sebagai berikut:

1. Briefing
Briefing merupakan komunikasi tatap muka yang paling efektif
dan cepat untuk menjalankan tugas sehari-hari. Para Atasan
selalu menggunakan komunikasi briefing, untuk menyampaikan
langsung kebutuhan dan informasi kepada para karyawan.
Komunikasi briefing menjadikan atasan dan bawahan selalu
berhubungan dan memastikan bahwa tujuan dan target masih
dalam satu visi, satu misi, dan satu bahasa kerja. Komunikasi

Relasi Antara Atasan dan Bawahan Dalam Pembinaan Kerja Pada PT PLN
(Persero) Wilayah Aceh (Taufiq Rizqullah, Dr. Mahyuzar, Drs, M.Si)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume 3. №. 2. Desember2018
h M ah
lmia JurnalIlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

si s
a
Volume 4, Nomor 2, Mei 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

briefing menyediakan ruang untuk saling mengklarifikasi dan


menguatkan etos kerja.

2. Family Gathering
Family Gathering merupakan sebuah kegiatan untuk keluarga
besar, komunitas ataupun perusahaan yang dirancang guna
mendapatkan refreshing bersama dalam satu waktu tertentu
dan dalam satu lokasi, baik didalam ruangan ataupun diluar
ruangan guna mempererat kekerabatan, kekeluargaan serta tali
silaturrahmi.

Melalui kegiatan tersebut sehingga menciptakan hubungan baik


antara atasan dan bawahan sehingga menimbulkan motivasi dalam
bekerja pada diri karyawan. Untuk itu di PT PLN (Persero) Wilayah Aceh
salama ini dalam mambangun hubungan kerja antara antasan dan
bawahan mengunakan sistem Choacing Mentoring Counseling atau sering di
sebut dengan CMC. Sehingga melalui sistem CMC ini terbentuknya
koordinasi yang baik antara atasan dan bawahan. Untuk meningkatkan
relasi yang baik antara atasan dan bawahan, maka bawahan yang
merupakan staf juga harus meminta arahan atasannya dalam bentuk
bimbingan sehingga dapat menciptakan komunikasi yang baik antara
atasan dan bawahan, serta karyawan dapat mengerjakan tugas dengan
baik tanpa adanya kesalahan yang fatal.

Relasi Antara Atasan dan Bawahan dalam Pembinaan Kerja pada PT


PLN (Persero) Wilayah Aceh

Bentuk pembinaan kerja yang dilakukan PT PLN (Persero) Wilayah


Aceh ini juga merupakan bentuk relasi antara atasan dan bawahan yang
memiliki tujuan mengedukasi para karyawan agar dapat bekerja
senyaman mungkin tetapi tetap dalam SOP yang diterapkan perusahaan.
Sehingga hasil pembinaan yang dilakukan atasan ini dapat meningkatkan
kinerja karyawan dan meningkatkan motivasi bekerja para karyawan.
Sehingga untuk mendapatkan hasil kinerja yang baik, maka perusahaan
memerlukan adanya karyawan yang memiliki kriteria yang setia, taat,
jujur, penuh dedikasi, disiplin dan sadar akan tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya.

Relasi Antara Atasan dan Bawahan Dalam Pembinaan Kerja Pada PT PLN
(Persero) Wilayah Aceh (Taufiq Rizqullah, Dr. Mahyuzar, Drs, M.Si)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume 3. №. 2. Desember2018
h M ah
lmia JurnalIlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

si s
a
Volume 4, Nomor 2, Mei 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Pembinaan ini juga merupakan proses yang berkesinambungan


dan tidak ada rencana pembinaan bersifat final, tetapi selalu merupakan
bahan untuk diadakan perbaikan. Oleh karena itu pembinaan bukan
merupakan hasil daripada proses perencanaan, tetapi hanya sebagai
laporan sementara (interview report). Hasil pembinaan adalah spesifikasi
dari tujuan-tujuan/sasaran-sasaran target dari perencanaan yang
ditentukan dengan apa yang ingin dicapai, dan bagaimana mencapainya.
Pada PT PLN (Persero) Wilayah Aceh, atasan juga mempunyai
strategi untuk meningkatkan kualitas kerja karyawannya, yaitu seperti
melakukan pembinaan pendidikan dan pelatihan (Diklat). Biasanya
pendidikan dan pelatihan yang dilakukan PT PLN (Persero) Wilayah
Aceh dalam 1 tahun ada 3 kali. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
kerja sama tim, kesepakatan, partisipasi semua karyawan dan lebih fokus
pada pengelolaan internal perusahaan. Pembinaan kerja kepada staf oleh
atasan di PT PLN (Persero) Wilayah Aceh ini menurut pengamatan
peneliti sudah sangatlah baik dimana karyawan sangat cekatan dan
profesional dalam bekerja. Ini membuktikan bahwa atasan berhasil
melakukan pembinaan kepda stafnya sesui SOP berlaku di perusahaan.
Hal ini perlu dilakukan sesuai dengan tuntutan dunia kerja,
perkembangan teknologi dan perkembangan pembangunan.
Strategi pembinaan pelatihan kerja menggunakan pendekatan
kesisteman dan dibina secara terpadu, berkesinambungan, berperan
secara optimal dan menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai, terampil,
disiplin dan produktif. Dalam penelitian proses relasi antara atasan dan
bawahan dalam pembinaan kerja di PT PLN (Persero) Wilayah Aceh ini,
peneliti mengaitkannya dengan teori Leader Member Exchange atau di sebut
dengan teori LMX. Dalam penelitian ini peneliti ingin membahas
penerapan pembinaan atasan kepada bawahan dengan menggunakan
teori LMX yang dikembangkan oleh Liden & Masliyn yaitu sebagai
berikut:
1. Afeksi
Merupakan sikap saling mempengaruhi satu sama lain antara
atasan dan bawahan bedasarkan daya tarik interpersonal dan tidak
hanya dinilai dari nilai profional kerja.

Relasi Antara Atasan dan Bawahan Dalam Pembinaan Kerja Pada PT PLN
(Persero) Wilayah Aceh (Taufiq Rizqullah, Dr. Mahyuzar, Drs, M.Si)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume 3. №. 2. Desember2018
h M ah
lmia JurnalIlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

si s
a
Volume 4, Nomor 2, Mei 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

2. Loyalitas
Merupakan sebuah ekspresi dan unkapan untuk mendukung
penuh tujuan dan karakter pribadi anggota lainnya dalam
hubungan bimbal balik antara atasan dan dan bawahan.
3. Konstribusi
Merupakan suatu persepsi tentang kegiatan yang berorientasi pada
tugas ditingkat tertentu antara setiap anggota untuk mencapai
tujuan bersama.
4. Respek Profesional
Adalah sebuah persepsi dimana setiap anggota dalam hubungan
tersebuat telah meciptakan reputasi di dalam atau diluar
organisasi.
Mwita (2000) juga menambahkan bahwa suatu organisasi tidak
dapat maju dengan usaha dari satu atau dua orang individu saja, namun
merupakan upaya kolektif dari semua anggota sehingga dapat mencapai
tujuan dari suatu perusahaan (organizational goals). Dalam sebuah
perusahaan, kinerja merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu
diperlukan adanya sistem untuk mengukur kinerja karyawan supaya
perusahaan tersebut tahu apakah performa yang diberikan oleh karyawan
sudah baik apa masih perlu ditingkatkan lagi.
Salah satu yang harus diperhatikan oleh para atasan adalah kualitas
hubungan antara atasan dan bawahan. Teori yang mengatur hubungan
antara pemimpin dan karyawan ini disebut Leader Member Exchange atau
yang lebih dikenal dengan istilah LMX.Dimana Truckenbrodt (2000)
menyatakan bahwa “leader member exchange difokuskan pada penilaian
terhadap hubungan dan interaksi antara supervisor (atasan) dan
bawahan. Tingkat kedekatan dari hubungan antara pimpinan dan
bawahan ini yang menunjukkan adanya indikasi dari leader member
exchange di perusahaan.”
Menurut Leonard (2002), bahwa “pemahaman terhadap leader
member exchange tidak hanya pada ikatan fisik, dimana bawahan harus
selalu mengikuti instruksi atasan, namun lebih dalam lagi yaitu ikatan
interaksi antara karyawan dan pimpinan. Ikatan interaksi ini menyangkut
pada ikatan emosional antara karyawan dan pimpinan.” Hal seperti inilah
yang banyak di terapkan di PT PLN Wilayah Aceh. Dimana Ikatan
interaksi antara atasan dan bawahan sangatlah kuat sehingga
meningkatkan motivasi dalam bekerja.

Relasi Antara Atasan dan Bawahan Dalam Pembinaan Kerja Pada PT PLN
(Persero) Wilayah Aceh (Taufiq Rizqullah, Dr. Mahyuzar, Drs, M.Si)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume 3. №. 2. Desember2018
h M ah
lmia JurnalIlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

si s
a
Volume 4, Nomor 2, Mei 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Faktor lain yang diberikan atasan bagi karyawannya dalam


pembinaan kerja ialah motivasi, karena kinerja dan prestasinya bisa naik
dan menurun karena beragam persoalan yang dihadapinya. Setelah
perusahaan memberikan hak untuk karyawan, sangat pantas bila
perusahaan menuntut kewajiban pada karyawan.
Sebagai timbal balik yang baik. Karyawan harus senantiasa bisa
memberikan kinerja terbaiknya, memenuhi target tertentu dari
perusahaan dan sekaligus menjaga nama baik perusahaan. Untuk
mewujudkan kinerja yang baik pada karyawan yang berperan sebagai
bawahan maka diperlukan adanya relasi yang baik pula dengan
atasannya, Oleh karena itu relasi antara atasan dan bawahan akan terjalin
dengan baik apabila atasan memberikan pembinaan kerja yang maksimal
kepada bawahan maka bawahan harus menghasilkan kinerja yang
dapat hasil memuaskan untuk atasan di perusahaan. Karena ketika
perusahaan puas dengan hasil kerja atasan dan bawahan maka
perusahaan akan mensejahterakan seluruh karyawannya.

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian teoritis dan pembahasan hasil penelitian yang
telah peneliti uraikan dalam penelitian ini melalui wawancara dengan
informan terkait, serta didukung dari pengumpulan data dokumentasi
serta observasi menunjukkan bahwa:
1. Pembinaan kerja karyawan merupakan salah satu kegiatan rutin
pada PT PLN (Persero) Wilayah Aceh untuk mengetahui
perkembangan kinerja Karyawannya.
2. Bentuk relasi antara atasan dan bawahan yang memiliki tujuan
mengedukasi para karyawan agar dapat bekerja senyaman
mungkin tetapi tetap dalam SOP yang diterapkan perusahaan.
Sehingga hasil pembinaan yang dilakukan atasan ini dapat
meningkatkan kinerja karyawan dan meningkatkan motivasi
bekerja para karyawan.
3. Dalam pelaksanaan pembinaan kerja yang dilakukan atasan masih
terdapat kendala yaitu, seperti pekerjaan yang belum sesuai
dengan tujuan dan data yang belum tepat, namun hal ini dapat
diselesaikan dengan komunikasi yang baik anatara atasan dan
bawahanya.

Relasi Antara Atasan dan Bawahan Dalam Pembinaan Kerja Pada PT PLN
(Persero) Wilayah Aceh (Taufiq Rizqullah, Dr. Mahyuzar, Drs, M.Si)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume 3. №. 2. Desember2018
h M ah
lmia JurnalIlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

si s
a
Volume 4, Nomor 2, Mei 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Bentuk relasi antara atasan dan bawahan yang memiliki tujuan


mengedukasi para karyawan agar dapat bekerja senyaman mungkin
tetapi tetap dalam SOP yang diterapkan perusahaan. Sehingga hasil
pembinaan yang dilakukan atasan ini dapat meningkatkan kinerja
karyawan dan meningkatkan motivasi bekerja para karyawan. Dalam
pelaksanaan pembinaan kerja yang dilakukan atasan, seperti pekerjaan
yang belum sesuai dengan tujuan dan data yang belum tepat, namun hal
ini dapat diselesaikan dengan komunikasi yang baik anatara atasan dan
bawahannya.

SARAN
Dari kesimpulan yang dijelaskan di atas, maka peneliti mengemukakan
saran-saran sebagai berikut:
1. atasan lebih terbuka untuk melakukan pembinaan yang dilakukan
kepada para karyawan dengan tujuan mewujudkan kinerja yang
efektif
2. Menambah kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan kinerja
karyawan agar lebih baik lagi dan tidak ada lagi kendala-kendala
terhadap pekerjaan yang dilakukan karyawan.
3. Membuat dan mengatur perencanaan program yang lebih matang
untuk memajukan perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi

Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, S. (2012). Pola Relasi Sosial Dengan Karyawan Dalam Perusahaan.

Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara Medan.

Graen, G.B. & Haga, J. 1995. A role-making model of leadership in formal

organizations: a developmental approach. Leadershipfrontiers. 20: 143–166.

Relasi Antara Atasan dan Bawahan Dalam Pembinaan Kerja Pada PT PLN
(Persero) Wilayah Aceh (Taufiq Rizqullah, Dr. Mahyuzar, Drs, M.Si)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume 3. №. 2. Desember2018
h M ah
lmia JurnalIlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

si s
a
Volume 4, Nomor 2, Mei 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Hasibuan , S. P. Melayu. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi

Aksara, Jakarta.

Johnson, D. W & Johnson, R. T. 2005. Learning Together and Alone. Allin and

Bacon: Massa Chussetts.

Morrow, C. 2005. Prim care Clin Office Pract.

Mulyana, Deddy.2006. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Mwita, J. I., 2000. Performance Management Model : A Systems-Based

Approach to Public Service Quality, The International Journal of Public

Sector Management, , Vol. 13, h. 19 – 32,

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.

Organ, D.W. 1997. Organizational Citizenship Behavior: It's Construct Clean.

Up Time. New York: Human Performance.

Pace, Wayne., dan Faules, Don. 1998. Komunikasi Organisasi Strategi

Meningkatkan Kinerja Perusahaan.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Bandung.

Relasi Antara Atasan dan Bawahan Dalam Pembinaan Kerja Pada PT PLN
(Persero) Wilayah Aceh (Taufiq Rizqullah, Dr. Mahyuzar, Drs, M.Si)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume 3. №. 2. Desember2018
h M ah
lmia JurnalIlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

si s
a
Volume 4, Nomor 2, Mei 2019

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Pujileksono, Sugeng. 2015. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang:

Kelompok Intrans Publishing.

Sweeney A.P. & Thompson, 2009. Detecting earnings management, The

Accounting Review 70: 193-225.

Relasi Antara Atasan dan Bawahan Dalam Pembinaan Kerja Pada PT PLN
(Persero) Wilayah Aceh (Taufiq Rizqullah, Dr. Mahyuzar, Drs, M.Si)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Volume 3. №. 2. Desember2018

Anda mungkin juga menyukai