Anda di halaman 1dari 8

PROGRAM STUDI S1 EKONOMI ISLAM

Universitas Padjadjaran

MODUL PRAKTIKUM
MANAJEMEN KEUANGAN ISLAM

LAB 2
Islamic Investment
Policies

ISLAMIC MANAGERIAL FINANCE TEACHING ASSISTANT


TAHUN AJARAN 2023/2024
ISLAMIC INVESTMENT POLICIES

1. Introduction
Materi ini menjelaskan bahwa Islam mendorong umatnya untuk mencari
rezeki serta wajib untuk memastikan bahwa setiap kegiatan yang menghasilkan
keuntungan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, seperti firman Allah, “Dan carilah
(pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi
janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baik (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.”
(QS. al-Qasas:77).
Kemudian melihat dunia bisnis yang semakin kompleks, sedangkan tidak
semua orang memiliki waktu, kesempatan dan keahlian yang dibutuhkan untuk
bertahan di dunia bisnis. Maka, salah satu cara untuk memanfaatkan potensi
keuntungan yang ditawarkan oleh dunia bisnis adalah dengan berinvestasi dalam
bisnis yang menawarkan keuntungan di masa depan.

2. Islamic Investment Paradigm


Dalam investasi Islam, tujuannya bukan hanya untuk mengumpulkan
kekayaan sebanyak mungkin demi kepentingan pribadi, tetapi lebih dari pada itu,
investasi harus sesuai dengan ajaran al-Quran dan Sunnah, dan investasi tersebut akan
memberikan manfaat, tidak hanya bagi investor, tetapi juga bagi masyarakat dan umat
Islam secara keseluruhan, seperti yang telah disebutkan Allah dalam al-Quran, “Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah
kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS. Al Maidah: 2).
Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE) menjelaskan beberapa alasan
mengapa pentingnya melakukan investasi sesuai dengan prinsip syariah, di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Islam adalah cara hidup yang menyeluruh di mana al-Quran dan Sunnah
menetapkan tata cara bagi setiap Muslim dalam menjalani kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu, kegiatan investasi juga harus mengikuti
prinsip-prinsip syariah sesuai dengan al-Quran dan Sunnah.
2. Tujuan umum dari syariah terkait dengan kegiatan yang menghasilkan
keuntungan bukan hanya memaksimalkan keuntungan, melainkan juga untuk
memaksimalkan manfaat serta meminimalkan kerugian. Salah satu instrumen
untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan investasi Syariah.
3. Jumlah umat Islam saat ini mencapai 32% dari populasi dunia dan lebih dari
$100 miliar Islamic funds beredar secara global dengan tingkat pertumbuhan
sekitar 20% per tahun. Oleh karena itu, merupakan suatu keharusan bagi umat
Islam untuk mendapatkan penghasilan dari sumber yang halal dan
menyalurkan dananya dalam investasi syariah.(Mahmud, M.M. 2001)
Selain itu, ada beberapa prinsip yang mengatur investasi syariah yang
membuatnya berbeda dari investasi konvensional. Prinsip-prinsip tersebut, seperti
yang ditetapkan oleh KLSE, di antaranya adalah:
1. Investasi syariah harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang
didasarkan pada tiga sumber, al-Quran, Sunnah, dan kesepakatan para ulama.
2. Bisnis yang diinvestasikan harus merupakan jenis usaha yang halal. Oleh
karena itu, berinvestasi ke dalam bisnis yang melibatkan unsur-unsur seperti
maysir, gharar, riba serta memproduksi atau menjual produk non-halal seperti
minuman keras dan babi dilarang dalam Islam.
3. Investasi harus transparan sehingga memberikan pengetahuan penuh
kepada investor mengenai sifat dan spesifikasi dari investasi. Hal ini sangat
penting untuk memastikan bahwa investasi tersebut bebas dari unsur-unsur
non-halal.
4. Investasi harus melibatkan komoditas yang nyata. Oleh karena itu,
komoditas yang tidak berwujud atau tidak didukung oleh aset tidak dapat
diinvestasikan. Contoh: short selling.
5. Ada kepemilikan yang jelas atas investasi tersebut dari pihak investor,
terlepas dari apakah investor tersebut telah memenuhi kewajiban utangnya
atau tidak, yang diperoleh untuk tujuan investasi.

3. Types of Islamic Investment


Dalam investasi syariah, terdapat beberapa metode untuk mendistribusikan
dana, yaitu dapat dilakukan melalui investasi secara individu yang mengharuskan
pihak-pihak terlibat melakukan kontrak secara langsung, contohnya ijarah. Selain itu,
investasi juga dapat dilakukan secara kelompok gabungan yang mengharuskan
pihak-pihak terlibat untuk mematuhi standar regulasi dari otoritas yang bertanggung
jawab. Berikut adalah berbagai macam metode investasi syariah baik secara individu
maupun kelompok gabungan:

1. Equity
Investasi dalam ekuitas merupakan metode investasi yang dapat
dilakukan baik secara individu maupun kelompok gabungan di mana investor
membeli saham perusahaan untuk mendapatkan keuntungan modal berupa
dividen. Contoh: Saham biasa, preferen, saham treasury. Berikut merupakan
syarat-syarat ekuitas yang harus dipenuhi dalam investasi syariah:
a. Bisnis utama perusahaan tidak bertentangan dengan prinsip syariah,
yaitu tidak mengandung unsur maysir, gharar, riba serta tidak
memproduksi atau menjual produk non halal.
b. Jika perusahaan terlibat dalam peminjaman uang dengan bunga atau
menyimpan dananya dalam rekening berbunga, maka pemegang saham
yang beragama Islam harus menyatakan ketidaksetujuannya dalam
rapat umum tahunan.
c. Jika sebagian pendapatan dari rekening berbunga dimasukkan sebagai
total pendapatan perusahaan, maka persentase bunga tersebut harus
disumbangkan untuk amal.
d. Saham sebuah perusahaan dapat diperjualbelikan jika sebagian aset
perusahaan terdiri dari aset non-likuid.

2. Commodity Funds
Investasi dalam commodity funds merupakan metode investasi yang
dapat dilakukan secara kelompok gabungan di mana para investor
mengumpulkan dana untuk membeli sebuah komoditas dengan tujuan untuk
dijual kembali dan keuntungan yang dihasilkan akan didistribusikan secara
merata kepada para investor. Contoh: SPDR Gold Shares (GLD), United
States Oil Fund (USO), iShares Silver Trust (SLV), Invesco DB Agriculture
Fund (DBA), Teucrium Corn Fund (CORN). Berikut merupakan aturan yang
ditetapkan oleh Mufti Taqi Usmani untuk memastikan keselarasan investasi ini
dalam prinsip syariah:
a. Penjual harus memiliki komoditas pada saat penjualan, misalnya tidak
diperbolehkan melakukan transaksi short selling.
b. Penjualan di muka tidak diperbolehkan, kecuali dalam kontrak
istishna’ dan bai’ salam.
c. Komoditas harus halal yang berarti tidak diperbolehkan terlibat dengan
produk non-halal, seperti daging babi atau minuman keras.
d. Penjual harus memiliki kepemilikan fisik atau konstruktif atas
komoditas yang ingin dijual, seperti menanggung risiko komoditas
yang dapat mengakibatkan kerugian dari penjualan.
e. Harga komoditas harus ditetapkan dan diketahui oleh para pihak yang
terlibat dalam kontrak dengan tujuan untuk menghilangkan unsur
gharar secara total dalam penjualan komoditas.

3. Ijarah (Leasing)
Investasi dalam ijarah merupakan metode investasi di mana lessor
(pemberi sewa) akan menyewakan asetnya kepada lesse (penyewa) dengan
pembayaran uang sewa. Tujuannya adalah agar lessor mendapatkan kembali
biaya untuk membeli aset tersebut ditambah dengan margin keuntungan
(Ahmed, 2000). Ijarah (leasing) memiliki dua jenis di antaranya adalah sewa
operasi di mana kepemilikan aset tetap berada di tangan lessor dan lessor
menanggung risiko atas berkurangnya permintaan aset tersebut, kemudian
sewa beli dimana kepemilikan aset akan dialihkan kepada lessee pada akhir
masa sewa. Contoh: Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Sukuk Ijarah. Berikut
merupakan beberapa prinsip-prinsip syariah dalam ijarah (leasing):
a. Aset yang disewakan harus memiliki manfaat dan biaya sewa
dibebankan sejak aset tersebut diserahkan kepada lesse.
b. Aset digunakan untuk tujuan yang halal, misalnya tidak diperbolehkan
menyewa mesin slot judi.
c. Tanggung jawab aset berada di tangan lessor, misalnya jika ada
masalah pada aset, maka menjadi kewajiban lessor untuk
memperbaikinya.
d. Biaya sewa harus ditetapkan dan diketahui oleh para pihak yang
terlibat pada awal kontrak. Oleh karena itu, lessor tidak diperbolehkan
untuk mengubah biaya sewa tanpa alasan, karena dapat mengakibatkan
pembatalan kontrak sehingga memerlukan pembuatan kontrak baru.

4. Musharakah (Partnership)
Investasi dalam musharakah merupakan metode investasi kelompok
gabungan di mana para investor berbagi keuntungan dari usaha bersama
berdasarkan kesepakatan proporsi keuntungan aktual yang diperoleh dari
bisnis dan bukan berdasarkan proporsi modal yang diinvestasikan atau
penetapan jumlah secara nominal untuk setiap mitra, sementara itu kerugian
dibagi berdasarkan proporsi modal yang diinvestasikan oleh masing-masing
investor. Selain itu, semua mitra memiliki hak untuk ikut atau tidak dalam
manajemen bisnisnya (Ahmed, 2000). Contoh: KPR iB Musyarakah
Mutanaqisah.

5. Mudharabah
Investasi dalam mudharabah merupakan metode investasi kelompok
gabungan yang sejenis dengan musharakah, tetapi perbedaannya terletak pada
fakta bahwa dalam mudharabah terdapat satu investor yang menyediakan
dana untuk diinvestasikan, sementara mitra lainnya bertanggung jawab untuk
menyediakan tenaga kerja dan keterampilan untuk mengelola dana tersebut.
Contoh: Tabungan mudharabah. Berikut merupakan beberapa karakteristik
mudharabah:
a. Aset harus mudah dikenali dan dapat direalisasikan serta dilikuidasi
untuk membantu pembagian hasil usaha di antara para mitra ketika
transaksi berakhir.
b. Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk mencampurkan dana
mudharabah dengan dana pribadi, kecuali diizinkan oleh investor.
c. Apabila para pihak ingin memperbarui kontrak, maka harus melakukan
negosiasi untuk membuat kontrak baru dan kontrak lama harus diakhiri
dengan hak dan kewajiban dari seluruh pihak sudah diselesaikan.

6. Bai’ Salam
Investasi dalam bai’ salam merupakan metode investasi jangka
panjang dimana pembayaran dilakukan sebelum penyerahan komoditas
dengan kuantitas, kualitas dan tanggal penyerahan telah ditentukan dengan
jelas. Keuntungan dari bai’ salam untuk kedua belah pihak adalah bahwa
penjual menerima modal di awal sebagai imbalan atas komitmennya untuk
mengirimkan komoditas pada tanggal yang telah disepakati, sementara
pembeli mendapatkan keuntungan dari harga yang lebih rendah karena
terlindungi dari fluktuasi harga komoditas (Ahmed, 2000). Contoh:
pembiayaan pertanian, pembiayaan industri, pembiayaan komoditas.
7. Istishna’
Investasi dalam istishna’ merupakan metode investasi yang sejenis
dengan bai’ salam dimana investor menyediakan pembiayaan yang
dibutuhkan untuk memproduksi komoditas.. Harga ditentukan di awal oleh
investor dan pembayaran dapat dilakukan di muka, dengan cicilan atau
ditangguhkan sampai komoditas diserahkan. Contoh: pembiayaan konstruksi,
pembiayaan manufaktur, pembiayaan properti.

8. Murabahah
Investasi dalam murabahah merupakan metode investasi di mana
melibatkan pembelian komoditas untuk keperluan nasabah dengan
pembayaran yang ditangguhkan serta margin keuntungan yang telah disepakati
dan ditambahkan ke biaya awal pembelian komoditas. Contoh: Murabahah
Investment, Murabahah Financing.

4. Islamic Investment Criteria


Umat muslim di Malaysia yang tertarik untuk berinvestasi dalam perusahaan
lokal atau internasional akan melihat penyaringan kualitatif, penyaringan kuantitatif
dan prinsip investasi untuk menentukan apakah suatu investasi memenuhi syarat
sebagai investasi syariah.

1. Qualitative Screening
Berikut merupakan beberapa pertanyaan yang diajukan oleh KLSE
yang harus dijawab sebelum mengklasifikasikan investasi sebagai investasi
yang sesuai dengan prinsip syariah:
a. Apakah perusahaan tersebut terlibat dalam industri atau bisnis yang
dilarang dalam Islam?
b. Apakah perusahaan tersebut terlibat dalam kegiatan yang bermanfaat
besar bagi komunitas Muslim, dan unsur haramnya dapat diabaikan?
c. Apakah ada unsur Gharar dalam bisnis tersebut?
d. Apakah perusahaan tersebut terlibat dalam kegiatan yang eksploitatif
dan tidak etis?

2. Quantitative Screening
Berikut merupakan kriteria internasional investasi syariah yang
dinyatakan oleh KLSE yang harus dipenuhi:
a. Pendapatan berbunga tidak boleh lebih dari 5% dari total pendapatan
dan harus disucikan. Namun, ada beberapa ahli yang menganggap
bahwa pendapatan berbunga boleh mencapai 10%.
b. Rasio utang terhadap aset perusahaan tidak boleh lebih dari 30%-33%,
karena banyak utang yang timbul dari pinjaman berbunga dan jika
tingkat utang terlalu tinggi dapat menyebabkan situasi kesulitan
keuangan.
c. Aset likuid tidak boleh lebih dari 33%-45% dari total aset, karena
saham dapat diperjualbelikan dengan harga yang berbeda dari nilai
nominal.
d. Rasio piutang terhadap total aset tidak boleh lebih dari 45%, karena
dapat menunjukkan bahwa perusahaan tidak efisien dalam proses
penagihan, dapat meningkatkan tingkat piutang tak tertagih dan dapat
mengakibatkan masalah keuangan pada arus kas.

5. Trading and Investment Practices


Berikut merupakan ketentuan-ketentuan syariah yang harus dipatuhi oleh
investor untuk proses pemilihan efek yang akan diinvestasikan:
a. Dana yang digunakan untuk berinvestasi harus bebas dari utang berbasis
bunga.
b. Melakukan analisis fundamental yang menyeluruh sebelum membuat
keputusan investasi, karena seorang muslim tidak diperbolehkan melakukan
investasi berdasarkan spekulasi jangka pendek tanpa pemahaman mengenai
nilai fundamental perusahaan yang baik.

6. Misconceptions and The Truth About Islamic Investment


Berikut merupakan beberapa kritik terhadap investasi syariah yang mungkin
relevan pada masa awal perkembangan investasi syariah, tetapi saat ini situasinya
telah berubah dan perlu ada koreksi terhadap pemahaman tersebut:
a. Ada ratusan produk dan layanan investasi syariah yang tersedia di pasar,
terdiri dari 200+ bank dan lembaga keuangan syariah di seluruh dunia dan
150+ reksa dana syariah di Malaysia, Timur Tengah, Amerika Serikat dan
Eropa. Hal tersebut menghapus kritik pertama bahwa produk investasi syariah
bersifat kaku dan memiliki peluang yang terbatas.
b. Investasi syariah menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan investasi
konvensional dalam hal tingkat pengembalian, seperti yang terlihat dari data di
Malaysia. Pada tahun 1998, rata-rata pengembalian investasi syariah adalah
20%-35%, meningkat menjadi 45%-55% pada tahun 1999, dengan tingkat
pengembalian tertinggi mencapai 102,7%. Pada tahun 2000, rata-rata
pengembalian mencapai 81%, dengan tingkat pengembalian tertinggi
mencapai 116%. Hal tersebut menghapus kritik kedua bahwa investasi syariah
memberikan imbal hasil yang rendah atau memiliki kinerja yang buruk.
c. Investasi syariah terbuka untuk non-muslim dan juga tersedia di negara-negara
non-Islam, seperti Dow Jones Islamic Market Index yang beroperasi di
Amerika Serikat. Selain itu, di negara Eropa para investor dari berbagai
ideologi dan agama berinvestasi pada reksa dana syariah. Hal tersebut
menghapus kritik bahwa investasi syariah hanya merupakan alternatif dari
investasi konvensional.
d. Penelitian dan pengembangan terus dilakukan untuk mengembangkan produk
atau jasa investasi syariah yang baru dan inovatif, seperti pada tahun 2001
terdapat lebih dari 150 reksa dana syariah di seluruh dunia yang tumbuh
dengan laju 100% per tahun. Hal tersebut menghapus kritik bahwa investasi
syariah tidak inovatif dan stagnan.

7. The Future of Islamic Investment


Dengan semakin berkembangnya produk dan layanan investasi syariah yang
ditawarkan dan diterima oleh pasar. Muncul potensi risiko bahwa kesibukan orang
dalam mengadopsi inovasi produk dan layanan dapat mengabaikan beberapa
prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, diperlukan Dewan Penasihat Syariah global
untuk menstandarisasi hukum-hukum yang berkaitan dengan produk dan layanan
investasi syariah yang diinovasi untuk memastikan keselarasannya dengan
prinsip-prinsip syariah.

Anda mungkin juga menyukai