BALANCE SCORECARD
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Akuntansi Manajemen.
Disusun Oleh:
PRIHATIN NINGSIH (301-15-11-067)
KELAS: 4 AKUNTANSI 2
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2017
BALANCE SCORECARD
A. Pengertian BSC
Balanced scorecard merupakan contoh sistem pengukuran kinerja. Balance scorecard
pertama kali diperkenalakan oleh Kaplan dan Norton. Ia menekankan keseimbangan antara
ukuran strategis dalam upaya mencapai keselarasan tujuan, sehingga mendorong bahwahan
untuk bertindak sesuai dengan tujuan perusahan. Balance scorecard merupakan alat dalam
memfokuskan organisasi meningkatkan komunikasi, menetapkan tujuan organisasi, dan
menyediakan umpan balik bagi manajemen.
Setiap ukuran dalam balance scorecard menekankan aspek strategis perusahaan. Dalam
membuat balance scorecard, eksekutif harus memilih seperangkat ukuran yang:
1. Menunjukkan faktor kritis secara akurat yang akan menentukan kesuksesan stragi
perusahaan.
2. Menunjukkan hubungan diantara ukuran individual sebagai penyebab; dan
3. Meyediakan pandangan yang lebih luas tentang status terkini perusahaan.
Balance scorecard menciptakan gabungan ukuran strategis; hasil dan ukuran pemicu,
ukuran keuangan dan non keuangan, dan ukuran internal dan eksternal.
Hasil dan Ukuran Pemicu. Ukuran menunjukkan hasil dari suatu strategi (pendapatan yang
meningkat atau kualitas yang membaik). Jumlah pendapatan yang meningkat adalah hasil
dari penerapan strategi yang berhasil. Ukuran ini merupakan indikator yang menunjukkan
kepada manajemen apa yang telah terjadi. Sebaliknya, ukuran pemicu adalah indikator
terdepan, yang menunjukkan kemanjuan bagian-bagian penting dari penerapan suatu strategi.
Ukuran Keuangan dan Non Keuangan. Organisasi telah mengembangkan sistem yang
sangat canggih untuk mengukur kinerja keuangan. Dengan menyadari pentingnya ukuran non
keuangan, banyak organisasi yang masih gagal memasukkan ukuran non keuangan ke dalam
kinerja manajemen puncak perusahan karena ukuran cenderung sedikit canggih daripada
ukuran keuangan dan manajemen puncak kurang akrab dengan penggunaan ukuran tersebut.
2
Empat Perspektif. Sistem pengukuran kinerja dengan balance scorecard akan membantu
manajer di dalam melihat bisnis dari empat perspektif, keuangan, pelanggan, proses bisnis
internal dan pertumbuhan dan pembelajaran. Berikut ini adalah penjelasan keempat
perspektif yang dihubungkan dengan sasaran strategi dan ukuran hasil.
1. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan menukur kinerja perusahaan dalam memperoleh laba dan nilai
pasar. Ukuran keuangan biasanya diwujudkan dalam profitabilitas, pertumbuhan dan
nilai pemegang saham. Alat ukur yang biasa digunakan adalah Return on Investment
dan Residual Income. Berikut ini adalah contoh penentuan sasaran strategi dan ukuran
hasil perspektif keuangan.
2. Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan ini diukur dari bagaimana perusahaan dapat memuaskan
pelanggan. Alat ukur yang biasa digunakan adalah market share, customer retention,
customer acquisition, customer satisfaction dan customer probability. Berikut ini
adalah contoh penentuan sasaran strategis dan ukuran hasil dari perspektif pelanggan.
3
Dalam perspektif ini kinerja perusahaan diukur dari bagaimana perusahaan dapat
menghasilkan produk atau jasa secara efisien dan efektif. Ukuran yang biasa
digunakan adalah kualitas, response time, cost dan pengenalan produk baru. Berikut
ini adalah contoh penentuan sasaran strategi dan ukuran hasil dari perspektif proses
bisnis internal.
Dari keempat perspektif yang telah dijelaskan dimuka, terlihat bahwa aspek-aspek
yang dinilai dalam balance scorecard meliputi aspek-aspek keuangan (financial aspect) dan
aspek-aspek non keuangan (non financial aspect). Pengukuran kinerja manajemen dengan
balance scorecard telah ada keseimbangan antara ukuran keuangan dan non keuangan
4
B. Penerapan Balance Scorecard
1. Menentukan strategi
2. Menentukan ukuran dari strategi
3. Menyatukan ukuran yang sudah ditetapkan ke dalam sistem manajemen
4. Menelaah ukuran dan hasil secara rutin
Menentukan Strategi
Balance scorecard membuat suatu jaringan antara strategi dan tindakan operasional.
Akibatnya adalah perlu proses penentuan balance scorecard dengan menentukan
strategi organisasi. Pada tahapan ini penting dipahami bahwa tujuan organisasi
dijelaskan secara eksplisit dan target yang ingin dicapai telah dikembangkan.
5
Sumber: Anthony dan Govindarajan, Management Control System, 9thed., New York: Irwin, 1999, hal 467.
6
4. Telaah memperbaiki pengukuran.
Perjemahan Strategi
Kaplan dan Norton mendefinisikan strategi sebagai berikut: pemilihan segmen pasar dan
pelanggan yang akan dilayani oleh unit usaha, pengidentifikasian proses bisnis internal
penting yang unit bisnis harus unggul dalam menyerahkan nilai yang diajukan kepada
Pelanggan di segmen pasar yang ditargetkan, dan pemilihan kemampuan individual dan
pengorganisasian yang diperlukan untuk mencapai tujuan internal, pelanggan, dan
keuangan. Strategi adalah pengindentifikasian dan penentuan hubungan yang
diharapkan oleh manajemen diantara keempat perspektif. Penerjemahan strategi adalah
penentuan tujuan, ukuran, target, dan inisiatif untuk setiap perspektif. Proses
penerjemahan strategi digambarkan dalam Peraga 15.5.
8
Sebagai contoh suatu perusahaan ingin menjalankan strategi pertumbuhan
pendapatan. Untuk perspektif keuangan, perusahaan menetapkan tujuan pertumbuhan
pendapatan melalui pengenalan produk baru. Ukuran kinerjanya adalah persentase
pendapatan dari penjualan produk baru. Target atau standar pada tahun yang akan datang
untuk ukuran tersebut adalah 20 persen ( 20 persen pendapatan total pada tahun yang
akan datang harus dari penjualan produk baru). Inisiatif menjelaskan bagaimana tujuan
tersebut dicapai. “Bagaimana” mencapai tujuan melibatkan tiga perspektif lainnya.
Segmen pelanggan, proses internal, dan kemampuan individual dan pengorganisasian
yang memungkinkan pencapaian tujuan pertumbuhan pendapatan harus diindentifikasi.
Contoh tersebut menunjukkan bahwa tujuan keuangan berperan sebagai fokus untuk
tujuan, ukuran, inisiatif tiga perspektif lainnya. Hal itu juga menekankan perlunya secara
cermat menentukan hubungan antar-empat perspektif sehingga strategi menjadi riil dan
operasional. Namun demikian, sebelum mengkaji bagimana hubungan kausal ditentukan
dan operasionalisasi strategi, perlu pemahaman yang lebih baik mengenai keempat
perspektif, tujuan-tujuannya, dan ukuran-ukurannya.
9
Pengurangan Biaya. Contoh tujuan pengurangan biaya meliputi pengurangan biaya per unit
produk, per pelanggan, atau per saluran distribusi. Ukuran yang tepat untuk berbagai tujuan
pengurangan biaya tersebut adalah biaya per unit objek biaya. Laporan yang memuat trend
ukuran tersebut antarwaktu dapat menunjukkan apakah biaya dapat dikurangi. Untuk tujuan
tersebut akurasi pembebanan biaya sangat penting. Perhitungan biaya berbasis aktivitas dapat
memainkan peran pentingpengukuran, terutama untuk biaya penjualan dan administrasi yang
jarang dibebankan ke objek seperti pelanggan dan saluran distribusi.
Pemanfaatan Aset. Perbaikan pemanfaatan aset merupakan tujuan yang utama. Ukuran
keuangan pemanfaatan aset umum digunakan meliputi imbal hasil investasi ( return on
investment) dan nilai tambah ekonomi ( economic value added).
Manajemen Risiko. Manajemen risiko yang berkaitan dengan strategi yang diterapkan
merupakan tema startegis penting lain, dan berlaku bagi ketiga tema keuangan strategis yang
sudah dibahas sebelumnya. Diversifikasi jenis pelanggan, lini produk, dan pemasok
merupakan cara yang umum digunakan untuk mengurangi risiko, dan setiap inisiatif strategis
diikuti dengan pertimbangan yang matang terhadap risiko yang terkait.
Perspektif pelanggan menentukan segmen pelanggan dan pasar yang didalamnya unit usaha
akan bersaing dan menjelaskan bagaimana nilai akan diciptakan bagi pelanggan. Perspektif
pelanggan merupakan sumber pendapatan bagi tujuan keuangan. Kegagalan untuk
memberikan jenis produk dan jasa yang tepat kepada pelanggan yang ditargetkan berarti
perusahaan tida akan memperoleh pendapatan yang diharapkan.
10
Perhitungan biaya berbasis aktivitas merupakan alat yang penting untuk menilai
profitabilitas pelanggan. Diantara ukuran-ukuran pokok, tampak bahwa profitabilitas
pelanggan merupakan satu-satunya ukuran keuangan. Namun demikian, ukuran tersebut
penting karena menunjukkan peran penentuan jenis pelanggan yang tepat.
Nilai Pelanggan. Selain ukuran dan tujuan pokok, juga diperlukan ukuran yang mendorong
penciptaan nilai pelanggan, dan oleh karenanya mendorong pencapaian tujuan-tujuan pokok.
Atribut yang berhubungan dengan realisasi dan pengorbanan menjadi dasar bagi penentuan
tujuan dan ukuran yang dapat mengarahkan pada pencapaian tujuan dan ukuran yang pokok.
Tujuan untuk sisi pengorbanan adalah yang paling sederhana, yaitu penurunan harga jual dan
penurunan biaya purnabeli. Harga jual dan biaya purnabeli merupakan ukuran penting
penciptaan nilai. Penurunan biaya akan menurunkan pengorbanan pelanggan, dan oleh
karenanya meningkatkan nilai pelanggan. Peningkatan nilai pelanggan akan berdampak baik
pada sebagian besar tujuan pokok. Pengaruh baik serupa dapat dicapai dengan meningkatkan
realisasi.
Reliabilitas pengiriman berarti output dikirimkan tepat waktu. Pengiriman tepat waktu
merupakan ukuran operasional reliabilitas yang umum digunakan. Untuk mengukur
pengiriman tepat waktu, perusahaan menentukan tanggal pengiriman dan kemudian
menentukan kinerja pengiriman tepat waktu dengan cara menghitung jumlah order yang
dikirim tepat waktu dibagi jumlah order yang dikirimkan. Tujuan perusahaan adalah untuk
mencapai rasio 100 persen. Namun demikian, penggunaan ukuran ini dapat menimbulkan
perilaku yang tidak diharapkan.
Proses Inovasi: Tujuan dan Ukuran. Tujuan proses inovasi adalah meningkatkan jumlah
produk baru, meningkatkan persentase pendapatan dari produk baru, mengurangi waktu
untuk mengembangkan produk baru. Ukurannya adalah produk baru yang sesungguhnya
dikembangkan dibanding yang direncanakan, persentase pendapatan dari produk baru,
persentase pendapatan dari produk proprietary, perkembangan waktu siklus (waktu ke pasar).
Proses Operasi: Tujuan dan Ukuran. Ada tiga tujuan proses operasi, yaitu: meningkatkan
kulitas proses, meningkatkan efisiensi proses, dan menurunkan waktu proses. Contoh ukuran
kualitas proses meliputi biaya kualitas, output yield (output yang baik/input yang baik), dan
11
persentase unit yang cacat ( output yang cacat/output total). Ukuran efisiensi proses terutama
menyangkut biaya proses dan produktivitas proses. Pengukuran dan pelaporan biaya proses
difasilitasi oleh perhitungan biaya berbasis aktivitas dan analisis nilai proses. Ukuran umum
waktu proses adalah waktu siklus, velositas, dan keefektifan siklus produksi (MCE =
manufacturing cycle efficiency).
Waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk memenuhi order pelanggan disebut
daya tanggap (responsiveness). Waktu siklus dan velositas merupakan dua ukuran
operasional daya tanggap. Waktu siklus produksi (cycle time manufacturing) adalah lama
waktu yang diperlukan untuk memproduksi satu unit output dari sejak saat bahan diterima
(titik awal siklus) sampai dengan barang diserahkan ke persedian barang jadi (titik akhir
siklus). Waktu siklus (cycle time) adalah waktu yang diperlukan untuk menghasilkan sebuah
produk (waktu/unit diproduksi). Velositas (velocity) adalah jumlah unit output yang dapat
diproduksi selama kurun waktu tertentu (unit diproduksi/waktu). Meskipun waktu siklus
tersebut dihitung untuk proses operasi, waktu siklus juga dapat dihitung dengan cara yang
sama untuk proses inovasi dan layanan purnajual.
Insentif dapat digunakan untuk mendorong manajer operasional berusaha menurunkan
waktu siklus produksi atau meningkatkan velositas, sehingga memperbaiki kinerja
pengiriman. Cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengaitkan biaya produk
dengan waktu siklus dan memberi imbalan kepada manajer operasional atas keberhasilan
mengurangi biaya. Sebagai contoh, dalam perusahaan yang menerapkan JIT, biaya konversi
sel pemanufakturan dapat dibebankan kepada produk berdasar waktu yang diperlukan oleh
produk untuk bergerak di dalam sel. Dengan menggunakan waktu produktif teoritis yang
bersedia dalam satu periode (dalam menit), biaya standar per menit dapat dihitung sebagai
berikut.
Biaya standar per menit = Biaya konversi sel÷ Menit yang tersedia
Untuk mendapat biaya konversi per unit, biaya standar per menit tersebut dikalikan
dengan waktu siklus yang sesungguhnya digunakan untuk menghasilkan produk selama satu
periode. Dengan membandingkan biaya per unit yang dihitung menggunakan waktu siklus
sesungguhnya dengan biaya per unit yang dihitung menggunakan waktu siklus teoritis atau
optimal, manajer dapat mengidentifikasi potensi perbaikan. Semakin banyak waktu yang
diperlukan oleh produk untuk bergerak dalam sel, maka semakin besar biaya per unit. Oleh
karena ada insentif untuk mengurangi biaya produk ini dapat mendorong manajer operasional
12
dan pekerja sel untuk menemukan cara menurunkan waktu siklus dan meningkatkan
velositas.Berikut ini diberikan contoh untuk mengilustrasikan konsep-konsep tersebut.
Misalkan suatu perusahaan mempunyai data untuk sel produksinya berikut ini.
Biaya konversi sesungguhnya dan teoritis per unit disajikan dalam tabel diatas. Tabel
tersebut menunjukkan biaya konversi per unit dapat dikurangi dari Rp8 menjadi Rp6 dengan
mengurangi waktu siklus dari dua menit menjadi satu setengah menit per unit (atau
meningkatkan velositas dari 30 menit menjadi 40 unit per jam). Pada waktu yang sama,
tujuan untuk memperbaiki kinerja pengiriman dapat dicapai.
13
Ukuran waktu operasional lainnya adalah MCE yang dihitung sebagai berikut.
Waktu pengelolahan. Adalah waktu yang diperlukan untuk mengubah bahan menjadi
barang jadi. Aktivitas lainnya dan waktunya dipandang sebagai pemborosan dan tujuannya
adalah mengurangi waktu tersebut menjadi nol. Jika hal tersebut dicapai, Nilai MCE akan
menjadi 1,0. Saat MCE membaik ( menuju kearah 1,0), waktu siklus akan berkurang. Selain
itu, karena satu-satunya cara memperbaiki MCE adalah dengan mengurangi pemborosan,
maka pengurangan biaya akan mengikuti.
Untuk memberi contoh perhitungan MCE akan digunakan data dalam tabel diatas. Waktu
siklus sesungguhnya adalah 2,0 menit, dan waktu siklus teoriis adalah 1,5 menit. Jadi, waktu
terbuang (pemborosan) adalah 0,50 menit (2,0 – 1,5), dan MCE dihitung sebagai berikut.
,
MCE = = 0,80
,
Hasil pengukuran MCE tersebut menunjukkan perusahaan cukup efisien. Banyak perusahaan
manufaktur mempunyai MCE kurang dari 0,05.
14
tiga tujuan utama: peningkatan kemampuan karyawan; peningkatan motivasi, pemberdayaan,
dan keselarasan; dan peningkatan kemampuan sistem informasi.
Tujuan Ukuran
Inovasi:
15
Peningkatan kualitas proses Biaya kualitas
Output yield
Persentase unit cacat
Peningkatan efisiensi proses Trend biaya per unit
Output/input
Penurunan waktu proses Waktu siklus dan velositas
MCE
Layanan Purnajual:
Peningkatan kualitas layanan First-pass yield
Peningkatan efisiensi layanan Trend biaya
Output/input
Penurunan waktu layanan Waktu siklus
Tujuan Ukuran
Peningkatan Peringkat kepuasan karyawan
kemampuan karyawan Persentase perputaran karyawan
Produktivitas karyawan (pendapatan/karyawan)
Rasio pemenuhan pekerjaan strategis (persentase
kebutuhan tenaga kerja penting yang dipenuhi)
Peningkatan motivasi Masukan per karyawan
dan keselarasan Masukan yang diimplementasikan per karyawan
16
PERTANYAAN
1. Jelaskan konsep dasar Balance Scorecard.
2. Sebut dan jelaskan 4 komponen Balance Scorecard.
3. Jelaskan manfaat Balance Scorecard dalam penyusunan strategi perusahaan
4. Uraikan ukuran kinerja yang dimasukkan dalam Balance Scorecard.
5. Berikan contoh hubungan sebab akibat antar 4 perspektif dalam dalam Balance
Scorecard.
6. Jelaskan mengapa Balance Scorecard yang digunakan pada sebuah perusahaan
berbeda dengan Balance Scorecard yang digunakan oleh perusahaan lain!
7. Mengapa Balance Scorecard juga memasukkan ukuran kinerja keuangan
8. Jelaskan perbedan antara Delivery Cycle Time dan Throughput Time?
9. Elemen apa saja yang membentuk Throughput Time?
10. Jika perusahaan memiliki MCE kurang dari 1 apa artinya? Apa pula arti MCE=0,30 ?
17
REFERENSI
Siregar, Baldric, Bambang Suripto, Dody Hapsoro, Eko Widodo Lo, dan Frasto
Biyanto. 2014.Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Halim, Abdul, Achmad Tjahjono, dan Muhammad Fakhri Husein. 2009. Edisi Revisi.
Sistem Pengendalian Manajemen. Yogyakarta. Penerbit: Unit Penerbit dan
Percetakan.
Hansen Don R, M. Mowen Maryanne. 2000. Akuntansi Manajemen Jilid 2.Jakarta:
Erlangga.
Krismiaji. 2002. Dasar-Dasar Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
18