Anda di halaman 1dari 10

2.

1 Presepsi

2.1.1 Definisi Presepsi

Presepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian

terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga

menjadi sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam

diri individu, respon sebagai akibat dari dari presepsi dapat diambil oleh

individu dengan berbagai macam bentuk (Bimo Walgito 2004:70).

Mulyana (2005:167) mengungkapkan bahwa presepsi adalah proses

internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasian, dan

menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan proses tersebut

mempengaruhi perilaku kita. Presepsi merupakan inti komunikasi, karena jika

presepsi tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif.

Presepsi yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan

yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan presepsi antara individu, semakin

mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai

konsekuensinya semakin cenderung kelompok budaya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia prsepsi adalah tanggapan

(penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa

melalui panca inderanya. Presepsi merupakan pengalaman tentang objek,

peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan. Prsepsi ialah memberikan makna pada

stimuli indrawi (sensory stimuli). Presepsi didefinisikan sebagai suatu proses

yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-


kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka

(Robbins, 2001:88).

Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

presepsi merupakan proses penafsiran pesan yang diterima oleh panca indera

yang berbentuk tanggapan. Presepsi adalah bagian terpenting dalam

berkomunikasi, karena jika presepsi tidak jelas atau tidak akurat maka tidak

akan terjadi komunikasi yang efektif.

2.1.2 Syarat Terjadinya Presepsi

Menurut Sunaryo (2004:98) syarat-syarat terjadinya resepsi adalah

sebagai berikut:

a. Adanya objek yang dipersepsi;

b. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu

persiapan dalam mengadakan prespsi;

c. Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus;

d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang

kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.

2.1.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi presepsi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya presepsi menurut

Rackhmat (2011:54) sebagai berikut:

a. Faktor-faktor fungsional. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan,

pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut

sebagai faktor-faktor personal, yang berarti bahwa objek-objek yang


mendapat tekanan dalam presepsi biasanya objek-objek yang

memenuhi kebutuhan tujuan individu yang melakukan presepsi.

b. Faktor-faktor structural. Faktor-faktor structural yang menentukan

prespsi berasal dari luar individu, seperti lingkungan, budaya, hukum

yang berlaku, nilai-nilai dalam masyarakat sangat berpengaruh

terhadap seseorang dalam mempresepsikan sesuatu.

2.1.4 Bentuk-Bentuk Presepsi

Menurut Walgito (2004:118) bentuk-bentuk presepsi adalah sebagai

berikut:

a. Presepsi melalui indera penglihatan

Alat indera merupakan alat utama dalam individu mengadakan

presepsi. Seseorang dapat melihat dengan matanya tetapi mata

bukanlah satu-satunya bagian hingga individu dapat mempresepsi apa

yang dilihatnya, mata hanyalah merupakan salah satu alat atau bagian

yang menerima stimulus dan stimulus ini dilangsungkan oleh syaraf

sensoris ke otak, hingga akhirnya individu dapat menyadari apa yang

dilihat.

b. Presepsi melalui indera pendengaran

Seseorang dapat mendengar sesuatu dengan alat pendengaran, yaitu

telinga. Telinga merupakan salah satu alat untuk dapat mengetahui

sesuatu yang ada disekitarnya. Telinga dapat dibagi atas beberapa

bagian yang masing-masing mempunyai bagian fungsi masing-masing.

Seperti halnya dengan indera penglihatan, dalam pendengaran indvidu


dapat mendengar tentang resesptor sebagai suatu respon terhadap

stimulus tersebut.

c. Presepsi melalui indera pencium

Orang dapat mencium bau sesuatu melalui alat indera pencium yaitu

hidung. Sel-sel penerima atau reseptor bau terletak dalam hidung

sebelah dalam. Stimulusnya berwujud benda-benda yang bersifat

khemis atau gas yang dapat menguap, dan mengenai alat-alat penerima

yang ada dalam hidung, kemudian diteruskan oleh syaraf sensoris ke

otak, dan sebagai respon dari stimulus tersebut orang dapat menyadari

apa yang diciumnya yaitu bau atau aroma.

d. Presepsi melalui indera pengecap

Indera pengecap terdapat pada lidah. Stimulusnya merupakan benda

cair. Zat cair itu mengenai ujung sel penerima yang terdapat pada

lidah, yang kemudian dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke otak,

hingga akhirnya orang dapat menyadari atau mempresepsi tentang apa

yang dikecap itu. Masing-masing rasa yang dikecap mempunyai

daerah penerima rasa sendiri-sendiri pada lidah.

e. Presepsi indera peraba (Kulit)

Indera ini dapat merasakan sakit, rabaan, tekanan dan temperature.

Tetapi tidak semua bagian kulit dapat menerima rasa-rasa ini. Pada

bagian-bagian tertentu saja yang dapat untuk menerima stimulus-

stimulus tertentu.

2.1.5 Proses Presepsi

Menurut MIftah Toha (2003:145) proses terbentuknya presepsi

didasari pada beberapa tahapan, yaitu:


a. Stimulus atau Rangsangan

Terjadinya presepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu

stimulus/ransangan yang hadir dari lingkungannya.

b. Registrasi

Dalam proses registrasi, suatu gejala yang Nampak adalah mekanisme

fisik yang berupa penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh

melalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkan

atau melihat informasi yang terkirim kepadanya, kemudian mendaftar

semua informasi yang terkirim.

c. Interprestasi

Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari presepsi yang sangat

penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang

diterimanya. Proses tersebut bergantung pada cara pendalaman,

motivasi, dan kepribadian seseorang.

1.3 Kerangka Konseptual

Kebijakan Pemerintah tentang Presepsi


Kuliah Daring (Online)

Mahasiswa di wilayah Jakarta


Rancangan Analisis Data

Menurut (Sugiyono, 2010) yang dimaksud dengan analisis data adalah sebagai

berikut:

“Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain telah terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi
data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data dari setiap
variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah
diajukan.”

Analisis data dilakukan untuk mengolah data menjadi informasi, data akan

menjadi mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang

berkaitan dengan kegiatan penelitian. Data yang akan dianalisis merupakan data hasil

pendekatan survey penelitian dari penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan,

kemudian dilakukan analisis untuk menarik kesimpulan. Adapun urutan analisis yang

dilakukan yaitu:

1. Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara sampling, di mana yang

diselidiki adalah sampel dari pengukuran yang dipilih dari populasi yang menjadi

perhatian dalam penelitian.

2. Setelah metode pengumpulan data ditentukan, kemudian menentukan alat untuk

memperoleh data dari elemen-elemen yang akan diselidiki. Alat yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuesioner.

3. Kuesioner kemudian disebarkan ke lokasi penelitian yang telah ditetapkan. Setiap

item dari kuesioner memiliki nilai/skor 1 sampai dengan 5 dengan menggunakan

skor skala likert sebagai berikut:

Table 3.8
Skor Skala Likert
No Pilihan Jawaban Skor

1 Sangat Setuju/ Selalu 5

2 Setuju/ Sering 4

3 Cukup/ Kadang-Kadang 3
4 Kurang/ Jarang 2

5 Tidak Setuju/ Tidak Pernah 1

Mengumpulkan jawaban atas kuesioner yang telah diisi oleh responden

dikumpulkan oleh peneliti untuk dapat diolah menjadi data yang dapat

diinformasikan.

Selanjutnya, rancangan kuesioner yang nantinya akan dibagikan kepada responden


diantaranya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Pertanyaan: Seberapa efektif penyampaian materi yang dilakukan selama kelas
daring?
Nilai Kriteria

23 – 41,4 Tidak Efektif

41,4 – 59,8 Kurang Efektif

59,8 – 78,2 Cukup Efektif

78,2 – 96,6 Efektif

96,6 – 115 Sangat Efektif

Tabel 3.2
Bagaimana Jalinan Interaksi antar Civitas Akademik selama kelas daring
dilaksanakan?
Nilai (2 Pertanyaan) Kriteria

23 – 41,4 Tidak Baik

41,4 – 59,8 Kurang Baik

59,8 – 78,2 Cukup Baik

78,2 – 96,6 Baik


96,6 - 115 Sangat Baik

Tabel 3.3
Apakah Intensitas Jumlah Tugas yang diberikan selama kelas daring memberatkan
mahasiswa?
Nilai (3 Pertanyaan) Kriteria

23 – 41,4 Sangat Memberatkan

41,4 – 59,8 Memberatkan

59,8 – 78,2 Cukup Memberatkan

78,2 – 96,6 Tidak memberatkan

96,6 - 115 Sangat tidak memberatkan

Tabel 3.4
Secara keseluruhan seberapa efektif pelaksanaan kuliah daring sebagai bentuk
implementasi kebijakan pemerintah?
Nilai (4 Pertanyaan) Kriteria

23 – 41,4 Tidak Efektif

41,4 – 59,8 Kurang Efektif

59,8 – 78,2 Cukup Efektif

78,2 – 96,6 Efektif

96,6 - 115 Sangat Efektif

Uji Validitas Instrumen

Menurut (Sugiyono, 2010) pengertian valid adalah sebagai berikut:


“Valid adalah penunjukkan derajat ketetapan antara data yang

sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan

oleh peneliti”.

Suatu instrumen dinyatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara

tepat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui suatu data dapat dipercaya

kebenarannya sesuai dengan kenyataan. (Sugiyono, 2010) menyatakan bahwa:

“Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”.

Uji validitas yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah alat ukur

yang telah dirancang dalam bentuk kuesioner itu benar-benar dapat menjalankan

fungsinya. Semua item pertanyaan dalam kuesioner harus diuji kebenarannya untuk

menentukan valid atau tidaknya suatu item. Jika ada item yang tidak memenuhi

syarat, maka item tersebut tidak akan diteliti lebih lanjut. Menurut (Sugiyono, 2010),

syarat minimum suatu item dianggap valid adalah:

a. Jika nilai r ≥ 0,30 maka item-item pertanyaan dari kuesioner adalah valid

b. Jika nilai r ≤ 0,30 maka item-item pertanyaan dari kuesioner dianggap tidak

valid

Untuk menghitung korelasi pada uji validitas menggunakan korelasi Pearson

Product Moment yang dirumuskan sebagai berikut :

n ( ∑ X i Y I )−( ∑ X i ) (Y i )
r=
√ {n ( ∑ X i ) −(∑ X ¿ } {n ( ∑Y i ) −¿ ¿ ¿
2
i
2 2

Keterangan :
r = Koefisien korelasi product moment
∑XY = Jumlah perkalian variabel X dan Y
∑X = Jumlah nilai variabel X
∑Y = Jumlah nilai variabel Y
∑X2 = Jumlah pangkat dua nilai variabel X
∑Y2 = Jumlah pangkat dua nilai variabel
n = Jumlah responden

Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran

tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala

yang sama dengan alat pengukur yang sama.

Menurut (Sugiyono, 2010) pengertian reliabilitas adalah sebagai berikut:

“Instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang

sama, akan menghasilkan data yang sama”

Untuk melihat reliabilitas masing-masing instrumen yang digunakan penulis

menggunakan koefisien cornbach alpha dengan menggunakan fasilitas Statistical

Product and Service Solution (SPSS), dengan rumus sebagai berikut:

k ∑ Si
α= (1− )
k −1 Si

Keterangan :

 = Koefisien reliabilitas
k = Jumlah item pertanyaan yang diuji
Si = Jumlah skor tiap item
Si = Varians total

Anda mungkin juga menyukai