Anda di halaman 1dari 23

1

ERGONOMI
ANTROPOMETRI DAN PENERAPANNYA
DOSEN PEMBIMBING:

Nizwardi Azkha, SKM, MPPM, M.Pd, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 1
1.Ayu Saputri

1311211116

2.Ayu Arlesia

1311211099

3.Dian Pramana

1311212025

4.Rahmi Oknivyoza

1311211039

5.Riyani Putri Pertiwi 1311211065

6. Annisa Agma
1210332030
7. Annisa Alhusna 1311212059
8. Indah Purnama S
1311211117
9. Ramon Odipatra 1311211065
10. Aidil Zaqi Alqaf 1311211047

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS

2
PADANG, 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapakan kehadirat Tuhan Yang Esa yang tiada hentinya
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Atas taufik dan hidayah-Nya pula penulis
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul Antropometri dan
Penerapannya ini tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ergonomi oleh dosen pembimbing yaitu Bapak Nizwardi Azkha. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara
penulisan, penyusunan, penguraian, maupun isinya. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
memberi dukungan baik moril maupun materil dalam proses penulisan makalah ini.
Akhirnya, penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi semua
pihak, baik bagi pembaca maupun kami sendiri.

Padang,

Januari 2016

Tim Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................2
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
2.1 Sejarah Antropometri.........................................................................................3
2.1.1 Antropometri Kuno......................................................................................3
2.1.2 Antropometri Modern..................................................................................4
2.2 Definisi Antropometri.........................................................................................5
2.3 Jenis-jenis Antropometri.....................................................................................6
2.3.1 Antripometri Statis.......................................................................................6
2.3.2 Antropometri Dinamis.................................................................................6
2.4 Alat-Alat Ukur Antropometri (Antropometer)....................................................6
2.5 Konsep Data Antropometri.................................................................................6
2.5.1 Data Antropometri.......................................................................................6
2.5.2 Jenis-jenis Data Antropometri.....................................................................7
2.5.3 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Variasi Data Antropometri....................8
2.5.4 Prinsip Prinsip Penerapan Data Antropometri..........................................8
2.5.5 Antropometri dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas......................9

BAB 3 : PEMBAHASAN...........................................................................................11
3.1 Pembahasan Jurnal Perencanaan Tempat Duduk Traktor Roda Empat Yang
Ergonomis Dengan Antropometri...........................................................................11
3.2 Pembahasan Jurnal Analisis Ergonomi Terhadap Rancangan Fasilitas Kerja
Pada Stasiun Kerja Dibagian Skiving Dengan Antropometri Orang Indonesia.....12
3.3 Pembahasan Jurnal Rancang Bangun Meja Tata Cara Kerja yang Ergonomis
Berdasarkan Data Antropometri untuk Praktikum Pengukuran Waktu Kerja........15
BAB 4 : KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................22
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................22
4.2 Saran.................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemampuan untuk meningkatkan produktivitas kerja manusia dipengaruhi
oleh sikap, gerakan, aktivitas, struktur fisik tubuh manusia, struktur tulang, otot
rangka, sistem saraf dan proses metabolisme. Sikap yang tidak tepat menyebabkan
gangguan, stress, rasa malas bekerja, ketidaknyamanan dan kelelahan (kelelahan
pada seluruh tubuh, mental, urat syaraf, bahkan menyebabkan rasa sakit dan kelainan
pada struktur tubuh manusia.
Aktivitas kerja manusia, baik fisik maupun mental mempunyai tingkat
intensitas yang berbeda. Intensitas tinggi berarti energi tinggi, intensitas rendah
berarti energi rendah. Mengeluarkan energi dalam jumlah besar untuk periode yang
lama bisa menimbulkan kelelahan fisik dan mental, sedangkan kelelahan mental

lebih berbahaya dan kadang-kadang menimbulkan kesalahan-kesalahan kerja yang


serius. Selain itu, posisi tubuh yang tidak alami atau sikap yang dipaksakan berakibat
pada pengurangan produktivitas manusia, hal ini berkaitan dengan dengan sejumlah
tenaga yang harus dikeluarkan akibat beban tambahan.
Bagas (2000) mengatakan, apabila antara manusia (pemakai) dan kondisi
hasil desain yang sifatnya fisik atau mekanismenya tidak aman, itu berarti terjadi
ketidakmampuan pelaksanaan fungsi secara baik, sehingga berakibat pada kesalahan
manusiawi (human errors), kegagalan akhir pada desain yang tidak baik, kesulitan
dalam produksi, kegagalan produk, bahkan menimbulkan kecelakaan kerja.
Hal yang sama diungkapkan oleh Cormick dan Sanders (1992) it is easier to bend
metal than twistarms, yang bisa diartikan merancang produk untuk mencegah
terjadinya kesalahan akan jauh lebih mudah bila dibandingkan mengharapkan orang
atau operator jangan sampai melakukan kesalahan pada saat mengoperasionalkan
produk tersebut. Memperhatikan hal tersebut, diperlukan pengetahuan dan
penyelidikan tentang ketepatan atau kepresisian, kesesuaian, kesehatan, keselamatan,
keamanan dan kenyamanan manusia dalam bekerja. Faktor perbedaan ukuran atau
postur dan berat badan manusia, kebiasan, perilaku, sikap manusia dalam
beraktivitas, serta kondisi lingkungan juga memerlukan penyelidikan lebih lanjut
dan bagaimana penerapan antrometri dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka ditetapkan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pengukuran yang dilakukan untuk mengumpulkan data
antropometri ?
2. Bagaimana merancang tempat kerja yang ergonomis bagi tenaga kerja yang
bekerja menggunakan komputer ?
3. Bagaimana bentuk rancangan mejakerja dan kursi kerja yang ergonomis
untuk tenaga kerja yang menggunakan komputer ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui

bagaimana

proses

pengukuran

mengumpulkan data antropometri


2

yang

dilakukan

untuk

2. Mengetahui bagaimana merancang tempat kerja yang ergonomis bagi tenaga


kerja yang bekerja menggunakan komputer
3. Mengetahui bagaimana bentuk rancangan mejakerja dan kursi kerja yang
ergonomis untuk tenaga kerja yang menggunakan komputer
1.4 Metodologi Penelitian
1.4.1 Waktu Dan Tempat
Pengumpulan data antropometri sampai pengolahan data dan analisis data
dilakukan mulai tanggal 11 April 2016 sampai tanggal 13 April 2016 yang bertempat
di Kampus Fakultas Kesehatan Masyarakat Unand.
1.4.2 Alat dan bahan
Alat yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan penelitian ini adalah :
a.
b.
c.
d.

Meteran Kain
Kursi
Alat tulis
Leptop

1.4.3 Indikator Pengukuran


No

Dimensions

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Strature
Eye height
Shoulder height
Elbow height
Knuckle height
Sitting height
Sitting eye height
Sitting shoulder height
Sitting elbow height
Thigh thickness
Buttock-knee length
Buttock-popliteal length
Knee height
Popliteal height
Shoulder
breadth
(bideltoid)
Hip breadth

16

Keterangan

Tinggi Badan posisi berdiri


Tinggi Mata posisi berdiri
Tinggi Bahu posisi berdiri
Tinggi Siku posisi berdiri
Tinggi
Tinggi Badan posisi duduk
Tinggi Pandangan mata posisi duduk
Tinggi Bahu posisi duduk
Tinggi Siku ke tempat duduk
Tinggi/tebal Paha
Jarak lutut ke Pantat
Jarak Lipatan Lutut ke Pantat
Tinggi Lutut
Tinggi Lipatat Lutut
Lebar Bahu
Lebar Panggul
3

17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Chest (bush) depth


Abdominal depth
Elbow-fingertip length
Head breadth
Hand length
Hand breadth
Span
Vertical grip reach
(standing)
Vertical grip reach
(sitting)
Forward grip reach

Lebar dada
Lebar perut
Jarak Siku ke Ujung Jari Tangan
Lebar Kepala
Panjang tangan
Lebar tangan
Jangkauan tangan ke depan
Jangkauan jari tangan vertikal pos. berdiri
Jangkauan jari tangan vertikal pos. duduk
Jarak jangkauan genggaman tangan
(Grip) ke punggung pada posisi tangan ke
depan (Hor)

1.4.4 Prosedure Kerja


a. Mempersiapkan alat yang dibutuhkan untuk melakukan pengukuran
b.
1. Pengukuran Dimensi Tubuh Posisi Duduk Samping

N
o

Dimensi
(Ukuran)

Tinggi
(height)

1.

Pembagian

Cara Mengukur

Tinggi
duduk tegak
(tdt)

Subyek duduk tegak dengan mata memandang lurus


ke depan, dan lutut membentuk sudut siku-siku.
Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk
sampai ujung atas kepala.
Subyek duduk tegak. Ukur jarak vertikal dari
permukaan alas duduk sampai ujung tulang bahu
yang menonjol.
Subyek duduk tegak dan memandang lurus ke depan.
Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk
sampai ujung mata bagian dalam.
Subyek duduk tegak dengan lengan atas vertikal
disisi badan dan lengan bawah membentuk sudut
siku-siku dengan lengan bawah. Ukur jarak vertikal
dari permu-kaan alas duduk sampai ujung bawah
siku kanan.
Subyek duduk tegak. Ukur jarak vertikal dari lantai
sam-pai bagian bawah paha

2.

Tinggi bahu
duduk
(tbd)
3.
Tinggi mata
duduk
(tmd)
4.
Tinggi siku
duduk
(tsd)

5.

2
3

Tebal
(depth)
Jarak

Tinggi
Popliteal
(tpo)
1. Tebal paha (tp)
1.

Jarak

Subyek duduk tegak. Ukur jarak dari permukaan


alas duduk sampai ke permukaan atas paha.
pantat Subyek duduk tegak. Paha dan kaki bagian bawah
4

(distance)

popliteal (ppo)

mem-bentuk sudut siku-siku. Ukur jarak horizontal


dari ba-gian terluar pantat sampai lekukan lutut
sebelah dalam (popliteal).
2. Jarak pantat ke Subyek duduk tegak. Paha dan kaki bagian bawah
lutut
mem-bentuk sudut siku-siku. Ukur jarak horizontal
(pkl)
dari ba-gian terluar pantat sampai ke lutut.

2. Pengukuran Dimensi tubuh Posisi Duduk menghadap ke Depan


No
Dimensi
Pembagian
Cara Mengukur
(Ukuran)
1 Lebar
1. Lebar pinggul (lp) Subyek duduk tegak. Ukur jarak horizontal dari
(breadth)
bagian terluar pinggul sisi kiri sampai bagian
terluar pinggul sisi kanan.
2. Lebar bahu (lb)
Subyek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke
badan dan lengan bawah direntangkan ke depan.
Ukur jarak horizontal antara kedua lengan atas.
3. Pengukuran Dimensi tubuh Posisi Berdiri
No
Dimensi
Pembagian
Cara Mengukur
(Ukuran)
1 Tinggi
1. Tinggi siku Subyek berdiri tegak dengan kedua tangan
(height)
berdiri
tergantung secara wajar. Ukur jarak vertikal dari
(tsb)
lantai ke titik pertemuan antara lengan atas dan
lengan bawah.
2.Tinggi
mata Subyek berdiri tegak dan mata memandang lurus ke
berdiri
depan. Ukur jarak vertikal dari lantai sampai ujung
(tmb)
mata bagian dalam (dekat pangkal hidung).
3.Tinggi
badan Subyek berdiri tegak dan mata memandang lurus ke
tegak
depan. Jarak vertikal telapak kaki sampai ujung
(tbt)
kepala yang paling atas.
4.Tinggi
bahu Subyek berdiri tegak. Ukur jarak vertikal dari lantai
berdiri
sampai bahu yang menonjol
(tbb)
2 Tebal
1. Tebal badan (tb) Subyek berdiri tegak. Ukur jarak dari dada (bagian
(depth)
ulu hati) sampai punggung secara horizontal.
3 Jarak
1. Jarak panjang Subyek berdiri tegak tangan di samping. Ukur jarak
(distance)
lengan bawah dari siku sampai pergelangan tangan.
(plb)
4. Pengukuran dimensi tubuh posisi Berdiri dengan tangan lurus kedepan
No
Dimensi
Pembagian
Cara Mengukur
(Ukuran)
1 Jarak
1. Jarak Jangkauan Subyek berdiri tegak dengan betis, pantat, dan
Jangkauan
tangan (jt)
punggung merapat ke dinding, tangan direntangkan
(distance)
secara horizon-tal ke depan. Ukur jarak horizontal
dari punggung sampai ujung jari tengah.

5. Pengukuran dimensi tubuh posisi Berdiri dengan kedua tangan


direntangkan
No
1

Dimensi
(Ukuran)
Rentangan

Pembagian
1.Rentangan
tangan (rt)

Cara Mengukur
Subyek berdiri tegak dan kedua tangan direntangkan
horizon-tal ke samping sejauh mungkin. Ukur jarak
horizontal dari ujung jari terpanjang tangan kiri
sampai ujung jari terpanjang tangan kanan

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sejarah Antropometri
2.1.1 Antropometri Kuno
Sudah sejak lama manusia tertarik pada ukuran-ukuran badan. Jika kita diam
di suatu keramaian dan mengamati orang yang berlalu-lalang di situ akan terlihat
variasi manusia berdasarkan morfologinya: gemuk, kurus, tinggi, pendek, berkaki
panjang, berdada bidang, bermuka bulat,bermuka tirus, berdagu runcing, berhidung
mancung/pesek. Meskipun sudah sejak zaman kuno ukuruan-ukuran badan menarik
perhatian, baru pada abad ke-19 morfologi manusia menjadi studi kuantitatif formal.
Sebelum ditemukannya mikroskop yang membantu memahami variasi manusia di
tingkat seluler morfologi menjadi alat utama untuk mengklasifikasikan fenomena
alam.
Catatan tertua tentang ukuran manusia berasal dari Sumeria, berangka tahun
3500 SM. Beberpa teks dari masa tersebut menyebutkan hubungan antara kesehatan,
status sosial, dengan bentuk badan. Pengetahuan orang Sumeria sangat akurat karena
ternyata ini bersesuaian dengan pandangan biologis modern saat ini tentang
penyebab variasi bentuk dan ukuran badan manusia. Penelitian telah membuktkan
bahwa orang yang dibesarkan di lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya dengan gizi
dan tingkat kesehatan yang baik secara umum cenderung lebih tinggi dan lingkar
lengan & tungkainya lebih besar daripada orang yang tumbuh di lingkungan sosial
budaya yang lebih rendah.
Filsuf Yunani kuno Plato dan Aristoteles ( 350 SM) beranggapan bahwa
manusia hidup (living people) dan kebudayaannya adalah cerminan tidak
sempurnanya tipe ideal fisik manusia dan sistem sosial budaya. Mereka memandang

variasi bentuk dan ukuran badan di berbagai kebudayaan adalah konsekuensi atas
adanya derajat ketidaksempurnaan dalam berbagai masyarakat yang berbeda. Orang
Athena beranggapan bahwa mereka memiliki sosok badan yang paling mendekati
ideal, masyarakat di luar Athena dianggap kurang sempurna. Meskipun demikian,
orang Yunani kuno tidak mempercayai konsep ras yang membagi umat manusia
secara fundamental berdasarkan morfologinya; orang Yunani kuno menerima
perbedaan dan mengakui kesatuan umat manusia.
2.1.2 Antropometri Modern
Istilah antropometri pertama kali dikemukakan oleh Johann Sigismund
Elsholtz (1623-1688). Elsholtz menciptakan antropometer, sebuah alat untuk
mengukur tinggi dan panjang bagian-bagian badan seperti lengan dan tungkai.
Elsholtz sangat tertarik dan ingin menguji pernyataan dokter Yunani kuno
Hippokrates yang menyebutkan bahwa ukuran badan yang berbeda-beda ada
hubungannya dengan berbagai penyakit yang berbeda pula. Pada tahun 1881
antropolog Prancis bernama Paul Topinard (1830-1911) menggunakan antropometri
untuk studi mengenai ras manusia untuk melihat perbedaan antarmanusa dan
menetapkan hubungan mereka satu sama lain (Topinard, 1881, h. 212).
Cabang antropometri yang digunakan dalam penelitian rasial adalah
kraniologi (studi tentang tengkorak). Seorang dokter Belanda Petrus Camper (17221789) dan para pengikutnya mengukur berbagai sudut tulang muka untuk
menentukan ras dan seks berdasarkan tengkorak. Johann Friedrich Blumenbach
(1752-1840), antropolog berkebangsaan Jerman, mengidentifikasi lima ras
berdasarkan pengamatan visual terhadap bentuk dan ukuran tengkorak. Salah satu
ras tersebut diberi nama ras Kaukasia yang didapat berdasarkan pengamatannya
atas tengkorak dari Pegunungan Kaukasus di wilayah Georgia (Rusia). Blumenbach
meyakini bahwa orang-orang Georgia yang masih hidup adalah yang paling dekat
dengan bentuk original tipe Kaukasia primordial, dan orang Kaukasia Eropa berada
di urutan kedua.
Di Amerika Serikat, Samuel George Morton (1799-1851) memperbaiki
metode dan peralatan kraniometri. Dia menciptakan alat untuk menghitung dua belas
jenis

pengukuran

pada

tengkorak.

Menurutnya

pengukuran

lebih

akurat

dibandingkan metode visual yang dilakukan oleh Blumenbach. Berlawanan dengan


Morton, antropolog Swedia Anders Adolf Retzius (1796-1860) mereduksi
7

pengukuran-pengukuran Morton menjadi dua (panjang dan lebar), dan dia


menerapkan hal ini pada kepala manusia hidup juga. Dengan demikian dia dapat
menghitung sebuah rasio sederhana: panjang kepala dibagi dengan lebarnya
disebut indeks kepala (cephalic index). Salah satu aliran ahli

kraniometri

berpendapat bahwa ras yang inferior ditandai dengan kepala bulat, atau rasionya
lebih besar daripada 0,80. Orang Eropa utara, yang dianggap ras superior memiliki
kepala relatif panjang dan sempit dengan rasio kurang daripada 0,75. Ahli
kraniometri lain, seperti Paul

Broca (1824-1880) tidak sependapat dengan

pernyataan yang dianggapnya fantasi tersebut. Broca menunjukkan bahwa semua


kelompok manusia, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati, memiliki
semua tipe indeks tengkorak. Untuk menggantikan indeks kepala (sebagai satusatunya indikator penerj.), Broca menyebutkan bahwa ukuran dan bentuk otak
bervariasi di setiap ras, jenis kelamin (seks) dan antara individu yang
berkecerdasan tinggi dan rendah. Seiring dengan berjalannya waktu, pernyataan ini
terbukti salah tetapi keyakinan bahwa bentuk kepala dan ukuran otak merupakan
penentu ras dan kecerdasan masih berlaku hingga abad kedua puluh.
Pada awal abad ke-21 para ahli menyadari bahwa jumlah ras sosial sangat
tidak terbatas, dan variasi genetis dan antropometris lebih banyak didapati pada
individu-individu dalam satu ras dibandingkan dengan individu-individu dari ras
yang berbeda. Dengan demikian, pemahaman biokultural mengenai perkembangan
manusia menggantikan antropometri yang sudah ketinggalan zaman. Antropometri
baru sekarang digunakan untuk mengukur sejarah sosial, ekonomi, dan politik suatu
masyarakat; tingkat kesehatan individu, dan kesejahteraan populasi manusia.
2.2 Definisi Antropometri
Antropometri merupakan bagian dari ergonomi yang secara khusus
mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linear, serta, isi dan juga meliputi
daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh. Secara
devinitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan
ukuran dimensi tubuh manusia meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan
aspek lain dari gerakan tubuh manusia. Menurut Stevenson (1989) antropometri
adalah suatu kumpulan data numeric yang berhubungan dengan karakteristik fisik
tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk
penanganan masalah desain.
8

Salah satu pembatas kinerja tenaga kerja. Guna mengatasi keadaan tersebut
diperlukan data antropometri tenaga kerja sebagai acuan dasar desain sarana
prasarana kerja. Antropometri sebagai salah satu disiplin ilmu yang digunakan dalam
ergonomi memegang peran utama dalam rancang bangun sarana dan prasarana kerja.
2.3 Jenis-jenis Antropometri
2.3.1 Antripometri Statis
Antropometri statis merupakan ukuran tubuh dan karakteristik tubuh dalam
keadaan diam (statis) untuk posisi yang telah ditentukan atau standar.
Contoh: Tinggi Badan, Lebar bahu
2.3.2 Antropometri Dinamis
Antropometri dinamis adalah ukuran tubuh atau karakteristik tubuh dalam
keadaan bergerak, atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat
pekerja tersebut melaksanakan kegiatan.
Contoh: Putaran sudut tangan, sudut putaran pergelangan kaki.
2.4 Alat-Alat Ukur Antropometri (Antropometer)
Dalam pengukuran antropometri digunakan Beberapa alat, diantara alat-alat
tersebut adalah sebagai berikut
1. Goniometer dipakai untuk mengukur lekukan-lekukan tubuh manusia.
2. Kursi antropometri dipakai untuk mengukur data-data antropometri manusia
dalam posisi duduk. Data yang diperoleh biasanya dipakai untuk merancang
kursi dan ketinggian meja kerja serta untuk perancangan fasilitas kerja yang
berhubungan dengan manusia pemakainya. Orang yang akan diukur data
antropometrinya harus duduk di kursi ini.
Secara umum deskripsi dari pengukuran data antropometrik terdiri dari
setidaknya tiga buah tipe terminology dasar yaitu :
1.Locator yang mengidentifikasikan suatu titik atau daerah dari tubuh yang
menjadi dasar pengukuran titik atau bidang.
2. Orientator yang mengidentifikasikan arah atau tujuan dari suatu dimensi
tubuh.
3. Potensioner yang menandakan asumsi dari posisi tubuh subyek dalam
pengukuran, seperti posisi duduk.

2.5 Konsep Data Antropometri


2.5.1 Data Antropometri
Data antropometri adalah data-data dari hasil pengukuran yang digunakan sebagai
data untuk perancangan peralatan. Data antropometri adalah data mengenai ukuran
dimensi tubuh manusia. Data antropometri diperoleh dari pengukuran bagian tubuh
manusiaDimensi tubuh manusia untuk perancangan produk terdiri dari dua jenis,
yaitu struktural dan fungsional. Dimensi tubuh struktural yaitu pengukuran tubuh
manusia dalam keadaan tidak bergerak. Sedangkan dimensi tubuh fungsional adalah
pengukuran tubuh manusia dalam keadaan bergerak. Secara umum data antropometri
yang sering digunakan untuk merancang produk dan stasiun kerja.
2.5.2 Jenis-jenis Data Antropometri
a. Antropometri Struktural
Pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada permukaan tubuh. Ada
beberapa metode pengukuran tertentu agar hasilnya representative. Disebut juga
pengukuran dimensi struktur tubuh dimana tubuh diukur dalam berbagai posisi
standar dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur
dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri
maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut pada saat berdiri atau duduk,
panjang lengan, dan sebagainya. Antropometri struktural ini diantaranya: tinggi
selangkang, tinggi siku, tinggi mata, rentang bahu, tinggi pertengahan pundak pada
posisi duduk, jarak pantat-ibu jari kaki, dan tinggi mata pada posisi duduk
b. Antropometri Fungsional
Antropometri fungsional adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik
manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang
mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Hasil yang
diperoleh merupakan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan
gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu. Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang dinamis
akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja.
c. Persentil
Persentil adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang
yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh, persentil ke95 akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran tersebut,
10

sedangkan persentil ke-5 akan menunjukkan 5% populasi akan berada pada atau
dibawah

ukuran

itu.

Dalam

antropometri,

angka

persentil

ke-95

akan

menggambarkan ukuran manusia yang terbesar dan persentil ke-5 sebaliknya akan
menunjukkan ukuran terkecil. Bilamana diharapkan ukuran yang mampu
mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka diambil rentang 2.5-th dan
97.5-th persentil sebagai batas-batasnya.
2.5.3 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Variasi Data Antropometri
Manusia pada umumnya berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran
tubuhnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia, yaitu:
1. Umur/Usia
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun
untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Setelah itu, tidak lagi akan terjadi
pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan
menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan.
2. Jenis kelamin (sex)
Pada umumnya dimensi pria dan wanita ada perbedaan yang signifikan diantara
rata-rata dan nilai perbedaan ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Pria dianggap
lebih panjang dimensi segmen badannya daripada wanita. Oleh karenanya data
antropometri sangat diperlukan dalam perancangan sebuah alat atau produk.
Secara umum pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada dan
pinggul.
3. Suku bangsa (etnik)
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik tertentu akan memiliki karakteristik
fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya.
4. Sosio ekonomi
Tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi dimensi tubuh manusia. Pada
negara-negara maju dengan tingkat sosio ekonomi tinggi, penduduknya
mempunyai dimensi tubuh yang besar dibandingkan dengan negara-negara
berkembang.

11

5. Posisi tubuh (posture)


Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena
itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran.

2.5.4 Prinsip Prinsip Penerapan Data Antropometri


Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam
anggota tubuh manusia dalam percentile tertentu akan sangat besar manfaatnya pada
saat suatu rancangan produk ataupun fasilitas kerja akan dibuat. Agar rancangan
suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan
mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil didalam aplikasi
data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti diuraikan berikut
ini :
a) Prinsip perancangan bagi individu dengan ukuran ekstrim.
Berdasarkan prinsip ini, rancangan yang dibuat bisa digunakan oleh individu
ekstrim yaitu terlalu besar atau kecil dibandingkan dengan rata- ratanya agar
memenuhi sasaran, maka digunakan persentil besar (90th, 95th atau 99th percentile)
atau persentil kecil (1st, 5h atau 10th percentile).

b) Prinsip perancangan yang bisa disesuaikan.


Disini, rancangan bisa diubah ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel
untuk diaplikasikan pada berbagai ukuran tubuh (berbagai populasi). Dengan
menggunakan prinsip ini maka kita dapat merancang produk yang dapat disesuaikan
dengan keinginan konsumen. Misalnya kursi pengemudi pada kendaraan.

c) Prinsip perancangan dengan ukuran rata rata.


Rancangan didasarkan atas rata rata ukuran manusia. Prinsip ini dipakai
jika peralatan yang didisain harus dapat dipkai untuk berbagai ukuran tubuh manusia.
Disain dengan prinsip ini dapat dikatakan perancangan dengan persentil 50.
Masalahnya adalah bahwa dapat dikatakan sangat sedikit atau tidak ada yang
namanya individu rata rata sehingga perancangan berdasarkan prinsip ini

12

memerlukan kajian yang lebih mendalam lagi. Perancangan berdasarkan ukuran ratarata dapat menggunakan data persentil 95-th untuk ,mendsain peralatan dengan
ukuran maksimum. Sedangkan untuk ukuran minimum digunakan data persenti kecil
dari persentil 10-th.
Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses
perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa saran/rekomendasi
yang bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah seperti berikut :
a. Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang
nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut.
b. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut, dalam
hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data struktural body
dimension ataukah functional body dimension.
c. Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan
dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut. Hal ini lazim
dikenal sebagai "market segmentation", seperti produk mainan untuk anak-anak,
peralatan rumah tangga untuk wanita, dll.
d. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan tersebut
untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel (adjustable)
ataukah ukuran rata-rata.
e. Pilih prosentase populasi yang harus diikuti, 90-th, 95-th, 99-th ataukah nilai
percentile yang lain yang dikehendaki.
f. Untuk

setiap

dimensi

tubuh

yang

telah

diidentifikasikan

selanjutnya

pilih/tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai. Aplikasi
data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila diperlukan
seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang harus
dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan (glowes), dan lain-lain.
Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri untuk bisa
diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja menurut Eko
Nurmianto dalam bukunya, maka pada gambar tersebut dibawah ini akan

13

memberikan informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur
pada gambar :

Keterangan :
1. Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala )
2. Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak
3. Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak
4. Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus)
5. Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukkan ).
6. Tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk/pantat sampai
dengan kepala ).
7. Tinggi mata dalam posisi duduk.
8. Tinggi bahu dalam posisi duduk
9. Tinggi siku dalam posisi duduk ( siku tegak lurus )
10. Tebal atau lebar paha.
11. Panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut.
12. Panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari lutut/betis.

14

13. Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
14. Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha.
15. Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk )
16. Lebar pinggul/pantat
17. Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dlm
gambar ).
18. Lebar perut
19. Panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi
siku tegak lurus.
20. Lebar kepala.
21. Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.
22. Lebar telapak tangan.
23. Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping kiri-kanan
(tidak ditunjukkan dalam gambar ).
24. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai
dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal).
25. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya no 24
tetapi dalam posisi duduk ( tidak ditunjukkan dalam gambar ).
26. Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung jari
tangan

2.5.5 Antropometri dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas


Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomi dalam
proses perancangan produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi
15

manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas
antara lain dalam hal, (Menurut Wignjosoebroto, 2003):
1. Perancangan area kerja (work station, mobile, interior, dll)
2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas dan
sebagainya
3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, dan
sebagainya.
4. Perancangan lingkungan kerja fisik
Jadi dapat disimpulkan bahwa data antropometri dapat menentukan bentuk,
ukuran dan dimensi yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang
akan mengoperasikanya atau menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan ini maka
perancangan produk harus mampu mengakomodasikan dimensi dari populasi
terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangan tersebut.
Secara umum sekurang-kurangnya 90%-95% dari populasi yang menjadi
target dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah dapat menggunakan produk
tersebut. Untuk mendesain peralatan kerja secara ergonomi yang digunakan dalam
lingkungan sehari-hari atau mendesain peralatan yang ada pada lingkungan
seharusnya disesuaikan dengan manusia di lingkungan tersebut. Apabila tidak
ergonomis akan menimbulkan berbagai dampak negatif bagi manusia tersebut.
Dampak negatif bagi manusia tersebut akan terjadi dalam jangka waktu pendek
(short term) maupun jangka panjang (long term).
2.6 Posisi Netral Penggunaan Perangkat Komputer
Bekerja dengan tubuh dalam posisi netral mengurangi stress dan ketegangan
otot dan sistem rangka,dengan demikian resiko gangguan muskuloskeletal dapat
diminimalisasi.
Berikut ini adalah beberapa poin utama yang perlu diperhatikan ketika
mencoba untuk mempertahankan postur tubuh netral saat bekerja di komputer
dekstop.
1. Tangan, pergelangan tangan, dan lengan lurus, sejajar dengan lantai.
16

2. Kepala diposisikan lurus atau membungkuk sedikit ke depan, menghadap


ke depan, dan seimbang. Kepala umumnya diposisikan flexible dengan
batang tubuh. Memosisikan monitor lebih tinggi atau sama dengan posisi
kepala membuat harus menengadah dan posisi ini sangat melelahkan.
3. Bahu santai dan lengan atas biasanya menggantung di sisi tubuh.
Kesalahan umum terjadi sewaktu lengan ditopang meja dalam waktu
lama, kondisi lengan bukan lagi menggantung bebas pada bahu.
4. Posisikan siku dekat dengan tubuh dan membungkuk antara 90 dan 120
derajat
5. Kaki sepenuhnya ditopang dan menjejak lantai, bukan menggantung.
Pijakan kaki yang dapat digunakan jika kursi tidak dapat dibuat lebih
rendah dan tinggi meja tidak diatur.
6. Posisi vertikal dengan tubuh duduk di kursi didukung sepenuhnya pada
sandaran kursi.
7. Paha dan pinggul menduduki kursi yang nyaman, empuk dan bukan kayu
atau plastik. Pada umumnya sejajar dengan lantai.
8. Lutut diposisikan dengan tinggi sama dengan pinggul.
9. Posisi kaki dibiarkan bebas tapi sejajar menjejak lantai.

BAB 3 : HASIL PENGUKURAN


3.1 Gambaran Stasiun Kerja Secara Umum

3.2 Data antropometri


3.2.1 Dimensi Tubuh
3.2.2 Rekap data
BAB 4 : Analisa dan Perancangan

17

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Antropometri merupakan bagian dari ergonomi yang secara khusus
mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linear, serta, isi dan juga meliputi
daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh. Secara
devinitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan
ukuran dimensi tubuh manusia meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan
aspek lain dari gerakan tubuh manusia.
Antropometri terdiri dari antropometri dinamis dan statis. Sedangkan alat
ukurnya bisa berupa kursi antropometri, Goniometer, locator, orientator, dan
potensioner.
Antropometri penting dalam menentukan kesehatan dan keselamatan kerja
karja karna merupakan faktor yang berkaitan erat dengan fisik dan psikis tenaga
kerja. Hubungan antropometri dengan ergonomi sangat signifikan. Dalam beberapa
jurnal telah dikaji bahwa lingkungan kerja yang ergonomis itu harus sesuai dengan
antropometri tenaga kerjanya.
5.2 Saran
Diharapkan melalui penelitian jurnal yang telah dilakukan, perusahaan dan
lingkungan kerja dapat memperhatikan keergonomisan peralatan dan tenaga kerjanya
agar dapat meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja sehingga produktivitas
tenaga kerja lebih efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA
Iridiastadi, Hardianto & Yassierli. 2014. Ergonomi Suatu Pengantar. PT Remaja
Rosdakarya: Bandung
Bambang Sanggeni. Antropometri. 2010
https://bambangwisanggeni.wordpress.com/2010/03/02/antropometri/, diakses
pada 20 Januari 2016 pukul 19.00
Wikipedia. Antropometri.
https://id.wikipedia.org/wiki/Antropometri, diakses pada 20 Januari 2016 pukul
19.30
18

www.encyclopedia.jrank.org, diakses pada 21 Januari 2016 pukul 13.00


Julimars. Antropometri. 2012
http://julimarsnotes.blogspot.co.id/2012/05/antropometri.html, diakses pada 21
Januari 2016 pukul 19.00

19

Anda mungkin juga menyukai