Anda di halaman 1dari 9

1

Penyesuaian Pola Celana Pantalon Sistem Helen Joseph Armstrong pada Pria
Dewasa Indonesia dengan Bentuk Tubuh Ideal

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pogram Srtata Satu Pada


Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Jurusan Ilmu Kesejahteraan
Keluarga
Fakultas Pariwisata Dan Perhotelan Universitas Negeri Padang

Oleh:

FATHIA DESTI CAHYANI


16075093/2016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu kebutuhan pokok manusia disamping kebutuhan makanan dan

tempat tinggal yaitu berbusana. Dalam pembuatan busana peranan pola sangat

penting karena kualitas pola dapat menentukan hasil jadi busana. Pola yang

baik dapat ditentukan dari pemilihan sistem pola karena tingkat kepuasan hasil

dapat ditentukan dari sistem pola apa yang digunakan. Menurut Daryanto

(1994:192) “Sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling

berkaitan membentuk totalitas, susunan yang teratur dari teori dan asas”.

Menurut Yasnidawati (2012:63) “Pola merupakan gambaran dari bentuk

tubuh seseorang yang dibuat dengan ukuran tertentu”. Sedangkan menurut

Setyowati (2006:1-2) “Pola adalah bentuk yang dibuat berdasarkan ukuran

badan seseorang atau paspop yang akan dipergunakan sebagai pedoman untuk

membuat pakaian”. Berdasarkan pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan

bahwa sistem pola adalah suatu susunan yang dibuat saling berkaitan dan

teratur yang dituangkan dalam bentuk kertas dibuat berdasarkan ukuran badan

seseorang dan digunakan sebagai pedoman untuk membuat pakaian.

Salah satu dari sistem pembuatan pola kontruksi celana pantalon adalah

pola sistem Helen Joseph. Helen Joseph atau dengan nama lengkap Helen

Joseph Armstrong merupakan seorang perancang busana, guru dan juga

penulis, beliau lulusan Fashion Center of Los Angeles Trade Technical

perguruan tinggi di Los Angeles,California dan telah berhasil menulis dua

buku diantaranya : pattern making for fashion design (person / prentice hall)
3

dan draping for apparel design (fairchild) yang tersedia dalam bahasa Inggris

dan Mandarin.

Dalam pengelompokan busana pria, terdapat celana panjang atau yang

disebut dengan pantalon. Celana terbagi menjadi dua kategoori umum, yaitu

celana pendek dan celana panjang, celana pendek biasanya dengan ukuran dari

piggang hingga batas lutut atau kurang, sedangkan celana panjang dengan

ukuran dari pinggang hingga mata kaki atau lebih. Menurut Poespo (2000:1)

“Celana adalah pakaian luar yang menutupi badan dari pinggang ke mata kaki

dalam dua bagian kaki yang terpisah”. Untuk mengetahui bentuk tubuh

seseorang perlu dilakukan analisa bentuk tubuh secara rinci, dimana letak

bagian tubuh yang diperlukan untuk pengambilan ukuran dalam pembuatan

pola busana, sekaligus untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan tubuh

seseorang sehingga bentuk pola yang dihasilkan sesuai dengan bentuk tubuh

model.

Bentuk tubuh dapat dilihat dari tampilan fisik manusia, dalam pembuatan

busana, pemilihan pola disesuaikan dengan bentuk tubuh model. Menurut

Pratiwi (2001:6) “Bentuk tubuh manusia digolongkan menjadi lima macam

bentuk tubuh yaitu norma atau ideal, gemuk pendek, kurus pendek, tinggi

gemuk, dan tinggi kurus”.

Menurut Cavazos, M (2011) The Perfect Body Measurements For Men.

Ciri-ciri bentuk tubuh ideal pria dapat dilihat dari ukuran dada. bentuk tubuh

ideal pria memiliki ukuran dada 2x ukuran lingkar paha. Dilihat dari ukuran

bahu, bentuk tubuh ideal pria memiliki ukuran bahu yang bidang dan lebar,
4

karena pria yang memiliki bahu yang bidang dan lebar akan terlihat lebih

manly. Bentuk tubuh ideal pria dapat dilihat juga dari ukuran pinggang yang

ideal adalah 94 cm. Bentuk tubuh ideal juga dilihat dari ukuran panggul dan

ukuran tinggi.

Dalam pattern making for fashion design fifth edition (2009:493) Pria

dewasa ditandai dengan memiliki ukuran dada 2 inchi lebih besar dari nomor

baju misal nomor baju 40 memiliki ukuran dada 42, pria dewasa memiliki

dada lebih penuh dan pinggang pendek, sedangkan pria muda memiliki ukuran

yang sama antara ukuran dada dan ukuran baju serta memiliki pinggang yang

lebih panjang dan tubuh yang lebih ramping atau berotot. Sedangkan ukuran

lingkar pinggang rata-rata pria Indonesia adalah 78-80 cm (Soekarno,

2009:17).

Menurut riset ilmiah yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Universitas

Gajah Mada pada tahun 2001 tinggi rata-rata orang Indonesia 160-170 cm.

Sedangkan menurut Chambers (2016) .... dalam situs averagehight yang

merupakan situs yang khusus melakukan riset mengenai tinggi badan, berat

badan dan hal lain yang berkaitan dengan tubuh manusia “untuk tinggi badan

rata-rata pria Amerika (United State) 176,3 cm, angka ini cukup jauh

dibandingkan dengan tinggi rata-rata pria Indonesia yaitu 158 cm”. Perbedaan

tersebut terjadi disebabkan oleh faktor genetik, faktor kandungan makanan

yang dikonsumsi, dan kebiasaan masyarakat setempat.

Untuk mengetahui berat badan ideal harus menggunakan rumus yang

sesuai. Rumus yang digunakan adalah rumus Body Mass Index (BMI) atau
5

Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dikemukakan oleh Ramayulis (2008:6)

untuk mengetahui postur tubuh ideal, anda dapat menghitung Indeks Massa

Tubuh (IMT) dengan menggunakan rumus berikut :

IMT = Berat Badan (dalam Kg)


Berat Badan2 (dalam M)

Selanjutnya cocokkan angka IMT tersebut dengan klarifikasi Berat Badan

(BB) berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk pria dewasa Asia.

Berdasarkan penjelasan diatas terlihat perbedaan tinggi tubuh pria Amerika

dengan tinggi tuubuh pria Indonesia, dengan adanya pernedaan ukuran tubuh

pria Amerika dengan ukuran tubuh pria Indonesia tersebut maka perlu adanya

dilakukan penyesuaian.

Berdasarkan analisis awal jumlah ukuran yang dibutuhkan pada

pembuatan pola celana pantalon sistem Helen Joseph Armstrong sebanyak 8

ukuran. Perbedaan dalam pengukuran pola celana pantalon sistem Helen

Joseph Armstrong yaitu tidak menggunakan lingkar panggul, akan tetapi

menggunakan ukuran lebar panggul depan dan panggul belakang (front hip

arc and back hip arc) untuk panggul bagian depan diambil dari bagian sisi

panggul kanan bagian dapan hingga bagian kiri setara dengan garis panggul

belakang, sedangkan untuk lebar panggul belakang diambil dari bagian sisi

kanan panggul belakang menuju sisi kiri panggul.

Dalam sistem pembuatan pola untuk mendapatkan hasil yang tepat dari

metode pola diperlukan uji coba, kemudian dievaluasi oleh peneliti dibawah
6

bimbingan dosen yang ahli dibidang pla celana pantalon. Berdasarkan uji coba

pola yang penulis lakukan pada pembuatan celana pantalon sistem Helen

Joseph Armstrong pada mahasiswa pria UNP yang bertubuh ideal dengan

tinggi 171 cm dan berat badan 63 kg yang berumur 21 tahun terdapat

kelemahan pada pola tersebut yang dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 1. Kelemahan Pola Celana Pantalon Sistem Helen Joseph Armstrong


pada Uji Coba
No Kelemahan Pola

1. Celana terlalu ketat tidak ada kelonggaran


2. Garis selangkangan menarik ketika duduk dan jongkok
3. Tinggi bukaan kantong samping terlalu dalam

Dalam perkuliahan Busana Pria di jurusan IKK FPP UNP pola sistem

Helen Joseph-Armstrong ini belum digunakan atau belum dipelajari untuk

pembuatan pola celana, hal ini disebabkan karena kurangnya referensi terkait

pola celana pantalon sistem Helen Joseph Armstrong. Sementara itu

mahasiswa perlu mengetahui dan menambah wawasan tentang macam-

macam sistem pembuatan pola agar dapat membandingkan dan melakukan

penyesuaian pola apa yang dipakai menyesuaikan bentuk tubuh orang

Indonesia.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Penyesuaian Pola Celana Pantalon Sistem Helen Joseph

Armstrong pada Pria Dewasa Indonesia dengan Bentuk Tubuh Ideal”.


7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis

mengidentifikasi masalah penilitian sebagai berikut:

1. Belum ada penerapan pembuatan pola pantalon sistem Helen Joseph pada

mata kuliah Busana Pria di Prodi PKK konsentrasi Tata Busana Fakultas

Pariwisata dan Perhotelan Universitas Negeri Padang.

2. Belum diketahui penyesuaian pola pantalon sistem Helen Joseph untuk

pria dewasa bertubuh ideal Indonesia.

3. Belum adanya penelitian tentang pola pantalon sistem Helen Joseph di

Prodi PKK konsentrasi Tata Busana Fakultas Pariwisata dan Perhotelan

Universitas Negeri Padang.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan dilatar belakang dengan pertimbangan

terfokusnya penelitian, maka perlu adanya pembatasan masalah mengingat

terbatasnya waktu, biaya, tenaga, serta pengetahuan. Batasan masalah dalam

penelitian ini adalah mendiskripsikan keleman pola celana pantalon,

memperbaiki kelemahan celana pantalon, dan kesesuaian celana pantalon

sistem Helen joseph pada pria dewasa bertubuh ideal Indonesia.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat kelemahan terhadap pola pantaalon sistem Helen joseph

untuk pria dewasa bertubuh ideal Indonesia?


8

2. Bagaimana cara memperbaiki kelemahan pola pantalon sistem Helen

joseph untuk pria dewasa bertubuh ideal Indonesia?

3. Bagaimana cara menyeseuaikan pola sistem Helen joseph untuk pria

dewasa bertubuh ideal Indonesia?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disampaikan maka tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Menganalisis kelemahan terhadap pola pantalon sistem Helen joseph

untuk pria dewasa bertubuh ideal Indonesia.

2. Menganalisis cara memperbaiki kelemahan pola pantalon sistem Helen

joseph untuk pria dewasa bertubuh ideal Indonesia.

3. Menganalisis penyesuaian pola pantalon sistem Helen joseph untuk pria

dewasa bertubuh ideal Indonesia.

F. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan dan dengan memperhatikan masalah dalam

penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna :

1. Bagi mahasiswa, dapat menggunakan pola pantalon sistem Helen joseph

sebagai perbandingan dengan sistem pola busana pria yang lain.

2. Bagi program studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, dapat bermanfaat

sebagai referensi dalam mata kuliah Busana Pria.

3. Bagi peneliti lain, sebagai acuan dan bahan referensi untuk penelitian

tentang pola sistem Helen joseph dengan objek yang berbeda.


9

4. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya

dibidang pembuatan pola busana.

5. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Jurusan Ilmu

Kesejahteraan Keluarga FPP UNP.

Anda mungkin juga menyukai