Pengembala yang Suka Berbohong (The Boy Who Cried Wolf)
Di sebuah desa, hidup seorang bocah lelaki yang riang
dengan ayahnya. Ayah anak laki-laki itu memberi tahu dia bahwa dia sudah cukup umur untuk mengawasi domba ketika mereka merumput di ladang. Setiap hari, ia harus membawa domba-domba itu ke ladang berumput dan mengawasinya saat mereka merumput. Namun, bocah itu tidak bahagia dan tidak ingin membawa domba ke ladang. Dia ingin berlari dan bermain, tidak menonton domba yang membosankan merumput di lapangan. Jadi, dia memutuskan untuk bersenang-senang. Dia berteriak, “Serigala! Serigala!” sampai seluruh desa datang berlari membawa batu untuk mengusir serigala sebelum bisa memakan domba mana pun. Ketika penduduk desa melihat bahwa tidak ada serigala, mereka bergumam tentang bagaimana bocah itu membuang waktu mereka. Keesokan harinya, bocah itu berteriak sekali lagi, “Serigala! Serigala!” dan, sekali lagi, penduduk desa bergegas ke sana untuk mengusir serigala. Bocah itu menertawakan ketakutan yang disebabkannya. Kali ini, penduduk desa pergi dengan marah. Hari ketiga, ketika anak lelaki itu naik ke bukit kecil, tiba-tiba dia melihat serigala menyerang domba- dombanya. Dia berteriak sekeras yang dia bisa, “Serigala! Serigala! Serigala! ”, Tetapi tidak ada satu pun penduduk desa yang datang untuk membantunya. Penduduk desa berpikir bahwa dia mencoba membodohi mereka lagi dan tidak datang untuk menyelamatkannya atau domba-dombanya. Bocah itu kehilangan banyak domba pada hari itu, semua karena kejahilan dan sifatnya yang suka berbohong.
Pesan moral dalam cerita : Sulit untuk memercayai orang yang berbohong, jadi penting untuk selalu jujur.
Mawar yang Sombong (The Proud Rose)
Sekali waktu, ada tanaman mawar yang indah di
taman. Bunga mawar di taman itu sangat bangga akan keindahannya. Namun, kecewa bahwa itu tumbuh di sebelah kaktus jelek. Setiap hari, mawar akan menghina kaktus tentang penampilannya, tetapi kaktus tetap diam. Semua tanaman lain di kebun berusaha menghentikan mawar dari menghina kaktus, tetapi mawar itu terlalu angkuh oleh keindahannya sendiri untuk mendengarkan siapa pun. Di suatu musim panas, sebuah sumur di kebun mengering dan tidak ada air untuk tanaman. Mawar perlahan mulai layu. Dia melihat burung pipit mencelupkan paruhnya ke dalam kaktus untuk mencari air. Dia kemudian merasa malu karena mengolok-olok kaktus selama ini. Tetapi karena membutuhkan air, ia bertanya kepada kaktus apakah ia dapat memiliki air. Kaktus yang baik setuju, dan mereka berdua melewati musim panas sebagai teman.
Pesan moral dalam cerita pendek diatas: Jangan pernah menilai seseorang dari penampilannya.