BIMA
MASA PRA Islam SAMPAI
MASA AWAL KEMERDEKAAN
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta
1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1. 000. 000,00 (satu juta rupiah), atau
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
5. 000. 000. 000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta
atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.
000. 000,00 (lima ratus juta rupiah).
Tawalinuddin Haris • Retno Kartini
Dewi Ratna Muchlisa • Syukri Abubakar
Munawar Sulaiman
Kesultanan
BIMA
MASA PRA Islam SAMPAI
MASA AWAL KEMERDEKAAN
Penulis
Tawalinuddin Haris • Retno Kartini
Dewi Ratna Muchlisa • Syukri Abubakar • Munawar Sulaiman
Editor:
Buya Samuray
Desain Cover:
Ardi Sarjan
Layout:
Ahmad Bahaudin
Dengan:
ISBN 978-623-92186-1-4
P
enulisan sejarah Kesultanan Bima, lebih tepat
lagi sejarah lokal Kesultanan Bima, memiliki nilai
politis dan akademis sekaligus. Politicly, wilayah
Bima merupakan wilayah yang populasi penduduknya
beragama Islam, namun memiliki perbedaan kultural
dengan bangsa lainnya di wilayah Nusantara. Mengacu
peta yang disodorkan Wallace tentang peta Nusantara,
wilayah Bima masuk kategori wilayah unik dan jauh dari
v
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
vi
KATA PENGANTAR
vii
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
viii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1
Metodologi ................................................................................................... 12
1. Heuristik ................................................................................................ 12
2. Kritik Sumber ...................................................................................... 13
3. Sintesis/Interpretasi ......................................................................... 14
ix
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
4. Historiografi ......................................................................................... 15
Sistematika Penulisan................................................................................ 15
x
KATA PENGANTAR
xi
Bab I
Pendahuluan
1
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
E
ksistensi kesultanan/kerajaan lokal di Indonesia
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
proses pembentukan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Di masa lalu, kesultanan/kerajaan
lokal ini menjadi sarana pengintegrasian masyarakat,
baik dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya
dan bahkan yang menyentuh wilayah keagamaan. Sarana
pengintegrasian ini hingga sekarang masih terasa
pengaruhnya, meskipun hanya tinggal pada dimensi
kehidupan budaya dan tradisi masyarakat. Hampir
semua bekas pusat-pusat kerajaan ini masih menjadi
bagian dalam penjaga tradisi dan budaya setempat,
dan masyarakat tetap menganggapnya sebagai warisan
budaya adiluhung yang perlu dilestarikan. Dalam
artian pengaruh luas keberadaan sebuah kerajaan/
kesultanan jelas mengalami pergeseran peran dari
awal pembentukannya hingga di era modern ini. Pun
demikian peran dan pengaruh kesultanan tersebut di
masa lalu di kaji dan ditulis sebagai bahan pembelajaran
yang cukup penting.
Penulisan sejarah kesultanan dan kerajaan lokal
di daerah merupakan salah satu upaya mengisi
kekosongan data tentang eksistensi kesultanan “kecil”
yang terbesar di berbagai wilayah di Indonesia.
Penulisan sejarah kesultanan/kerajaan tersentral di
beberapa titik saja, yaitu kesultanan/kerajaan “besar”
baik di wilayah Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi
2
Pendahuluan
1
Data tentang beberapa kesultanan/kerajaan yang pernah ditulis
dapat dilihat pada buku Taufik Abdullah (e.d) Sejarah Umat Islam Nusantara,
(Jakarta: MUI, 1996), Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho
Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia Jilid IV. (Jakarta : Balai Pustaka,
Cet.6 1990), R. Soekmoeno, Sejarah Kebudayaan Indonesia III, (Yogyakarta :
Kanisius, 1984).
3
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
2
Zending adalah bahasa Belanda yang berarti pekabaran Injil (kitab
suci agama Nasrani) maksudnya adalah usaha-usaha untuk menyebarkan
agama Nasrani. Gerakan zending sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke
16-18 dan yang membawa misi zending ini antara lain orang portugis dan
orang Belanda (melalui VOC).
4
Pendahuluan
3
Tureli, merupakan salah satu pangkat tertinggi dalam pemerintahan
Bima, dapat disamakan dengan menteri; ada tujuh tureli, semuanya menjadi
anggota Sara Sara, yaitu Tureli Belo, Bolo, Donggo, Parado, Sakuru, Woha,
serta Tureli Nggampo yang berjabat sebagai ketua semua tureli, perdana
menteri, dan ketua Sara Sara.
4
Keputusan tersebut sesuai dengan isi BO “Kai ndadina eli marongga
ta tunti ro bubarna eli Mbojo kai nggahi ra eli cara melayu kai pahu tunti ra reka
5
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
6
Pendahuluan
7
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
7
Datuk di Tiro dan Datuk Di Banda diyakini pernah dan sempat
mengajarkan serta mengenalkan Islam pada Abdul Kahir I
8
Malingi, Alan, Upacara Hanta Ua Pua, Mahani Persada, Mataram
2010, Makalah tidak diterbitkan
9
Ismail, M. Hilir. Peran Kesultanan Bima dalam Perjalanan Sejarah
Nusantara, Lengge, Mataram, 2004. Hal. 51
8
Pendahuluan
9
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
11
Kalau dalam istilah pemerintahan sekarang maka Kesultanan Bima
dibangun dengan tiga pilar lembaga, yaitu sara tua sebagai legislatif, sara-
sara sebagai eksekutif dan sara hukum sebagai yudikatif yang tentu saja
telah memainkan peran penting dalam perjalanan sejarah nusantara. Di
mana Islam telah menjadi landasan fundamental yang mempengaruhi sendi
kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya masyarakat
12
Bima merupakan salah satu kabupaten daerah tingkat II di Provinsi
Nusa Tenggara Barat. Kabupaten ini terbentuk seiring dengan terbitnya
10
Pendahuluan
11
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
Metodologi
Penulisan sejarah Bima yang dikembangkan
dari hasil penelitian ini, perlu dikemukakan terlebih
dahulu beberapa metode yang digunakan dalam
proses penelitian maupun penulisan. Metode sejarah
merupakan yang paling utama. Prosedur metodologis
lainnya dibutuhkan untuk mendekatinya mencakup
4 (empat) langkah yaitu heuristik, kritik sumber,
analisis/interpretasi serta historiografi.
1. Heuristik
Heuristik berarti mengumpulkan sumber-sumber,
langkah pertama yang harus dilalui dalam penelitian
sejarah,13 sumber-sumber yang dikumpulkan dapat
dikategorikan menjadi dua macam Pertama, sumber-
sumber tertulis yakni menelusuri sumber di berbagai
kepustakaan dengan mengumpulkan tulisan-tulisan
dan menemukan arsip-arsip atau naskah-naskah klasik
terkait dengan topik penelitian. Di samping studi
13
Louis Gottschalk, 1975, Mengerti Sejarah, terjemahan Nugroho
Notosusanto, (Jakarta: UI Press, 1997), 33., G.J. Renier, Metode dan Manfaat
Ilmu Sejarah, Terjemahan dari Buku aslinya dengan judul, History Its Purpose
and Methode. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997), 113
12
Pendahuluan
2. Kritik Sumber
Kritik sumber yang dimaksudkan disini ialah
untuk menguji atau melacak sumber kebenaran dan
keasliannya tersebut. Pengecekan dapat dilakukan
pada substansinya, tempat pembuatannya, bentuk
atau wajah serta usianya. Bahkan pengujian untuk
mengetahui usia sumber dapat dilakukan dengan
analisis. Pendapat lain menyebutkan bahwa untuk
13
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
3. Sintesis/Interpretasi
Sintesis/interpretasi adalah usaha dari sejarawan
untuk menggabungkan fakta-fakta sejarah yang telah
dipilih menurut hubungan kronologis dan sebab akibat
(kausalitas).14 Sehingga siap untuk disusun menjadi
tulisan sejarah. Perhatian terbesar pada tahapan ini
ialah proses pendekatan terhadap fakta-fakta sejarah
yang sudah terkumpul dengan menyusun kerangka
penulisan yang kritis dan kemudian dianalisis sehingga
14
Ibid, hal. 34
14
Pendahuluan
4. Historiografi
Historiografi merupakan tahap terakhir dalam
penulisan sejarah yang bertujuan untuk menciptakan
kembali totalitas peristiwa masa lampau yang
sesungguhnya terjadi. Historiografi adalah upaya
menyusun rangkaian fakta-fakta yang disintesakan
dalam bentuk tulisan sejarah yang kritis analitis.
Melalui tahapan ini penulis berharap dapat menyajikan
suatu tulisan sejarah yang baik dan ilmiah, sehingga
memiliki nilai sebagaimana yang diharapkan.
Sistematika Penulisan
Penulisan sejarah Kesultanan Bima ini terjadi
atas beberapa bahasan yang disistematisasikan
dalam runutan, berikut : Bab I terdiri dari bahasan
Pendahuluan yang berisi latar belakang dan setting
sosial wilayah Bima, termasuk metodologi dan
sistematika runtutan penulisan. Bab II terdiri dari
bahasan tentang Bima masa pra sejarah dan Bima
masa Hindu dan Budha, dua agama yang mendahului
datang ke Bima sebelum Islam. Pada Bab III
membahas tentang Bima sebagai pusat penyebaran
15
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
16
Bab II
Bima
Sebelum Islam
17
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
D
ari berbagai peninggalan pra-sejarah seperti
sarkopag di Ai Renung1 (Batutering), kompleks
lesung batu di Rora (Bima) dan temuan Chopper
serta Flakes di Sikreneng (Sumbawa), menunjukkan
bahwa sebelum masuk dan berkembangnya budaya
Hindu, pulau Sumbawa termasuk Bima telah dihuni
oleh manusia yang memiliki kebudayaan yang tinggi.
Mungkin zaman inilah yang dalam kisah-kisah lama di
Bima disebut dengan Zaman Ncuhi Ro Naka. Pada masa
itu diduga sudah ada kelompok-kelompok masyarakat
yang hidup menetap dipimpin para Ncuhi, mereka sudah
mengenal bercocok tanam dan memelihara binatang
ternak. Dalam Bo Kesultanan Bima, masa itu disebut
“sawati pu wara londo na sia sangaji, na wa’ura wara dou
labo dana’, artinya sebelum turunnya sangaji sudah ada
orang dengan tanahnya. Bahasa Bima mengartikan
Ncuhi sebagai asal usul kehidupan atau suri asal-usul
pertumbuhan. “Ncuhi ededu Dumu ma dou, ina mpuuna ba
weki ma rimpa, di siri wea nggawona, di batu wea lelena”
artinya Ncuhi adalah pemimpin, cikal bakal kita, tempat
kita berlindung, harus kita turuti segala perintahnya.2
1
Adalah Situs kompleks megalitik yang di Desa Batu Tering
Kecamatan Moyo Hulu Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat
merupakan salah satu tempat yang digunakan untuk menyimpan jenazah
atau kuburan batu, Sarfogus Ai Renung pada masanya kemungkinan
digunakan untuk menguburkan seseorang yang memiliki status sosial yang
cukup tinggi terlihat dari banyaknya hiasan-hiasan atau pahatan yang ada
di sekeliling sarfogus.
2
Abdullah, Abdul Gani, Peradilan Agama Dalam Pemerintahan Islam di
Kesultanan Bima (1947-1957). Mataram : Lengge, 2004, 78
18
Bima Sebelum Islam
3
J.G de Casparis, ‘Some Notes on Ancient Bima”, Archipel 56 (Vol. I),
1998, 465.
19
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
4
Henri Chambert-Loir, Nasakah Dan Dokumen Nusantara III, Syair
Kerajaan Bima. Lembaga Penelitian Perancis Untuk Timur Jauh . Jakarta-
Bandung, 1982 : 12.
5
Perjanjian ini sering juga disebut Bongaja) adalah perjanjian
perdamaian yang ditandatangani pada tanggal 18 November 1667 di
Bungaya antara kesultanan Gowa yang diwakili oleh Sultan Hasanuddin
dan pihak VOC yang diwakili oleh Laksamana Cornelis Spellman meski
disebut perjanjian perdamaian, isi sebenarnya adalah deklarasi kekalahan
Gowa dari VOC (kompeni) serta pengesahan monopoli oleh VOC untuk
perdagangan sejumlah barang di pelabuhan Makasar (yang dikuasai Gowa)
20
Bima Sebelum Islam
6
Henri Chamber-Loir, Cerita Asal Bangsa Jin Dan Segala Dewa –
Dewa.. Bandung : Penerbit Angkasa dan Ecole Francaise D”Extreme –
Orient, 1985 :11
7
Pada tahun 1910 di Kampung Padende, Kecamatan Donggo,
Kabupaten Bima telah ditemukan batu bersurat, (orang Bima menyebutnya
Wadu Tunti) dengan tulisan dan bahasa Jawa Kuno, temuan tersebut
telah dilaporkan oleh G.P. Rouffaer dan F.H. van Naerrssen. (Periksa :
G.P. Rouffaer, “Oudjavaansche Inscriptie van Soembawa”, Notulen Bataviaasch
Genootschap, 48, 1910 : 110-113; F.H. van Naerssen, “Hindoejavaansche
Overblijfselen op Soembawa”, Tijdschrift van het Koninklijk Nederlandsch
Aardrijkskundig Genootschap, LV, 1938 : 101) Kemudian terhadap Prasasti
ini dilakukan penelitian oleh M.M. Soekarto Karto Atmojo salah seorang
ahli epigrafi Indonesia yang membacanya pada tahun 1983. Menurutnya
21
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
A. Masa Prasejarah
Kehidupan zaman prasejarah di Bima dan daerah
sekitarnya dapat direkonstruksi melalui tinggalan
arkeologi prasejarah, maupun data etnografi. Di tepi
pantai di wilayah Kecamatan Wera, Kabupaten Bima
terdapat sejumlah gua (lorong besar pada gunung)
yang diperkirakan dahulu adalah tempat pemukiman
manusia prasejarah. Sayang sekali di tempat itu belum
Prasasti ini terdiri dari 10 Baris, sebagian aksara telah aus dan pecah-pecah,
prasasti ini menggunakan bahwa Jawa Kuno yang telah tercampur dengan
bahasa lokal, selain itu terdapat relief orang sedang duduk dihadap oleh
seekor harimau. Menurutnya dalam prasasti ini dinyatakan bahwa isi pokok
Prasasti Wadu Tunti adalah perihal raja yang bernama Sang Aji Sapalu
yang bertahta di Kerajaan Sapalu, Sang Aji telah hilang rupanya setelah
terjadi peperangan. (Periksa : M.M.. Soekarto Karto Atmodjo,”Beberapa
Temuan Prasasti Baru Di Indonesia,” Berkala Arkeologi Tahun XIV –Edisi
Khusus, 1994 : 1-5). Pada tahun 1982 ditemukan prasasti Jawa Kuno di
Watu Paa (Watu Pahat) tetapi sampai sekarang prasasti tersebut belum
dapat dibaca. (Periksa : Henri Chambert-Loir, Naskah Dan Dokumen
Nusantara V,, Cerita Asal bangsa Jin Dan Segala Dewa-Dewa. Bandung :
Penerbit Angkasa dan Ecole francaise D’extreme-Orient, Bandung, 1985 :
50-51)
22
Bima Sebelum Islam
8
Anonim, Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat. Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan , Pusat Penelitian Sejarah Dan Budaya, Proyek
Penelitian dan Pencatatan Kabudayaan Daerah 1977/78 :
23
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
9
D.D. Bintarti, “Sistem Penguburan dan Tradisi Prasejarah di Kabupaten
Bima dan Dompu”, EHPA, 1985: 9-13.
10
Menurut van der Hoop, jumlah nekara perunggu tersebut ada
enam (bukan lima), tiga diantarnya mempunyai nama, yaitu ; Makalamau,
Waisarinci dan Saritasangi. (Periksa : A.N.J. van der Hoop, Catalogus der
Praehistorische verzammeling van het Bataviaatsch Genootschap. Bandung :,
Nix & Co, 1949 :213-222; Henri Chamber-Loir, Kerajaan Bima dalam Sastra
dan Sejarah. Jakarta: Kepustakaan Popular Gramedia, Ecole francaise
d’Extreme-Orient, 2004 : 239)
24
Bima Sebelum Islam
25
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
11
H.R.van Heekeren, Penghidupan Zaman Prasedjarah Di Indonesia.
Terjemahan Moh. Amir Sutaarga. Jakarta : Lembaga Kebudayaan Indonesia,
1955: 70-71.
12
A.J. Bernet Kempers, Ancient Indonesian Art.C.P.J.Van Der Peet
Amsterdam, MCMLIX : 30.
26
Bima Sebelum Islam
13
H.R.Van Heekeren, op.cit.:71
14
Loc. cit.
15
A.J. Bernet Kempers, op.cit. : 30
16
H. Zollinger, “ A Visit to The Mountainers, Do Dongo in The Country of
Bima”, JIAEA, VOl. II, No: XI, November, 1948 : 687-694. Periksa juga H.
Zollinger, “Verslag van een reis naar Bima en Soembawa en naar eenige Plaatsen
op Celebes, Saleir en Flores gedurende de maanden Mei tot December 1847”,
VBG. . XXIII, 1850 : 50-51)
27
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
28
Bima Sebelum Islam
29
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
18
Penelitian terhadap makam Padende dilaksanakan pada bulan
Agustus 1979 oleh tim peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional
(Puslit Arkenas) Balai Arkeologi (Bali), Denpasar, dimana penulis terlibat
di dalamnya sebagai anggota tim. Selain makam ini dikaitkan dengan
tokoh Gajah Mada, diperoleh informasi dari Juru Kunci pada waktu itu
(Bapak H. Yasim) bahwa makam ini mengandung tengkorak atau rangka
manusia.Namun ketika tutup makam (batu plat) diangkat dan juru kunci
terjun kedalam lubang kubur, seketika itu juga dia kerasukan (intrans)
sehingga penelitian urung dilanjutkan untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan.
19
Uka Tjandrasasmita (editor), Sejarah Nasional Indonesia III.Jaman
Pertumbuhan Dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia.
Jakarta : Depertemen Pendidikan Dan Kebudayaan, PN. Balai Pustaka,
1984 : 311.
30
Bima Sebelum Islam
20
Loc.cit.
21
Sebagai contoh Kerajaan Goa pada awalnya merupakan bentuk
konfederasi dari sembilan wilayah Galarang, yaitu : Tombolo, Lakiung,
Saumata, Parang-Parang, Data, Agangjene, Bisei, Kaliung dan Sero,
kemudian menjadi satu kesatuan pemerintahan berbentuk kerajaan dengan
mengangkat dan menobatkan tokoh awal yang diberi predikat Tomanurung
sebagai raja pertama. (Periksa : Abd.Razak Daeng Paturu, Sejarah Goa.
Ujungpandang : Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan, 1983 : 1; Mukhlis
P. (et.al.), Sejarah Kebudayaan Sulawesi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan , Ditjenbud, Direktorat Jarahnitra, Proyek IDSN, 1995 : 52-53)
22
M.A. Bouman, “De Bimaneesche Sultansverhefing”, KT, 14, 1925 :
710-717.
31
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
32
Bima Sebelum Islam
24
Michael Hitcchcock, “ The Bimanese Kris ; Aesthetics and Social
Value”, BKI, 142, 1987 134
25
Helius Sjamsuddin, Tokoh Sang Bima, Mitos atau Realitas . (Sejarah
Mentalitas Masyarakat Tradisional Bima-Dompu).. Makalah untuk Kongres
Nasional Sejarah Tahun 1996, Jakarta, 12-15 November 1996 : 7-8.
33
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
34
Bima Sebelum Islam
B. Masa Hindu-Budha
Keberadaan pengaruh Hindu, baik agama Hindu
maupun agama Budha di Bima dan sekitarnya
tidak diragukan lagi, karena didukung oleh sumber
tertulis maupun data arkeologi. Permasalahannya
adalah sejak kapan pengaruh Hindu itu muncul dan
apakah kerajaan Bima yang didirikan oleh Sang Bima
merupakan kerajaan berdaulat atau sebuah negara
vazal (taklukan) dari kerajaan-kerajaan Hindu -Jawa
belum dapat dipastikan meskipun data tertulis dan
bukti arkeologi memberikan indikasi adanya hubungan
Bima dengan Jawa.
Dalam sumber Cina, Chu-fan-chi yang ditulis
oleh Chou-ju-kua, pada tahun 1225 disebutkan bahwa
diantara 15 daerah yang menjadi kekuasaan Cho-
po disebutkan nama Ta-kang, yang diduga berlokasi
di pulau Sumbawa, Flores atau Sumba. Jika Cho-po
identik dengan Jawa maka tentunya kerajaan yang
berkuasa di Cho-po pada waktu itu adalah kerajaan
Kadiri. F.H. van Naersen26 berasumsi bahwa Kadiri
merupakan sebuah kerajaan maritim karena di
dalam salah satu prasastinya yang berangka tahun
1181 M. disebut nama Senapati Sarwajala, seorang
pejabat (panglima) yang berhubungan dengan tugas-
26
F.H. van Naerssen, op.cit. : 91-92
35
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
27
Th. Pigeaud, Java in The Fourteenthe Century Vol. I.Javanese Texs in
Transcription. Koninklijk Instituut voor Taal, Land en Volkenkunde, The
Hague Martinus Nijhoff, 1960 : 17.
36
Bima Sebelum Islam
28
G. Kuperus, “De Madjapahitsche Onderhoorigheid Seran”, Tijdschrift
van het Koninklijk Nederlandsch Aardrijkskundige Genootschap, LIX, 1942 :
771-774;C.C.F.M.Le Roux, “De Madjapahitsche Onderhoorigheden Hutan
Kadali en Gurun en de Oude naam voor her Eiland Flores,” Tijdschrijt van
het Koninklijk Nederlandsch Aardrijkskundige Genootschap, LX, 1943 : 915-
927.
29
F.H. van Naerssen, op.cit .: 90-99.
37
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
30
Adapun isi lengkapnya surat perjanjian tersbut adalah sebagai
berikut (alih aksara) Hijratun Nabi kita Muhammad Saw. sanah 1294
tahun permulaan pada lima belas hari bulan Dzul Qaidah pada hari Isnain
jam pukul tujuh tatkala itulah Duli hadirat paduka yang dipertuan kita
Sri Sultan Bima ismuhu Abdul Aziz ibnu paduka yang dipertuan kita Sri
Sultan Abdullah Raja Ma Wa’a Adil yang menyuruh juru tulis istana
yang tua bergelar Bumi Parise Mbojo yang bernama Abdurrahman akan
membaharui dan menta’kidkan perjanjian serta bersumpahi peninggalan
raja2 almarhum yang turun di tanah Bima kedua bersaudara, seorang
yang bernama Indra Kemala dan seorang yang bernama Indra Jamrut .
Raja yang kedua itu yang empunya perjanjian dan bersumpahnya dengan
Ncuhi Dara dengan anak raja yang kedua, maka serta lalu Maharaja
Indra Jamrut pun bertitah kepada Ncuhi Dara itu serta memberikan keris
yang berhulukan besi dengan satu surat azimat kepada Ncuhi Dara akan
menaruh tanda mengaku bapanya kepada Ncuhi Dara itu beserta dengan
mendirikan sumpah kepada bapanya Ncuhi Dara itu yang tetap mutalazim
sampai turun temurun yang tiada boleh berubah2 selama-lamanya. Pertama
tiada boleh diambilkan anak cucunya yang perempuan yang menjadi
dayan2 didalam istana Duli paduka yang dipertuan kita Sri Sultan dan
tiada boleh diambil oleh adat tanah Bima daripada kuda dan kerbaunya dan
kambingnya dan hayamnya dan barang sebagainya daripada pekerjaan adat.
Demikianlah tiada boleh disuruh menyuruh daripada tempat yang
38
Bima Sebelum Islam
39
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
40
Bima Sebelum Islam
32
Selain epigrafi ada ilmu ikonografi yang juga termasuk dalam
kategori arkeologi. Ikonografi berasal dari bahasa Yunani Kuno yang artinya
ilmu yang mempelajari tentang sejarah seni baik itu dengan melakukan
identifikasi, deskrispi dan interpretasi isi gambar, juga bermakna sebagai
ilmu yang mempelajari teknik dan cara pembuatan arca atau patung dari
zaman prasejarah hingga zaman sejarah.
33
Van der Hoop, op.cit, 1949 : 98-99 ; Hitchock , op.cit : 1987 : 134
41
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
34
H, Zollinger, op.cit., 1850 : 138; Henri Chamber-loir, op. cit. : 2004 :
61
Loc.cit. Periksa juga : J. Noorduyn, “Bima en Soembawa , Bijdragen
35
42
Bima Sebelum Islam
36
Arca ini digambarkan dalam posisi duduk bersila di atas padmasana,
tinggi 79,5 cm, berkepala tiga dan bertangan empat, tidak jelas apa yang
dipegangnya, tapi secara samar-samar terlihat tangan kanan belakang
memegang tasbih (aksamala) Dalam Catalogus Groenevelt diidentifikasi
sebagai arca Trimuti, tetapi F.H. van Naerssen mengidentifikasinya sebagai
arca Mahesamurti karena laksananya tidak menggambarkan ketiga aspek
dewa Trimurti (Brahma, Wisnu dan Syiwa) , tetapi ketiga kepalanya
(mukanya) menggambarkan Syiwa.
37
Arca ini digambarkan dalam posisi berdiri, tingginya 69 Cm.
38
F.H. van Naerssen, op.cit., 97.
39
Keberadaan nisan lingga itu pernah disurvai oleh Tim Peneliti dari
Pusat Penelitian Arkeologis Nasional, pada bulan Agustus tahun 1979,
dimana penulis termasuk di dalamnya sebagai anggota Tim..
43
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
40
F.H. van Naerssen, op.cit.: 95.
41
Periksa ; Rouffaer,”Oud-Javaansche incriptie in Soembawa”, NBG ,
48, 1910 : 110-113.
42
F.H van Naersen, Op.cit.: 90-100.:
44
Bima Sebelum Islam
43
J.G de Casparis.op.cit : 466
44
J.G. de Casparis menghubungkan nama Sapalu dengan Desa Pali di
sudut Teluk Bima, lokasinya hanya beberapa mil dari Wadu Tunti.
45
M.M. Soekarto K. Atmodjo, op.cit.: 1-5
45
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
46
F.H van Naerssen, op.cit., : 90-100.
47
Loc.cit.
46
Bima Sebelum Islam
48
M.M. Soekarto K. Atmodjo, op.cit :1-5
47
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
48
Bima Sebelum Islam
49
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
“Wahai ketahuilah,
Kalian yang melewati (kawasan ini), (bahwa) dia yang
telah berani memerintahkan untuk menghilangkan api
dan melontarkannya sehingga meluputkan warga desa
(dari ancamanya). Dia ini yang menghilangkan (api
itu) adalah sang Aji Sapalu yang menyiramkan air
setelah kedatanganya di Sapalu. Bekal untuk pergi ke
angkasa (dialah) yang mengatur para pengikut Sang Aji
Sapalu”.
50
Bima Sebelum Islam
49
Hadi Wijono Harun, Agama Hindu dan Budha, Jakarta, BPK,
Gunung Mulia 1982. 97
51
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
52
Bima Sebelum Islam
53
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
51
Endang Sh. Soekatno, “Watu Paa. Sebuah Pemujaan di Tepi Pantai
“, Saraswati, Esai-esai Arkeologi, Kalpataru, Majalah Arkeologi NO; 9, 1990 :
206-213.
52
Bambang Budi Utomo, Kalimantan Barat Dan Sumbawa
Dalam Perspektif Arkeologi Dan Sejarah. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Arkeologi Nasional, Badan Pengembangan Sumber Daya
Kebudayaan Dan Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,
2007.
54
Bima Sebelum Islam
55
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
53
J.G de Casparis, op.cit : 467-468.
56
Bima Sebelum Islam
54
Pendapat Soekmono dikutif oleh Endang Sh, Soekatno, dalam
artikelnya berjudul, “ Watu Paa, Sebuah Pemujaan di Tepi Pantai “, dalam :
Saraswati, Esai-Esai Arkeologi, Kalpataru Majalah Arkeologi , No: 9, Th. 1990
: 211. “
57
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
55
F.H van Naerssen, op. cit. : 94.
56
E. Utrecht, Sejarah Hukum Internasional di Bali dan Lombok
(Percobaan Sebuah Studi Hukum Internasional Regional di Indonesia). Sumur
Bandung, 1962 :89.
58
Bima Sebelum Islam
57
Lihat catatan kaki No :44.
59
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
60
Bab III
Bima sebagai Pusat
Penyebaran Islam
61
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
62
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
1. Keadaan politik
Dibandingkan dengan daerah-daerah lain
di Indonesia, baik di Pulau Jawa maupun Pulau
Sumatera, maka Bima termasuk daerah yang terlambat
menerima pengaruh Islam. Di Sumatera, misalnya,
sudah mendapat pengaruh Islam pada sekitar abad 6-7
M, sedangkan Bima baru mendapat pengaruh Islam
pada sekitar abad 17 M. Kedatangan Islam di beberapa
daerah di Indonesia tidaklah bersamaan. Kerajaan-
kerajaan dan daerah-daerah yang didatangi Islam
pun mempunyai satuan politik dan sosial budaya serta
kepercayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, sebelum
membicarakan tentang faktor-faktor yang mendorong
masuknya Islam ke Bima, maka akan diketengahkan
dahulu tentang situasi politik yang berhubungan
dengan Kerajaan Bima menjelang masuknya Islam.
Keadaan politik tersebut dapat dibagi menjadi dua
keadaan, yaitu keadaan politik luar dan (luar negeri)
dan keadaan politik dalam istana itu sendiri (politik
dalam negeri).
Yang dimaksud dengan situasi di luar Kerajaan
Bima di sini, terutama situasi politik perdagangan dan
pelayaran di lingkungan Kerajaan Gowa/Makassar
pada sekitar abad XV M. Sebab Kerajaan Gowa dapat
diduga sebagai sumber atau asal agama Islam yang
masuk Bima. Jauh sebelum pelayaran orang-orang
63
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
1
Soeroto, Indonesia di Tengah-Tengah Dunia dari Abad Ke Abad, Jilid
III (Jakarta : Djembatan, 1965), 202
64
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
2
Sagimun MD, Sultan Salahuddin Melawan VOC (Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1975), 72
3
Bunyi suratnya sebagaimana yang tercatat di dalam Bo “Bahwa
inilah warkat yang tulus ikhlas yang terbit dari hati yang hening jernih,
yang ditujukan kepada adinda raja yang mempunyai tahta atas tanah Bima,
dengan segenap daerah taklukannya. Kakanda memperingatkan adinda
supaya jangan mempercayai orang-orang Belanda. Dan perjanjian adinda
dengan orang-orang Belanda mendatangkan perpisahan dan permusuhan
65
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
66
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
67
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
4
Peristiwa ini dicatat dalam “BO”: “Maka didengarlah oleh tuan kita
yang empunya Asi Peka, disuruhlah Bumi Luma akan membawa perburuan
di Mpori Wera itu, maka disuruhlah sekalian orang banyak itu, maka
dibakar rumput itu, maka hilanglah tuan kita pada ketika itu”.
68
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
69
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
2. Keadaan Sosial
Penduduk Indonesia terdiri dari beraneka ragam
suku bangsa. Masing-masing suku mempunyai
organisasi pemerintahan dan struktur sosial budaya
yang berbeda-beda. Masyarakat yang hidup dan
70
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
71
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
3. Kepercayaan Masyarakat
Bima sudah didiami oleh penduduk jauh sebelum
masa Ncuhi dengan ditemukannya benda-benda
peninggalan pra sejarah itu dapat berbentuk alat-alat
dari batu, tempat-tempat pemujaan, peninggalan-
peninggalan, kuburan-kuburan, purba dan lain-lain.
Misalnya di pegunungan Doro Nocu Kecamatan Sape
72
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
73
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
74
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
75
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
76
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
77
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
78
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
79
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
80
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
5
C Snouck Hurgronje, 1973 Islam di Hindia Belanda. Diterjemahkan
oleh S, Gunawan. Jakarta. Bharata.
6
Periksa J.P. Moquette 1912 “ De Grafteen te Pase en Grise Vergeleken
met dergelijke monumenten unit Hindostan. TGB. Liv h. 563-548
81
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
7
Claude Guilon dan Ludvik Kalus telah meneliti sejumlah inspeksi
pada nisan kubur Samudra Pasai yang dikenal sebagai nisan/makam
Cambay berangka tahun 812 H/1409, 813 H/1410 M, 816 H/1413, 829
H/1425 M, 833 H/1429., 834 H/1430 M. (lihat Claude Guilot dan Ludvik
Kalus 2008., Les Moments Funeraise Et I’ Histoire Du Sultanat De Pasai A
Sumatra, Paris : Cahier d’ Arehipel, 37, 2008
8
Baca risalah Seminar Sedjarah Masuknya Islam ke Indonesia.
Diterbitkan oleh panitia Seminar Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia (tt)
S. Ibrahim Buchari 1971. Sedjarah Masuknya Islam dan Proses Islamisasi,
Paris : Cahier d’ Archipel, 37 2008)
82
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
83
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
84
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
9
Henri Chamber-Loir (penyunting) 1982. Naskah dan Dokumen
Nusantara III, Syair Kerajaan Bima. Jakarta-Bandung EFEO. H. 12
85
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
10
H. Zollingger. 1826. “Versiag van een reis naar Bima en Soembawa en
naar eenige platsen op celebes, saleier en Flores gedurende de gesloten meet het
landshap Bima op den 20 sten October 1890. Aan de regering ingediend door
den Gouverneur van Celebes en Onderhoorigheden“. TBG h. 228
86
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
87
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
88
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
12
J. Noorduyn 1987. 1987. “ Bima en Sumbawa, Bijdragen tot de
Geschiedenis van de Sultanaten Bima en Soembawa door A. Ligtvoet en G.P.
Rouffaer. ‘’ VKI., 129 Foris Publications Dordrech Holland / Providedense,
h. 90-91
89
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
13
Helius Syamsuddin 1980. “ The Coming Of Islam and The Rose of
The Malaya as Middelman on Bima, “ Papers of Dutch –Indonesian Historical
Conference Held at Logevuursche, the Nederlands, 23-27 Juni, h. 293-298
90
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
91
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
92
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
93
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
94
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
95
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
14
J. Noorduyn, Bima end Sumbawa…..330-331
96
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
97
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
98
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
99
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
100
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
101
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
102
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
103
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
104
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
105
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
106
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
1. Datuk ri Bandang
Datuk Ri Bandang bernama asli Abdul Makmur
dengan gelar Khatib Tunggal adalah seorang ulama
dari Kota Tengah Minangkabau yang menyebarkan
Islam ke kerajaan-kerajaan di wilayah timur nusantara
antara lain, Kerajaan Luwu, Kerajaan Gowa, Kerajaan
Tallo, Kerajaan Gantarang, Kerajaan Kutai serta
Kerajaan Bima. Datuk Ri bandang bersama dua orang
saudaranya yang juga ulama, yaitu Datuk Patimang
yang bernama asli Datuk Sulaiman dengan gelar
khatib sulung dan Datuk ri Tiro yang bernama asli
Nurdin Ariyani dengan gelar Khatib Bungsu dan
seorang temannya, Tuan Tunggang Parangan,
melaksanakan syiar Islam sejak kedatangannya pada
penghujung abad ke 16 hingga akhir hayatnya ke
107
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
108
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
2. Datuk ri Tiro
Datuk Ri Tiro bernama asli Nurdin Ariyani
Abdul Jawad dengan gelar khatib bungsu adalah
seorang ulama dari Kota Tengah Minangkabau
yang menyebarkan agama Islam ke kerajaan-kerjaan
di Sulawesi Selatan serta kerajaan Bima di Nusa
Tenggara, sejak kedatanganya pada penghujung
abad ke 16 hingga akhir hayatnya, beliau bersama
dua orang saudaranya yang juga ulama, yaitu Datuk
Pattimang yang bernama asli datuk Sulaiman dan
bergelar khatib sulung serta Datuk Ri Bandang, yang
bernama asli Abdul Makmur dengan gelar khatib
tunggal menyebarkan Islam ke kerajaan-kerajaan yang
ada di wilayah timur Nusantara pada masa itu.
Datuk Ri Tiro bersama dua saudaranya
menyebarkan agama Islam di Wilayah Sulawesi
Selatan dengan menyesuaikan keahlian yang mereka
miliki masing-masing dengan situasi dan kondisi
masyarakat yang akan mereka hadapi. Datuk ri Tiro
109
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
110
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
111
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
112
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
113
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
114
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
115
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
116
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
117
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
118
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
119
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
Madrasah Ibtida’iyah
15. Karumbu Wawo 1-7-1946
Karumbu Wawo
120
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
121
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
122
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
123
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
15
Di sadur dari Disertasi DR. Hj. Maryam R. Salahuddin, SH, tentang
Hukum Adat Tanah Bima sebagai sumber Kesultanan Bima.
124
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
125
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
126
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
127
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
128
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
129
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
130
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
131
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
132
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
133
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
134
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
1. Pasal 1 :
Sebagai lagi jika ada pun sama sendirinya
diambilnya yang tiada patut hendaklah
dikembalikannya semuanya bahwa jangan sekali
kali diumpamakan dirinya seperti Raja yang
Kerajaan. Ini sesuai dengan firman Allah dalam Al
Qur’an Surat An - Nisaa : 29
135
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
2. Pasasl 2 :
Sebagai lagi, hal orang yang bicara itu jikalau ada
orang yang dibicaranya jangan dengan gusarnya
dan jangan dengan laparnya bergurahnya dan
jangan ada orang dikasihinya dan jangan ada
orang digusarinya dan jangan ada ibu bapaknya
dan jangan ada anak saudaranya. Ini sesuai dengan
firman Allah Swt di dalam Al Qur’an Surat An -
Nisa :58,
136
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
3. Pasal 3 :
Sebagai lagi seperti hamba orang jangan sekali-
kali diberi berhutang dengan tiada setahu tuannya,
jika hamba dalam rumahnya. Jika hamba di luar
boleh juga diberi hutang tetapi jikalau ditagih
tiada boleh dikerasi oleh orang yang empunya
harta itu dari pada takut lari atau mengamu hamba
orang itu. Sesuai dengan firman Allah Swt dalam
Al-Qur’an Surat Al-Nisaa: 36,
٣٦
137
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
138
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
16
Budaknya (?)
139
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
140
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
17
Judul dalam pias kanan: “Alamat orang berhutang.”
141
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
142
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
143
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
144
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
18
Soeddjito, 1991, Tranformasi Sosial Menuju Masyarakat Industri,
Yogyakarta : Tiara Wacana, hal. 28
145
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
19
Mohtar Kusumaatmadja, 1999. Pengantar Ilmu Hukum, Buku I
Bandung: Alumni, hal 16
146
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
147
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
148
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
149
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
150
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
1. Adat Perkawinan
Pada umumnya, perkawinan di Bima
dilangsungkan setelah musim panen. Juga pada
bulan-bulan yang bersejarah menurut agama Islam,
misalnya: bulan Maulud, Rajab, dan Zulhijjah.
Adanya pemilihan bulan-bulan tersebut terletak pada
faktor ekonomis, yaitu ketepatan pada bulan-bulan
tersebut terjadi musim panen. Dasar pertimbangan
mereka tersebut terletak pada faktor ekonomi,
di mana sebelum bulan Zulqaidah mereka baru
saja mengadakan perayaan-perayaan sehingga
perekonomian menipis dan dalam menghadapi hari
raya Qurban mereka juga memerlukan persiapan-
persiapan seperlunya. Masyarakat Bima mengenal
151
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
152
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
153
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
154
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
155
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
2. Upacara Khitanan
Pada masa anak-anak baik laki-laki maupun
perempuan, yang sudah mencapai usia enam
sampai tujuh tahun, di kalangan masyarakat Bima
diselenggarakan khitanan. Kebiasaan ini di Bima
disebut Suna Ro Ndoso. Bagi anak laki-laki yang
dikhitan dikenakan pakaian adat, seperti pakaian
kebesaran pejabat-pejabat adat Kerajaan Bima, yaitu
bercelana panjang ala potongan Aceh, songkok
bundar bersulaman benang emas, atau perak, yang
lebih dikenal dengan Binggi Masa (bahasa Bima)
dengan kalungan Kawiri (bahasa Bima) tanpa berbaju
dan memakai keris, di kedua kakinya dikenakan Jima
(bahasa Bima), yaitu gelang. Khususnya anak-anak
perempuan memakai baju kurung ala baju Bodo
seperti daerah Makassar, bersulamkan benang emas
atau perak. Deretan kegiatan acara khitan yang
umumnya berlaku di Bima, berlangsung selama dua
hari, yaitu Acara kapanca (bahasa Bima), di mana
pada hari pertama dilakukan pada malam hari, sama
halnya dengan kapanca pada acara penganten. Compo
sampari (bahasa Bima). Compo artinya menyarungkan;
156
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
157
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
158
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
159
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
160
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
4. Kesenian
Pada zaman kesultanan Islam Bima dahulu acara
kesenian diadakan secara besar-besaran, terutama
dalam rangka merayakan Maulid Nabi Muhammad
161
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
162
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
5. Pakaian
Di kalangan masyarakat Bima dijumpai pakaian
yang bersifat yang spesifik yang merupakan cara
berpakaian yang umum bagi mereka dewasa ini.
Pakaian tersebut cukup populer dengan nama “Rimpu”.
Rimpu ialah berpakaian khusus bagi wanita Bima,
jika hendak ke pasar, melihat keramaian pertunjukan
pada malam hari. Pakaian “Rimpu” ini terdiri dari dua
lembar “Tembe Nggoli” (bahasa Bima), yang artinya
sarung Nggoli atau lainnya di mana perempuan Bima
hanya diperbolehkan untuk memperlihatkan sebagian
kecil mukanya (mata). Rimpu itu merupakan pengaruh
dari Islam yang menggambarkan bagaimana wanita-
wanita itu tidak boleh membuka auratnya baik di
163
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
164
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
165
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
6. Hanta Ua Pua
Upacara Adat Hanta Ua Pua merupakan warisan
turun-temurun budaya Islam selama berabad-abad.
Dalam perkembangan sejarah Bima, Upacara Adat
Hanta Ua Pua dilaksanakan pertama kali pada masa
pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin, Sultan
Bima kedua (1640-1682 M). Sejak saat itu, Upacara
166
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
167
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
168
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
169
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
170
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
171
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
172
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
173
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
174
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
175
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
b. Bunga Dolu
Bunga Dolu terbuat dari telur ayam yang
dibungkus dengan kertas minyak beraneka warna.
Tangkainya terbuat dari kayu atau bambu sepanjang
30 cm dan ditancapkan pada wadah segi empat
panjang bersama sirih pinang dan kitab suci Al-Qur’an
di tengah-tengahnya. Bunga Doluyang berjumlah 99
itu melambangkan Asma’ul Husna dan Al-Qur’an
sebagai kitabullah. Benda inilah yang dikelilingi oleh
para penari.
176
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
177
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
e. Tari Lenggo
Tari Lenggo ada dua jenis yaitu Tari Lenggo
Melayu dan Lenggo Mbojo. Lenggo Melayu diciptakan
oleh salah seorang mubalig dari Pagaruyung,
Sumatera Barat, yang bernama Datuk Raja Lelo
pada tahun 1070 H. Tarian ini memang khusus
diciptakan untuk Upacara Adat Hanta Ua Pua dan
dipertunjukkan pertama kali di Oi Ule dalam rangka
memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw. Lenggo
Melayu juga dalam bahasa Bima disebut Lenggo
Mone karena Lenggo Melayu juga dibawakan oleh
empat orang remaja pria.Terinspirasi dari gerakan
Lenggo Melayu, setahun kemudian SultanAbdul
Khair Sirajuddin menciptakan Lenggo Mbojo yang
diperankan oleh empat orang penari perempuan.
Lenggo Mbojo disebut juga Lenggo Siwe Pada
perkembangan selanjutnya, perpaduan antara Lenggo
Melayu dan Lenggo Mbojo akhirnya dikenal dengan
Lenggo Ua Pua
178
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
g. Tari Sere
Iring-iringan Uma Lige disambut Tari Sere yang
mengantar Uma Lige sampai ke tangga istana. Tari
Sere adalah sejenis tari perang dimainkan oleh enam
orang penari bersama bintara Kesultanan Bima yang
disebut “Bumi Sumpi” sebagai tanda terjaminnya
keamanan dan ketertiban jalannya Upacara Hanta
Ua Pua. Sambil memegang tombak, para penari Sere
mengacungkan tombak dan melangkah menuju tangga
istana yang diiringi musik tambur dan silu.
179
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
cicit Mpu Baradah berimigrasi ke Bali pada masa Raja Batu Renggong
berkuasa di Gelgel. Dia melakukan dharmayatra ke seluruh Bali, Lombok
dan Sumbawa untuk menyebarkan agama Hindu. Di Lombok ia dikenal
dengan Pangeran Sangupati, sedangkan di Sumbawa sebagai Tuan Semeru.
(Periksa : Ida Bagus Sidemen, ‘Dang Hyang Nirartha dan Kawangsan
di Bali,” dalam ; Seminar Sejarah Nasional V Subtema Penulisan Sejarah.
Depdikbud, Direktorat Jarahnitra, Proyek IDSN, Jakarta 1990 : 88-110)
180
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
21
F.H.van Naerssen, “Hindoejavaasche overblijfselen op Soembawa”,
TNAG, 55, 1938 :91.
22
J.V.Hills, “Chinese Navigatiors in Insulinde About A.D. 1500”,
Archipel 18, 1979 : 69-72.
181
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
23
Ibid.78
24
Ibid. 84-85
182
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
183
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
184
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
28
M.A.P. Meilink-Roelfsz, op. cit. :24.
29
Ibid. : 34.
185
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
186
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
32
dari 10.000 budak yang dibawa ke Batavia selama
dua dekade (1661-1682), 24 % di antaranya berasal
dari Bali. Demikian juga halnya dengan budak-
budak Indonesia di pelabuhan-pelabuhan VOC di
tempat-tempat lain di Nusantara dan Semenanjung
Harapan (Afrika) selama dekade terakhir abad ke-
17, budak-budak yang berasal dari Bali menempati
jumlah nomor dua setelah budak-budak dari Sulawesi.
Berkembangnya perdagangan budak di kawasan Nusa
Tenggara antara lain disebabkan meluasnya praktek
penculikan.
Kayu cendana sudah lama menjadi incaran
pedagng-pedagang cendana Portugis. Menurut Tome
Pires33 kayu sandal (cendana) banyak terdapat di
hutan-hutan di pulau Timor dan Sumba dan harganya
murah. Setiap tahun datang pedagang-pedagang dari
Jawa dan Malaka membeli kayu cendana untuk dijual
ke Malaka karena kayu ini dipergunakan oleh semua
bangsa. Di India kayu cendana dipergunakan sebagai
obat, parfum, dan berperan penting dalam upacara-
32
Anthony Reid, “Introduction :Slavery and Bondage in Southeast Asian
History”, dalam : Anthony Reid (Ed.), Slavery, Bondage and Dependency in
Southeast Asia.. University of Queensland Press,St. Lucia-London- New
York, 1983 : 30.
33
Armando Cortesao, The Suma Oriental of Tome Pires : An Account
of the East from Read Sea to Java , written in Malacca and India in 1511-
1644. Translated from Portugese MS in the Bibliotique de la chamber des
Deputtes, Paris and Edited by Armando Cortesao, London : The Hakluyt
Society, 1944 : 204
187
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
34
M.A.P. Meilink-Roelofsz, op.cit. : 87.
35
Ibid. : 86-87
188
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
36
Armando Cortesai, op. cit : 202
37
Ibid., 228. Periksa juga : Henri Chamber-Lois (penyunting), Kerajaan
Bima dalam Sastra dan Sejarah.Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,
Ecole francaise d’Extreme –Orient, 2004 : 237)
189
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
38
Armando Cortesao, op. cit : 203)
39
Ibid, : 220; Henri Chamber-Loir, 2004 : 227-28)
190
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
40
Ibid. : 203, M.A.P. Meilink-Roelofsz , op. cit. :86-87.
191
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
192
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
41
H. Siti Maryam R. Salahudin, Bandar Bima. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Ditjenbud, Direktorat Jarahnitra Bagian
Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1992/1993 : 6-7.
193
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
194
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
195
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
196
Bima sebagai Pusat Penyebaran Islam
197
Bab IV
Bima sebagai Pusat
Kekuasaan Islam
199
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
200
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
201
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
202
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
203
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
1
Lalu Mesir, Q. Abdullah. Bo (Suatu Himpunan Catatan Kuno Daerah
Bima), hal. 7 hal itu dapat juga dikaitkan dengan peranan bahasa Melayu
sebagai bahasa resmi di Nusantara pada kurun waktu abad ke 17-19 dan
sebagai bahasa resmi tidak hanya dipergunakan dalam kronik-kronik
perjanjian, tetapi juga dalam penulisan naskah.
204
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
205
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
206
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
207
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
208
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
209
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
210
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
211
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
212
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
213
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
214
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
215
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
216
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
217
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
218
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
219
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
220
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
221
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
222
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
223
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
224
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
225
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
226
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
227
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
228
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
229
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
230
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
231
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
3
Di kerajaan Gowa, Dewan Kerajaan semacam itu dikenal sebagai
Batte Salapang, sedangkan di Kerajaan Bone dengan nama: Arung Pitu
(Periksa: Mukhlis P., Sejarah Kebudayaan Sulawesi. Depdikbud, Ditjenbud,
Direktorat Jarahnitra, Proyek IDSN, 1995: 53)
4
Sri Wulan Rudjiati Mulyadi, op.cit.: 70
232
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
5
D. F. van Braam Morris, op. cit.: 213
233
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
6
M. Hilir Ismail, op.cit.: 51
234
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
235
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
7
Henry Chambert-Loir, Kerajaan Bima Dalam Sastra dan Sejarah.
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia - Ecole francaise d‘Extreme
Orient, 2004: 251-152; 305-330.
8
D.F. van Braam Morris, op.cit.: 116.
236
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
9
D.F. van Braam Morris, op.cit.: 116.
237
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
238
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
239
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
W. P h . C o l h a a s, “ B i d ra g e t o t d e k e n n i s va n h e t
10
M a g ga ra i s ch e Vo l k ( We s t - F l o r e s ) ” , T NAG 5 9 , 1 9 4 2 : 1 7 0
240
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
241
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
242
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
243
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
244
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
245
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
246
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
247
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
248
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
249
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
250
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
251
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
252
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
253
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
254
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
255
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
256
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
257
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
258
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
259
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
260
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
261
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
262
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
263
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
2. Makam Tolobali
Makam Tolobali berlokasi di tengah kota,
termasuk wilayah Kampung Tolobali, Kelurahan Sarae
Kecamatan RasanaE. Nama lain Makam Tolobali
adalah Makam Gili Panda. Lokasinya hanya beberapa
ratus meter di sebelah utara bekas istana Sultan
Bima dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua
dan roda empat, berbeda dengan makam Danatraha,
komplek makam tolobali merupakan pemakaman
umum sehingga masih dipergunakan sebagai tempat
pemakaman umum. Luas arealnya sekitar 12.800 m2
dengan ketinggian sekitar 3,5 meter di atas permukaan
264
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
265
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
266
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
267
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
268
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
269
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
270
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
271
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
272
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
273
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
274
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
d. Artefak/Benda Bergerak
Benda-benda bergerak kesultanan Bima saat
ini disimpan di dua tempat yaitu, Museum Asi
Mbojo dan Museum Samparaja. Menurut salah satu
sumber benda-benda peninggalan kesultanan Bima
tersebut sekitar 320 jenis termasuk di dalamnya
buku-buku catatan kerajaan Bima. Di Museum Asi
Mbojo disimpan sejumlah 36 keris kerajaan termasuk
keris Samparaja (Tatarapang Samparaja) dan keris
putra mahkota (Jena Teke). Keistimewaan keris-
keris kerajaan Bima ini terdapat pada hulu kerisnya
(Bima : taju) berbentuk patung manusia dalam posisi
duduk berjuntai, memakai tali kasta (upawita), kelat
275
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
276
Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam
277
Bab V
Kasultanan Bima dan
Pemerintah Kolonial
279
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
1
D.F. van Braam Morris, “Nota van Tolichting Behoerende bij het
Contract geslooten met het landschap Bima op den 20 sten October, aan de
Regeering ingediend door den Gouverneur van Celebes en Onderhoorigheden”,
TBG XXXV, 1890 : 200 ; L. Massir Q. Abdullah, Bo (Suatu Himppunan
Catatan Kuno daerah Bima). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ,
Proyek Pengembangan Permuseuman Nusa Tenggara Barat 1981/1982 :
22-23.
2
J. Noorduyn, “Makasar and the Islamization of Bima”, BKI, 142, 1987
: 330; Periksa juga :Dagh-Register 1631-1634:140; 174.
280
Kasultanan Bima dan Pemerintah Kolonial
3
J. Noorduyn, op.cit : 332. Tradisi orang Bima menyatakan bahwa
perjanjian yang dikukuhkan dengan sumpah itu dilaksanakan di suatu
tempat yang disebut Ncake, lokasinya di pegunungan di sebelah barat daya
Teluk Bima.
281
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
4
L. Massir Q . Abdullah, Bo (Suatu Himpunan Catatan Kuno Daerah
Bima),1981/1982 : 21-22; Henri Chamber-Loir,” Review of Abdullah
1981/1982 “, Archipel , 28, 1984 : 229-239; J. Noorduyn, op. cit. : :333.
5
Ibid., : 22.; J. Noorduyn, op.cit : 333-334.
282
Kasultanan Bima dan Pemerintah Kolonial
283
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
7
Siti Maryam R. Salahuddin, H. Bandar Bima. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan , Direktrat Jendral Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan
Nilai Tradisional, Bagian Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara
, 1992/1993: 20-24.
8
Ibid., ;6.
9
Henry Chamber-Loir, Hj. Siti Maryam R. Salahuddin, Bo Sangaji
Kai, Catatan Kerajaan Bima. Jakarta: Ecole francaise d’Extreme –Orient,
Yayasan Obor Indonesia, 1999 :326
284
Kasultanan Bima dan Pemerintah Kolonial
10
Tawalinuddin Haris, Naskah Studi Kelayakan Komplek Makam
Dantraha Dan Tolobali Bima, Nusa Tenggara Barat, Proyek Pemugaran Dan
Pemeliharaan Peninggalan Sejarah Dan Purbakala Nusa Tenggara Barat,
1983/1984 : 20
285
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
11
J. Noorduyn, “Makasar and the Islamization of Bima”, BKI., 143, 1987
: 331.
286
Kasultanan Bima dan Pemerintah Kolonial
287
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
13
J. E. Jasper,”Het Eiland Soembawa en Zijn Bevolking”, TBB, 34, 1908
: 64.
J. Noorduyn, op.cit. : 58-59
14
J.E. Jaser, op.cit : 71, Ada perbedaan jumlah pejabat Kompeni (fetor)
15
yang dicatat oleh H. Zollinger dengan J.E. Jasper maupun yang tercatat
dalam Bo. Menurut Zollinger jumlah pejabat Kompeni dari 1687 sampai
1890 hanya 37, menurut Jasper 59 orang, sedangkan menurut sumber lokal
(Bo) ada 60 orang fetor, 13 di antaranya meninggal di Bima.
288
Kasultanan Bima dan Pemerintah Kolonial
16
Ibid. : 73-74.
289
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
290
Kasultanan Bima dan Pemerintah Kolonial
291
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
292
Kasultanan Bima dan Pemerintah Kolonial
293
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
294
Kasultanan Bima dan Pemerintah Kolonial
295
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
17
Henri Chamber-Loir, 1982, op.cit : 47
296
Kasultanan Bima dan Pemerintah Kolonial
18
Henri Chamber-Loir, Naskah dan Dokumen Nusantara III, Syair
Kerajaan Bima. EFEO, Jakarta-Bandung, 1982 : 215-216.
297
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
298
Kasultanan Bima dan Pemerintah Kolonial
299
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
300
Kasultanan Bima dan Pemerintah Kolonial
301
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
21
J. Noorduyn, op. cit : 336.
302
Kasultanan Bima dan Pemerintah Kolonial
22
Fotocopy ada pada penulis
303
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
23
Chambert-loir, “ State, City, Commerce : The Case of Bima”,
Indonesia, 57 (April 1994 :72-74
304
Kasultanan Bima dan Pemerintah Kolonial
24
Zollinger, H., op.cit. : 98, Chamber-Loir, op., cit.,;76
25
Ibid. : 79
305
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
306
Kasultanan Bima dan Pemerintah Kolonial
26
Henri Chamber-loir, op.cit : 79
27
J. Noorduyn, op.cit: 104.
307
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
308
Kasultanan Bima dan Pemerintah Kolonial
309
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
310
Kasultanan Bima dan Pemerintah Kolonial
28
Tidak tertutup kemungkin bahwa orang Bima sudah bisa membuat
(menempa) meriam dengan meniru meriam buatan Portugis atau Belanda.
Dalam masyarakat Bima dikenal kelompok masyarakat berdasarkan
keturunan (marga) dengan profesi tertentu yang disebut dari, misalnya:
dari Bedi (pengurus benteng dan meriam), dari Cendawa (tukang obat dan
obat mesiu), dari Ndede Besi (Pande Besi) dari Ndede Masa (tukang emas)
dan dari Owa (Pande Kuningan)
29
Henri- Chamber-Loir, op.cit ; 75, foto fig. 4 menggambarkan situasi
istana Bima permulaan abad ke-20, terlihat sederetan meriam sepanjang
tepi alun-alun .
311
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
30
Inskrisi tersebut berbunyi :1) “Me fecit I.Oudergge, Roterodame 1683”,
2).”Me fecit Michael, Everhard, Middelburg, Zeeland …..”, 3) Me fecit, c.:
en I. Seest, Amstelodam Anno 1788”, 4).(Periksa : J. Noorduyn, 1987 :op,
cit : 104)
31
Henri Chamber-Loir, op.cit. 1982 :41.
312
Bab VI
Penutup
313
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
M
embicarakan Bima dan kerajaannya tentu tidak
lepas dari berbagai fase, fase awal dimulai pada
era Bima sebelum Islam, yaitu masa Hindu-Budha.
Masa pra sejarah bisa direkonstruksi dari tradisi lisan
maupun catatan dari BO, dan juga bukti artefaktualnya
yang nyaris tak dijumpai, kecuali penemuan Sarkopagus
di komplek lesung batu di Rora, nekara di pulau Sangiang
dan menhir di Donggo. Temuan-temuan tersebut
membuktikan adanya kehidupan prasejarah di Bima,
dan juga menunjukkan adanya kehidupan prasejarah
di Bima dan juga menunjukan adanya interaksi Bima
dengan dunia luar karena ditemukannya nekara yang
diperkirakan bukan buatan asli tanah Bima.
Pada masa ini Bima dipimpin oleh para kepala
suku yang disebut dengan Ncuhi. Masa prasejarah
dengan para Ncuhinya ini kikis seiring datangnya
masa kepemimpinan “ Sang Bima” yang bercorak
keHinduan, tokoh legendaris ini memunculkan banyak
diksi dalam perbincangan sejarah Bima. Apakah
merupakan sosok legenda atau tokoh dari Majapahit
yang melakukan ekspansi politik dan budaya di
Bima. Pada masa pra Islam ini model kerajaan
mulai dikenal di Bima dengan raja yang disebut
dengan “Sangaji” yang terdiri dari para keturunan
Sang Bima. Data tertulis dan artefaktual banyak di
jumpai merekonstruksikan masa Hindu-Budha ini.
314
Penutup
315
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
316
Penutup
317
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
318
Daftar Pustaka
Abdullah, Messir Q., Bo (Suatu Himpunan Kuno Daerah
Bima). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Proyek Pengembangan Museum Nusa Tenggara
Barat, 1981/1982
Aliudin Mahyudin, Surat-surat dan Catatan Harian
Dari Kerajaan Bima. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan
Buku sastra Indonesia dan Daerah, 1983.
Anonim, Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Pusat
Penelitian Sejarah dan Budaya, Proyek Penelitian
dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, 1977/1978.
319
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
320
Daftar Pustaka
321
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
322
Daftar Pustaka
323
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
324
Daftar Pustaka
325
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
326
Daftar Pustaka
327
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
328
Daftar Singkatan
AAEI : Asosiasi Ahli Epigrafi Indonesia
BKI. : Bijdragen tot de Taal-, Land en Volkenkunde
DITJENBUD : Direktorat Jendral Kebudayaan
EHPA : Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi
ELS : Eropesche Lagere School
JARAHNITRA : Sejarah Dan Nilai Tradisional
HIS : Hollandsche Indische School
IAAI : Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia
IDSN : Inventarisasi Dokumentasi Sejarah Nasional
IMT : Indische Militair Tijdcschrift
JIAEA. : Journal of The Indian of Archipelago and The
Eastren Asia
KPM : Koninklijke Paketvaart Marchappij
KITV : Koninklijk Institut Voor Tall-Land en
Volkenkunde
329
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
330
Lampiran I
Daftar Gelar
dan Pangkat
331
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
332
Daftar Gelar dan Pangkat
333
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
334
Daftar Gelar dan Pangkat
335
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
Bumi Silu, pemain silu kerajaan; ada dua, yakni BS Bolo dan
Mbojo; mereka dibantu oleh dua peringkat adat lagi, yaitu
Jena Silu Mbojo dan Jena Silu Bolo.
Bumi Tente, pangkat menengah; anggota Sara Sara.
Bumi Tingincai, pangkat rendah di bawah Bumi Renda,
bertugas mencanangkan berita-berita darurat (menjaga
kebakaran, kebanjiran dan bahaya-bahaya lain); juga dengan
anak buahnya menjadi algojo.
Bumi Tonggorisa, pangkat menengah; anggota Sara Sara.
Bumi Waworada, pangkat menengah; anggota Sara Sara.
Cepeweki, pangkat rendah yang bertugas mengawasi tanah
pada suatu area.
Imam, anggota Sara Hukum.
Ina Ka’u, gelar anak perempuan dari bangsawan tinggi, yang
terlahir dari ayah bangsawan tinggi dan ibu sederajat atau
setidak-tidaknya bangsawan menengah; lih. Ama Ka’u.
Ince, nama panggilan (bukan gelar) dari orang keturunan
Melayu (Mly: Encik).
Jena, pangkat rendah; setiap Jena berada di bawah perintah
seorang Bumi.
Jena Jara Otutera, bintara pasukan berkuda; tugasnya
membuat tempat makanan kuda; waktu luangnya bertugas
menjaga istana.
Jena Luma, pembantu Bumi Luma dan kepala dari Sajena
Luma; ada dua yakni JL Bolo dan Mbojo; mereka anggota
Sara Tua.
336
Daftar Gelar dan Pangkat
337
KESULTANAN BIMA: Masa Pra Islam Sampai Masa Awal Kemerdekaan
338