Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL PENELITIAN OPSI

Dampak Second Choice dalam Lingkungan Pertemanan terhadap Kesehatan Mental


Remaja (Studi Kasus di Jakarta Barat)

Aurell Ulinaria Sidabutar, Deeba Zaina

Bidang Ilmu Sosial dan Humaniora (ISH)

SMA Negeri 112

Jakarta Barat

Tahun 2024
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Fase remaja adalah sebuah tahap dimana seorang anak mengalami peralihan dari masa anak-anak
memasuki masa dewasa yang meliputi aspek fisik, sosial, dan emosional. Pada fase ini, remaja cenderung
memperluas hubungan dengan orang lain, terutama dalam pertemanan. Jakarta, salah satu kota terpadat di
Indonesia pastinya tidak lepas dari hiruk-pikuk kehidupan remaja yang selalu ingin mengetahui hal-hal
baru. Namun dalam berbagai kasus, relasi yang melibatkan remaja tidak selalu berjalan mulus. Ada masa
dimana keberadaan seseorang dapat digantikan dengan orang yang lebih sesuai dengan ekspektasi dan
standar orang lain atau suatu kelompok. Orang yang tergantikan tersebut biasa disebut sebagai Second
Choice.

Menjadi pilihan kedua bukanlah hal yang asing lagi bagi khalayak banyak. Menurut Sherif &
Sherif (1937), autokinetik fenomenon yaitu orang akan berpendapat secara bebas apabila sendirian, kalau
berada dalam kelompok pendapatnya bisa berlawanan karena dalam kelompok, orang cenderung
menyelaraskan diri dengan pendapat kelompok. Ketika dikaitkan dengan kondisi remaja yang belum
menemukan jati diri sepenuhnya, maka remaja akan cenderung mencoba banyak hal, misalnya rela
memenuhi ekspektasi seseorang dan rela dijadikan Second Choice dalam hubungan pertemanannya.

Menurut David O Sears, dkk, (1985), konformitas adalah perilaku yang dilakukan karena orang
lain juga melakukannya. Jika dikaitkan dengan fenomena Second Choice pada hubungan pertemanan
remaja, dapat dikatakan bahwa menjadi Second Choice bukan hal yang bagus, karena ketika remaja
berusaha memenuhi ekspektasi sekitar, ekspektasi yang diinginkan lingkungan belum tentu merupakan
hal yang baik untuk masa depannya sendiri.

Konformitas merupakan suatu bentuk pengaruh sosial yang mengharuskan seseorang mengubah
tindakan mereka untuk menyesuaikan norma sosial yang ada. Oleh karena itu, penting untuk menemukan
solusi agar remaja dapat memiliki pertemanan yang sehat, yang dapat membawa remaja ke arah yang baik
untuk masa depannya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan penelitian tentang Second Choice dalam
Lingkungan Pertemanan terhadap Kesehatan Mental Remaja di Jakarta Barat.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah remaja di Jakarta Barat pernah menjadi dan/atau menjadikan teman sebagai Second
Choice ?
2. Apa alasan yang membuat remaja menjadi dan /atau menjadikan teman sebagai Second Choice
dalam pertemanan?
3. Bagaimana kehidupan remaja di Jakarta Barat saat menjadi Second Choice dalam pertemanan?
4. Bagaimana cara menanggapi kondisi saat remaja di Jakarta Barat dijadikan Second Choice oleh
pertemanan?
5. Apa dampak menjadi Second Choice dalam pertemanan terhadap kesehatan mental remaja di
Jakarta Barat?

1.3 TUJUAN

Menganalisis apakah remaja di Jakarta Barat pernah menjadi dan/atau menjadikan teman sebagai
Second Choice, meneliti alasan remaja di Jakarta Barat menjadi dan/atau menjadikan teman sebagai
Second Choice serta dampaknya dalam pertemanan, dan menganalisis cara terbaik untuk mengatasi
Second Choice dalam pertemanan.

1.4 HIPOTESIS

1.4.1 Hipotesis Nol (H0) : Menjadi Second Choice dalam pertemanan tidak mempengaruhi
kesehatan mental remaja di Jakarta Barat.

1.4.2 Hipotesis Alternatif (H1) : Menjadi Second Choice dalam pertemanan mempengaruhi
kesehatan mental remaja di Jakarta Barat.

1.5 MANFAAT

1.5.1 Bagi Peneliti : Menemukan solusi dari dampak Second Choice dalam pertemanan dan dapat
membuktikan bahwa sebagai manusia harus bisa lebih mengutamakan pengembangan diri sendiri
dibandingkan memenuhi ekspektasi orang lain.
1.5.2. Pihak lain : Menyadari bahwa tidak selamanya harus memenuhi ekspektasi orang lain,
lebih peka untuk menjauhi atau menghindari pertemanan yang buruk untuk pengembangan diri,
dan memahami bagaimana pertemanan yang baik untuk menjalin relasi dalam berkembang.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Setelah peneliti melakukan analisis terhadap beberapa penelitian, ada beberapa penelitian yang berkaitan
dengan penelitian yang peneliti lakukan.

2.1 Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Second Choice

2.1.1 Konformitas
Konformitas merupakan suatu perubahan perilaku seseorang untuk menyesuaikan tuntutan dari
lingkungan sekitar yang memaksa atau menekan orang tersebut untuk memenuhi harapan dari lingkungan
sekitarnya. Cialdini (2004) mengemukakan bahwa adanya perubahan tindakan atau kebiasaan pada diri
individu agar dapat menyesuaikan tindakan orang lain disebut dengan konformitas. Selanjutnya, Zebua
(dalam Riadinata, 2009) menambahkan, bahwa ketentuan dari suatu kelompok terhadap anggotanya dan
memiliki pengaruh yang kuat disebut konformitas. Hal tersebut menandakan bahwa perilaku tertentu
dapat muncul akibat pengaruh sosial dan suatu tuntutan.
Beberapa uraian yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa konformitas berkaitan
dengan fenomena Second Choice, dimana seseorang rela memenuhi harapan atau tuntutan teman atau
pertemanan, agar keberadaannya diakui.

2.1.2 Identitas Sosial


Menurut Tajfel (1982), identitas sosial adalah bagian dari konsep diri seseorang yang
berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan
dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Identitas sosial terbentuk karena
adanya pengaruh dari pemahaman, kebiasaan, dan pengalaman seorang remaja terhadap orang lain atau
suatu kelompok. Adanya identitas sosial berkaitan dengan konformitas, dimana seorang remaja harus
memenuhi identitas sosial tersebut agar dapat memenuhi tuntutan atau harapan kelompok atau orang di
sekitarnya.
Jika kedua hal ini dikaitkan dengan Fenomena Second Choice, seorang remaja harus dapat
mempertahankan identitasnya dalam pertemanannya agar mendapat pengakuan atau penghargaan.

2.1.3 Kohesivitas
Menurut Baron dan Byrne (2003), kohesivitas didefinisikan sebagai derajat ketertarikan individu
terhadap kelompok. Semakin besar kohesivitas pada individu, maka semakin besar juga keinginan
individu untuk menyesuaikan diri dengan kelompok. Dalam kata lain, kohesivitas merupakan rasa
keterikatan dalam suatu kelompok dimana anggotanya secara psikologis saling memiliki hubungan yang
erat. Kohesivitas terjadi karena suatu individu ingin menjadi sama dan satu dengan kelompoknya, dan
konformitas terjadi karena dalam suatu kelompok, terdapat orang yang memberikan pengaruh sehingga
kelompok tersebut cenderung menjadi sama seperti orang tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikaitkan bahwa remaja yang menjadi Second Choice
berpotensi kehilangan jati dirinya yang baru saja terbentuk akibat dari kohesivitasnya, dimana remaja
akan cenderung ingin menjadi sama dengan kelompoknya bahkan rela memenuhi tuntutan yang ada agar
tidak diasingkan dari pertemanannya, walaupun dijadikan pilihan cadangan oleh lingkungan tersebut.

Seorang remaja dalam hubungannya dengan teman atau kelompok pertemanan akan berusaha
untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan norma dan harapan orang lain akan tindakan mereka untuk
memenuhi identitas mereka dalam suatu hubungan tersebut, walaupun mereka kemungkinan akan
dijadikan pilihan cadangan dalam pertemanan tersebut. Walaupun tidak setiap pertemanan akan berakhir
seperti uraian di atas, namun tentu terdapat kemungkinan yang besar bahwa pertemanan dapat mengubah
jati diri seseorang menjadi sama dan /atau serasi dengan kelompoknya tersebut.

2.2 Kesehatan Mental pada Remaja

Menurut Pieper dan Uden (2006), kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang tidak
merasa bersalah terhadap dirinya sendiri, mempunyai penilaian yang realistis terhadap dirinya dan dapat
menerima kesalahan atau kelemahannya, kemampuan mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam
hidup, terdapat kemungkinan kepuasan dalam kehidupan sosial seseorang dan memiliki kebahagiaan
dalam hidupnya. Hawari (1997) juga berpendapat bahwa kesehatan mental menurut definisi medis adalah
suatu kondisi yang memungkinkan seseorang berkembang secara optimal secara fisik, intelektual,
emosional serta perkembangan tersebut terjadi selaras dengan kondisi orang tersebut.

Hasil analisis terhadap beberapa artikel yang mengacu pada Framework Influences on Mental
Health yang diadaptasi dari Social Determinants of Health, diperoleh 3 faktor utama yang berhubungan
dengan kesehatan mental, yaitu faktor gaya hidup (perundungan, regulasi emosi, cyberbullying, disiplin
dan motivasi), faktor sosial berupa jaringan dan komunitas (dukungan sebaya, media sosial, game online,
dan konseling sebaya), serta kondisi sosial ekonomi, budaya, dan lingkungan.

Dari uraian di atas, dikatakan bahwa salah satu faktor utama indikator kesehatan mental adalah
teman sebaya atau lingkup pertemanan. Maka, menjadi Second Choice dapat dikatakan hal yang buruk
karena remaja akan cenderung berusaha menjadi sama dengan kelompoknya agar tidak dijadikan pilihan
kedua dan sesuai dengan keinginan kelompoknya. Hal ini tentu memungkinkan remaja secara tidak
langsung menghambat, mengubah, atau bahkan menghentikan perkembangan fisik, intelektual,
emosional, serta perkembangan dirinya sendiri yang seharusnya optimal dan selaras dengan kondisi orang
tersebut (menurut definisi Kesehatan Mental Hawari, 1997), sesuai dengan keinginan atau standar dari
pertemanannya.

Maka dari itu, kami akan meneliti apakah Second Choice dalam pertemanan dapat mempengaruhi
kesehatan mental remaja?
BAB 3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian kami lakukan di Jakarta Barat, dengan jangka waktu April – September 2024.

3.2 Alat dan Bahan


Penelitian kami berbasis kuesioner, sehingga tidak memerlukan alat dan bahan.

3.3 Rancangan dan Prosedur Penelitian


Jenis data yang kami gunakan dalam penelitian adalah data kuantitatif. Kami akan melakukan
pengamatan terhadap data yang diperoleh dari jawaban kuesioner berbasis Google-Form yang dibagikan
kepada responden.
Berikut daftar pertanyaan yang diberikan :
- Data Responden (Jenis Kelamin, Jenjang pendidikan, Usia)
- Pertanyaan dengan jawaban “ya”/ “tidak”:
1. Apakah responden mengetahui tentang Second Choice?
2. Apakah responden secara sadar pernah menjadikan seorang teman sebagai Second Choice?
3. Apakah responden secara sadar pernah dijadikan orang lain sebagai Second Choice?
- Pertanyaan kuesioner terbuka (jika menjawab “ya” pada nomor 2 di kuesioner tertutup) :
1. Faktor apa saja yang membuat anda rela dijadikan Second Choice dalam pertemanan?
2. Menurut anda apa yang membuat seorang remaja menjadi Second Choice dalam pertemanan?
3. Apa yang anda rasakan saat menjadi Second Choice dalam pertemanan?
4. Bagaimana cara anda menyikapi Second Choice dalam pertemanan?

3.4 Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data akan kami lakukan dengan menyajikan diagram batang yang menunjukkan
jawaban responden (khusus untuk pertanyaan dengan jawaban “ya”/ “tidak”) sedangkan jawaban
responden pada kuesioner terbuka, akan kami ringkas dan kemas dalam bentuk tabel sehingga
memudahkan pembaca dalam memahami hasil penelitian. Metode yang akan kami gunakan dalam
mengolah data adalah metode analisis teori beralas.
DAFTAR PUSTAKA

Julie C. Bowker, Ryan E. Adams, Bridget K. Fredstrom and Rich Gilman. (2014). Experiences of
Being Ignored by Peers During Late Adolescence: Linkages to Psychological
Maladjustment. Merrill-Palmer Quarterly, Vol. 60, No. 3, July 2014, 60, 328-354.
https://doi.org/10.13110/merrpalmquar1982.60.3.0328

Prasetyo, A. E. (Desember 2021). EDUKASI MENTAL HEALTH AWARENESS SEBAGAI


UPAYA UNTUK MERAWAT. JOURNAL OF EMPOWERMENT VOL. 2, No. 2, 261-269.
https://jurnal.unsur.ac.id/je/article/view/1757/1532

Pratama, R. A. (2020). Hubungan antara Kohesivitas dan Dukungan Teman Sebaya. [Skripsi].
Lampung : FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA. UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG. http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/12055.

Kartika Martasari, Desy Arisandy (2018).Kohesivitas Teman Sebaya dalam Konformitas Pada
Remaja Sekolah. Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.12 No.1, 01-10.
https://doi.org/10.33557/jpsyche.v12i1.583

Mela Rospita, Ivan Muhammad Agung (2019). IDENTITAS SOSIAL DAN KONFORMITAS
PADA ANGGOTA KOMUNITAS HIJABERS. Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan
Jender, Vol. 18, No. 2, 187-195. http://dx.doi.org/10.24014/marwah.v18i2.6968

Agus Hitopa Sukma, Misnan Misnan, Iswahyu Pranawukir (2023). KONFORMITAS DAN
KOHESIVITAS SEBAGAI MANAJEMEN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA WARGA
TIONGHOA DI KABUPATEN BOGOR. JURNAL PUSTAKA KOMUNIKASI, Vol 6, No.
1, 191-204. https://doi.org/10.32509/pustakom.v6i1.2620
LAMPIRAN

Maaf klirens etik sedang kami ajukan, sehingga untuk saat ini belum dapat dilampirkan.

Anda mungkin juga menyukai