I. Latar Belakang
Pemuda yang mampu merubah peradaban adalah pemuda yang berakal, bertaqwa
dan menguasai Iptek. Pemuda merupakan generasi baru yang akan meneruskan
kepemimpinan dunia. Pemuda yang tidak memiliki keimanan, maka seluruh pemikiran
dan perbuatannya akan jauh dari agama. Begitu juga dengan pemuda yang beriman,
maka seluruh pemikiran dan perbuatannya akan sesuai dengan agama. Pemuda yang
beriman dan menguasai Iptek akan berusaha berpijak ajaran agama dalam segala
aktifitasnya. Mereka selalu sktif menelurkan ide-ide kreatif untuk kemajuan Iptek dengan
dorongan keimanan dan ibadah. Pemuda inilah cikal bakal pemuda yang diharapkan
berkontribusi untuk tegaknya agama dan bangsa.
Pemuda yang hanya menguasai Iptek namun tidak beriman, maka keahliannya
sangat sulit diharapkan untuk turut berkontribusi membangun peradaban.Mengenai iman
dan taqwa (Imtaq) dan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) selama ini masih
dipandang sebagai dua sisi yang memiliki orientasi yang berlainan, sehingga
menyebabkan timbulnya kesenjangan antara sumber ilmu antara ilmu-ilmu agama dan
ilmu-ilmu umum. Bagi para pendukung ilmu-ilmu agama menganggap valid sumber Ilahi
dalam bentuk kitab suci dan tradisi kenabian dan menolak sumber-sumber non-skriptual
sebagai sumber otoritatif untuk menjelaskan kebenaran sejati. Di pihak lain, ilmuwan-
ilmuwan sekuler hanya menganggap valid informasi yang diperoleh melalui pengamatan
inderawi, sehingga memerlukan paradigma integralistik merupakan tata paradigma yang
diharapkan mampu untuk memberikan solusi terhadap problematika permasalahan
tersebut diatas.Isi artikel ini hendak menjelaskan mengenai pentingnya upaya integrasi
imtaq dan iptek dalam pembelajaran pendidikan agama Islam adalah melakukan
dekonstruksi terhadap filsafat sekuler
yang terintegrasi pada anatomi sistem pendidikan Islam. Implikasi dari upaya ini adalah
proses membangun epistemologi Islami yang bersifat integralistik yang menegasikan
entitas lain dan menegaskan kesatuan ilmu dan kesatuan imtaq dan iptek dilihat dari
sumbernya yaitu Allah. Oleh sebab itu pada aspek operasionalnya di bidang pendidikan,
integrasi lebih dimaknai sebagai proses memadukan nilai- nilai ilmu tertentu (agama)
terhadap nilai ilmu lain (umum) atau sebaliknya, sehingga menjadi suatu kesatuan yang
koheren dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya. Artinya, proses penyatuan
antara ilmu agama dan ilmu umum hingga menjadi satu kesatuan yang koheren dan bulat
untuk memunculkan tata nilai keilmuan yang integralistik dengan tujuan menciptakan
manusia yang sempurna.Saat ini telah mulai ada pergeseran fenomena terhadap madrasah
sebagai motor pengembangan integrasi imtaq dan iptek dengan berbagai langkah
inovatif, progresif, dan adaptif terhadap arus modernitas yang berkembang atau arus
Perubahan yang bergulir, sehingga madrasah cenderung menjadi pilihan utama pada saat
ini. Selain itu, sisi urgensitas profil pembelajaran sistem pendidikan agama Islam perlu
dioperasionalkan dengan basis prinsip relevansi- koordinatif, konsistensi, dan adequasi
antara tingkat potensi peserta didik dengan standar kompetensi yang perlu dicapai, materi
pembelajaran dengan muatan nilai- nilai yang akan dipelajari dengan ketersediaan
sumber belajar dengan pemberian penilaian yang sesuai.
Dalam hidup ini tidak telepas dari IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan teknologi Dan
IMTAQ (Iman dan Taqwa, Iptek dapat dispesifikasikan sebagai ilmu/berilmu sedangkan
Imtaq sendiri sebagai Iman/Beriman, keseimbangan yang maksud disini contohnya
dalam mengoperasikan teknologi yang ada untuk mengolah suatu Ilmu maka disinilah
Iptek berperan adapun peran Imtaq dalam hal ini sebagai suatu pengaturan jiwa sehingga
melahirkan moralitas yang etis, contohnya dalam mengolah ilmu tadi dengan
menggunakan teknologi sesuai kebutuhan pengolahan tentunya membutuhkan kesabaran
atau kebesaran jiwa dalam menghadapi segala tantangan,kendala-kendala,atau hambatan
dalam menyelesaikannya. kita ke contoh yang lebih spesifik lagi .
sebagai penyandang status Pemuda Atau penuntut ilmu/mahasiswa tentunya yang
menjadi tantangan dalam dunia mahasiswa adalah penyelesaian
tugas baik tugas awal,pertengahan,da akhir selama mengikuti perkuliahan sesungguhnya
membutuhkan kesabaran yang kuat, dan kesabaran ini dapat kita sadari ketika mindset
kita tentang hubungan kita kepada-Nya, bagaimana kita berfikir positif terhadap segala
ujian yang diberikan baik itu ujian berupa musibah maupun ujian berupa kesenangan.
masih terkait dengan kesabaran kita menghadapi tantangan dalam dunia mahasiswa tentu
peran kita sebagai agen of change. sangat berperan dalam keilmuan lebih peka terhadap
realitas kehidupan
, dan yang menjadi pondasinya adalah keimanan atau Imtaq itu sendiri dengan kita
memiliki jiwa yang taat dan yakin keberadaan sang pencipta , niscaya kita akan selalu
menjadi magnet keberkahan dan hidayah. dalam surah Ar-Rahman ayat 33 dijelaskan
bahwa manusia dianjurkan untuk melintasi bumi dan langit, dan melakukan itu manusia
harus memiliki kekuatan: baik kekuatan keilmuan (Iptek) maupun kekuatan keimanan
(Imtaq) sungguh jelas maksud dari ayat tersebut bahwa kedua komponen ini tidak dapat
dipisahkan karena saling berkaitan demi mencapai kesejahteraan manusia dunia dan
akhirat.
Di Indonesia, gagasan tentang perlunya integrasi imtak dan iptek ini sudah
lama digulirkan. Hal ini, selain karena adanya problem dikotomi antara apa yang
dinamakan ilmu-ilmu umum (sains) dan ilmu-ilmu agama (Islam), juga disebabkan oleh
adanya kenyataan bahwa pengembangan iptek dalam sistem pendidikan kita tampaknya
berjalan sendiri, tanpa dukungan asas iman dan takwa yang kuat, sehingga
pengembangan dan kemajuan iptek tidak memiliki nilai tambah dan tidak memberikan
manfaat yang cukup berarti bagi kemajuan dan kemaslahatan umat dan bangsa dalam arti
yang seluas-luasnya.
Era digital membuat semua orang seakan terlena, banyak hal positif yang timbul
dari adanya hal tertsebut, namun hal negatifnya tidak kalah sedikit pula, hal ini perlu
adanya kesadaran sikap dan kebijaksanaan sikap dalam menghapai era digital terutama
masalah bermedia sosial.
Tidak bisa di pungkiri media soasial sekarang ini seolah menjadi sebuah kebutuhan
untuk saling bersosialisasi dan bergaul namun ketika hal tersebut tidak di bentengi oleh
sebuah penanaman kesadaran mengenai bermedia sosial yang bijak maka di rasakan
cepat atau lambat hal ini akan sangat bepengaruh besar terhadap sikap gnerasi muda
bangsa.
II. TUJUAN KEGIATAN
III. SASARAN
A. Fasilitas Peserta
B. Persyaratan Peserta
C. Tindakan lanjut
1. Pada akhir masa workshop, peserta melakukan tes akhir (Post test) sebagai
parameter keseriusan dan keberhasilan peserta belajar dalam mengikuti
workshop
2. Keberhasilan besar peserta program sebagai warga belajar diukur
berdasarkan prestasi:
a. Team work (kerja kelompok)
b. Partisipasi aktif peserta
c. Kedisiplinan peserta selama mengikuti program peserta
d. mendapatkan sertifikat sesuai dengan workshop yang diikuti
e. Melakukan evaluasi akhir program workshop peserta belajar
f. Melakukan monitoring pada perkembangan peserta belajar (alumni)
yang sudah mengikuti dan menyelesaikan workshop ini guna pembinaan
lanjut.
VII. PENUTUP
Demikian proposal ini kami susun dan dipersiapkan dengan sebaik-
baiknya, selanjutnya kami mohon dukungan berupa kritik, saran dan finansial
sekaligus ijin kegiatan dari Bapak untuk kelancaran kegiatan. Atas bantuan
dan izin dari Bapak kami ucapkan terimakasih.