FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
1
PEMBERIAN OBAT (Dr. Yuliana Syam, S.Kep,Ns,M.Kes)
MENYIAPKAN OBAT DARI AMPUL DAN VIAL
Ampul dan vial biasa digunakan sebagai wadah obat parenteral yang steril. Ampul
adalah wadah penyimpanan obat yang terbuat dari kaca dengan bagian leher yang menyempit
dan digunakan untuk satu kali dosis pemakaian. Untuk menggunakan obat dari ampul maka
leher ampul harus dipatahkan terlebih dahulu. Vial adalah botol kecil dengan tutup yang terbuat
dari karet, dengan ukuran berbeda-beda baik dosis sekali pakai ataupun multipel dosis.
MENYIAPKAN OBAT DARI AMPUL
Gbr. 1 Persiapan
alat :
Ampul obat
Jarum dan spoit
Kasa kecil
Kapas alkohol
PROSEDUR MENYIAPKAN OBAT DARI AMPUL
No. Prosedur Tindakan Check
List
1 2 3
1 Persiapan
Cek label obat
Atur peralatan
2 Cuci tangan
3 Siapkan obat dari ampul
2
4 Sentil bagian atas ampul menggunakan jari tangan
5 Letakkan selembar kasa atau kapas alkohol pada bagian leher
ampul
Gbr. 2 Persiapan
3
Alat :
Vial obat
Jarum dan spoit
Kapas alkohol
PROSEDUR MENYIAPKAN OBAT DARI VIAL
No Prosedur Tindakan Check
. List
1 2 3
1 Persiapan :
Cek label obat
Atur peralatan
2 Cuci tangan
3 Siapkan obat dari vial
4 Lepaskan penutup plastik dan cap logam untuk memajan
penutup karet vial
ke atas
Gbr. 3
4
9 Balikkan vial sambil tetap memegang kuat pada spoit dan
plunger. Pegang vial antara ibujari dan jari tengah pada tangan
yang nondominan. Raih bagian ujung barel dan plunger dengan
ibujari dan jari telunjuk dengan tangan yang dominan
Gbr.4
11 Jika dosis yang sesuai sudah terpenuhi, tarik jarum dari dalam
vial
5
MENCAMPUR OBAT
Persiapan alat
Vial, ampul obat, ataupun aquades steril
Jarum dan spoit
Kapas alkohol
PROSEDUR MENCAMPUR OBAT
No Prosedur Tindakan Check
. List
1 Persiapan 1 2 3
Cek label obat
Atur peralatan
2 Cuci tangan
3 Siapkan obat dari vial
4 Lepaskan penutup plastik dan cap logam untuk memajan
penutup karet vial
6
14 Masukkan jarum kedalam vial menembus bagian tengah
penutup karet, lalu injeksikan udara diatas permukaan cairan
17 Jika dosis yang sesuai sudah terpenuhi, tarik jarum dari dalam
vial
7
Gbr. 5 Injeksi intradermal Persiapan
alat:
Vial atau ampul obat
Spoit 1 ml
Kapas alkohol
Handscoen bersih
PROSEDUR INJEKSI INTRADERMAL
No Prosedur Tindakan Check
. List
1 2 3
1 Persiapan
Cek label obat
Atur peralatan
2 Cuci tangan
3 Siapkan obat dari vial ataupun ampul
4 Siapkan klien
5 Jelaskan prosedur pemberian obat pada klien
8
9 Bersihkan kulit dengan kapas alkohol secara sirkuler dari
bagian tegah ke luar
19 Dokumentasikan tindakan
20 Evaluasi
- Evaluasi respon klien
- Evaluasi kondisi area suntikan dalam 24 sampai 48 jam,
tergantung tesnya. Ukur kemerahan, indurasi dalam
millimeter
9
INJEKSI SUBKUTAN
Pengertian
Injeksi subkutan adalah pemberian obat kedalam jaringan ikat dibawah dermis. Hanya
pengobatan dosis kecil ( 0,5 – 1 ml ) yang biasa disuntikkan melalui rute subkutan. Tujuan
- untuk memberikan pengobatan seperti penyuntikan vaksin, medikasi preoperative,
narkotik, heparin dan insulin
- Untuk memberikan efek absorpsi yang lebih lambat dibandingkan injeksi intramuskular
ataupun intravena.
Area injeksi: lengan atas bagian luar, paha anterior,abdomen, area scapula pada punggung
belakang, ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas.
10
2 Cuci tangan
3 Siapkan obat dari vial ataupun ampul
4 Siapkan klien dan bantu pada posisi nyaman untuk injeksi
5 Jelaskan prosedur pemberian obat pada klien
6 Jaga privasi klien
7 Pilih area injeksi yang tepat. Palpasi tempat tersebut terhadap
edema, massa atau nyeri tekan. Hindari area kulit yang terdapat
jaringan parut, gatal, kemerahan,memar, bengkak, melepuh
dan terdapat lesi atau infeksi
Gbr. 7
11
15 Buang spoit dan jarumnya dengan aman pada tempatnya
16 Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
17 Dokumentasikan semua informasi yang relevan:
- Obat yang diberikan, waktu, dosis, dan rute pemberian
obat
- Semua peralatan injeksi yang digunakan
- Masalah-masalah khusus jika terjadi
18 Evaluasi
- Evaluasi respon klien
- Lakukan follow up terhadap efek obat yang mungkin
terjadi
- Laporkan penyimpangan yang terjadi pada dokter
INJEKSI INTRAMUSKULAR
Pengertian
Injeksi intramuskular adalah pemberian obat ke dalam jaringan otot. Ada dua tekhnik dalam
melakukan injeksi intramuscular yaitu dengan menggunakan teknik z-track dan teknik air lock
(kunci udara)
Tujuan : untuk memberikan pengobatan
Area injeksi : ventrogluteal, vastus lateralis, dorsogluteal, deltoid, rektus femoris.
12
Vial atau ampul berisi obat
Spoit 1 – 5 ml : volume 0,5 – 1 ml direkomendasikan pada pemberiannya pada
muskulus deltoideus, pada otot yang lebih tebal pemberian dengan volume
sampai dengan 4 ml daat ditoleransi dengan aman.
Kapas alkohol
Kasa (bila perlu )
Handscoen bersih
PROSEDUR INJEKSI INTRAMUSKULAR
No Prosedur Tindakan Check
. List
1 Persiapan 1 2 3
Cek label obat
Atur peralatan
2 Cuci tangan
3 Siapkan obat dari vial ataupun ampul
4 Siapkan klien dan bantu pada posisi nyaman untuk injeksi
5 Jelaskan prosedur pemberian obat pada klien
6 Jaga privasi klien
7 Pilih area injeksi yang tepat. Palpasi tempat tersebut terhadap
edema, massa atau nyeri tekan. Hindari area kulit yang terdapat
jaringan parut, gatal, kemerahan,memar, bengkak, melepuh
dan terdapat lesi atau infeksi
Metode z-track
A - Siapkan spoit injeksi
- Buka penutup jarum
- Keluarkan udara dari dalam spoit jika ada
B Genggam spoit dengan tangan dominan diantara ibu jari dan jari
telunjuk.
13
C Tepat dibawah tempat injeksi, tarik kulit dibawahnya dan
jaringan subkutan 2,5-3,5 cm ke arah lateral tempat injeksi
dengan tangan nondominan
C Kumpulkan atau cubit otot yang akan diinjeksi (jika lapisan otot
tipis) dengan menggunakan tangan nondominan
14
12 Jika terjadi perdarahan, tekan dengan kasa steril sampai
perdarahan berhenti
INJEKSI INTRAVENA
Pengertian
Pemberian medikasi yang pekat/padat secara langsung ke dalam vena dengan teknik
bolus merupakan metode pemberian obat yang sangat berbahaya. Obat tersebut bereaksi
dengan cepat karena obat masuk ke dalam sirkulasi klien secara langsung. Efek samping yang
serius dapat terjadi dalam hitungan detik.
Obat dapat diberikan secara intervena melalui lock intravena (saluran khusus yang
dibuat untuk memasukkan obat) atau melalui saluran infus yang sudah ada.
8 Injeksikan obat
Gbr. 10
16
9 Secara perlahan putar botol cairan agar obat dan cairan infus
tercampur baik.
17
10 Tusukkan jarum spoit yang telah berisi obat yang telah
disiapkan menembus bagian tengah diafragma
Gbr. 11
18
7 Masukkan spoit dan suntikkan 1 ml normal saline
8 Lepaskan spoit
9 Masukkan spoit yang berisi obat ke dalam katup selang
intravena
Gbr. 12
Persiapan alat:
Obat dalam spoit
Kapas alcohol atau antiseptic
Selang dengan port injeksi
19
PROSEDUR INJEKSI MELALUI INFUSE TERPASANG
No. Prosedur Tindakan Check
List
1 2 3
1 Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2 Cek instruksi dokter
3 Jelaskan prosedur pada klien
4 Periksa ketepatan identitas klien
5 Pilih port penyuntikan pada selang sedekat mungkin pada
tempat penusujan jarum
Gbr. 13
20
PEMBERIAN OBAT TOPIKAL UNTUK KULIT
Persiapan alat:
Agen topikal yang dipesankan (mis. Bubuk, krim, lotion, dll)
Kasa kecil steril
Sarung tangan sekali pakai atau steril
Aplikator berujung kapas
Baskom dengan air hangat, waslap, handuk dan sabun basah
Kasa balutan
Plester
PROSEDUR PEMBERIAN OBAT TOPIKAL UNTUK KULIT
No. Prosedur Tindakan Check
List
1 2 3
1 Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, dosis,
waktu dan tempat pemberian.
2 Cuci tangan
3 Atur peralatan disamping tempat tidur klien
4 Jaga privasi klien
5 Identifikasi identitas klien
6 Posisikan klien dengan nyaman. Lepaskan pakaian atau linen
tempat tidur, pertahan area yang tak digunakan tetap tertutup
21
merata diatas permukaankulit, lakukan gerakan
memanjang searah pertumbuhan bulu.
- Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak
setelah pemberian
12 Sprei aerosol
- Kocok wadah dengan keras
- Baca label untuk jarak yang dianjurkan (biasanya 15 –
30 cm)
- Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot,
minta klien untuk memalingkan wajah dari arah sprai.
- Semprotkan obat dengan merata pada bagian yang
sakit.
14 Bubuk
- Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara
menyeluruh
- Renggangkan dengan baik bagian lipatan kulit
- Bubuhkan obat sedikit demi sedikit hingga area kulit
tertutup dengan bubuk halus, lapisan tipis.
22
19 Dokumentasikan semua informasi yang relevan:
- Nama obat yang diberikan, waktu, dosis, dan rute
pemberian obat
- Masalah-masalah khusus jika terjadi
20 Evaluasi
- Evaluasi respon klien
23
6 Bila terdapat drainase disepanjang kelopak mata atau kantung
dalam, basuh dengan perlahan. Basahi semua belek yang telah
7 Pegang bola kapas atau tisu yang bersih pada tangan dominan
diatas tulang pipi klien tepat dibawah kelopak mata bawah
24
10 Teteskan obat tetes mata:
a. Dengan tangan dominan anda diatas dahi klien, pegang
penetes mata yang telah terisi obat kurang lebih 1 – 2 cm
diatas saku konjungtiva.
Gbr. 14
25
pencet tube sehingga memberikan aliran tipis sepanjang
tepi dalam kelopak mata bawah pada konjungtiva
b. Minta klien untuk melihat ke bawah
c. Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada
konjungtiva dalam
d. Biarkan klien memejamkan mata dan menggosok
kelopak mata secara perlahan dengan gerakan sirkuler
menggunakan bola kapas.
26
PEMBERIAN OBAT TETES TELINGA
Persiapan alat:
Sarung tangan bersih
Obat tetes
Cotton fluff
PROSEDUR PEMBERIAN OBAT TETES TELINGA
No Prosedur Tindakan Check
. List
1 2 3
1 Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, dosis,
waktu dan tempat pemberian.
Gbr. 15
27
10 Anjurkan pasien untuk mempertahankan posisi miring selama
5 menit
11 Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
12 Dokumentasikan semua informasi yang relevan:
- Nama obat yang diberikan, waktu, dosis, dan rute
pemberian obat, mata (kiri, kanan atau kedua mata)
yang menerima obat
- Masalah-masalah khusus jika terjadi
13 Evaluasi
- Evaluasi respon klien
28
PROSEDUR PEMBERIAN OBAT VAGINAL
No Prosedur Tindakan Check
. List
1 2 3
1 Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, dosis,
waktu dan tempat pemberian.
2 Cuci tangan
3 Identifikasi identitas klien
4 Jelaskan prosedur pemberian pada klien
5 Minta klien untuk berbaring dengan posisi dorsal rekumben
6 Pertahankan selimut abdomen dan turunkan
selimut ekstremitas
29
8 Memasukkan obat supositoria:
a. Buka bungkus aluminium foil supositoria dan oleskan
sejumlah pelumas yang larut dalam air pada ujung
supositoria yang bulat dan halus. Lumaskan jari
telunjuk yang telah dipasang sarung tangan dari tangan
dominan
b. Dengan tangan nondominan yang sudah terpasang
sarung tangan regangkan lipatan labia
c. Masukkan jung bulat supositoria sepanjang dinding
kanal vagina posterior sepanjang dinding posterior
lubang vagina sampai jari telunjuk 7,5-10 cm/ 3-4
inci)
Gbr. 16
d. Tarik jari dan bersihkan pelumas yang tersisa disekitar
30
orifisium dan labia
e. Instruksikan klien untuk tetap pada posisi terlentang
selama sedikitnya 10 menit Memasukkan obat krim vagina:
a. Isi aplikator krim, ikuti petunjuk yang tertera pada
kemasan
b. Dengan tangan nondominan yang sudah terpasang
sarung tangan regangkan lipatan labia
c. Dengan tangan dominan anda yang bersarung tangan
masukkan aplikator sekitar 7,5 cm. Dorong aplikator
untuk mengeluarkan obat.
Gbr. 17
d. Tarik pluger dan letakkan pada tisu. Bersihkan sisa krim
pada labia atau orifisium vagina
e. Instruksikan klien untuk tetap pada posisi terlentang
selama sedikitnya 10 menit
f. Cuci aplikator dengan sabun dan air hangat. Simpan
untuk penggunaan selanjutnya
31
PEMBERIAN SUPOSITORIA REKTAL
Berbagai obat tersedia dalam bentuk suppositoria rektal dan membuat efek local dan
efek sistemik. Aminofilin suppositoria bekerja secara sistemik untuk mendilatasi bronkiele
respiratori, sedangkan lainnya (misalnya dulcolax) dapat bekerja secara local untuk
meningkatkan defekasi. Perawat harus memperhatikan terutama pada penempatan supositoria
dengan benar pada dinding mukosa rectal, melewati sfingter anal internal, sehigga suppositoria
tidak dikeluarkan. Klien yang mengalami pembedahan atau perdarahan rectal tidak boleh
diberikan supositoria rectal.
Persiapan alat:
Supositoria rektal
Jeli pelumas
Sarung tangan bersih sekali pakai
Tisu
PROSEDUR PEMBERIAN SUPOSITORIA REKTAL
N0 Prosedur Tindakan Check
List
1 2 3
1 Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, kekuatan,
waktu dan tempat pemberian.
2 Cuci tangan
3 Identifikasi identitas klien
4 Jelaskan prosedur pemberian pada klien
5 Minta klien untuk berbaring dengan posisi miring (sims)
dengan tungkai bagian atas fleksi ke depan
32
10 Regangkan bokong klien dengan tangan nondominan anda.
Dengan jari telunjuk,masukkan supositoria dengan perlahan
melalui anus, melalui sfingter anal internal,dan mengenai
dinding rectal sekitar 10 cm (4 inci) pada dewasa dan 5 cm (2
inci) pada anak-anak dan bayi.
Gbr. 18
33
POSITIONING (Ns. Tuti Seniwati, S.Kep,M.Kes)
Tujuan umum
Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mampu mendemonstrasikan posisi tidur pada mahasiswa lain
sesuai dengan yang ditugaskan.
Tujuan khusus
Setelah mengikuti praktikum mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan tujuan pengaturan posisi dan perubahan posisi secara teratur
2. Menyebutkan jenis-jenis posisi tidur klien
3. Menyebutkan alat-alat bantu yang diperlukan untuk masing-masing posisi
4. Mengatur posisi tidur mahasiswa lain sesuai kebutuhan Tujuan pengaturan posisi
1. Mencegah rasa tidak nyaman pada otot
2. Mencegah terjadinya ulkus dekubitus, kerusakan saraf superfisial dan pembuluh darah
3. Mencegah kontraktur
4. Mempertahankan tonus otot Prinsip pengaturan posisi:
1. Pada saat menempatkan klien ditempat tidur, pertahankan agar kasur yang digunakan dapat
memberikan support yang baik bagi tubuh
2. Yakinkan bahwa alas tidur tetap bersih dan kering, karena alas tidur yang lembab atau terlibat
akan meningkatkan resiko terjadinya luka dekubitus
3. Letakkan alat-alat bantu di tempat-tempat yang membutuhkan, sesuai dengan jenis posisi
4. Jangan meletakkan satu bagian tubuh diatas bagian tubuh yang lain, terutama dengan daerah
penonjolan tulang
5. Rencanakan perubahan posisi selama 24 jam dan lakukan secara teratur Jenis-jenis posisi tidur
1. Fowler dengan kombinasi semi fowler dan high fowler
2. Dorsal recumbent
3. Prone
4. Lateral
5. Sims
6. Lithotomy
Posisi fowler
Posisi fowler adalah posisi tidur klien di mana kepala dan badan dinaikkan 45-90º. Terdapat kombinasi
posis fowler yaitu posisi semi fowler di mana posisi kepala dinaikkan 30-45 º dan posisi high fowler
(fowler tinggi), posisi dimana posisi kepala dinaikkan hingga 45-90 º. Posisi ini digunakan untuk klien
yang mengalami masalah pernafasan dan klien dengan gangguan jantung
34
FORMAT POSISI FOWLER
Nama Mahasiswa : Tanggal :
No Kegiatan Check List
1 2 3
1 Persiapan alat bantu yang digunakan:
1. 1-6 bantal kecil
2. 1-2 trochanter roll
3. Papan kaki/ footboard
2 Persiapan klien :
1. Identifikasi kebutuhan klien akan posisi
fowler
2. Jelaskan pada klien tentang
tujuan/manfaat dari posisi fowler
3. Jaga privasi klien
PELAKSANAAN :
3 Cuci tangan.
4 Kaji daerah-daerah yang mungkin tertekan pada
posisi tidur ini, seperti tumit, prosesus spinosus,
sakrum dan scapula.
tersebut.
10 Letakkan bantal kecil mulai dari bawah lutut
sampai ke tumit.
35
12 Letakkan papan penghalang pada telapak kaki
klien.
16 Cuci tangan.
Evaluasi
17 Validasi perasaan klien.
Dokumentasi
18 Catat hasil dan respon klien pada proses
19 keperawatan.
Cantumkan nama perawat yang melakukan
tindakan.
36
FORMAT POSISI DORSAL RECUMBEN
Nama Mahasiswa : Tanggal :
No Kegiatan Check List
1 2 3
Persiapan alat bantu yang digunakan:
1. 1-6 bantal kecil
2. 2 trochanter roll
3. Papan kaki
4. Handroll
Persiapan:
1. Kaji kebutuhan klien akan posisi dorsal
recumbent
2. Jelaskan pada klien tentang manfaat dari
posisi dorsal recumbent
3. Jaga privasi klien
4. Cuci tangan
PELAKSANAAN :
1 Kaji adaerah-daerah yang mungkin tertekan pada
posisi tidur ini, seperti tumit, prosesus spinosus,
sakrum dan scapula.
37
10 Evaluasi tindakan dengan menilai rasa nyaman
klien.
Evaluasi
11 Validasi perasaan klien.
Dokumentasi
12 Catat hasil dan respon klien pada proses
13 keperawatan
Cantumkan nama perawat yang melakukan
tindakan
39
FORMAT POSISI LATERAL
Nama Mahasiswa : Tanggal :
No Kegiatan Check List
1 2 3
1 Persiapan:
1. Kaji kebutuhan klien akan posisi
lateral
2. Jelaskan pada klien tentang manfaat
dari posisi lateral recumbent
3. Jaga privasi klien
4. Siapkan alat-alat
5. Cuci tangan
Prosedur :
2 Kaji daerah tertekan pada posisi ini: ischium,
telinga bawah, pipi, lateral maleolus tumit
bawah, medial maleolus tumit atas, trochanter
besar.
Evaluasi
10 Validasi perasaan klien.
Dokumentasi
11 Catat hasil dan respon klien pada proses
40
keperawatan.
Cantumkan nama perawat yang melakukan
tindakan.
Posisi sims
Posisi sims adalah posisi antara posisi lateral dan posisi prone Alat
bantu yang digunakan:
1. 3 buah bantal kecil
2. Bantal pasir atau gulungan handuk
PELAKSANAAN :
1 Kaji daerah-daerah yang tertekan pada posisi
ini.
41
7 Atur bahu atas sedikit abduksi dan siku fleksi.
8 Letakkan bantal di ruang antara dada, abdomen
serta lengan atas dan kasur.
Evaluasi
12 Validasi perasaan klien.
Bersihkan dan merapikan alat pada tempatnya
semula.
Dokumentasi
13 Catat hasil dan respon klien pada proses
keperawatan.
Cantumkan nama perawat yang melakukan
tindakan.
42
FORMAT MEMINDAHKAN KLIEN DI ATAS TEMPAT TIDUR Nama
Mahasiswa : Tanggal :
No. Prosedur Check List
1 2 3
tempat tidur).
4 Atur tinggi tempat tidur, sesuai dengan ”body
aligment” anda (aman dan nyaman).
Evaluasi
10 Validasi perasaan klien.
Dokumentasi
11 Catat hasil dan respon klien pada proses
12 keperawatan
Cantumkan nama perawat yang melakukan
tindakan
43
ROM EXERCISE
(Ns. Tuti Seniwati,S.Kep,M.Kes)
Range of Motion (ROM) atau rentang gerak suatu sendi yaitu pergerakan maksimum yang
mungkin untuk sendi tersebut. Pergerakan Sendi
Bagian Tubuh – Jenis Sendi/Pergerakan Rentang
Normal
Leher – Sendi Pivot Fleksi.
Gerakkan kepala dari posisi tegak pada posisi
pertengahan ke depan, sehingga dagu mencapai dada
(Gbr 1 )
Ekstensi.
Gerakkan kepala dari posisi fleksi ke posisi tegak
(Gbr. 1 )
Hiperekstensi
Gerakkan kepala dari posisi tegak ke belakang sejauh
mungkin (Gbr. 1 ) Fleksi Lateral.
Gerakkan kepala secara lateral ke kanan dan ke kiri
bahu ( Gbr 2 )
Rotasi
Palingkan wajah sejauh mungkin ke kanan dan ke kiri
(Gbr. 3 )
Bahu – Sendi Ball and Socket
Fleksi
Tinggikan setiap lengan dari satu posisi melalui sisi
depan dan ke atas ke satu posisi di samping kepala (
Gbr. 4 )
Ekstensi
Gerakkan setiap lengan dari posisi vertical di samping
kepala ke depan dan ke bawah hingga mencapai
posisi istirahat di samping badan (Gbr. 4 )
Hiperekstensi
44
Gerakkan setiap lengan dari posisi istirahat hingga
bahagian belakang badan (Gbr. 4 )
Abduksi
Gerakkan setiap lengan secara lateral dari posisi
istirahat pada kedua sisi mencapai satu posisi
menyamping di atas kepala, telapak tangan
menjauhi kepala ( Gbr. 5 ) Adduksi (anterior)
Gerakkan setiap lengan dari satu posisi pada samping
menyilang di bagian depan badan sejauh mungkin (
Gbr. 5 ). Siku bisa lurus maupun membengkok.
Sirkumduksi
Gerakkan setiap lengan ke depan, ke atas, ke
belakang, dank e bawah dalam sebuah lingkaran yang
utuh
Rotasi eksternal
Rotasi Internal
Siku – Sendi Hinge
Fleksi
Ekstensi
Rotasi untuk supinasi
Rotasi untuk pronasi
45
Abduksi
Adduksi
46
47
Membantu Klien Melakukan Ambulasi
Tujuan
Menyediakan kondisi yang aman bagi klien untuk berjalan dengan alat penyokong yang
diperlukan
Implementasi
1. Jalaskan pada klien tentang cara anda untuk mebantunya, mengapa ambulasi diperlukan dan
bagaimana dia dapat bekerja sama.
2. Cuci tangan dan observasi prosedur pengontrolan infeksi yang sesuai.
3. Pastikan klien memakai pakaian yang memungkinkan untuk berjalan dan menggunakan alas
kaki yang tidak licin atau bias mengakibatkan jatuh.
4. Sediakan klien untuk ambulasi
48
a. Pakaikan kauskaki elastic (antiemboli) sesuai keperluan.
b. Bantu klien untuk duduk di sisi tempat tidur.
c. Kaji klien untuk tanda dan gejala hipotensi ortostatik (pening, maupun peningkatan
dalam denyut jantung) sebelum meninggalkan tempat tidur.
d. Bantu klien untuk berdiri di sisi tempat tidur sampai klien merasa aman
5. Pastikan klien dalam keadaan yang selamat ketika membantu klien ambulasi
a. Galakkan klien untuk melakukan ambulasi sendiri jika mampu, namun tetaplah
berjalan di samping klien.
b. Tetap berada dekat dengan klien jika bantuan diperlukan dalam keadaan apapun.
c. Gunakan ikat pinggang pemindah atau berjalan (transfer or walking belt) jika klien
teramat lemah dan tidak stabil.
6. Lindungi klien yang mulai jatuh ketika melakukan ambulasi
7. Dokumentasikan jarak dan durasi ambulasi pada catatan perkembangan klien.
49
KEAMANAN DAN KESELAMATAN
DESINFEKSI
Pengertian
Suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan apatogen, tetapi tidaktermasuk sporanya pada
permukaan jaringan tubuh atau peralatan perawatan dan kedokteran dengan menggunakan bahan
desinfektan atau dengan cara mencuci, mengoleskan,merendam, dan menjemur. Tujuan
Mencegah terjadinya infeksi silang
Memelihara perlatan dalam keadaan siap pakai Prosedur pelaksanaan
1. Desinfeksi dengan cara mencuci
Tangan
Cuci tangan dan bersihkan dengan sabun, kemudian siram atau basahi dengan alkohol
70%
Luka
Cuci luka khususnya luka kotor dengan betadin
Kulit
Cuci kulit ataujaringan tubuh yang akan di operasidengan larutan iodium tinktur3%
Vulva
Cuci vulva dengan larutan sublimate 1:1000 atau PK1: 1000
2. Desinfeksi dengan cara mengoleskan Luka
Oleskan merchurochrom pada luka
Luka bekas jahitan
Oleskan alcohol 70%,betadin, dan lain-lain pada luka bekas jahitan
3. Desinfeksi dengan cara merendam
Tangan
Rendam tangan dalamlarutan lisol 0,5%
Peralatan
Rendam peralatan perawatan atau kedokteran setelah di pakai dalam larutan lisol
3%5% sekurang-kurangnya 2 jam.
Alat tenun
Rendam alat tenun setelah di pakai oleh pasien penyakiit menular dalamlarutan lisol
3%-5% sekurang-kurangnya 2 jam setiap permukaan.
51
MENCUCI TANGAN
Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu mempraktikan teknik mencuci tangan secara benar Tujuan
Khusus:
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Menyebutkan pengertian mencuci tangan
2. Menjelaskan tujuan mencuci tangan
3. Menyebutkan alat-alat yang di perlukan untuk mencuci tangan
4. Mendemonstrasikan latihan mencuci tangan secara benar
Pengertian:
Mencuci tangan hingga siku dengan menggunakan air mengalir dan sabun Tujuan
Mencuci Tangan
- Mengurangi jumlah mikroorganisme pada tangan
- Mengurangi risiko transmisi mikroorganisme ke perawat dan klien serta kontaminasi silang
kepada klien lain, anggota keluarga dan tenaga kesehatan lain.
Keterangan:
Perawat mencuci tangan bila:
1. Sebelum dan sesudah berhubungan dengan klien dan diantara kontak dengan klien yang
berbeda-beda
2. Setelah kontak dengan material organik dan segala benda yang terkontaminsai seperti
bedpan, urinal, dan lain-lain
3. Sebelum dan sesudah memberi asuhan keperawatan klien, misalnya merawat
luka,memandikan, dan lain-lain
4. Sebelum menyiapkan dan memberikan obat
5. Sebelum melakukan prosedur invasive seperti injeksi parenteral, suksion, NGT
6. Sebelum istirahat, minum dan makan Pasien mencuci tangan bila:
1. Sebelum makan
2. Setelah buang air kecil dan besar
3. Setelah tangan berhubungan dengan bagian yang infeksi seperti sputum dan cairan luka.
Tenaga kesehatan mencuci tangan bila :
1. Sebelum dan sesudah menyentuh klien
2. Setelah menyentuh alat-alat yang di gunakan klien
3. Sebelum menggunakan benda-benda steril, misalnya alat-alat intravena
Pengunjung mencuci tangan bila:
Perawat:
Kuku pendek
(Rasional: mengurangi jumlah
mikroorganisme tersembunyi, mudah
di bersihkan, mencegah melukai klien
dan tidak merusak sarung tangan)
53
5 Ambil sabun cair kurang lebih 1 sdt (2-
4ml) dari dispenser atau bila tidak ada,
basahi sabun batangan sehingga
berbusa lalu kembalikan sabun
batangan ke tempatnya.
Keterangan :
1 = dilakukan
2 = tidak dilakukan
3 = di lakukan tapi perlu latihan
54
MEMASANG SARUNG TANGAN
Tujuan umum :
Mahasiswa mampu melakukan latihan memasang dan melepaskan sarung tangan Tujuan
khusus:
Setelah mengikuti praktikum inimahasiswa mampu:
1. Menyebutkan pengertian dari memasang sarung tangan steril dan tidak steril
2. Menjelaskan tujuan dari memasangsarung tangan dan tidak steril
3. Menyebutkan alat-alat yang di perlukan
4. Mendemonstrasikan latihan memasang sarung tangan steril dan tidak steril
Pengertian:
Memasang sarung tangan tanpa memperhatikan sterilitas.
Tujuan:
Mencegah transmisi kuman dan melindungi individu
Persiapan : Sarung tanngan tidak steril
Hal-hal yang perlu di perhaikan ( saat memasang sarung tangan sterildan tidak steril)
1. Pemakaian sarung tangan bukan berarti pengganti cuci tangan
2. Sarung tangan tidak steril di gunakan jika ada kemungkinan transmisi infeksi,kontak langsung
dengan klien, dan kontak tidak langsung misalnya dengan alat-alat terkontaminasi atau dengan
cairan tubuh.
55
3. Sarung tangan steril di gunakanpada prosedur yang memerlukan teknik steril. Sarung tangan
steril di pasang setelah memakai masker dan gaun steril (jika benda-benda ini di perlukan) 4.
Sarung tangan hanya di gunakan satu kali pakai
56
MELEPAS SARUNG TANGAN
1 Dengan menggunakan tangan yang dominan,
ambil ujung sarung tangan dan lepaskan
dengan cara membalikkannya dengan
daerah yangterkontaminasi pada sebelah
dalam. Pegang sarung tangan yang sudah
terlepas pada tangan yang dominant
Keterangan :
1 = dilakukan
2 = tidak dilakukan
3 = di lakukan tapi perlu latihan
57
OKSIGENASI
(Ns. Ilkafah,S.Kep,M.Kep)
Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia dan diperlukan untuk kehidupan. Perawat sering menghadapi klien yang
tidak mampu secara mandiri memenuhi kebutuhan oksigen mereka. Untuk membantu klien dalam memenuhi
kebutuhan ini, perawat dapat melakukan berbagai prosedur yang akan dijelaskan kemudian. Setiap prosedur dapat
dilakukan tunggal (tersendiri) atau dalam kombinasi untuk mencapai sasaran perbaikan oksigenasi.
Kanula nasal merupakan alat sederhana yang dapat dimasukkan ke dalam lubang hidung untuk memberikan
oksigen dan yang memungkinkan klien untuk bernapas melalui mulut atau hidungnya. Alat ini tersedia untuk
semua kelompok usia dan cocok untuk penggunaan jangka panjang maupun pendek di rumah sakit atau di rumah
58
Persentase pemberian oksigen dengan kanula nasal
1 liter = 24 %
2 liter = 28 %
3 liter = 32 %
4 liter = 36 %
5 liter = 40 %
Klien yang memerlukan oksigen dosis rendah dalam konsentrasi yang konstan dengan pola napas bervariasi, lebih
baik menggunakan masker venturi daripada kanula nasal.
Hasil yang diharapkan :
Frekuensi pernapasan dalam batas normal, kedalaman normal, halus dan simetris, lapang paru bersih, tidak ada
sianosis.
Pengkajian :
Pengkajian harus berfokus pada :
Status pernapasan (pernapasan, bunyi napas)
Bibir dan membran mukosa (kekeringan, warna, jumlah dan konsistensi sekresi)
Kemampuan atau keinginan klien klien atau pemberi perawatan untuk melakukan pengisapan.
Kriteria Hasil :
Klien akan :
Mendapatkan dan memelihara jalan napas atas yang dibuktikan oleh frekuensi pernapasan 14 – 20 kali per menit
(atau dalam normal klien), disertai jalan napas atas bersih dan tidak ada penumpukan sekresi oral.
Dokumentasi Sampel :
TANGGAL WAKTU CATATAN PERAWAT Nama
Perawat
21/3/2008 10.00 Klien mengeluh nyeri dada dan sesak napas. Tiga
liter O2 mulai diberikan per kanula nasal.
Frekuensi pernapasan 32 kali/menit sebelum
pemberian oksigen, menurun sampai 24 kali/menit
dalam 10 menit. Beristirahat dengan nyaman,
menyatakan nyeri reda.
59
Prosedur Pemasangan Kanula Nasal/Masker
No Kegiatan Check
List
1 2 3
Persiapan alat :
Tabung oksigen
Jeli pelumas
Sarung tangan tidak steril
Kasa/kapas
Kanula nasal/masker wajah
Humidifier (tabung pelembab) berisi air steril
Flow meter
Tanda ”DILARANG MEROKOK”
Alat tulis, kertas dokumentasi
Persiapan Klien :
1. Berikan penjelasan pada klien tentang tujuan tindakan.
2. Posisi diatur senyaman mungkin.
Pelaksanaan :
1 Cuci tangan.
2 Bawa alat ke dekat klien.
3 Memastikan volume air steril dalam humidifier sesuai ketentuan,
tambahkan air suling jika diperlukan, atau buang isi tabung dari kemasan
dan sekrup penutup atas tabung.
60
13 Selipkan selang mengitari telinga klien dan dagu bagian bawah. Kapas atau
kasa di antara selang dan telinga dapat menambah kenyamanan.
17 Letakkan masker sesuai dengan strip logam pada batang hidung masker
sehingga pas dengan batang hidung klien.
25 Evaluasi
Validasi perasaan klien
26 Cuci tangan.
Dokumentasi
27 Catat hasil dan respon klien pada proses keperawatan.
28 Cantumkan nama perawat yang melakukan tindakan.
Alat ini adalah alternatif lain dalam memenuhi kebutuhan oksigenasi. Pemberian oksigen melalui kateter orofaring
dilakukan dengan kateter 8 – 10 Fr untuk anak-anak, 10 – 14 Fr untuk dewasa wanita, dan 12 – 14 Fr untuk
dewasa pria.
PROSEDUR PEMASANGAN KATETER OROFARING
No Kegiatan Check
List
1 2 3
1
Persiapan alat :
Tabung oksigen
Flowmeter
Humidifier berisi air steril
Kateter orofaring sesuai ukuran
Konektor
Spatel lidah
Kasa
Pelumas (lubricant)
Senter
Plester
Tanda ”dilarang merokok”
2 Persiapan Klien :
3. Berikan penjelasan pada klien tentang tujuan tindakan.
4. Posisi diatur senyaman mungkin.
Pelaksanaan :
3 Cuci tangan.
4 Jelaskan tujuan pemberian oksigen dengan kateter.
5 Bawa alat ke dekat klien.
6 Mengubungkan flowmeter ke humidifier dan kateter dihubungkan dengan
menggunakan konektor.
62
8 Memasukkan kateter orofaring dengan cara :
- olesi kateter dengan cairan pelumas
- beri oksigen 2 – 3 liter/mnt.
- Sandarkan kepala klien ke belakang
- Masukkan kateter mengikuti dasar lubang hidung
- Lihat posisi kateter di orofaring dengan senter
9 Menetapkan kadar oksigen sesuai indikasi.
10 Memfiksasi kateter pada hidung.
11 Kewaspadaan :
Observasi apakah :
- kateter tidak tersumbat
- orofaring teriritasi
- tabung pelembab kurang cukup berisi air
- oksigen tidak mencukupi
PROSEDUR
Pengisapan Lendir/Sekret
Pengisapan lendir adalah suatu metode untuk mengeluarkan lender atau secret dari jalan napas. Pengisapan ini
biasa dilakukan melalui mulut, nasofaring atau trakea. Prosedur ini bertujuan untuk mempertahankan kepatenana
jalan napas dengan menjaga kelancaran dan membebaskan jalan napas dari secret/lender yang menumpuk.
Pengisapan nasotrakea meliputi pemasangan slang karet kecil ke dalam hidung klien dan terus ke trakea. Tujuan
prosedur ini adalah menghilangkan sekret dari jalan napas klien dan untuk merangsang klien batuk dalam. Sekret
yang tidak hilang dari jalan napas eningkatkan risiko infeksi klien dan/atau kegagalan pernapasan.
Prosedur ini dikontraindikasikan pada klien yang mengalami kelainan yang dapat menimbulkan spasme laring
(terutama sebagai akibat pengisapan melalui trakea) gangguan peradarahan, edema laring, varises esophagus,
pembedahan trakea, pembedahan gaster dengan anastomosis dan infark miokard.
63
PROSEDUR PENGISAPAN SEKRET/LENDIR
No Kegiatan Check
List
1 2 3
1
Persiapan Alat :
Mesin pengisapan dan set pelengkap
Kateter pengisap ukuran 14 F (dilengkapi dengan alat penutup/pembuka)
Wadah steril (t.u untuk pengisapan melalui trakea dan trakeostomi)
Air steril
Pelumas (biasanya KY Jelly)
Tisu/lap pengering
Handuk steril
Sarung tangan steril (untuk pengisapan melalui trakea dan trakeostomi)
Botol penampung
Manometer untuk mengukur jumlah daya isap
Spatel lidah (jika perlu)
Set oksigen
2 Cuci tangan.
3 Jelaskan prosedur kepada klien atau keluarga (jika klien tidak sadar).
4 Ukur tanda vital
5 Periksa fungsi mesin pengisap.
6 Posisikan klien semi fowler atau fowler.
7 Berikan oksigen sebelum melakukan pengisapan
8 Hidupkan sumber pengisap dan tempatkan ujung jari di ujung selang yang
disambungkan.
9 Pakai sarung tangan dan memberi pelumas pada kateter. Dengan pengisap
tidak mengisap, masukkan kateter perlahan-lahan sampai ke faring, laring.
Pengisap mengisap, keluarkan kateter dengan gerakan memutar. Lama
pengisapan 10 – 15 detik, berikan istirahat.
64
FISIOTERAPI DADA.
(Ns. Nurmaulid,S.Kep,|M.Kep)
Perkusi dan vibrasi adalah teknik yang dilakukan secara manual untuk melepaskan lender dan meningkatkan
pengaliran mucus serta secret dari paru-paru pada klien dengan masalah-masalah paru-paru tertentu. Perkusi yaitu
pergerakan yang ditimbulkan melalui ketukan pada dinding dada dalam irama yang teratur dengan menggunakan
telapak tangan yang dibentuk seperti mangkuk. Pergelangan tangan dalam posisi fleksi dan ekstensi selama selama
pengetukan. Vibrasi adalah teknik kompresi manual dan getaran pada dinding dada selama fase ekspirasi.
Kriteria Hasil :
Klien akan :
Berventilasi dengan jalan napas bersih, yang dibuktikan dengan frekuensi pernapasan klien dalam batas normal
dan bunyi napas pada semua lobus bersih.
65
Prosedur Drainase Postural
No Kegiatan Check
List
1 2 3
1 Menjelaskan tujuan prosedur pada klien dan keluarga.
2 Cuci tangan.
3 Berikan bronkodilator, ekspektoran, atau cairan hangat, jika diprogramkan
atau diiinginkan.
Gbr. 24
Gbr.25
c Berbaring datar, lakukan terapi pada dada kanan dan kiri (mendrainase segmen
anterior)
Gbr. 26
d Telungkup, miring kanan atau kiri; lakukan terapi pada dada kanan atau kiri
(mendrainase segmen poserior)
Gbr. 27
66
Untuk mendrainase segmen/lobus paru tengah, posisikan klien :
e Miring kanan atau kiri pada posisi Trendelenburg, lakukan terapi pada dada
kanan (mendrainase lobus anterior tengah)
Gbr. 28
Gbr.29
Gbr. 30
Gbr. 31
67
I Berbaring miring kanan atau kiri, pada posisi Trendelenburg, lakukan terapi
pada punggung (mendrainase lobus basa lateral)
Gbr.32
Gbr. 33
Pertahankan klien pada posisinya sampai perkusi dada dan vibrasi selesai
7 (kira-kira 5 menit)
8 Bantu klien ke posisi untuk batuk, atau untuk pengisapan trakea.
9 Posisikan klien untuk mendrainase area target berikut dan ulangi perkusi dan
vibrasi.
68
Prosedur Perkusi dan Vibrasi
4 Rapatkan jari dan ibu jari bersamaan dan fleksikan sedikit, buat mangkuk
dangkal pada telapak tangan.
7 Lanjutkan perkusi perkusi 1 samapi 2 menit per area target, jika dapat
dioleransi.
69
15 Bantu klien dalam perawatan mulut.
16 Bantu klien untuk menempatkan diri pada posisi yang nyaman dengan dada
ditinggikan 45 derajat atau lebih.
17 Cuci tangan.
18 Mendokumentasiman prosedur dalam catatan klien : waktu pemberian
tindakan, letak sekret, respon klien, nama perawat.
70
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. (2005). Edisi ke 4.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.
EGC :Jakarta.
Potter & Perry. ( 2000 ). Edisi ke 3. Buku Keterampilan dan Prosedur Dasar. EGC: Jakarta.
Suzanne, S. (2000). Edisi ke 8. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta.
71