Artikel Evaluasi Asosiasi Septina Dan Endra

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Maritim Polimarin vol 2 nomer 1 tahun 2016

STUDI EVALUASI KINERJA ASOSIASI PEREMPUAN PELAUT DI INDONESIA

Septina Dwi Retnandaria


Endra Winarni b
a
Prodi KPN Politeknik Maritim Negeri Indonesia
b
Prodi KPN Politeknik Maritim Negeri Indonesia

Masalah yang diajukan pada penelitian mengenai ‘Studi Evaluasi Kinerja Asosiasi Perempuan Pelaut di Indonesia
adalah 1) Asosiasi perempuan pelaut di Indonesia tidak menjaring anggota lembaga secara profesional; 2)
Asosiasi perempuan pelaut di Indonesia tidak memiliki anggota yang berkompeten dalam urusan kepalutan dan 3)
Perempuan pelaut belum tertarik untuk bergabung pada asosiasi. Permasalahan tersebut mengarahkan penelitian
pada pertanyaan mengenai : ‘Apakah perempuan pelaut memiliki motivasi untuk menjawab berbagai
permasalahan perempuan pelaut Indonesia melalui pembentukan asosiasi?
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan tipe deskripsi analitis melalui penggambaran obyek
penelitian untuk dianalisa dan dicari model pengembangan atas obyek penelitian. Metode ini bisa dipakai untuk
diterapkan dalam penelitian tentang evaluasi organisasi sekaligus mengenai perubahan organisasi. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua perempuan pelaut di Indonesia. Sementara cara penentuan sampel yang dipakai adalah
purposive sampling dan penetapan responden berikutnya dengan metode snowball. Ada 3 metode pengumpulan
data yaitu observasi dan wawancara kepada sumber data primer serta studi pustaka lewat artikel dan berita yang
diperoleh dari brosur, barang cetakan, majalah, internet dan lain-lain. Analisa data yang dipakai adalah analisa
kualitatif
Kesimpulan yang diperoleh adalah asosiasi perempuan pelaut belum bisa dikatakan sebagai sebuah organisasi
yang hidup karena asosiasi masih rendah dalam : 1) menerapkan misi dan visinya, 2) mengelola, mengembangkan
dan menyebarkan pengetahuan dan potensi orang-orangnya secara maksimal pada tingkat individu, kelompok,
maupun organisasi, 3) merencanakan dan mengelola kemitraan eksternal dan sumber-sumber internalnya untuk
mendukung kebijakan dan strateginya, dan proses operasinya yang efektif, dan 4) dalam pola kelola asosiasi untuk
mendukung kebijakan dan strategi asosiasi.
Rekomendasi yang disampaikan adalah 1) Asosiasi perempuan pelaut di Indonesia sebaiknya mulai berbenah diri
mengembangkan lembaga, mulai dari kelembagaan dan keanggotaan. Dengan adanya penguatan asosiasi maka
asosiasi memiliki bargaining position dengan pemerintah atau pihak lain untuk perbaikan posisi dan kondisi
pelaut, 2) Asosiasi perempuan pelaut di Indonesia perlu membuka diri dan berjejaring dengan lembaga terkait,
selain perusahaan pelayaran juga kelompok serikat buruh, asosiasi pengacara, lembaga pendidikan yang
menawarkan jasa pengembangan profesionalitas pelaut.

Keywords : Evaluasi, Asosiasi

A. Latar Belakang Permasalahan orang menurut Ketua DPP INSA, Jhohnson


Dunia maritim melekat erat dengan kehidupan W.Sutjipto (Berita Transcom, tahun 2016). Jumlah
bangsa dan warga Indonesia. Hal tersebut karena tersebut masih sangat kurang jika dibandingkan
profesi pelaut telah menjadi profesi bangsa dengan penduduk Indonesia. Menurut perhitungan,
Indonesia selama berabad-abad yang lalu. Posisi seharusnya jumlah tersebut masih perlu ditambah
geografi, iklim serta proporsi wilayah air di sebanyak 10 kalinya. Meskipun jumlah pelaut
wilayah Indonesia membawa dan bahkan memaksa masih kurang, bukan berarti jumlah yang ada tidak
bangsa Indonesia untuk mengandalkan sumber dan atau kurang diperhatikan hak dan kewenangannya.
lingkungan lautnya menjadi sumber kebutuhan Maritime Labor Convention yang diterbitkan tahun
hidup dan sumber pendapatan. Nenek moyang 2006, baru diratifikasi oleh pemerintah Indonesia
bangsa Indonesia sudah dikenal memiliki profesi melalui Undang Undang nomer 15 pada tanggal 6
sebagai pelaut. Memahami bahwa bangsa Oktober 2016. Undang undang ini mengatur
Indonesia telah mengambil sumber laut, mengelola tentang konvensi ketenagakerjaan maritim, di
selama berabad-abad, maka bisa logis bila negara antaranya termasuk mengatur standar minimum
Indonesia saat ini perlu meningkatkan jumlah bagi pelaut untuk bekerja di atas kapal seperti usia
pelautnya. minimal, sertifikasi keahlian, upah, jam kerja dan
Dari data diketahui bahwa jumlah personil pekerja kontrak kerja. Selain itu juga mengatur fasilitas
di laut berkebangsaan Indonesia adalah 570 ribu kapal, perlindungan kesehatan, kesejahteraan serta

1
Jurnal Maritim Polimarin vol 2 nomer 1 tahun 2016

perlindungan sosial bagi pelaut. Melihat lamanya satu. Satu organisasi perempuan yang ada pun saat
waktu ratifikasi tersebut, antara tahun 2006 hingga ini (penelitian diambil pada tahun 2013)
tahun 2016, bisa dikatakan bahwa pemerintah menunujukkan indikasi adanya kekurangan
terlalu lama melakukan ratifikasi, yang akibatnya pengorganisasian.
tentu saja hak pelaut diabaikan. Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa point
Berbicara perlindungan hukum untuk pekerja yang melatar belakangi permasalahan antara lain:
berarti membahas tentang hak dan kewajiban 1. Perempuan pelaut di Indonesia belum
tenaga pekerja. Perlindungan hukum terhadap mendapatkan dukungan khusus dari
tenaga kerja di kapal merupakan salah satu bagian pemerintah terkait dengan kegiatan dan
yang sangat penting dalam pelaksanaan hak bekerja kewajiban di kapal dan di laut.
dalam perusahaan, apalagi mengingat resiko 2. Asosiasi perempuan pelaut di Indonesia
bahayanya, maka pekerjaan yang dilakukan oleh belum dikelola secara baik dan
tenaga kerja di kapal haruslah sesuai dengan harkat profesional.
dan martabat manusia itu sendiri. Akibat dari 3. Perempuan pelaut tidak memiliki wadah
belum diratifikasinya aturan pelaut maka standar yang tepat untuk pemberdayaan dirinya
gaji pelaut Indonesia pun juga jauh dibandingkan dan keluarganya.
pelaut bangsa lain.
Permasalahan lain yang perlu dikemuka adalah hal B. Perumusan Masalah
kualitas pelaut Indonesia. Persoalan tersebut 1. Bagaimana gambaran perkembangan
penting dipekan kahatikan karena masih ada asosiasi perempuan pelaut di Indonesia ?
banyak informasi mengenai kurangnya kualitas 2. Bagimana kinerja asosiasi perempuan
pelaut Indonesia terutama dalam menjawab pelaut yang ada di Indonesia?
kebutuhan standar pelaut di tingkat internasional.
Secara umum kurangnya kualitas pelaut Indonesia C. Kerangka Teori
dibanding dengan pelaut negara lain adalah Organisasi sebagai wadah yang memungkinkan
kompetensinaya, masih banyak yang menjadi ABK masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya
di kapal, pembandingnya adalah perwira kapal. belum dapat dicapai oleh individu secara sendiri
Perbedaan lain, khususnya dibanding dengan pelaut sendiri (James L. Gibson, 1986) dan organisasi
dari negara di Asia adalah kemampuan berbahasa sebagai perserikatan manusia untuk mencapai
Inggris. tujuan bersama (J.D. Mooney), dibedakan menjadi
Persoalan ini menjadi semakin berat jika berbicara dua macam pengertian : sebagai alat dan sebagai
mengenai perempuan pelaut. Jika pelaut saja belum fungsi atau organisasi sebagai manajemen. Dengan
diurus dengan benar, apa lagi pelaut perempuan. perkataan lain, berdasarkan sifatnya organisasi
Pada diri perempuan ada banyak hal yang khusus. dapat dibedakan antara organisasi statis dan
Sebut saja ada masalah khusus mengenai diri organisasi dinamis.
perempuan pelaut adalah kesempatan untuk Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai
menjadi kepala mesin, ijin tidak bekerja saat dalam organisasi, ada yang cocok sama satu sama lain,
kondisi lemah di masa haid dan sesudah dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada
melahirkan, standar gaji, dan kesempatan untuk dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah
mengikuti pelatihan ataupun training yang dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama
mensyaratkan kekuatan fisik. Sampai hari ini secara rasional dan sistematis, terencana,
belum banyak aturan yang memihak perempuan terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam
pelaut. memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin,
Sebenarnya jika pelaut Indonesia memiliki metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan
bargaining position yang mantap untuk lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan
keberlangsungan profesi mereka, maka pemerintah efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
bisa didesak untuk mendukung pelaut Indonesia. Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian
Masalahnya para pelaut ini memikirkan nasib organisasi sebagai berikut.
secara partial, tidak berorganisasi. Dari sisi 1. Stoner mengatakan bahwa organisasi
perempuan pelaut bahkan lebih parah lagi. adalah suatu pola hubungan-hubungan
Persoalan perempuan pelaut lebih banyak yang melalui mana orang-orang di bawah
diabnding pelaut pria, dengan jumlah perempuan pengarahan atasan mengejar tujuan
pelaut yang amat sedikit dibandingkan yang pria, bersama.
maka perempuan sulit untuk menempatkan dirinya 2. Stephen P. Robbins menyatakan bahwa
pada posisi yang kuat. Pada kenyataannya Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial
organisasi pelaut yang dimiliki oleh perempuan yang dikoordinasikan secara sadar, dengan
pelaut belum bisa dihitung hingga angka lebih dari sebuah batasan yang relatif dapat

2
Jurnal Maritim Polimarin vol 2 nomer 1 tahun 2016

diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang diaplikasikan pada semua situasi yang
relatif terus menerus untuk mencapai suatu diha-dapkan pada pimpinan organisasi.
tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Ketiga unsur tersebut dicakup pada semua evaluasi.
3. Prof Dr. Sondang P. Siagian, Semua metode kerja, kegiatan dan situasi dalam
mendefinisikan organisasi ialah setiap suatu organisasi dapat dievaluasi.
bentuk persekutuan antara dua orang atau Ciri-ciri organisasi yang sehat, selain yang telah
lebih yang bekerja bersama serta secara dikemukakan di atas adalah:
formal terikat dalam rangka pencapaian 1. Mempunyai tujuan & sasaran
suatu tujuan yang telah ditentukan dalam 2. Mempunyai keterikatan format dan tata
ikatan yang mana terdapat seseorang / tertib yang harus ditaati
beberapa orang yang disebut atasan dan 3. Adanya kerja sama dari sekelompok orang
seorang / sekelompok orang yang disebut 4. Mempunyai koordinasi tugas dan
dengan bawahan. wewenang
4. Drs. Malayu S.P Hasibuan mengatakan Evaluasi dalam konteks manajemen terutama
organisasi ialah suatu sistem perserikatan digunakan untuk membantu memilih dan
formal, berstruktur dan terkoordinasi dari merancang kegiatan yang akan datang. Studi
sekelompok yang bekerja sama dalam evaluasi dapat menilai atau menduga keadaan yang
mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya dihasilkan pada suatu kegiatan yang dalam hal ini
merupakan alat dan wadah saja. perubahan organisasi (mencakup keluaran/output
5. Chester L Bernard (1938) mengatakan dan hasil/outcome dan distribusi manfaat di antara
bahwa Organisasi adalah system kerjasama berbagai kelompok sasaran, dan dapat menilai
antara dua orang atau lebih ( Define efektivitas biaya dari proyek. Jika kegiatan tidak
organization as a system of cooperative of mempunyai sistem evaluasi yang efektif, maka
two or more persons) yang sama-sama bahaya akan meningkat, terutama saat melanjutkan
memiliki visi dan misi yang sama. kegiatan yang sebenarnya secara fakta tidak
menghasilkan manfaat yang diinginkan.
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan
dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti penyatuan antara harapan dan kenyataan. Hal yang sangat
visi dan misi serta tujuan yang sama dengan dipentingkan dalam semua kegiatan evaluasi adalah
perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut kesempurnaan dan keakuratan data. Evaluasi pada
terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap dasarnya merupakan kajian yang merupakan
baik adalah organisasi yang dapat diakui kegiatan mencari faktor penyebab timbulnya
keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, permasalahan, bukan hanya sekedar gejala yang
karena memberikan kontribusi seperti; tampak dalam permukaan. Karena itu evaluasi
pengambilan sumber daya manusia dalam merupakan kegiatan diagnostik, menjelaskan
masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga interpretasi hasil analisis data dan kesimpulan.
menekan angka pengangguran. Evaluasi dapat juga diartikan sebagai proses
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi menilai sesuatu yang didasarkan pada kriteria atau
mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus. tujuan yang telah ditetapkan, yang selanjutnya
Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek
seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi yang dievaluasi. Hasil dari kegiatan evaluasi adalah
menghadapi perubahan yang konstan di dalam bersifat kualitatif. Sudijono (1996) mengemukakan
keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka bahwa pengertian evaluasi adalah interpretasi atau
menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi penafsiran yang bersumber pada data kuantitatif,
berpartisipasi secara relatif teratur. sedang data kuantitatif merupakan hasil dari
Sebuah organisasi yang secara sehat memiliki pengukuran.
tujuan atau visi, tentu merancang kegiatan evaluasi Selanjutnya sebuah organisasi berkinerja tinggi
atas kinerjanya dalam rangka memeriksa dapat diukur dari hasil kerja (kinerja) organisasi itu
pencapaian upaya mencapai tujuan atau visi yang sendiri. Bila hasil evaluasi ternyata menunjukkan
ada. Pada umumnya konsep evaluasi sebagai proses kinerja yang tinggi berarti organisasi tersebut telah
adalah: berhasil melakukan perubahan menjadi organisasi
1. mengumpulkan informasi berkinerja tinggi. Akan tetapi sebaliknya bila hasil
2. menggunakan standar atau kriteria dalam evaluasi menunjukkan kinerja yang belum
evaluasi memuaskan, maka perlu dicari permasalahan apa
3. menarik kesimpulan, menetapkan suatu yang menghambat terwujudnya organisasi
keputusan yang berguna yang dapat berkinerja tinggi.

3
Jurnal Maritim Polimarin vol 2 nomer 1 tahun 2016

Proses evaluasi pada umumnya memiliki tahapan- organisasi ditentukan dengan seberapa
tahapannya sendiri, yang lebih penting adalah jauh pencapaian tujuan organisasi.
bahwa prosesnya sejalan dengan fungsi evaluasi itu Untuk bisa menggunakan pendekatan ini,
sendiri.” Berikut ini dipaparkan salah satu tahapan ada beberapa hal yang harus dipenuhi,
evaluasi yang sifatnya umum digunakan. antara lain:
1. Menentukan apa yang akan dievaluasi. a. Organisasi mempunyai tujuan akhir
Dalam bidang apapun, apa saja yang yang jelas, yang tercermin visi dan
dapat dievaluasi, dapat mengacu pada misi yang dimiliki
suatu program kerja. Di sana banyak b. Tujuan organisasi tersebut
terdapat aspek-aspek yang sekiranya diidentifikasi dan ditetapkan dengan
dapat dan perlu dievaluasi. Tetapi, baik agar dapat dimengerti
umumnya yang diprioritaskan untuk c. Tujuan-tujuan tersebut diturunkan
dievaluasi adalah hal-hal yang menjadi menjadi kegiatan operasional agar
key-success factors-nya mudah dikelola
2. Merancang (desain) kegiatan evaluasi. d. Ada konsensus untuk mencapai
Sebelum evaluasi dilakukan, harus tujuan tersebut.
ditentukan terlebih dahulu desain e. Kemajuan ke arah pencapaian tujuan
evaluasinya agar data apa saja yang tersebut dapat diukur.
dibutuhkan, tahapan-tahapan kerja apa 2. Pendekatan Sistem / Proses Internal
saja yang dilalui, siapa saja yang akan Pendekatan ini lebih menekankan pada
dilibatkan, serta apa saja yang akan cara untuk mencapai tujuan. Hal-hal
dihasilkan menjadi jelas. tersebut di atas didasarkan pada asumsi
3. Pengumpulan data. Berdasarkan desain sebagai berikut :
yang telah disiapkan, pengumpulan data a. Organisasi terdiri dari sub-sub bagian
dapat dilakukan secara efektif dan yang saling berhubungan, di mana
efisien, yaitu sesuai dengan kaidah- jika salah satu bagian mempunyai
kaidah ilmiah yang berlaku dan sesuai kinerja yang jelek akan berpengaruh
dengan kebutuhan dan kemampuan. terhadap keseluruhan organisasi.
4. Pengolahan dan analisis data. Setelah b. Keberhasilan organiasai berinteraksi
data terkumpul, data tersebut diolah dengan lingkungan akan
untuk dikelompokkan agar mudah meningkatkan daya saing organsiasi,
dianalisis dengan menggunakan alat-alat sehingga manajemen tidak boleh
analisis yang sesuai, sehingga dapat gagal dalam mempertahankan
menghasilkan fakta yang dapat hubungan baik dengan pelanggan,
dipercaya. Selanjutnya, dibandingkan serikat pekerja, dan lainnya.
antara Fakta dan harapan/rencana untuk c. Kelangsungan hidup membutuhkan
menghasilkan gap. Besar gap akan sumber daya, oleh karena itu harus
disesuaikan dengan tolok ukur tertentu dilakukan terus menerus terhadap
sebagai hasil evaluasinya. bahan baku, sumber daya manusia,
5. Pelaporan hasil evaluasi. Agar hasil pelanggan diantisipasi dan
evaluasi dapat dimanfatkan bagi pihak- sebagainya.
pihak yang berkepentingan, hendaknya Pendekatan sistem ini akan sangat
hasil evaluasi didokumentasikan secara berguna jika ada hubungan yang jelas
tertulis. antara masukan (input) dan keluaran (out-
Evaluasi kinerja sebuah organisasi bisa put) dan sebaliknya ada beberapa kendala
mengggunakan beberapa pendekatan. Pendekatan karena kesulitan mengembangkan alat
tersebut antara lain: ukur, misalnya untuk melihat kejelasan
1. Pendekatan pencapaian tujuan komunikasi intern.
Pendekatan ini merupakan pendekatan 3. Pendekatan Kepuasan Konstituen
yang paling umum digunakan dalam Strategis
menilai kinerja organisasi, di mana Dengan pendekatan ini organisasi
output dan atau hasil yang ada/ dicapai dikatakan efektif dan atau berkinerja
dibandingkan dengan hasil sebelumnya tinggi jika dapat memenuhi tuntutan
dan dengan rencana/ target yang telah konstituen yang mendukung kelanjutan
ditetapkan. Dengan kriteria ini kinerja eksistensi organisasi tersebut. Yang
dimaksud dengan konstituen di sini

4
Jurnal Maritim Polimarin vol 2 nomer 1 tahun 2016

adalah orang atau sekelompok orang outcome pada tingkat yang lebih tinggi
yang mempunyai pengaruh terhadap hingga ultimate.
kelangsungan hidup organisasi, seperti
penyedia sumber daya, pelanggan dan Dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
sebagainya. diperlukan partisipasi baik dalam organisasi sendiri
Ada beberapa kesulitan yang mungkin maupun dari luar organisasi yaitu dukungan
akan dihadapi ketika menggunakan anggota. Kerjasama dalam organisasi dapat
pendekatan ini. Penentuan konstituen terwujud bila ada kesadaran untuk berperan aktif.
strategis pada lingkungan yang besar Partisipasi atau keterlibatan seseorang sangat
pada prakteknya sangat sulit, karena diperlukan baik dalam wujud gagasan maupun
lingkungan berubah dengan cepat. Hal tingkah laku. Hal itu sesuai dengan pengertian
lain adalah pada masing-masing bagian/ partisipasi yang dikemukakan oleh Keith Davis:
unit organisasi bisa saja mempunyai (1987) “Participation can be defined as mental and
konstituen strategis yang berbeda. emotional involvement of a person in a group
Dengan kondisi ini dengan sendirinya situation which encourages him to contribute to
organisasi akan kesulitan menetapkan group goals and share responsibility in them.”
konstituen mana yang harus dipenuhi yang artinya partisipasi dapat didefinisikan sebagai
tuntutannya. keterlibatan mental pikiran dan emosi seseorang di
Dalam rangka pengukuran dan peningkatan kinerja dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk
serta lebih meningkatkan akuntabilitas kinerja memberikan sumbangan kepada kelompok dalam
organisai, maka setiap organisasi perlu menetapkan usaha mencapai tujuan serta turut
Indikator Kinerja Utama (IKU). IKU (Key bertanggungjawab kepada usaha yang
Performance Indicator) adalah ukuran keberhasilan bersangkutan. “Partisipasi merupakan cara yang
dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi. efektif membangun kemampuan masyarakat untuk
Tujuan penetapan indikator kinerja utama yaitu: pengelolaan program pembangunan guna
1. untuk memperoleh informasi kinerja yang memenuhi kebutuhan khas daerah”demikian
penting dan diperlukan dalam dikatakan Moeljarto (1995). Sedangkan partisipasi
menyelenggarakan manajemen kinerja secara menurut Mubyarto (1991) adalah “Kesediaan untuk
baik; membentu keberhasilan setiap program sesuai
2. untuk memperoleh ukuran keberhasilan dari kemampuan setiap orang tanpa berarti
pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis mengorbankan kepentingan sendiri”. Dengan
organisasi yang digunakan untuk perbaikan demikian partisipasi merupakan keterlibatan
kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja. seseorang baik mental maupun emosi dan
Ada berbagai jenis indikator kinerja, yaitu: mengarahkan orang-orang agar turut mendukung
1. Indikator input: gambaran mengenai situasi organisasinya, dalam arti mengembangkan
sumberdaya yang digunakan untuk inisiatif dan kreativitasnya dalam mencapai sasaran
menghasilkan output dan outcome (kuantitas, kelompok, agar manusia bertanggung jawab atas
kualitas, dan kehematan) kelompoknya. Anggota yang berpartisipasi dalam
2. Indikator process: gambaran mengenai organisasi akan mendukung keberadaan organisasi
langkah-langkah yang dilaksanakan dalam serta melindungi dari segala ancaman. Dukungan
menghasilkan barang atau jasa (frekuensi tersebut dapat berupa kemampuan anggota
proses, ketaatan terhadap jadwal, dan meningkatkan kesejahteraan, keterlibatan anggota
ketaatan terhadap ketentuan/standar). dalam mengelola kelompok, keterlibatan anggota
3. Indikator output: gambaran mengenai output dalam pengambilan keputusan, usaha berorientasi
dalam bentuk barang atau jasa yang kepada kepentingan anggota, adanya aktivitas
dihasilkan dari suatu kegiatan (kuantitas, pendidikan, pelatihan, penerangan untuk
kualitas, dan efisiensi) meningkatkan kemampuan anggota, dengan kata
4. Indikator outcome: gambaran mengenai hasil lain organisasi dapat mencapai keberhasilan sesuai
aktual atau yang diharapkan dari barang atau yang diharapkan.
jasa yang dihasilkan (peningkatan kuantitas,
perbaikan proses, peningkatan efisiensi,
peningkatan kualitas, perubahan perilaku, D. Konsep dan Indikator Variabel
peningkatan efektivitas, dan peningkatan 1. Evaluasi yang diartikan sebagai proses
pendapatan) menilai sesuatu yang didasarkan pada
5. Indikator dampak: gambaran mengenai akibat kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan,
langsung atau tidak langsung dari tercapainya yang selanjutnya diikuti dengan
tujuan. Indikator dampak adalah indikator

5
Jurnal Maritim Polimarin vol 2 nomer 1 tahun 2016

pengambilan keputusan atas obyek yang E. Metode penelitian


dievaluasi 1. Penelitian ini termasuk jenis penelitian
2. Asosiasi adalah : proses intraksi yang kualitatif dengan tipe deskripsi analitis
mendasari terbentuknya lembaga- melalui peng-gambaran obyek penelitian
lembaga sosial. untuk dianalisa dan dicari model
Indikator dari evaluasi asosiasi adalah pengembangan atas obyek penelitian.
1. Manajemen asosiasi, diukur dari : Metode ini bisa dipakai untuk diterapkan
a. proses perencanaan, dalam penelitian tentang evaluasi
b. mengorganisasi, organisasi sekaligus mengenai perubahan
c. menggerakkan dan organisasi.
d. melakukan kontrol 2. Populasi dalam penelitian ini adalah
2. Kepemimpinan semua perempuan pelaut di Indonesia.
a. kemampuan pimpinan Sementara cara penentuan sampel yang
mengembangkan dipakai adalah purposive sampling.
b. kemampuan menduduki suatu posisi 3. Ada 2 (dua) metode pengumpulan data
di kelompok yaitu observasi dan wawancara kepada
c. kemampuan mempengaruhi orang- sumber data primer yaitu perempuan
orang dalam kelompok pelaut.
d. kemampuan mengkoordinasi 4. Analisa data yang dipakai adalah analisa
kelompok kualitatif
e. kemampuan mengarahkan kelompok
mencapai tujuan F. Temuan
f. kemampuan pengambilan keputusan 1. Evaluasi Kinerja Lembaga
g. Kemampuan memotivasi bawahan a. Tujuan dari asosiasi perempuan
h. Mempunyai ketrampilan pelaut di Indonesia adalah
berkomunikasi menyatukan yang terlibat erat di
3. Partisipasi Anggota dunia maritim. Namun tujuan dari
a. tingkat keterlibatan perasaan anggota asosiasi ini tidak diawali dengan
b. tingkat keterlibatan pikiran (keaktifan penentuan visi dan misi asosiasi.
anggota dalam menyumbangkan b. Asosiasi belum memiliki sosok yang
gagasan, ide, dan kemampuan dijadikan pemimpin sehingga
memecahkan masalah). kemampuan pimpinan
c. tingkat keterlibatan fisik (keaktifan mengembangkan dan memfasilitasi
menghadiri kegiatan). pencapaian misi dan visi dari
organisasi juga tidak bisa diperoleh.
Pada upaya perencanaan ada beberapa hal Asosiasi memiliki kesulitan untuk
yang menjadi ukuran, yaitu : menunjuk pemimpin karena
a. kemampuan asosiasi menentukan visi, beberapa alasan yaitu :
misi dan tujuannya - Tidak banyak yang bergabung
b. kemampuan asosiasi dalam di asosiasi
merencanakan kemitraan eksternal - Anggota yang bergabung pun
c. kemampuan asosiasi dalam tidak semuanya aktif
merencanakan sumber internal c. Asosiasi yang dimiliki oleh
d. kemampuan asosiasi dalam menerapkan perempuan saat ini belum bisa
misi dan visinya dikatakan sebagai sebuah organisasi
e. kemampuan memfasilitasi pencapaian yang hidup. Faktor-faktor tersebut
misi dan visi adalah :
f. kemampuan asosiasi dalam mengelola - kemampuan asosiasi dalam
kemitraan eksternal menerapkan misi dan visinya
g. kemampuan asosiasi dalam mengelola, - kemampuan asosiasi dalam
mengembangkan dan menyebarkan merencanakan dan mengelola
penge-tahuan dan potensi orang-orangnya kemitraan eksternal dan
secara maksimal pada tingkat individu, sumber-sumber internalnya
kelompok, maupun organisasi. untuk mendukung kebijakan
h. Pencapaian asosiasi dalam memuaskan dan strateginya, dan proses
para pengguna jasa dan stakeholder-nya operasinya yang efektif,
dan para anggotanya.

6
Jurnal Maritim Polimarin vol 2 nomer 1 tahun 2016

- pola kelola asosiasi untuk mengelola sumber daya alam, dan


mendukung kebijakan dan kemampuan asosiasi dalam
strategi asosiasi memberikan solusi efektif terhadap
d. Dengan tidak hidupnya asosiasi tantangan yang muncul di
akan berdampak pada pencapaian masyarakat. Relevansi dalam hal
tujuan asosiasi utamanya pada ini dimaksudkan adanya kesesuaian
pemenuhan kepuasan atau tujuan antara tata kelola organisasi
dari pihak yang terkait dengan asosiasi yang dikembangkan
asosiasi. Pihak-pihak yang dengan kebutuhan pada asosiasi.
dimaksud adalah pengguna jasa dan Efisiensi dimaksudkan
stakeholder-nya, masyarakat, memanfaatkan sumber daya secara
terlebih pada para anggotanya. hemat dan bertanggungjawab.
2. Kepemimpinan c. Asosiasi belum memiliki sosok
a. Asosiasi belum memiliki sosok pemimpin yang dipengaruhi oleh
pemimpin yang berpengaruh kemampuannya dalam melakukan
terhadap orang lain agar menjadi komunikasi antara lain berupa
lebih efektif saat bekerja untuk komunikasi interpersonal, sehingga
mencapai tujuan bersama mereka pemimpin tidak efektif untuk
dan menjaga hubungan diantara menjalankan fungsi
semua anggotanya. Kemampuan ini kepemimpinannya.
terlihat pada :
- pemimpin tidak dapat 3. Partisipasi angota
membantu sosiasi mencapai a. Dalam rangka pencapaian tujuan
tujuan dan mempunyai organisasi, tidak ditemukan
hubungan yang baik dengan dukungan partisipasi anggota baik
anggota asosiasi. dalam organisasi sendiri maupun
- proses mempengaruhi yang dari luar organisasi. Kerjasama
mempengaruhi interpretasi dalam organisasi tidak dapat
mengenai peristiwa-peristiwa terwujud karena tidak ada
bagi para pengikut, pilihan dari kesadaran untuk berperan aktif
sasaran-sasaran bagi organisasi, dalam wujud pencetusan gagasan
pengorganisasian untuk maupun tingkah laku. dalam
mencapai sasaran, motivasi, melakukan kerja sama, ada orang
pemeliharaan hubungan kerja yang melakukannya dengan tekun,
sama dan teamwork, serta sabar dan selalu mementingkan
perolehan dukungan dan kerja kepentingan bersama diatas
sama dari orang-orang yang kepentingan pribadinya. Sementara
berada diluar kelompok atau di pihak lain, ada orang yang
organisasi bermalas-malasan, tidak sabaran
- kemampuan memimpin dengan dan hanya ingin mencari untung
menggerakan masa untuk patuh sendiri
kepadanya dengan melalui b. Tidak ada dukungan anggota dalam
berbagai cara seperti membujuk mencapai sasaran kelompok untuk
bahkan melakkan kekerasan. mengembangkan inisiatif (gagasan)
b. Asosiasi belum memiliki sosok dan kreativitasnya. Anggota yang
pemimpin untuk memfasilitasi dan berpartisipasi dalam organisasi
mendorong anggota secara tidak mendukung keberadaan
sistematis dan terprogram organisasi serta melindungi dari
mengembangkan tata kelola segala ancaman. Partisipasi anggota
organisasi, meningkatkan kualitas, pasif, ditunjukkan oleh perilaku
relevansi, dan efisiensi kegiatan diam, kurang berinisiatif, tidak suka
yang diselenggarakannya. Tata memberi saran atau masukan, dan
kelola organisasi asosiasi melakukan segala sesuatu harus
disesuaikan dengan selalu mendapat saran dan
mengidentifikasi kebutuhan dukungan orang lain, dan keadaan
stakeholder, perkembangan emosionalnya relatif labil.
perilaku masyarakat dalam

7
Jurnal Maritim Polimarin vol 2 nomer 1 tahun 2016

c. Keterlibatan mental, pikiran dan Brantas (2009). Dasar-Dasar Manajemen. Bandung


emosi di dalam situasi kegiatan : Alfabeta.
kelompok yang mendorongnya
untuk memberikan sumbangan Eko Budi Waluyo http://id.shvoong.com/ social-
kepada asosiasi dalam usaha sciences/education/2196453-manfaat-dan-
meningkatkan kualitas, relevansi, tujuan-berorganisasi/ #ixzz2xRBfd1wJ
dan efisiensi kegiatan serta
tanggungjawab terhadap kegiatan Fahmi, Irham ( 2012). Manajemen Kepemimpinan
yang diselenggarakan belum : Teori & Aplikasi. Cetakan Kesatu. Bandung
mencapai tujuan kegiatan. : Alfabeta.

G. Rekomendasi Kartono, Kartini (1988), Pemimpin dan


1. Asosiasi perempuan pelaut di Indonesia Kepemimimpinan : Apakah Pemimpin
sebaiknya mulai berbenah diri Abnormal Itu?, Jakarta : Rajawali. Robbins,
mengembangkan lembaga, mulai dari Stephen P. (2003). Perilaku Organisasi.
kelembagaan dan keanggotaan. Dengan Jakarta : Indeks.
adanya penguatan asosiasi maka asosiasi
memiliki bargaining position dengan Slater, Robert (2001). Jack Welch and The GE
pemerintah atau pihak lain untuk Way : Wawasan Manajemen dan Rahasia
perbaikan posisi dan kondisi pelaut. Kepemimpinan CEO Legendaris (Terjemah
2. Asosiasi perempuan pelaut di Indonesia oleh Fandy Tjiptono). Edisi I. Yogyakarta :
perlu membuka diri dan berjejaring ANDI.
dengan lembaga terkait, selain
perusahaan pelayaran juga kelompok Stoner, James A.F., R. Edward Freeman, dan
serikat buruh, asosiasi pengacara, Daniel R. Gilbert Jr. (1996), Manajemen,
lembaga pendidikan yang menawarkan Jilid II, Jakarta : Prenhallindo. Van Der
jasa pengembangan profesionalitas Schroeff, H.J., dan Willem H. Makaliwe
pelaut. (1990). Manajemen dan Organisasi
3. Perempuan yang berprofesi pelaut perlu Perusahaan. Jakarta : Ghalia Indonesia.
ditantang untuk memajukan diri mereka
melalui kepemimpinannya di asosiasi. Zainun, Buchari (1989), Manajemen dan Motivasi,
Perlu adanya penyadaran bahwa tidak ada Edisi Revisi, Jakarta : Balai Aksara.
seorang pun yang bisa menyelesaikan
masalah kecuali diri sendiri. http://industri.bisnis.com/read/20120418/12/73059/
4. Anggota asosiasi dapat lebih memberikan pelaut-minta-payung-hukum-asosiasi,
aspirasinya pada asosiasi dan diunduh 13 November 2014
berpartisipasi pada setiap pertemuan
asosiasi dengan cara memberi sumbangan
pada identifikasi masalah, dukungan
pemikiran atas solusi dan dukungan
dalam merencanakan serta mengevaluasi
asosiasi.

Daftar Pustaka

Ahmad Jumroni, Teori Emansipasi, Feminisme


Dan Kesetaraan Gender, http://aauniethea.
blogspot. com/2011/11/teori-emansipasi-
feminisme-dan.html, diunduh tanggal 12
Agustus 2013)

Atmadja, Stanley S. (2012). Inside the Giant Leap :


How Abundance Mind Creates Performing
Climate to Achieve Extraordinary Result.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai