Anda di halaman 1dari 4

Laporan Evaluasi Organisasi Master Club Taekwondo

Nama Anggota kelompok :


Agus Farhan 231010505080
Ayu Anisha 231010505520
Gio Sanjora 231010505858
Monica Aprillina 231010504849
Shelika Nur 231010506145
Yustina Atriana 231010504036

Master Club Taekwondo


Kelompok kami kali ini mengevaluasi organisasi Taekwondo club. Hal Ini dilakukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah “Perilaku Organisasi” dengan bapak Herry Suherman sebagai
dosen pengampu mata kuliah ini. Pertama-tama, kami mengucapkan terimakasih kepada bapak
Herry karena telah memberi kami tugas tentang mengevaluasi organisasi, supaya kami dapat
belajar mengenai bagaimana mengevaluasi organisasi yang ada, sejauh mana suatu kegiatan
organisasi tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu
standar/tujuan tertentu yang telah ditetapkan untuk mengetahui apakah ada selisih di antara
keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan bila dibandingkan dengan harapan-
harapan yang ingin diperoleh. Alasan Kami memilih organisasi Taekwondo karena, Taekwondo
merupakan salah satu jenis olahraga bela diri yang cukup popular dimasyarakat. Taekwondo juga
populer sebagai olahraga kompetitif. Kompetisi Taekwondo menarik perhatian karena aksi yang
dinamis, kecepatan gerakan, dan teknik tendangan yang spektakuler. Kompetisi Taekwondo juga
disertai dengan aturan yang ketat, menjadikannya olahraga yang menarik untuk disaksikan dan
diikuti.
Taekwondo merupakan seni bela diri yang berasal dari Korea. Sejarah Taekwondo
dimulai pada abad ke-6 Masehi, saat kerajaan-kerajaan di Korea terlibat dalam pertempuran dan
konflik dengan tetangga mereka. Pada saat itu, bentuk awal Taekwondo dikenal sebagai "Subak"
atau "Taekkyon", yang merupakan teknik bela diri yang menggunakan tendangan, pukulan, dan
teknik pertahanan diri. Pada abad ke-20, Korea mengalami berbagai perubahan sosial dan politik
yang signifikan. Pada tahun 1945, setelah berakhirnya Perang Dunia II, Korea secara resmi
membagi menjadi Korea Utara dan Korea Selatan. Di Korea Selatan, seorang jenderal bernama
Choi Hong Hi berperan penting dalam pengembangan dan penyebaran Taekwondo modern. Pada
tahun 1955, Choi Hong Hi bersama beberapa grandmaster Taekwondo lainnya mendirikan
Asosiasi Taekwondo Korea (KTA) dengan tujuan untuk menggabungkan berbagai aliran dan
sekolah Taekwondo menjadi satu sistem yang terstandarisasi. Pada tahun 1966, istilah
"Taekwondo" resmi diadopsi sebagai nama resmi seni bela diri tersebut. Taekwondo mulai
mendapatkan pengakuan internasional pada tahun 1970-an dan 1980-an. Pada tahun 1973,
Federasi Taekwondo Dunia (World Taekwondo Federation/WT) didirikan sebagai badan
pengatur internasional untuk Taekwondo. Pada tahun 1988, Taekwondo menjadi cabang olahraga
resmi dalam Olimpiade Seoul 1988, dan sejak itu menjadi salah satu seni bela diri paling populer
di dunia.
Selama bertahun-tahun, Taekwondo terus berkembang dan mengalami penyesuaian
dalam aturan dan tekniknya. Saat ini, Taekwondo dikenal karena teknik tendangan tinggi yang
spektakuler, kelincahan, kecepatan, dan kekuatan fisik yang diperlukan dalam latihan dan
pertandingan. Taekwondo tidak hanya menjadi seni bela diri, tetapi juga olahraga kompetitif
yang melibatkan pertandingan seperti kyorugi (pertarungan sparring) dan poomsae (tata
gerakan). Selain itu, Taekwondo juga terus diterapkan sebagai sarana pengembangan karakter,
disiplin diri, dan promosi perdamaian di seluruh dunia.
Pada awalnya, perkembangan Taekwondo di Indonesia terbatas dan hanya terbatas pada
beberapa kelompok kecil yang belajar di bawah bimbingan Master Cha Kwang Myung. Namun,
seiring berjalannya waktu, ketertarikan terhadap Taekwondo semakin meningkat di kalangan
masyarakat Indonesia. Pada tahun 1970, Taekwondo mulai diorganisir secara resmi di Indonesia
dengan pendirian Persatuan Taekwondo Seluruh Indonesia (Pertasi). Pertasi menjadi organisasi
induk Taekwondo di Indonesia yang bertanggung jawab untuk mengembangkan dan mengatur
kegiatan Taekwondo di seluruh negeri.
Sejak didirikan, Taekwondo terus berkembang pesat di Indonesia. Pertasi aktif dalam
mengadakan pelatihan, seminar, dan kompetisi Taekwondo di berbagai tingkatan, mulai dari
tingkat klub hingga ke tingkat nasional. Banyak sekolah, universitas, dan klub Taekwondo
didirikan di seluruh Indonesia, memberikan kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk belajar
dan mengembangkan keterampilan Taekwondo. Pada tahun 1989, Taekwondo Indonesia
mendapatkan pengakuan resmi dari Kementerian Pemuda dan Olahraga sebagai cabang olahraga
yang diakui dan diakreditasi. Sejak itu, Taekwondo secara aktif berpartisipasi dalam kompetisi
nasional dan internasional, termasuk dalam ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) dan
kejuaraan-kejuaraan internasional Taekwondo.
Hadirnya Taekwondo di Indonesia tidak hanya berfokus pada aspek olahraga, tetapi juga
pada pengembangan karakter, disiplin diri, dan promosi perdamaian. Taekwondo menjadi sarana
untuk membentuk generasi muda yang berkualitas dan memiliki nilai-nilai positif. Dengan peran
Pertasi sebagai organisasi pengembangan Taekwondo yang kuat, serta minat dan dedikasi para
praktisi Taekwondo di Indonesia, seni bela diri ini terus berkembang dan memiliki komunitas
yang besar di tanah air.
Berdiri sejak 2011 lalu, Taekwondo Master Club "Generasi Prestasi" merupakan club
beladiri asalah Korea yang berada di Indonesia, yang berpusat di daerah Ciledug Tangerang.
Master Club membuka Dojong di beberapa wilayah cabang : Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan
di Tangerang. mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Mengengah Pertama, Sekolah Menengah Atas,
Sport Center sampai dengan Private Class. Master Club Taekwondo memiliki misi sebagai ajang
perkumpulan yang selalu mengedepankan kekeluargaan. Meskipun fokus pada dunia olahraga
khususnya tekwondo, namun setiap kesempatan anggotanya diberi bekal tentang pengembangan
diri hingga menjadi pribadi yang bermanfaat bagi masyarakat. Selama Master club berdiri, telah
banyak atlet-atlet berprestasi lahir, baik ditingkat lokal maupun nasional.
Taekwondo Indonesia Master Club ikut berpartisipasi dalam kejuaraan nasional
taekwondo memperebutkan Piala Gubernur Dki Jakarta yang diadakan pada tanggal 15 – 17 april
2016 di gor ciracas. Master Club juga menampilkan performance demonstration team di
Kejurnas Taekwondo Piala Gubernur Dki Jakarta. Master Club yang diketuai oleh Sabeumnim
Antok mengerimkan 80 atlet dalam kejuaraan nasional tersebut. dan hasil yang didapatkan oleh
atlet – atlet Master Club ini sangat membanggakan, yaitu : 51 mendali emas, 23 mendali perak, 1
mendali perunggu. baik dari katagori poomsae (jurus) maupun kyurugie (fighter). Hasil yang
membanggakan ini tak lepas dari peran seorang coach dan manager. coach yang mendampingi
atlet -atlet saat bertanding sangat berperan penting saat kejuaraan. dan juga peran orang tua
murid dalam mendampangi anak-anaknya.
Mengenai struktur yang terdapat dalam master club taekwondo yaitu ada: Ketua master
club ( sabeum nim Antok), wakil ketua dan sekertaris master club (sabeum nim Mia), bendahara
(sabeum nim Niken), pelatih kepala master club (sabeum nim David Ricardo), pelatih pelatih
yang ada (sabeum Linda, Sekar Ayu, Nicolas, Rangga, dll), serta anggota anggota club yang
tergabung. Untuk jadwal pelatihan, dilakukan di hari kamis dan minggu di GOR puribeta
ciledug. kamis (16.00-18.00), minggu (7.00-9.00).
Masuk kebagian evaluasi organisasi master club taekwondo, Dalam pelaksanaan program
latihan dan pelatihan, ditemukan bahwa klub ini telah memberikan pengajaran teknik dasar
Taekwondo dengan cukup baik. Anggota klub mampu menguasai pukulan, tendangan, dan
gerakan dasar dengan baik. Namun, perlu ditingkatkan pengajaran teknik yang lebih kompleks
untuk mengembangkan kemampuan anggota lebih lanjut. Sebagai contoh yaitu, Poomsae
Lanjutan: Poomsae merupakan serangkaian gerakan dan teknik yang dilakukan secara teratur dan
dirancang untuk melatih koordinasi, keseimbangan, kekuatan, dan fleksibilitas.
Dalam hal keuangan, Master club Taekwondo mengandalkan iuran anggota, dan dana
pemerintah sebagai sumber pendanaan. Meskipun pengelolaan keuangan klub ini cukup baik
dengan penggunaan anggaran yang terarah, perlu dipertimbangkan melibatkan lebih dari satu
sumber pendapatan untuk klub, sehingga klub tidak sepenuhnya bergantung pada satu sumber
pendapatan saja. Ini dapat dilakukan dengan mencari sponsor tambahan atau menjalin kemitraan
dengan organisasi atau lembaga lain. Pencarian dana tambahan berarti aktif mencari dan
mengumpulkan dana di luar sumber pendapatan yang sudah ada. Ini melibatkan upaya klub
untuk mengidentifikasi peluang, menghubungi potensi sponsor atau donor, dan mengorganisir
acara atau inisiatif penggalangan dana untuk mendapatkan sumbangan tambahan. sumber
pendanaan dan pencarian dana tambahan untuk memperkuat keuangan klub serta memastikan
efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran yang lebih baik.
Jumlah anggota klub ini relatif stabil, namun perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan
jumlah anggota baru. Tingkat partisipasi anggota dalam latihan klub ini cukup tinggi, namun
perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
partisipasi dan mempromosikan anggota. Selain itu, partisipasi anggota dalam kompetisi
Taekwondo juga perlu ditingkatkan, khususnya dalam kompetisi tingkat nasional. Prestasi
dalam kompetisi Taekwondo oleh anggota klub ini cukup mengesankan, baik secara individu
maupun tim. Namun, perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut untuk mengidentifikasi area yang
perlu ditingkatkan dalam prestasi kompetitif. Koordinasi tim dan strategi bertanding juga perlu
ditingkatkan untuk mencapai hasil yang lebih baik di tingkat kompetisi yang lebih tinggi.
Program kerja Master Club Taekwondo telah ditetapkan dengan jelas, dengan fokus pada
pengajaran dan pengembangan keterampilan anggota klub. Namun, evaluasi lebih lanjut
diperlukan untuk memastikan bahwa program-program yang disusun masih relevan dan sesuai
dengan kebutuhan anggota klub. Evaluasi pelaksanaan program kerja juga perlu dilakukan untuk
memastikan bahwa program-program yang direncanakan dapat dilaksanakan sesuai jadwal dan
dengan kualitas yang baik. Evaluasi ini dapat mencakup penilaian terhadap efektivitas metode
pengajaran, tingkat partisipasi anggota, dan pencapaian tujuan program. Selain itu, Master Club
Taekwondo juga perlu melakukan evaluasi rutin terhadap program-program yang ada dan
menerima masukan dari anggota untuk perbaikan. Dengan melakukan evaluasi dan perbaikan
yang diperlukan, klub dapat memastikan bahwa program kerja yang disusun tetap relevan dan
berkualitas.
Dalam laporan evaluasi organisasi Taekwondo, telah diungkap bahwa berbagai aspek
yang perlu dipertimbangkan untuk memperbaiki dan memperkuat organisasi. Evaluasi ini
memberikan wawasan yang berharga tentang kinerja, keberlanjutan, dan efisiensi klub
Taekwondo. Melalui evaluasi ini, kita telah mengidentifikasi area-area yang memerlukan
perhatian dan perbaikan, termasuk manajemen keuangan, pengembangan sumber daya, dan
pelaksanaan program latihan. Dengan semangat yang baru dan komitmen, kita akan memperkuat
organisasi Taekwondo ini menjadi pusat kegiatan yang berkualitas, menginspirasi individu untuk
mencapai potensi terbaik mereka, dan mendorong semangat persaudaraan dan keunggulan.
Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam evaluasi ini. Kurang lebihnya hasil laporan
evaluasi organisasi ini kami buat, Kami sebagai tim penyusun juga menyadari akan segala
kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam hasil laporan evaluasi ini, baik dari segi penulisan
maupun dari cara penyajiannya. Oleh karena itu, kami dengan senang hati menerima kritik dan
saran dari pembaca, supaya kami dapat memperbaiki makalah ini dimasa mendatang.
Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai