Anda di halaman 1dari 22

BAB I

SPEKTROSKOPI

1.1 Pengertian dan Istilah


Spektroskopi
Spektroskopi merupakan ilmu yang mempelajari interaksi antara radiasi elektromagnetik
(cahaya) dengan materi.
Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada pengukuran jumlah
radiasi yang diserap atau diemisikan oleh suatu materi.
Spektrofotometer
Spektrofotometer merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur radiasi yang
diserap atau diemisikan oleh suatu materi.

1.2 Pendahuluan
Spektroskopi merupakan ilmu yang mempelajari interaksi antara radiasi elektromagnetik
(cahaya) dengan materi. Radiasi atau cahaya ini bergerak di angkasa dalam bentuk gelombang
dengan kecepatan tetap yang disebut kecepatan cahaya 3,00 x 10 8 m/s. Sebagai gelombang,
cahaya mempunyai sifat yang spesifik yakni intensitas gelombang atau amplitude, panjang
gelombang (λ) dan frekuensi (υ).

Amplitudo

Setiap gelombang mempunyai hubungan tertentu antara panjang gelombang dan frekuensi yaitu:
( Panjang gelombang ) x ( frekuensi) = cepat rambat cahaya
atau
λ .υ = c
Panjang gelombang (λ) adalah jarak antara dua puncak atau dua lembah dari suatu gelombang
yang dinyatakan dalam nm atau Angstrom (l nm = 10 Angstrom). Frekuensi ( υ) menunjukkan

Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 1


jumlah puncak gelombang yang melalui suatu titik tertentu dalam satu detik. Frekuensi
dinyatakan dengan satuan detik -1 (s-1) atau putaran per detik (Hertz, Hz).
Selain sebagai gelombang, cahaya juga dinyatakan sebagai energi atau foton. Hal ini
dipelajari oleh fisikawan Jerman Max Plnack yang kemudian menyimpulkan bahwa cahaya
kadag-kadang dianggap terdiri dari partikel-partikel halus (kuant) dari energi yang disebut foton.
Planck menemukan bahwa energi foton berbanding lurus dengan frekuensi cahanya yaitu:
E = h . υ
1
h adalah tetapan Planck 6,63 . 10-34 joule sekon (Js), dan frekuensi υ = , sehingga:
λ
h
E =
λ
Dalam spektroskopi dikenal juga besaran yang lain yaitu bilangan gelombang. Bilangan
gelombang ( , cm-1 ) adalah gelombang yang berbanding lurus dengan energi, dinyatakan
sebagai jumlah gelombang per sentimeter. Hubungan antara panjang gelombang, bilangan
gelombang, dan energi dinyatakan dalam diagram berikut:

1.3 Prinsip Dasar Spektroskopi


Bila suatu materi diradiasi dengan suatu sumber radiasi akan terjadi interaksi antara materi
dengan sumber radiasi. Radiasi tersebut dapat diabsorpsi, ditransmisikan atau diemisikan.Tidak
semua radiasi dapat diabsorpsi, ditransmisikan atau diemisikan tetapi hanya radiasi pada panjang
gelombang tertentu yang mempunyai energi yang sesuai dengan energi yang diperlukan oleh
suatu materi untuk mengalami eksitasi, transisi, vibrasi atau rotasi.

Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 2


1.4 Penggolongan spektroskopi
a. Berdasarkan radiasi elektromagnetik yang digunakan
Cahaya memancarkan bermacam-macam panjang gelombang yang menghasilkan
spektrum elektromagnetik. Setiap spektrum mempunyai panjang gelombang yang khas yang
menunjukan daerah dimana radiasi itu terjadi. Ada berbagai radiasi elektromagnetik yakni
sinar gama, sinar X, ultraviolet, visible, infra merah, gelombang mikro dan gelombang radio.
Berdasarkan radiasi elektomagnetik yang digunakan, spektskopi digolongkan menjadi:
 Spektroskopi sinar gamma
 Spektroskopi sinar X
 Spektroskopi UV
 Spektroskopi Vis
 Spektroskopi UV-Vis
 Spektroskopi IR
b. Berdasarkan jenis materi yang dilibatkan
Berdasarkan jenis materi yang dilibatkan dalam proses analisis, spektroskopi dapat
digolongkan menjadi:
 Spektroskopi atom
 Spektroskopi molekul
c. Berdasarkan jenis interaksi yang terjadi
Berdasarkan jenis interaksi yang terjadi antara radiasi elektromagnetik dengan materi,
spektroskopi digolongkan menjadi :
 Spektroskopi absorpsi
 Spektroskopi emisi
 Spektroskopi fluorosensi

Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 3


1.5 Jenis-jenis spekroskopi berdasarkan radiasi elekromagnetik yang digunakan dan
interaksi yang terjadi
Berikut diberikan beberapa macam spektroskopi berdasarkan jenis radiasi elektromagnetik
yang digunakan dan jenis interaksi yang terjadi.
Radiasi Jenis Interaksi Jenis Spektroskopi
elektromagnetik
Sinar Gamma (Gamma- Emisi Spektroskopi Emisi Sinar Gama
Ray)
Absorpsi Spektroskopi Absorpsi Sinar X
Sinar X (X-Ray)
Emisi Spektroskopi Emisi Sinar X
Spektroskopi Absorpsi UV Vakum
Absorpsi
Spektroskopi Absorpsi UV
Ultra-violet, UV
Emisi Spektroskopi Emisi UV
Fluorosensi Spektroskopi Fluorosensi UV
Absorpsi Spektroskopi Absorpsi VIS
Sinar Tampak (Visible, Emisi Spektroskopi Emisi VIS
VIS) Fluorosensi Spektroskopi Fluorosensi VIS
Infra Merah (Infra Red, Absorpsi Spektroskopi Absorbsi IR
IR) Spektroskopi Raman
Absorpsi Spektroskopi gelombang mikro
Gelombang Mikro
Spektroskopi resonansi paramagnetik
(Micro-Wave)
electron (EPR)
Gelombang radio (Radio- Absorpsi Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti
Wave) (NMR)

1.6 Jenis-jenis spektroskopi berdasarkan interaksi yang terjadi dan materi yang dilibatkan
Interaksi Materi Jenis spektroskopi
Absorpsi Atom Atomic absorption spectroscopy, AAS
Emisi Atom Atomic emition spectroscopy, AES

Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 4


BAB II
SPEKROSKOPI SERAPAN ATOM
(ATOMIC ABSORPTION SPECTROSCOPY, AAS)

2.1 Prinsip Dasar Atomic absorption spectroscopy


Atomic absorption spectroscopy, AAS atau spektroskopi serapan atom merupakan ilmu
yang mempelajari interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan atom-atom bebas dalam
keadaan gas. Pada prinsipnya dalam AAS bila suatu atom pada keadaan dasar diberi energi dengan
cara melewatkannya pada seberkas radiasi maka atom-atom tersebut akan mengabsorpsi energi
radiasi yang diberikan. Energi yang diabsorpsi menyebabkan atom-atom tersebut berada dalam keadaan
energi yang tinggi atau keadaan tereksitasi. Keadaan ini tidak stabil sehingga atom-atom tersebut harus
kembali ke keadaan dasar (deeksitasi) dan melepaskan sejumlah energi pada panjang gelombang tertentu.
Proses eksitasi dan deeksitasi ditunjukan dalam gambar 2.1 dan 2.2.

Gambar 2.1 Diagram proses eksitasi dan deeksitasi atom


Atom-atom dapat tereksitasi atau ditranformasikan ke berbagai tingkat energi berdasarkan enegi
yang diabsorpsi. Sebaliknya ketika terdeeksitasi atom-atom melepaskan energi yang bervariasi
berdasarkan energi yang diabsorpsi. Dalam AAS yang diukur adalah energi yang diabsorpsi.

Gambar 2.2 Diagram eksitasi dan deeksitasi atom pada berbagai tingkat energi

Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 5


Dalam AAS, panjang gelombang radiasi yang diabsorpsi bergantung pada konfigurasi elektron dari
atom, sedangkan intensitasnya bergantung pada jumlah atom dalam keadaan dasar. Karena setiap atom
mempunyai konfigurasi elektron yang berbeda-beda, maka setip atom mempunyai panjang gelombang
yang khas, hal ini menjadi dasar untuk analisis kualitatif. Sedangkan intensitas radiasi yang diabsorpsi
merupakan dasar untuk analisis kuantitatif. AAS digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif
senyawa-senyawa anorganik.
Semua atom dapat mengabsorpsi radiasi tetapi hanya pada panjang gelombang tertentu yang sesuai
dengan energi yang dibutuhkan. Atom sodium misanya, mengabsorp radiasi dengan sangat kuat pada
panjanga gelombang 589 nm, karena panjang gelombang ini sesuai dengan energi yang diperlukan untuk
mentransformasi atom sodium ke keadaan elektronik lainnya. Transisi elektronik ini spesifik untuk
sodium. Atom-atom dari unsur lain mempunyai transisi elektronik yang berbeda sehingga kebutuhan
energinya pun berbeda. Dengan demikian atom-atom dari unsur lain tidak dapat mengabsop radiasi pada
panjang gelombang ini. Jika sebelumnya atom sodium berada pada keadaan dasar dan mengabsorp cahya,
dapat dikatakan bahwa atom sodium ditransformasi ke suatu keadaan tereksitasi. Pada keadaan ini, atom
sodium masih berada dalam bentuk atom, tetapi mengandung energi yang lebih.

2.2 Proses Atomisasi


Semua sampel yang akan dianalisis dengan AAS harus dalam wujud larutan. Bila
sampelnya adalah zat padat maka harus dilarutkan terlebih dahulu. Dalam AAS intraksi antara
radiasi dengan materi dapat terjadi bila materi yang dianalisis berada dalam wujud atom gas.
Oleh karena itu sampel yang akan dianalisis harus diubah menjadi ataom-atom gas. Proses
pengubahan ion-ion dalam larutan menjadi atom-atom dalam keadaan gas disebut atomisasi.
Proses ini terjadi di dalam atomizer. Proses atomisasi ditunjukan dalam gambar 2.3.

Gambar 2.3 Proses atomisasi yang terjadi dalam atomizer

Pada diagram diatas larutan yang mengandung ion logam mengalami pengkabutan menjadi
aerosol (kabut) kemudian mengalami desolvasi menjadi padat, selanjutnya meleleh kemudian

Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 6


mengalami penguapan menjadi gas. Gas ini masih dalam bentuk molekul. Molekul gas ini
kemudian mengalami atomisasi dengan bantuan nyala pada burner.
2.4 Spektrofotometer Serapan Atom (atomic absorption spectrofotometer)
Spektrofotometer serapan atom atau atomic absorption spectrofotometer merupakan
instrumen yang digunakan untuk mengukur radiasi yang diabsorpsi oleh atom-atom dalam
keadaan gas. Dalam spekrofotometer ini terdapat beberapa komponen yaitu sumber sinar, sistem
optik, atomizer atau sistem pengatoman (nebulizer atau ruang pengabut, spray chamber atau ruang
penyemprot dan burner atau pembakar), monokromator, detektor, amplifier dan readout atau
pencatat. Bagian-bagian ini ditunjukan dalam gambar 2.4.

Detektor

Sumber Amplifier Readout


radiasi Monokromator
Sistem Atomozer
optik
Gambar 2.4 Instrumen Dasar AAS
a. Sumber Radiasi
Sumber radiasi terdiri dari hollow cathode lamp (HCL) atau lampu katoda berongga
Lampu HCL merupakan sumber radiasi pada AAS. Lampu ini mempunyai spektrum
yang tajam dan mengemisikan radiasi monokromatis. Lampu HCL terdiri dari katoda
cekung yang silindris, terbuat dari unsur yang akan ditentukan atau campurannya (alloy)
dan anoda yang terbuat dari tungsten. Lampu HCL ditunjukan dalam gambar 2.5.a dan
2.5.b.

Gambar 2.5.a Hollow Cathode Lamp (HCL)

Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 7


Gambar 2.5.b Hollow cathode lamp (HCL) dari Au
Elektroda-elektroda ini berada dalam tabung gelas dengan jendela quartz atau pyrex
karena panjang gelombang emisinya berasal dari daerah ultraviolet. Tabung gelas
tersebut dibuat bertekanan rendah dan diisi dengan gas inert seperti Ar atau Ne. Bila
diberi tegangan yang cukup tinggi pada kedua elektroda ini, gas yang terdapat
didalamnya akan terionisasi menjadi ion gas yang bermuatan positif.
Ion gas bergerak dengan kecepatan tinggi ke arah katoda dan menabrak katoda. Ketika
ion ini menabrak katoda, logam pada katoda terpental dan berubah menjadi atom-atom
gas. Atom-atom ini bertabrakan dengan ion gas yang berenergi tinggi, sehingga atom-
atom ini tereksitasi ke tingkat energi elektron yang lebih tinggi. Ketika kembali ke
keadaan dasar atom-atom tersebut memancarkan sinar dengan panjang gelombang
tertentu yang khas untuk unsur pada katoda tersebut. Proses emisi radiasi yang menjadi
sumber sinar pada lampu katoda berongga ditunjukan dalam gambar 2.6.

Ar+ Ar+
Mo M Mo + h
Mo M* *

Gambar 2.6 Proses emisi radiasi pada lampu HCL

Radiasi yang diemisikan oleh atom-atom gas dari katoda (sebagai sumber sinar)
bergerak melalui nyala. Radiasi ini akan diabsorpsi oleh atom-atom gas dari sampel.
Radiasi yang yang paling kuat biasanya adalah radiasi yang berasal dari transisi
elektron ke tingkat eksitasi terendah. Radiasi ini disebut garis resonansi.

Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 8


Sumber radiasi yang lain adalah electrode discharge lamp. Lampu ini mempunyai
prinsip kerja hampir sama dengan HCL, tetapi mempunyai output radiasi lebih
tinggi dan biasanya digunakan untuk analisis unsur-unsur As dan Se, karena lampu
HCL untuk unsur-unsur ini mempunyai sinyal yang lemah dan tidak stabil.
b. Sistem Optik
Sistem optik pada atomic absorption spectrofotometer terdiri dari sistem berkas
tunggal atau single beam dan sistem berkas ganda double beam. Sistem berkas tunggal
dan berkas ganda ditunjukan pada gambar 2.7.a dan 2.7.b.
Nyala
Detektor

Sumber Amplifier Readout


radiasi Monokromator
Sistem Atomozer
optik

Gambar 2.7.a Sistem berkas tunggal

Berkas referensi

Nyala
Monokromator
Detektor

Sumber Amplifier Readout


radiasi Penyatu
Sistem Berkas
berkas
optik sampel

Gambar 2.7.b. Sistem berkas ganda


c. Atomizer atau sistem pengatoman
Sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral dalam keadaan
dasar (ground state). Oleh karena itu sampel dalam wujud larutan (ion-ion logam)
harus diubah menjadi atom-atom gas atau disebut atomisasi. Proses atomisasi ini
terjadi didalam atomizer.
Atomizer terdiri dari ruang pengkabut (nebulizer), ruang penyemprot (spray
chamber) dan pembakar (burner). Atomizer ditunjukan dalam gambar 2.8.

Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 9


Nebulizer
Sebelum proses atomisasi di dalam nyala, larutan sampel harus diubah menjadi
aerosol (kabut halus dengan ukuran partikel 15-20 µm). Proses pengkabutan terjadi di
dalam nebulizer atau ruang pengkabut. Larutan sampel diubah menjadi partikel kabut
dengan cara menarik larutan melalui kapiler bersamaan dengan pengisapan gas
pembakar dan oksidan (udara) yang akan disemprotkan ke ruang pengkabut. Partikel-
partikel kabut yang halus bersama-sama aliran campuran bahan bakar masuk ke dalam
nyala. Partikel kabut yang mempunyai ukuran yang lebih besar di alirkan ke luar
melalui saluran pembuang.
Spray chamber
Spray chamber atau ruang pencampur yang berfungsi membuat campuran yang
homogen antara gas oksidan, bahan bakar dan aerosol yang mengandung sampel sebelum
memasuki burner.
Burner
Burner merupakan tempat dihasilkan nyala. Campuran bahan bakar, oksidan dan
aerosol yang telah tercampur secara homogen dalam spray chamber diseprot masuk ke
dalam nyala yang terdapat pada burner. Dalam nyala aerosol mengalami atomisasi dan
berubah menjadi atom-atom logam dalam keadaan gas.

Spray chamber

Gambar 2.8 Atomizer ( Nebulizer, spray chamber, burner)

Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 10


Sampel dapat diubah menjadi menjadi atom-atom gas baik melalui nyala (flame)
maupun dengan tanpa nyala (flameless).
Nyala digunakan untuk mengubah larutan sampel menjadi atom-atom gas. Suhu yang
dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas pembakar yang digunakan. Misalkan untuk
gas pembakar yang terdiri dari campuran batubara - udara dapat mencapai suhu sekitar
1800°C, gas alam- udara m e n c a p a i 1700°C, gas asetilen-udara mencapai 2200°C,
dan gas asetilen-dinitrogen oksida (N2O) mencapai 3000°C. Campuran gas pembakar
dengan udara pada atomic absorption spectrofotometer untuk anaisis beberapa logam
disajikan pada tabel 2.1.
Tabel 2. Campuran udara dengan gas pembakar pada atomic absorption
spectrofotometer

Tipe Kisaran kerja Batas deteksi


Logam λ(nm)
nyala (μg/mL) (μg/mL)
Ag 328,1 UA 1-5 0,002
Au 242,8 UA 5-20 0,009
Cd 228,8 UA 0,5-2 0,0007
Fe 248,3 UA 2,5-60 0,006
K 766,5 UP 0,5-2 0,002
Ni 232,10 UA 3-12 0,008
Pb 217 UA 5-20 0,015
Si 251,6 NA 70-280 0,2
Ti 364,3 NA 60-240 0,050
Mg 285,2 UA 0,1-0,4 0,0002
Na 589 UP 0,15-0,6 0,0002
Keterangan: UA: Udara-Asetilen, UH: Udara-Hidrogen, NA: N2O (Dinitrogen Oksida)-Asetilen,
UP: Udara-Propana

Atomisasi tanpa nyala dapat dilakukan dengan tungku dari grafit. Sejumlah sampel
diambil sedikit lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan
dengan sistem elektrik yaitu dengan melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat
pemanasan ini, zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dalam
keadaan gas. Atom-atom ini diradiasi dengan sumber radiasi yang berasal dari lampu
katoda berongga. Atom-atom ini akan mengabsorpi radiasi yang diberikan.

Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 11


d. Monokromator
Monokromator pada atomic absorption spectrofotometer dimaksudkan untuk
memisahkan garis resonannsi tunggal atom dari spektrum garis yang diemisikan
oleh hollow cathode lamp. Dalam monokromator terdapat grating yakni alat yang
digunakan sebagai filter untuk menyeleksi daerah spesifik dari spektrum untuk diteruskan
ke detektor dan menolak semua panjang gelombang diluar daerah ini.
e. Detektor dan Amplifier
Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat
pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton (photomultiplier tube).
Detector ini menghasilkan signal listrik yang sebanding dengan intensitas radiasi pada
panjang gelombang yang telah dipisahkan oleh monokromator. Sinyal ini kemudian
diperkuat oleh amplifier dan digunakan untuk mengkuantisasi pengukuran absorbansi.
f. Sistem Pencatat (Readout)
Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem
pencatatan hasil. Pencatatan hasil dilakukan oleh suatu alat yang telah terkalibrasi untuk
pembacaan suatu transmisi atau absorpsi. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau
berupa kurva dari suatu recorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi.

Instrument atomic absorption spectrofotometer ditunjukan dalam gambar 2.9.a dan 2.9.b.

Gambar 2.9.a Instrumen atomic absorption spectrofotometer

Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 12


Gambar 2.9.b Instrumen atomic absorption spectrofotometer
2.5 Spektrofotometri Serapan Atom (Atomic Absorption Spektrofotometri)
Spektrofotometri serapan atom atau atomic absorption spektrofotometri merupakan suatu
metode analisis yang didasarkan pada pengukuran penyerapan radiasi pada panjang gelombang
tertentu yang diserap oleh atom-atom bebas dalam keadaan gas. Jika cahaya dengan panjang
gelombang tertentu mengenai suatu atom pada keadaan dasar, maka atom dapat menyerap energi cahaya
tersebut untuk berpindah ke keadaan tereksitasi. Proses ini disebut sebagai serapan atom dan menjadi
dasar untuk spektrofotometri serapan atom atau pengukuran serapan atom.
2.5.1 PrinsIp Pengukuran pada spektrofotometri serapan atom
Apabila radiasi dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang
mengandung atom-atom logam bebas, sebagian radiasi tersebut akan diserap dan intensitas
penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom logam bebas yang berada dalam sel.
Absorpsi pada AAS ditunjukan pada gambar 2.10. I 0 adalah intensitas cahaya mula-mula
sedangkan I adalah intensitas cahaya yang diteruskan.

Sumber sinar Detektor

Io I
Gambar 2.10 Proses absorpsi pada Atomic Absorption Spektrofotometri
Perbandingan antara radiasi yang diteruskan dengan radiasi mula-mula disebut transmitan.
Transmitan mengindikasikan fraksi intensitas radiasi mula-mula yang mencapai detektor setelah
melewati atom dalam nyala. Trnasmitan dinyatakan sebagai:
T = I/Io sedangkan %T = I/Io x 100
Persen serapan (percent absorption, %A), merupakan komplemen dari %T yang
didefinisikan sebagai persen dari intensitas radiasi mula-mula yang terserap dalam nyala.
%A = 100 - %T
Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 13
Atau
A = log (Io/I) atau A = -log I/Io
Besaran absorbansi inilah yang lazim digunakan untuk mengkarakterisasi penyerapan radiasi
dalam spektrofotometri serapan atom. Besaran ini memiliki hubungan yang linier dengan
konsentrasi analit, seperti diungkapkan oleh hukum Lambert-Beer. Hubungan antara absorbansi
dengan konsentrasi diturunkan dari hukum Lamber dan Beer yakni:
1. Hukum Lambert : Bila suatu sumber radiasi monokromatik melewati medium
transparan, maka intensitas radiasi yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya
ketebalan medium yang mengabsorpsi.
2. Hukum Beer : Intensitas radiasi yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap radiasi tersebut.
Jadi menurut hukum Lambert-Beer, absorbansi berbanding lurus dengan panjang nyala
yang dilalui radiasi dan konsentrasi atom yang menyerap dalam nyala. Secara matematis dapat
diungkapkan sebagai berikut:

A = a b c atau A= Ԑ b c

dimana : A = absorbance, a = koefisien absorpsi, Ԑ = koefisien absorpsitas molar b = panjang


jalan yang dilalui radiasi, dan c = konsentrasi dari spesi yang menyerap.
Persamaan diatas menunjukan bahwa A secara langsung proporsional dengan konsentrasi (c)
dari spesi penyerap. Hubungan yang linier antar absorbansi dengan konsentrasi menurut hukum
Lambert - Beer ditunjukan dalam gamabar 2.11.

AA
y = mx + c

CC
Gambar 2.11 Grafik hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi

Namun dalam kenyataan, hukum Lambert-Beer hanya berlaku pada daerah konsentrasi dan
kondisi instrumen tertentu dimana terdapat hubungan linier antara absorbansi dengan

Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 14


konsentrasi. Pada konsentrasi yang terlalu kecil atau terlalu besar terjadi penyimpangan dari
hukum Lambert-Beer dimana absorbansi tidak lagi memberikuan hubungan yang linier dengan
konsentrasi. Dengan demikian dalam analisis, pengukuran harus dilakukan pada daerah linier.
Penyimpangan hukum Lambert-Beer ditunjukan dalam gambar 2.12.

AA
y = mx + c
Daerah kerja

CC
Gambar 2.12 Grafik penyimpangan hukum Lambert-Beer

2.5.2 Analisis kuantitatif dari atomic absorption spektrofotometri


Dalam analisis kuantitatif dengan atomic absorption spektrofotometri terdapat beberapa
metode analisis yang dapat digunakan yaitu metode kurva kalibrasi, metode penambahan
standatunggal dan penambahan standar ganda.
a. Metode kurva kalibrasi
Pada metode ini dibuat suatu deret larutan standar dengan berbagai konsentrasi. Absorbansi dari
sederet larutan tersebut kemudian diukur. Setelah larutan standar diukur, akan diperoleh grafik
hubungan antara konsentrasi (C) dengan absorbansi (A) yang merupakan garis lurus yang melewati
titik nol dengan persamaan y = mx + c. Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi
larutan sampel diukur. Absorbansi sampel dapat dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang
diperoleh dengan menggunakan program regresi linier pada kurva kalibrasi.
Misalkan dari suatu pengukuran sederet larutan standar Cu yaitu 1 ppm 5 ppm, 10, ppm, 15 ppm dan
20 ppm larutan standar diperoleh persamaan garis : y = 0,021 x + 0,103. Pengukuran sampel
diperoleh A = 0,361. Maka konsentrasi analit dalam sampel dapat dihitung sebagai berikut:
y = mx + c
0,361 = 0,021x + 0,103
0,021x = 0,361 - 0,103
0,361-0,103
x = = 12,29
0,021

Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 15


Jadi konsentrasi Cu dalam sampel adalah 12,29 ppm
b. Metode penambahan standar
Jika terdapat gangguan matriks yang sangat rumit dan tak mungkin untuk memisahkan analit
dari matriksnya, maka cara ini dapat dilakukan. Pada cara ini sejumlah tertentu larutan
standar ditambahkan ke dalam larutan sampel. Konsentrasi dari larutan sampel selanjutnya
dapat dihitung melalui persamaan berikut:
Cs = (As x d) / (As+d – As)
Cs : konsentrasi larutan sampel
d : konsentrasi larutan standar yang ditambahkan
As : Absorbansi larutan sampel
As+d : Absorbansi larutan sampel yang ditambah larutan standar

2.6 Gangguan analisis pada atomic absorption spektrofotometri


Dalam analisis dengan atomic absorption spektrofotometri terdapat beberapa peristiwa
yang menyebabkan gangguan atau interference pada pembacaan absorbansi dari sampel yang
dianalisis. Gangguan ini dapat meyebabkan pembacaan absorbansi dapat menjadi lebih besar
atau sebaliknya dari nilai absorbansi yang sebenarnya. Gangguan atau interference yang
dimaksud dapat berupa:
a) Gangguan Kimia (Chemical Interferences)
Gangguan kimia merupakan gangguan yang terjadi bila di dalam sampel terdapat
komponen lain (ion) yang mampu membentuk senyawa refraktori dengan analit (logam)
yang akan ditentukan. Senyawa refraktori merupakan senyawa yang mempunyai titik lebur
yang sangat tinggi sehingga tidak dapat teratomisasikan di dalam nyala yang digunakan
untuk analisisi logam yang dimaksud. Contoh gangguan kimia yaitu pada analisis Ca,
dengan adanya ion pospat atau sulfat.
Gangguan kimia dapat dicegah dengan cara (1.) penggunaan flame dengan suhu yang
lebih tinggi dan (2.) penambahan masking agent atau zat kimia lain yang dapat membentuk
senyawa dengan komponen atau ion pengganggu. Contohnya pada analisis Ca yang
diganggu oleh keberadaan ion fosfat, maka dalam sampel ditambahkan masking agent
berupa ion lantanium sehingga pembentukan Ca 3(PO4)2(s) dapat dicegah, karena ion
lantanium bereaksi dengan ion fosfat.

Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 16


b) Gangguan Ionisasi (Ionization Interferences)
Gangguan ionisasi terjadi bila atom-atom logam mengalami ionisasi di dalam flame.
Dalam flame yang diinginkan adalah pengubahan aerosol menjadi atom-atom logam bebas
dalam keadaan gas, namun tidak menutup kemungkinan terjadinya ionisasi. Dalam flame,
proses atomisasi dapat berlanjut hingga mencapai tingkat atom tereksitasi bahkan hinga satu
elektron terlepas dari atom atau yang dikenal dengan proses ionisasi. Proses ini ditunjukan
dalam gambar 2.13. Oleh karena pengukuran absorbansi didasarkan pada jumlah atom yang
berada dalam keadan dasar, maka terjadinya ionisasi akan memperkecil jumlah radiasi yang
diserap.
Gangguan ionisasi dapat dicegah dengan menambahkan secara berlebih unsur lain yang
lebih mudah terionisasi sehingga terbentuk sejumlah berlebih elektron bebas yang akan
menekan ionisasi dari analit.

atomisasi
M A(larutan)M(aerosol)
+ -
A +
MA -
(padat)
MA
(cair)
MA
(gas) (gas)
M o
+ A o

pengabutan pelelehan eksitasi


desolv penguapan
M*
asi (gas)
Tidak diharapkan
ionisasi
M+ + e
(gas)
Gambar 2.13 Diagram proses atomisasi, eksitasi dan ionisasi dalam flame
c) Gangguan matriks (Matrix Interferences)
Terjadi jika terdapat perbedaan sifat-sifat fisik (seperti massa jenis, kerapatan, viskositas
dan tegangan permukaan) yang nyata antara larutan standar dengan sampel. Jika larutan
sampel mempunyai viskositas atau tegangan permukaan yang berbeda nyata dengan larutan
standar, maka jumlah larutan yang teraspirasi kedalam spray chamber akan berbeda. Dengan
demikian jumlah yang sampai ke dalam flame akan berbeda, sehingga jumlah atom yang
terbentukpun akan berbeda, akibatnya absorbansi yang terukur tidak akan menunjukkan
korelasi antara standar dan sampel.
Gangguan matriks dapat diatasi dengan (1.) mengencerkan larutan sampel hingga sifat
fisiknya sama dengan larutan standard, (2) menggunakan metode penambahan standar.
Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 17
d) Gangguan spektrum (Spectral Interferences)
Gangguan ini terjadi pada unsur-unsur yang mempunyai spektrum berdekatan. Dalam
sampel selain terdapat logam yang akan dianalisis (analit) terdapat juga logam yang lain.
Dengan demikian ketika terjadi atomisasi, logam lain yang terdapat di dalam sampel pun
dapat teratomisasi sehingga dapat menyerap radiasi bersamaan dengan analit. Bila panjang
gelombang analit tidak berbeda secara signifikan atau overlap dengan panjang geolombang
logam lain, maka spectrum yang dihasilkan oleh logam yang lain dapat mengganggu
spectrum analit karena keduanya overlap.
Gangguan ini dapat diatasi dengan menyeleksi panjang gelombang yang digunakan.
Misalnya pada penentuan aluminium (Al). Bila dalam sampel terdapat vanadium maka pada
analisis Al dapat terjadi gangguan spektrum, dimana spekrum dari vanadium overlap dengan
spectrum al. hal ini disebabkan karena panjang gelombang Va adalah 308,211 nm sedangkan
panjang gelombang Al adalah 308,215 nm. Gangguan semacam ini dapat diatasi dengan
menyeleksi panjang gelombang Al yang lain misalnya pada λ=309,27 nm.
e) Gangguan Background (Nonspesific interference)
Gangguan ini terjadi pada pengukuran dengan menggunakan panjang gelombang yang
terlalu pendek (kurang dari 250 nm). Penyebabnya dapat berupa absorpsi senyawa
poliatomik (molekuler), absorpsi flame (nyala api) dari gas pembakar, dan hamburan radiasi
oleh partikel-partikel padatan halus yang melewati flame.

Soal-soal Latihan dan Tugas

Diambil dari Modern Analytical Chemistry oleh David Harvey hal 455-456:

Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 18


Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 19
Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 20
Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 21
Analisis Instrumen Oleh Maria Aloisia Uron Leba, S.Pd, M.Si 22

Anda mungkin juga menyukai