Anda di halaman 1dari 37

“KESESUAIAN POLA LANTERN SLEEVE

SISTEM HELEN JOSEPH ARMSTRONG PADA DUMMY UKURAN M”

COVER
SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh


gelar Sarjana Pendidikan (S1) Universitas Negeri Padang

Oleh :

SARAH BERLIANDA
18075190/2018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kesesuaian Pola
Lengan Lampion/Lantern Sleeve Sistem Helen Joseph Armstrong Pada
Dummy Ukuran M”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga
Fakultas Pariwisata dan Perhotelan Universitas Negeri Padang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga
skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Sebagai
penyusun, penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan tugas ini.

Padang, 16 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ...................................................................................................................1
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 4
B. Identifikasi Masalah .....................................................................................6
C. Batasan Masalah .......................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitiaan ......................................................................................7
BAB II KERANGKA TEORITIS ........................................................................ 9
A. Kajian Teori .................................................................................................9
B. Kerangka Konseptual .................................................................................28
C. Pertanyaan Penelitian .................................................................................28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................29
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 29
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................................. 29
C. Objek Penelitian .........................................................................................30
D. Unit Penelitian ........................................................................................... 30
E. Prosedur Penelitian .................................................................................... 30
F. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................... 32
G. Kontrol Validasi ........................................................................................ 33
H. Teknik Analisis Data ................................................................................. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 34
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian .................................................................34
B. Pembahasan ............................................................................................... 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................36
A. Kesimpulan ................................................................................................36
B. Saran .......................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................37

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


“Busana merupakan segala sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung rambut
sampai ke ujung kaki. Busana ini mencakup busana pokok, pelengkap (milineris
dan aksesories) dan tata riasnya. Sedangkan pakaian merupakan bagian dari
busana yang tergolong pada busana pokok. Jadi pakaian merupakan busana
pokok yang digunakan untuk menutupi bagian-bagian tubuh (Ernawati dkk,
2008: 1).”

Dalam membuat suatu pakaian perlu membuat pola busananya terlebih dahulu.
Pola adalah suatu potongan kain atau potongan kertas yang dibuat berdasarkan
ukuran badan seseorang untuk membuat suatu pakaian. Baik atau tidaknya
suatu busana sangat dipengaruhi oleh pola busana itu sendiri. Semakin baik
suatu pola busana, maka semakin bagus pula busana yang diciptakan.

Ada beberapa macam sistem pola konstruksi, antara lain: pola sistem
Dressmaking, pola sistem So-en, pola sistem Charmant, pola sistem Aldrich,
pola sistem Helen Joseph Armstrong, dan lain-lain. Dengan penyesuaian pola
menggunakan sistem pola ini, maka mahasiswa juga dapat dimudahkan dalam
pembuatan pola sistem Helen Joseph Armstrong.

Berdasakan analisis awal yang telah penulis lakukan pada pembuatan pola
lengan sistem Helen Joseph Armstrong membutuhkan 24 ukuran. Dari
eksperimen yang telah penulis lakukan dalam pembuatan pola lengan lampion
sistem Helen Joseph Armstrong pada dummy ukuran M, diketahui adanya
kelebihan dan kelemahan pada pembuatan pola sistem Helen Joseph Armstrong.
Kelebihannya yaitu memiliki kelebihan pada penyaluran kupnatnya, sehingga
busana pas sesuai ukuran badan dummy. Sedangkan kelemahannya terdapat
garis bahu bawah yang turun 2 cm, garis bahu atas mundur 1 cm, dan lingkar
badan longgar 2 cm.

Dari kelemahan pola ini, maka perlu dilakukan penyesuaian pola. Setiap sistem
pembuatan pola tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, untuk

4
mendapatkan metode pola yang tepat memerlukan percobaan atau eksperimen,
untuk mengetahui kesesuaian pola tersebut. Kesesuaian menurut Alwi
(2008:1343) adalah “Proses, cara, perbuatan menyesuaikan”

Namun pola ini memiliki kelebihan pada penyaluran kupnatnya yang letaknya
pas. Saat ini belum dilakukan penelitian mengenai penyesuaian pembuatan pola
lengan lampion sistem Helen Joseph Armstrong pada dummy ukuran M. Maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan kelemahan, cara
memperbaiki, dan kesesuaian pola lengan lampion sistem Helen Joseph
Armstrong pada dummy ukuran M. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis
memberi judul penelitian ini “KESESUAIAN POLA LENGAN
LAMPION/LANTERN SLEEVE SISTEM HELEN JOSEPH
ARMSTRONG PADA DUMMY UKURAN M”.

5
Gambar 1-4. Pra Eksperimen Pembuatan Lengan Lampion Sistem Helen
Joseph Armstrong pada Dummy Ukuran M.

Sumber: Dokumentasi pribadi.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat
diidentifikasi beberapa masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Belum adanya praktek pembuatan pola lengan lampion sistem Helen Joseph
Armstrong pada Dummy ukuran M.

2. Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, terdapat kelemahan pada


pembuatan pola lengan lampion sistem Helen Joseph Armstrong pada dummy
ukuran M.

3. Belum diketahui cara memperbaiki kelemahan pola lengan lampion sistem


Helen Joseph Armstrong pada dummy ukuran M.

4. Belum diketahui kesesuaian pola lengan lampion sistem Helen Joseph


Armstrong pada dummy ukuran M.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan di latar belakang dengan lebih mempermudah dan
terfokusnya penelitian, maka perlu adanya pembatasan masalah. Batasan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kelemahan pola lengan lampion sistem Helen Joseph Armstrong pada


dummy ukuran M.

2. Cara memperbaiki pola lengan lampion sistem Helen Joseph Armstrong


pada dummy ukuran M.

3. Kesesuaian pola lengan lampion sistem Helen Joseph Armstrong pada


dummy ukuran M.

6
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kelemahan pola lengan lampion sistem Helen Joseph


Armstrong pada dummy ukuran M.

2. Bagaimana cara memperbaiki kelemahan pada pembuatan pola lengan


lampion sistem Helen Joseph Armstrong pada dummy ukuran M ?

3. Bagaimana kesesuaian pola lengan lampion sistem Helen Joseph


Armstrong pada dummy ukuran M ?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk:

1. Mendeskripsikan kelebihan dan kelemahan pada pembuatan pola lengan


lampion sistem Helen Joseph Armstrong pada dummy ukuran M.

2. Mendeskripsikan cara memperbaiki kelemahan pola lengan lampion


sistem Helen Joseph Armstrong pada dummy ukuran M.

3. Mendeskripsikan kesesuaian pola lengan lampion sistem Helen Joseph


Armstrong pada dummy ukuran M.

F. Manfaat Penelitiaan
Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap penelitian ini bermanfaat untuk:

1. Bagi Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (Tata Busana),


dapat menambah pengetahuan, sebagai referensi atau literatur dan bahan
bacaan untuk penelitian berikutnya khususnya yang berkaitan tentang
pembuatan pola lengan lampion sistem Helen Joseph Armstrong pada dummy
ukuran M.

7
2. Bagi Peneliti, dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya yang
berkaitan tentang pembuatan pola lengan lampion sistem Helen Joseph
Armstrong pada dummy ukuran M.

3. Bagi Masyarakat, memudahkan pembuatan pola lengan lampion sistem


Helen Joseph Armstrong pada dummy ukuran M.

8
BAB II

KERANGKA TEORITIS
A. Kajian Teori
1. Pengertian Pola
Menurut Nur (2015:54), “Pola merupakan ciplakan bentuk badan yang biasa
dibuat di atas kertas, yang nanti dipakai sebagai contoh untuk menggunting
pakaian seseorang”. Menurut Novida (2009:6), “Pola adalah potongan kertas
atau bahan tenunan yang dipakai sebagai contoh atau pedoman atau cetakan
dalam menggunting bahan sebelum dijahit menjadi pakaian”. Sedangkan
menurut Porrie Muliawan dalam Erna Setyowati 2006:2, “Pola adalah suatu
potongan kain atau kertas yang dipakai sebagai contoh untuk membuat
pakaian, potongan kain atau kertas tersebut mengikuti bentukukuran badan
tertentu”.

Dari pengertian-pengertian pola menurut para ahli tersebut, maka dapat


diambil kesimpulan bahwa pola adalah ciplakan bentuk badan dalam bentuk
potongan kertas yang digunakan sebagai pedoman dalam membuat baju pada
saat menggunting bahan atau kain sebelum menjadi pakaian jadi. Dengan
adanya pola maka dapat membantu dalam pembuatan suatu busana dengan
tepat dan benar sehingga menghasilkan busana yang indah dan nyaman
dikenakan. Oleh karena itu, peran pola dalam pembuatan suatu busana sangat
penting.

2. Pengertian Lengan Lampion / Lantern Sleeve


Lengan pada busana merupakan salah satu bagian dari busana yang berfungsi
untuk melindungi dan memperindah lengan pemakainya, sehingga bagian
pangkal lengan dan ketiaknya tertutupi. Bagian lengan menempel dan dijahit
pada lubang lengan badan atas. Tampilan lengan busana ditentukan oleh
posisi lubang lengan, pemilihan model lengan, serta penyelesaian pada
bagian bawah lengan yang dapat diselesaikan menggunakan som, setik mesin,
maupun dengan menambahkan manset. (As-as Setiawati, hlm. 18; Uswatun
Hasanah, 2009, hlm. 33).

9
Lengan busana dibagi berdasarkan panjang, model dan kontruksinya.
Berdasarkan model dan kontruksinya lengan, busana dibedakan menjadi: (a)
lengan pasang (set-in) yaitu lengan yang memiliki garis sambungan pada
lubang lengan dengan model yang bervariasi, dan (b) lengan setali yaitu
lengan yang sebagian atau seluruhnya menyatu dengan badan. Sedangkan
lengan busana berdasarkan panjangnya, di antaranya: (a) sleeveless (tanpa
lengan), (b) short sleeve (lengan busana pendek), (c) elbow sleeve (lengan
busana dengan panjang sampai siku), (d) ¾ length sleeve (lengan busana
dengan panjang ¾), dan (e) bracelet sleeve (lengan busana yang panjangnya
sampai pergelangan tangan. (Goet Poespo, 2000, hlm. 5).

Gambar 5. Lengan pasang (set in) dan Lengan setali (unmounted)

Gambar 6. Lengan busana berdasarkan panjangnya.

Lengan lampion/lantern sleeve adalah lengan yang terdiri atas 2 bagian pola,
pola lengan bagian atas suai dan pola lengan bagian bawah (hemline),
sehingga garis pada pertemuan kedua pola ini akan menggelembung di antara

10
pergelangan tangan dan siku. Lengan ini dapat dikembangkan dengan
panjang yang bervariasi. Berikut tiga desain yang menunjukkan fleksibilitas
siluet lengan lampion.

Gambar 7. Macam-macam desain lengan lampion/lantern sleeves.

Sumber: Patternmaking for fashion design.

3. Pola Dasar Sistem Helen Joseph Armstrong

a. Ukuran

Ukuran yang digunakan dalam pembuatan pola busana dengan sistem


Helen Joseph Armstrong berbeda dengan ukuran pada sistem pembuatan
pola lainnya. Ukuran-ukuran yang dibutuhkan dalam pembuatan pola
dengan sistem Helen Joseph Armstrong (Armstrong, 2010:30) yaitu:

“bust, waist, abdomen, hip, center length, full length, shoulder slope, new
strap, bust depth, bust span, side length, back neck, shoulder length,
across shoulder, across chest, across back, bust arc, back arc, waist arc,
dart placement, hip arc, abdomen arc”.

Berikut ini cara mengambil ukuran tubuh menurut Helen Joseph Armstrong
(Armstrong, 2010:33).

1) Pengukuran Melingkar (Circumference Measurement)

11
Gambar 8. Cara pengambilan ukuran pada bagian lingkar. (Armstrong,
2014:37)

a) Lingkar dada (Bust). “Across bust points and back".

“Melewati puncak dada depan sampai belakang”. Ukur melingkar


sekeliling dada terbesar dari puncak dada depan hingga belakang.

b) Lingkar Pinggang (Waist). “Around waist”.

“Sekeliling ukuran pinggang”. Ukur melingkar sekeliling pinggang


terkecil.

c) Lingkar perut (Abdomen). “Three inches below waist”.

“3 inchi di bawah pinggang”. Turun 3 inchi di bawah pinggang. Ukur


melingkar sekeliling perut.

d) Lingkar Panggul (Hip) “Measure widest area with tape parallel with
floor. Pin to mark hip level at center front (referred to as X-point)”.

“Ukur area terlebar dengan menggunakan pita sejajar dan datar. Pentul
untuk menandai area panggul bagian tengah muka (ditandai dengan poin
X)."

12
2) Penggukuran Vertikal (Vertical Measurement)

Gambar 9. Cara pengambilan ukuran secara vertikal. (Armstrong, 2014:38)

a) Tengah Muka/Belakang (Center length). “Mark neck to waist (over


bridge)”.

“Dari leher ke pinggang (melewati garis dada).” Ukur dari bawah leher
muka hingga ke batas pinggang.

b) Panjang badan (Full length). “Waist to shoulder at neck, parallel with


center lines.”

“Ukur dari batas pinggang ke bahu tertinggi, sejajar dengan garis tengah
badan.”

c) Kemiringan bahu (Shoulder slope). “Center line at waist to the


shoulder tip (mark) Measure on right and left sides. If the slope
measurements differ more than an 18 inch the shoulders are
asymmetric.”

“Ukur dari garis tengah di pinggang ke ujung bahu bawah. Ukur pada
sisi kanan dan kiri. Jika pengukuran kemiringan berbeda lebih dari 1/8
inci, maka bahu asimetris."

13
d) Tinggi puncak payudara (Bust depth). "Shoulder tip to bust point.”

"Ukur dari depan bahu terendah menuju puncak dada".

Gambar 10. Cara pengambilan ukuran. (Armstrong, 2014:39)

e) Bahu tertinggi menuju sisi (New starp). "Place metal tip of the
measuring tape at corner of shoulder neck to bottom of the waistband at
the side seam and record.

“Tempatkan pita ukur di sudut bahu/ leher ke bawah menuju pinggang


bagian sisi.”

f) Panjang sisi (Side length). "Pin mark below armplate at side seam to
side waist”.

“Tandai bawah lengan pada jahitan sisi ke sisi pinggang."

g) Panjang bahu (Shoulder length). “Shoulder tip to neck” "Bahu


terendah ke leher"

3) Penggukuran Horizontal (Horizontal Measurement)

14
Gambar 11. Pengambilan ukuran secara horizontal. (Armstrong, 2010:38)

a) Jarak dada (Bust span) “Place tape across bust points divide in half
for Measurement”.

“Letakkan pita melewati puncak dada dibagi setengah untuk


pengukuran.”

b) Lebar bahu depan belakang (Across shoulder, 14) “Shoulder tip to


center front neck.”

“Bahu terendah ke leher tengah muka.”

c) Lebar muka (Across chest,) “Center front to 1 inch above mid-


armhole (pinhead mark).”

“Tengah muka menuju 1 inci di atas tengah kerung lengan (tanda kepala
peniti).”

15
d) Garis dada (Bust arc) “Center front, over bust point, ending 2 inches
below armplate at side seam.”

“Tengah muka. lewat dari puncak dada, berakhir 2 inchi di bawah lengan
di sisi jahitan.”

e) Garis pinggang (Waist arc). “Center front waist to side waist seam.”

“Tengah muka pinggang ke sisi pinggang.”

f) Garis perut (Abdomen arc). “Center front to side seam, starting 3


inches down from waist.”

“Tengah muka ke sisi, 3 inchi dibawah pinggang.”

g) Garis panggul (Hip arc). “Center front to side seam on HBL line.”

“Tengah muka ke sisi tepat di garis HBL (garis keseimbangan).”

h) Leher belakang (Back neck). “Center back neck to shoulder at neck.”

“Tengah belakang leher ke bahu tertinggi.”

i) Lebar punggung (Across back). “Center back to 1 inch above the mid-
armhole at ridge of pinhead.”

“Dari tengah belakang menuju kerung lengan letakkan pita 1 inchi


diatas kerung lengan.”

j) Garis punggung (Back arc). “Center back to bottom of arm plate.”

“Tengah belakang ke bawah kerung lengan.”

k) Letak kupnat (Dart placement). “Center back waist to side back


(princess line).”

“Tengah belakang ke sisi belakang (garis princess).”

16
b. Tanda-tanda Pola

Menurut Pratiwi (2002:17) “Tanda-tanda pola adalah macam-


macam garis dan warna yang dapat menunjukkan keterangan dan gambar
pola tersebut. Tanda-tanda pola yang dikemukakan oleh Soekarno
(2002:10) adalah sebagai berikut:

1. Garis pensil hitam: Garis pola asli.

2. Garis merah: Garis pola menurut badan


depan.

3. Garis biru: Garis pola menurut badan


belakang.

4. Garis hijau: Garis untuk pola yang tidak


jelas batas antara pola depan dan belakang.
Seperti pola lengan, manset, dan ban
pinggang.

5. ….……………. Titik-titik: Garis pertolongan, sesuai warna


pensil menurut bagiannya.

6. _._._._._._._._._. Strip titik strip titik: Garis lipatan, sesuai


warna pensil menurut bagiannya.

7. --------------------- Strip strip: Garis rangkapan.

8. Garis pena hitam: Garis tempat lipit / pola.


Garis ini perlu digunting untuk dilebarkan /
dikerut.

9. Tanda bagian yang harus dihapus, digambar


dengan warna pensil menurut bagiannya
(depan: merah, belakang: biru).

10. Lipit (plooi).

17
11. Setengah lipi (half plooi).

12. Bagian yang harus dilipit pada pola.

13. TM Tengah Muka (bagian depan).

14. TB Tengah Belakang (bagian belajang).

15. Pt Potong

16. Tanda panah dua arah: Tanda arah benang


atau serat kain.

Menurut Ernawati (2008:249), pada pola yang disesuaikan tanda plus


atau membesarkan pola diberi arsir dengan tanda //////, sedangkan tanda
minus atau mengecilkan diberi tanda dengan xxxxxx.

c. Pembuatan Pola Dasar Sistem Helen Joseph Armstrong

Pola Dasar Sistem Helen Joseph Armstrong

Gambar 12. Pola dasar badan depan sistem Helen Joseph Armstrong.

(Armstrong, 2014:47)

Keterangan Pola Depan

A-B Panjang badan sampai pinggang, ditambah 0,3 cm, tarik garis dan
beri tanda.

18
A-C : Lebar bahu, kurangi 0,3 cm, tarik garis persegi 7,6 cm dari garis
C.

B-D : Panjang muka, beri tanda dan buat persegi ke arah luar sepanjang
10,2 cm.

C-E : Garis dada, ditambah 0,6 cm, buat garis persegi ke arah luar dari
garis B. Kemudian buat lagi garis persegi 27,9 cm dari garis E

B-G : Kemiringan bahu, ditambah 0,6 cm. Garis G sambungkan dengan


titik C

G-H : Tinggi payudara, beri tanda dari garis G-B.

G-I : Panjang bahu, buat garis persegi dari titik I menuju garis D.

J-K : Rentangan dada, ditambah 0,6 cm buat persegi dari J di tengah


muka melalui garis H-K.

D-L : Setengah dan ukuran D-J

L-M : Setengah lebar muka, ditambah 0,6 cm buat garis persegi naik
dan turun dari R-M.

B-F : Letak kupnat, buat garis persegi ke bawah 0,5 cm dari titik F.

I-N : Bahu tertinggi menuju sisi pinggang ditambah 0,3 cm, tarik garis
dari titik I berpotongan dengan garis E.

N-O : Panjang sisi.

N-P : Dari garis N keluar 3,2 cm.

O-P : Garis panjang sisi diarahkan ke titik P, kemudian samakan garis


N ke O. Lalu gambar garis dari P ke F

P-Q : Garis pinggang ditambah 0,6 cm untuk kelonggaran. Kurangi

B-F

Kaki kupnat : Tarik garis dari K ke F dan ukur gambar kaki kupnat dari
K ke Q, samakan dengan garis K ke F dan beri nama R.

Titik kupnat : Titik tengah kupnat 1,6 cm dari puncak payudara, lalu
gambar ulang kaki kupnat dari titik ke F dan R.

Gambar sedikit garis melengkung dan B ke F dan R ke P.

19
Kerung lengan : Menggambar lingkar kerung lengan dengan menyentuh
titik G, M dan garis persegi. Jangan mengikuti lekungan yang
melewati gans persegi

Garis leher : Menggambar lengkungan dari I ke D melewati garis dalam


0,3 em

Keterangan Pola Belakang

Gambar 13. Pola dasar badan belakang sistem Helen Joseph Armstrong.
(Armstrong, 2014:49)

A-B : Panjang badan

A-C : Lebar bahu, buat garis persegi 7,6 cm ke bawah dari titik C.

B-D : Panjang punggung, tandai dan tarik garis persegi keluar sepanjang
10,2 cm.

B-E : Garis punggung, ditambah 1,9 cm lalu buat garis persegi dan
dapat titik E.

A-F : Leher belakang, ditambah 0,3 cm.

B-G : Kemiringan Bahu, ditambah 0,3 cm.

F-H : Panjang bahu, ditambah 13 cm garis H yang bersentuhan dengan


garis C beri nama G. Lalu tarik garis persegi dari titik F menuju
garis D.

B-I : Letak kupnat

B-G : Kemiringan Bahu, ditambah 0,3 cm.

20
F-H : Panjang bahu, ditambah 1,3 cm garis H yang bersentuhan dengan
garis C beri nama G, tarik garis persegi dari titik F menuju garis D.

B-I : Letak kupnat

B-J : Lebar pinggang, ditambah kaki kupnat sebesar 3,8 cm dan 0,63
cm (kelonggaran). (junior/ukuran kecil: ditambah kaki kupnat 2,54
cm, dan ditambah 0,6 cm untuk kelonggaran).

I-K : Kaki kupnat, tandai tengahnya dan beri tanda L.

J-M : Tarik garis persegi kebawah sebesar 0,5 cm.

M-N : Panjang sisi.

L-O : buat garis keatas dan titik L 2,54 cm lebih kecil dari M ke N

Menggambar kaki kupnat dari O 0,3 cm melewati garis I dan K.

Gambar garis sedikit melengkung dari garis K ke M dan garis B ke I.

F-P : Setengah dari garis F ke H beri tanda.

P-Q : Gambar garis 7,6 cm ke titik O (ditandai dengan garis putus-


putus)

P-R : 0,6 cm, beri tanda.

Gambar kaki kupnat dari Q 0,3 cm melewati titik R dan sambungkan ke


titik F. Tandai 0,6 cm dari P. Gambar kaki kupnat lainnya dari Q
samakan dengan kaki kupnat dari Q-R. Lalu sambungkan ke titik H.

D-S : Seperempat dari D ke B. beri tanda

S-T : Lebar punggung, ditambah 0.6 cm buat garis persegi naik dan
turun dari titik T. seperti pada gambar.

Kerung lengan : Gambar kerung lengan menggunakan penggaris


lengkung dengan menyentuh garis H. T dan N harus menyentuh
garis persegi.

Garis leher : Gambar garis sudut 1 cm dari titik sudut. Gambar garis
leher dan menuju garis sudut dan berakhir di titik D.

21
Pola Konstruksi Badan dan Lengan Sistem Helen Joseph Armstrong

Pola Kecil Badan Depan dan Belakang

Gambar 14. Pola konstruksi badan depan belakang sistem Helen Joseph
Armstrong ukuran Dummy M.

Sumber: Dokumentasi pribadi.

Pola Besar Badan Depan dan Belakang

Gambar 15. Pola konstruksi badan depan belakang sistem Helen Joseph
Armstrong ukuran Dummy M.

Sumber: Dokumentasi pribadi.

22
d. Pembuatan Pola Dasar Lengan Sistem Helen Joseph Armstrong

Gambar 16. Pola belakang sistem Helen Joseph Armstrong. (Armstrong, 2014:63)

A-B : Panjang lengan

A-C : Tinggi puncak lengan

Kemudian buat garis horizontal dari titik C, ke kanan diberi tanda F dan ke
kiri diberi tanda E.

Buat garis horizontal dari titik B, ke kanan diberi tanda P dan ke kiri diberi
tanda O.

O-P : Lingkar ujung lengan.

Masuk 1 cm dari titik O dan P.

A-F = A-E : Setengah lingkar kerung lengan

Dari titik A-F dan A-E, di bagi 4 sama besar. Lalu beri nama pada setiap
titik pembagiannya.

23
G : Turun 1 cm

H : Naik 0,6 cm

K : Naik 1,6 cm

L : Naik 2 cm

M : Naik 0,5 cm

N : Turun 1,3 cm

Buat garis melengkung dari titik E menuju titik H, titik K, titik A, titik
L,titik M, titik N, sampai titik F.

Pola Lengan

Gambar 17. Pola konstruksi lengan sistem Helen Joseph Armstrong


ukuran Dummy M.

Sumber: Dokumentasi pribadi.

4. Pembuatan Pola Lengan Lampion Sistem Hellen Joseph Amrstrong

a. Pembuatan Pecah Pola Lengan Lampion Sistem Hellen Joseph


Armstrong

Pola Lengan Lampion

24
Gambar 18. Langkah pecah pola lengan lampion sistem Helen Joseph Armstrong.
(Armstrong, 2014:367)

Gambar 19. Langkah pecah pola lengan lampion sistem Helen Joseph Armstrong.
(Armstrong, 2014:367)

25
Gambar 20. Langkah pecah pola lengan lampion sistem Helen Joseph Armstrong.
(Armstrong, 2014:367)

Pola Konstruksi Lengan Lampion Sistem Helen Joseph Armstrong

Pecah Pola Lengan Lampion

Gambar 21. Pecah pola lengan sistem Helen Joseph Armstrong ukuran
Dummy M.

Sumber: Dokumentasi pribadi.

26
Gambar 22. Hasil pecah pola lengan sistem Helen Joseph Armstrong
ukuran Dummy M.

Sumber: Dokumentasi pribadi.

b. Kesesuaian Pola Lengan Lampion Sistem Hellen Joseph


Armstrong pada Dummy Ukuran M

Berdasarkan eksperimen yang telah penulis lakukan, dapat diketahui


bahwa terdapat kelebihan dan kekurangan pada pola lengan lampion
sistem Helen Joseph Armstrong ukuran dummy M yaitu pada penyaluran
kupnatnya, sehingga busana pas sesuai ukuran badan dummy. Sedangkan
kelemahannya terdapat garis bahu bawah yang turun 2 cm, garis bahu
atas mundur 1 cm, dan lingkar badan longgar 2cm.

Dari kelemahan pola ini, maka telah dilakukan penyesuaian pola. Setiap
sistem pembuatan pola tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan,
untuk mendapatkan metode pola yang tepat memerlukan percobaan atau
eksperimen, untuk mengetahui kesesuaian pola tersebut. Kesesuaian
menurut Alwi (2008:1343) adalah “Proses, cara, perbuatan
menyesuaikan”

27
B. Kerangka Konseptual
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian pola lengan lampion sistem
Helen Joseph Armstrong pada dummy ukuran M ini bertujuan untuk
mendeskripsikan kelemahan pola, memperbaiki pola, dan menyesuaikan pola
lengan lampion sistem Helen Joseph Armstrong pada dummy ukuran M.
Dengan mengetahui kelemahan dan kesesuaian pola melalui fitting atau
pengepasan, maka kelemahan pola tersebut dapat diperbaiki hingga pas, baik,
dan benar.

Gambar23. Kerangka Konseptual Kesesuaian Pola Lampion Lengan Sistem Helen


Joseph Armstrong pada Dummy Ukuran M.

C. Hipotesis Penelitian
Ha : Terdapat kelemahan pola lengan lampion sistem Helen Joseph Armstrong
pada dummy ukuran M.

H0 : Tidak terdapat kelemahan pola lengan lampion sistem Helen Joseph


Armstrong pada dummy ukuran M.

28
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan, maka dapat ditentukan jenis penelitian ini yaitu
penelitian terapan atau eksperimen. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), “penelitian” artinya kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis,
dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk
memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk
mengembangkan prinsip-prinsip umum. Sedangkan “terapan” artinya hasil
menerapkan.

Menurut Sukardi (Trianto, 2010: 168) menyatakan bahwa penelitian terapan


atau applied research dilakukan berkenaan dengan kenyataan-kenyataan praktis,
penerapan, dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh
penelitian dasar dalam kehidupan nyata. Menurut Sukmadinata (2009) dalam
buku “Metode Penelitian Pendidikan”, mendefinisikan penelitian dasar (basic
research) disebut juga penelitian murni (pure research) atau penelitian pokok
(fundamental research) diarahkan pada pengujian teori, hanya dengan sedikit
atau bahkan tanpa menghubungkan hasilnya untuk kepentingan praktik.
Wibisono (2002) menyatakan bahwa penelitian dasar dilakukan untuk
memperluas batas-batas ilmu pengetahuan. Penelitian Terapan merupakan
penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan solusi dari suatu masalah yang
ada di masyarakat, industri, pemerintahan sebagai kelanjutan dari riset dasar.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat diambil kesimpulan


pengertian dari penelitian terapan merupakan penelitian murni yang dilakukan
sebagai pengujian untuk mendapatkan solusi dari suatu masalah, yang hasilnya
akan menjadi inovasi untuk kelanjutan riset.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian


Defenisi Operasional merupakan aspek penelitian yang memberikan informasi
mengenai bagaimana cara mengukur variabel. Berdasarkan kajian teori,

29
penelitian ini terdiri atas satu variabel yaitu kesesuaian pola lengan lampion
sistem Helen Joseph Armstrong pada dummy ukuran M sebagai berikut:

1. Pola dasar adalah jiplakan bentuk badan yang biasanya dibuat di kertas, yang
akan digunakan sebagai contoh untuk menggunting bahan pakaian seseorang
(Tamimi, 1982:133).

2. Lengan lampion adalah lengan terdiri atas 2 bagian. Bagian pertama dimulai
dari pangkal lengan hingga bagian pergelangan. Sedangkan bagian kedua
dimulai dari pergelangan tangan yang bertemu dengan potongan di atasnya.
Kedua bagian tersebut disatukan oleh jahitan yang hasil akhirnya membentuk
lampion. Lengan ini dapat divarisasi dengan ukuran pendek maupun panjang.

C. Objek Penelitian
Pada objek penelitian ini yaitu pola lengan lampion sistem Helen Joseph
Armstrong pada dummy ukuran M. Dalam hal ini, penulis mengujicobakan
eksperimen pada patung dummy badan wanita ukuran M.

D. Unit Penelitian
Unit eksperimen dalam penelitian ini adalah pola lengan lampion sistem Helen
Joseph Armstrong yang akan disesuaikan pada dummy ukuran M. Adapun
variabel yang digunakan yaitu pola lengan lampion sistem Helen Joseph
Armstrong pada dummy ukuran M.

E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan kesesuaian pola pola lengan
lampion sistem Helen Joseph Armstrong pada dummy ukuran M. Adapun
prosedur penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Persiapan

a. Mempersiapkan alaat dan bahan.

b. Mempersiapkan pola dasar badan muka, badan belakang, dan pola lengan.

2. Pelaksanaan

30
a. Memahami pola lengan lampion.

b. Mengambil ukuran yang diperlukan dalam pembuatan pola badan dan


lengan lampion dengan sistem Helen Joseph Armstrong.

Berikut ukuran yang dibutuhkan :

1) Panjang badan : 37 cm

2) Lebar bahu : 17 cm

3) Panjang muka : 30 cm

4) Kemiringan bahu : 36 cm (Muka), 35 cm (Belakang)

5) Tinggi payudara : 21,5 cm

6) Panjang bahu : 10 cm

7) Rentang dada : 7,5 cm

8) Lebar muka : 28 cm

9) Bahu tertinggi : 34 cm

10) Panjang sisi : 12 cm

11) Lebar pinggang : 15 cm

12) Panjang punggung : 29 cm

13) Lebar belakang : 9 cm

14) Lebar punggung : 34 cm

15) Panjang lengan : 25 cm

c. Membuat pola dasar badan muka, badan belakang, dan lengan sistem
Helen Joseph Armstrong.

d. Membuat pecah pola lengan lampion sistem Helen Joseph Armstrong.

e. Menggunting pola.

31
f. Meletakkan pola di atas kain.

g. Memotong kain bahan utama.

h. Menjahit bahan.

i. Fitting atau pengepasan pada dummy.

j. Memeriksa kesesuaian pola dan memberi tanda pada fragmen.

k. Mencatat kelemahan pola fragmen pada dummy.

l. Memperbaiki kelemahan pola yang telah diteliti untuk diperbaiki pada


fragmennya.

3. Penilaian

Fragmen yang telah diperbaiki setelah fitting pertama, difitting kembali pada
dummy untuk dilihat kesesuaian pola pada dummy.

F. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar penilain
/ kuisioner. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kuisioner artinya
alat riset atau survei yang terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis, yang
memiliki tujuan untuk mendapatkan tanggapan dari kelompok orang terpilih
melalui wawancara pribadi atau melalui pos. Menurut Sugiyono (2012:162)
observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Skala yang digunakan yaitu
skala likerts. Menurut Sugiyono (2009:135)
“Skala likerts adalah jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala
likerts mempunyai gradisi dari sangat positif sampai sangat negatif”. Instrumen
pada penelitian ini berisikan alternatif 4 pilihan jawaban, yaitu: Sangat Sesuai
(SS) dengan skor 4, Sesuai (S) dengan skor 3, Kurang sesuai (KS) dengan skor
2, Tidak Sesuai (TS) dengan skor 1.

32
G. Kontrol Validasi
Agar penelitian ini dapat menghasilkan pola yang tepat, maka dilakukan
pengontrolan sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan pada kain bahan toyobo.

2. Pengambilan ukuran sesuai dengan ukuran pola.

3. Setiap langkah pembuatan pola diperika ketepatan ukuran dan dikontrol.

4. Penilaian dilakukan dengan menyesuaikan uji coba pola pada dummy.

H. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), deskriptif artinya
bersifat deskriptif, menggambarkan apa adanya. Menurut Sugiyono (2014:21)
metode analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi.

33
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian dimulai dari


persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. Dalam penelitian ini objek penelitian
yang digunakan yaitu dummy ukuran M. Persiapan penulis dalam melakukan
penelitian ini diawali dengan mempersiapkan peralatan dan bahan penelitian
yang dibutuhkan serta objek penelitian, lalu dilanjutkan ke tahap pelaksanaan
penelitian.

Aspek yang diperhatikan dan dinilai dalam tahap penilitian berupa lingkar
badan, lingkar pinggang, panjang muka, lebar muka, panjang punggung, lebar
punggung, letak kupnat, letak titik bahu, bentuk kerung lengan, serta bentuk
lengan lampion. Hal yang dinilai dari hasil penelitian ini yaitu hasil uji coba
pola badan dan lengan lampion sistem Helen Joseph Armstrong yang
disesuaikan dengan dummy ukuran M. Penyesuaian pola ini dilakukan dengan
dua kali fitting atau pengepasan.

2. Kelemahan

Dari eksperimen yang telah penulis lakukan dalam pembuatan pola lengan
lampion sistem Helen Joseph Armstrong pada dummy ukuran M, diketahui
adanya kelemahannya terdapat garis bahu bawah yang turun 2 cm, garis bahu
atas mundur 1 cm, dan lingkar badan longgar 2 cm. Dari kelemahan pola ini,
maka perlu dilakukan penyesuaian pola. Setiap sistem pembuatan pola
tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, untuk mendapatkan metode
pola yang tepat memerlukan percobaan atau eksperimen, untuk mengetahui
kesesuaian pola tersebut. Kesesuaian menurut Alwi (2008:1343) adalah
“Proses, cara, perbuatan menyesuaikan”

3. Cara Memperbaiki

34
Pada saat pembuatan pola tentunya ada perbaikan dan penyesuaian pola.
Langkah dalam memperbaiki pola adalah sebagai berikut :

a. Memerika ketepatan ukuran fragmen pada model.

b. Mencatat kekurangan ukuran fragmen pada model.

c. Memberi tandai dan memperbaiki pola serta fragmen agar ukurannya


pas sesuai dengan model, tidak berkurang dan tidak berlebih.

d. Melakukan pengepasan ulang agar memastikan penyesuaian pola dan


ukuran fragemn pada model.

4. Kesesuaian

Kesesuaian lengan lampion sistem Helen Joseph Armstrong dinilai sesuai


terhadap dummy ukuran M. Setelah beberapa perbaikan ukura pola
sehingga menghasilkan pola yang sesuai dengan ukuran pada dummy M.

B. Pembahasan
Pada penelitian ini telah dilakukan pengambilan ukuran, pembuatan pola,
menggunting bahan serta menjahit, pengepasan, hingga penyesuaian pola. Pola
sistem Helen Joseph Armstrong sesuai dgunakan pada dummy ukuran M,
namun dengan penyesuaian beberapa ukuran pada pola.

Menurut Widjiningsih (1994:4) mengatakan “Cara pengambilan macam-


macam jenis ukuran harus tepat dan cermat, cara menggambar bentuk tertentu
harus luwes dan tidak ada keganjilan pada bentuk yang dibuat, perhitungan
pecahan dari ukuran yang ada di dalam konstruksi secara cermat dan tepat”.

35
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Hasil penelitian dan pembahasan kesesuaian pola lengan lampion sistem
Helen Joseph Armstrong pada dummy ukuran M telah diuraikan pada bab-
bab sebelumnya. Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari penelitian ini
yaitu terdapat beberapa kelemahan pada pola yaitu garis bahu bawah yang
turun 2 cm, garis bahu atas mundur 1 cm, dan lingkar badan longgar 2 cm.
Perbaikan serta penyesuaian pola yang dilakukan berupa penyesuaian titik
bahu dan menyesuaikan lingkar kerung lengan pada fragmen.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian penyesuaian pola, hendaknya


menggunakan bahan yang sama pada saat melakukan fitting 1, fitting 2 dan
seterusnya sehingga hal ini akan berdampak pada hasil penelitian pembuatan
pola.

2. Bagi dosen atau pengajar di S1 IKK Program Studi PKK Tata Busana
hendaknya mengenalkan serta mengajar mahasiswa tentang pembuatan pola
busana dengan sistem sistem pola lainnya selain sistem Dressmaking dan
sistem So-en.

36
DAFTAR PUSTAKA
Buku :

Armstrongg, Helen Josepgh. 2014. Patternmaking for Fashion Design Helen


Joseph-Armstrong Fifth Edition. United States of America: Pearson
Education Limited.

Zulekha, Sofia. 2021. KESESUAIAN POLA BUSTIER SISTEM HELEN JOSEPH


ARMSTRONG PADA BENTUK TUBUH GEMUK TINGGI WANITA
INDONESIA. Padang: Universitas Negeri Padang.

Situs Internet :

http://repository.upi.edu/28890/4/S_PKK_1200085_Chapter1.pdf. (Online)
Diakses pada tanggal 20 Desember 2022.

https://eprints.umm.ac.id/37205/3/jiptummpp-gdl-windaprati-53130-3-babiik-
a.pdf . (Online) Diakses pada tanggal 21 Desember 2022.

https://puslit.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Penelitian-
Terapan_.pdf . (Online) Diakses pada tanggal 22 Desember 2022.

https://digilib.uinsgd.ac.id/3640/6/6_bab3.pdf . (Online) Diakses pada tanggal 23


Desember 2022.

37

Anda mungkin juga menyukai