NIM : 21010123120052
Kelas : A – Teknik Sipil
Matkul : Dasar – Dasar Rekayasa Transportasi
Profil Singkat:
Visi Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
Tugas :
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut mempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perhubungan laut.
Fungsi :
1. Perumusan kebijakan di bidang perhubungan laut.
2. Penyusunan norma, satandar, prosedur, dan kriteria di bidang perhubungan laut.
3. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perhubungan laut
4. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
Dalam perencanaan pelabuhan penumpang dan barang harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
• Penyediaan fasilitas dasar pelabuhan penumpang dan barang.
• Tersedianya ruang gerak yang leluasa bagi kapal di dalam pelabuhan.
• Alur yang baik untuk memudahkan kapal keluar masuk pelabuhan.
• Tersedianya fasilitas pendukung seperti air bersih, BBM, dll.
• Mempunyai jaringan angkutan darat yang mudah dengan daerah pendukungnya.
Dalam perencanaan pembangunan pelabuhan ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan sehubungan dengan kondisi lapangan yang ada, antara lain:
• Topografi dan situasi • Angin • Pasang surut • Gelombang • Kondisi tanah • Karakteristik kapal
Angin
Angin terjadi karena perbedaan tekanan udara, sehingga udara mengalir dari tempat
yang bertekanan rendah menuju daerah yang bertekanan tinggi. Angin sangat berpengaruh
dalam perencanaan pelabuhan karena angin :
• Mengendalikan kapal pada gerbang.
• Memberikan gaya horisontal pada kapal dan bangunan pelabuhan.
• Mengakibatkan terjadinya gelombang laut yang menimbulkan gaya yang bekerja pada
bangunan pelabuhan.
• Mempengaruhi kecepatan arus, dimana kecepatan arus yang rendah dapat menimbulkan
sedimentasi.
Pasang Surut
Pasang surut terjadi karena adanya gaya tarik benda-benda langit yaitu matahari dan
bulan terhadap massa air laut di bumi. Tinggi pasang surut adalah amplitudo total dari variasi
muka air tertinggi (puncak air pasang) dan muka air terendah.
Permukaan air laut yang berubah berpengaruh terhadap perencanaan kedalaman alur
pelabuhan dan elevasi dasar pelabuhan. Kedalaman kolam pelabuhan diperhitungkan terhadap
keadaan surut rendah (LWL), draft kapal serta kelonggaran bawah. Elevasi lantai dermaga
diperhitungkan terhadap keadaan pasang yang tinggi (HWL), disamping faktor-faktor yang
lain seperti kenaikan air (water set up).
Gelombang
Gelombang dapat terjadi karena angin, pasang surut, gangguan buatan seperti gerakan
kapal dan gempa bumi. Pengaruh gelombang terhadap perencanaan pelabuhan antara lain :
• Besar kecilnya gelombang sangat menentukan dimensi dan kedalaman bangunan pemecah
gelombang.
• Gelombang menimbulkan gaya tambahan yang harus diterima oleh kapal dan bangunan
dermaga.
Besarnya gelombang laut tergantung dari beberapa faktor, yaitu :
a. Kecepatan angin.
b. Lamanya angin bertiup.
c. Kedalaman laut dan luasnya perairan.
Pada perencanaan pelabuhan penumpang dan barang diusahakan tinggi gelombang
serendah mungkin, dengan pembuatan pemecah gelombang maka akan terjadi defraksi
(pembelokan arah dan perubahan karakteristik) gelombang.
Gelombang merupakan faktor utama dalam penentuan tata letak (lay out) pelabuhan,
alur pelayaran dan perencanaan bangunan pantai (Triatmodjo, 1996). Oleh karena itu,
pengetahuan tentang gelombang harus dipahami dengan baik.
Menurut Triatmodjo (1999), gelombang di laut menurut gaya pembangkitnya dapat
dibedakan antara lain sebagai berikut :
1. Gelombang angin
2. Gelombang pasang surut
3. Gelombang tsunami
4. Gelombang karena pergerakan kapal
Kondisi Tanah
Kondisi tanah ini sangat penting, terutama diperlukan dalam penentuan jenis pondasi
yang digunakan dan perhitungan dimensinya berdasarkan daya dukung tanah di lokasi
perencanaan bangunan.
Karakteristik Kapal
Selain data kapal perlu diketahui juga sifat dan fungsi kapal untuk mengetahui
ukuran-ukuran teknis pelabuhan. Kapasitas angkut kapal biasanya diukur dalam DWT (Dead
Weight Tonage) yaitu kemampuan daya angkut barang dalam kapal. Satuan kapal diukur
dalam GT (Gross Tonage) yaitu jumlah isi dari ruang kapal secara keseluruhan. Satuan untuk
ukuran ruang muat kapal disebut NRT (Netto Registered Ton) yaitu kapasitas jumlah isi ruang
kapal yang dapat disewakan untuk dapat dimuati barang sebagai selisih dari BRT (Bruto
Registered Ton) dengan jumlah isi ruang kapal yang tidak disewakan. Dari ukuran tersebut
dapat ditentukan dimensi kapal.
o Kapal Barang
Kapal barang khusus dibuat untuk mengangkut barang. Pada umumnya kapal barang
mempunyai ukuran yang lebih besar dari pada kapal penumpang. Bongkar moat
barang bisa dilakukan dengan dua cara yaitu seeara vertikal atau horisontal. Bongkar
muat secara vertikal yang biasa disebut lift on / lift off (Lo/Lo) dilakukan dengan
keran kapal, keran mobil dan/atau keran tetap yang ada di dermaga. Pada bongkar
muat secara horisontal rang juga disebut Roll on/Roll Off (Ro/Ro) barang-barang
diangkut dengan menggunakan truk.
Berikut pembagian dari kapal barang:
1. Kapal barang umum (general cargo ship) Kapal ini digunakan untuk
mengangkut muatan umum (general cargo). Muatan tersebut bisa terdiri
dari bermaeam-maeam barang yang dibungkus dalam peti, karung dan
sebagainya rang dikapalkan oleh ban yak pengirim untuk banyak
penerima di beberapa pelabuhan tujuan.
■ Kapal yang membawa peti kemas yang mempunyai ukuran yang
telah distandarisasi. Berat masingmasing peti kemas antara 5 ton
sampai 40 ton. Kapal peti kemas yang paling besar mempunyai
panjang 300 m untuk 3600 peti kemas berukuran 20 It (6 rn).
■ Kapal dengan bongkar muat secara horisontal (roll-on/roll-off)
2. Kapal barang curah (bulk cargo ship); Kapal ini digunakan untuk
mengangkut muatan curah yang dikapalkan dalam jumlah banyak
sekaligus. Muatan curah ini bisa berupa beras, gandum, batu bara, bijih
besi, dan sebagainya. Kapal jenis ini yang terbesar mempunyai kapasitas
175.000 DWT dengan panjang 330 rn, lebar 48,5 m dan sarat 18,5 m.
Sejak beberapa tahun ini telah muncul kapal campuran OBO (Ore Bulk-
Oil) yang dapat memuat barang curah dan barang cair sccara be rsama-
sama. Kapal jenis ini berkembang dengan pesat, dan yang terbesar
mempunyai kapasitas 260.000 DWT.
4. Kapal khusus (special designed ship) Kapal ini dibuat khusus untuk
mengangkut barang tertcntu seperti daging rang harus diangkut dalam
keadaan beku, kapal pengangkut gas alam cair (liquified natural gas,
LNG), dan sebagainya. Di samping kapal-kapal yang telah disebutkan di
alas, masih ada jenis-jenis kapallainnya seperti kapal penangkap ikan,
kapal kerja (misalnya kapal tunda, kapal suplai, kapal keran apung, kapal
pemancang tiang, kapal keruk dsb), kapal pesiar, kapal perang.
B. Jenis Pelabuhan
Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, dilengkapi
dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat, crane
untuk bongkar muat barang, gudang tempat penyimpanan barang.
Menurut Suyono (2007: 2), jenis pelabuhan dapat dibagi menurut :
1. Alamnya
Menurut alamnya, pelabuhan laut dibagi menjadi pelabuhan terbuka dan
pelabuhan tertutup. Pelabuhan terbuka adalah pelabuhan dimana kapal-kapal bisa
masuk dan merapat secara langsung tanpa bantuan pintu-pintu air. Pelabuhan di
Indonesia pada umumnya adalah perlabuhan terbuka. Pelabuhan tertutup adalah
pelabuhan dimana kapal - kapal yang masuk harus melalui beberapa pintu air.
Pelabuhan tertutup ini dibuat pada pantai dimana terdapat perbedaan pasang surut
yang besar dan waktu pasang surutnya berdekatan.
2. Pelayanannya
Menurut sasaran pelayanannya, jenis pelabuhan dapat dibagi menjadi pelabuhan
umum dan pelabuhan khusus. Sesuai PP 69 Tahun 2001, Pelabuhan umum adalah
pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat
umum. Sedangkan pelabuhan khusus adalah pelabuhan yang penggunaannya
khusus untuk kegiatan sektor 9 perindustrian, pertambangan, atau pertanian yang
pembangunannya dilakukan oleh instansi yang bersangkutan untuk bongkar/muat
dari bahan baku serta hasil produksinya. Contoh dari pelabuhan khususnya adalah
pelabuhan khusus angkatan laut, pelabuhan khusus untuk minyak sawit,
pelabuhan khusus minyak dan sebagainya (Keputusan Menteri Perhubungan
No.KM 55 Tahun 2002).
3. Lingkup Pelayaran Yang Dilayani
Menurut lingkup pelayaran yang dilayani, sesuai PP No. 69 Tahun 2001 tentang
Kepelabuhanan pasal 5 dan 6, peran dan fungsi pelabuhan dibagi menjadi
pelabuhan internasional hub, pelabuhan internasional, pelabuhan nasional,
pelabuhan regional dan pelabuhan lokal.
1) Pelabuhan internasional hub adalah pelabuhan utama primer yang berfungsi
melayani kegiatan dan alih muatan angkutan laut nasional dan internasional
dalam jumlah besar dan jangkauan pelayaran yang sangat luas serta merupakan
simpul dalam jaringan transportasi laut internasional.
2) Pelabuhan internasional adalah pelabuhan utama sekunder yang berfungsi
melayani kegiatan dan alih muatan angkutan laut nasional dan internasional
dalam jumlah besar dan jangkauan pelayaran yang sangat luas serta merupakan
simpul dalam jaringan transportasi laut internasional.
3) Pelabuhan nasional adalah pelabuhan utama tersier yang berfungsi melayani
kegiatan dan ali muat angkutan laut nasional dan internasional dalam jumlah
menengah serta merupakan simpul dalam jaringan transportasi tingkat provinsi.
4) Pelabuhan regional adalah pelabuhan pengumpan primer yang berfungsi
melayani kegiatan dan alih muatan angkutan laut nasional dalam jumlah yang
relatif kecil serta merupakan pengumpan dari pelabuhan utama.
5) Pelabuhan lokal adalah pelabuhan pengumpan sekunder yang berfungsi
melayani kegiatan angkutan laut regional dalam jumlah kecil serta merupakan
pengumpan pada pelabuhan utama dan/atau pelabuhan regional.
A. Pengertian Navigasi
1. Binoculars atau teropong adalah sepasang teleskop identik atau cermin simetris dipasang
side-by-side dan selaras untuk menunjukan secara akurat ke arah yang jaraknya jauh. Dimana
manfaatnya adalah:
b) Memudahkan mengamati bendabenda kecil seperti bouy-bouy kapal long line yang
bisa membahayakan keselamatan pelayaran.
c) Memudahkan melihat lampu navigasi sehingga kita bisa mengetahui arah kapal itu.
2. Radar atau Radio Detection and Ranging adalah peralatan navigasi elektronik terpenting
dalam pelayaran. Berfungsi mendeteksi dan mengukur jarak di sekeliling kapal. Radar
menggunakan pancaran gelombang elektronik. Alat yang akan memancarkan gelombang
radio pendek dalam alur sempit (narrow channel) oleh antena berarah (directional antenna).
Dan Automatic Radar Plotting Aid (ARPA), di mana kemampuannya dapat membuat trek
menggunakan kontak radar. Sistem ini dapat menghitung haluan objek yang dilacak,
kecepatan dan titik terdekat atau Closest Plotting Approach (CPA), sehingga tahu jika ada
bahaya tubrukan dengan kapal lain atau dengan daratan lainnya. Berikut fungsi biasanya
tersedia pada Arpa:
(2) Membaca informasi seperti kecepatan, jarak, titik terdekat pendekatan Closest
Plotting Approach (CPA) dan Time Closest Plotting Approach (TCPA).
(4) Memproses informasi radar jauh lebih cepat daripada radar konvensional namun
masih sama pada pembatasan yang sama.
Kemudian kegunaan Radar dan Arpa dalam pengamatan adalah untuk meningkatkan taraf
menghindari tubrukan di laut mengurangi beban pengamatan dengan memungkinkan mereka
secara otomatis mendapatkan informasi sehingga mereka dapat melakukan juga dengan
beberapa sasaran karena mereka secara manual merencanakan untuk mengambil tindakan
yang tepat apabila akan terjadi bahaya tubrukan.
3. AIS (Automatic Identification System) atau Sistem pelacakan kapal jarak pendek,
digunakan pada kapal dan stasiun pantai untuk mengidentifikasi dan melacak kapal dengan
menggunakan pengiriman data elektronik pada kapal lainnya dan stasiun pantai terdekat.
Informasi seperti identifikasi posisi, tujuan, dan kecepatan dapat ditampilkan pada layar
komputer atau ECDIS (Electronic Charts Display and Indentification System). Sistem AIS
terintegrasi dari Radio VHF transceiver standar dengan Loran-C atau GPS (Global
Positioning System) dan dengan sensor navigasi elektronik lainnya. Untuk aturannya AIS
sendiri, IMO (International Maritime Organization) sudah membuat suatu aturan yaitu
Regulation 19 of SOLAS Chapter V yang berisi tentang pemasangan AIS di mana kapal-
kapal diwajibkan untuk memasang perangkat AIS transponder terutama pada kapal
penumpang, kapal tanker dan kapal berukuran 300 Gross Tonnage ke atas. Peraturan tersebut
juga memuat tentang keharusan AIS untuk menyediakan data informasi berupa identitas
kapal, jenis kapal, posisi, tujuan, kecepatan, status navigasi dan informasi lainnya yang
berhubungan dengan keselamatan pelayaran. AIS yang digunakan pada peralatan navigasi
yang penting untuk menghindari dari kecelakaan akibat tubrukan. Karena keterbatasan dari
kemampuan radio, dan karena tidak semua kapal yang dilengkapi dengan AIS, sistem ini
berarti yang diutamakan untuk digunakan sebagai alat peninjau dan untuk menghindarkan
resiko dari tabrakan daripada sebagai sistem pencegah tubrukan secara otomatis, sesuai
dengan COLREGS (International Regulations for Preventing Collisions At Sea). Persyaratan
AIS hanya untuk menampilkan dasar teks informasi, data yang berlaku dapat diintegrasikan
dengan sebuah graphical electronic chart atau sebuah tampilan radar, menyediakan informasi
navigasi gabungan pada sebuah tampilan tunggal. Peranan AIS terhadap pengamatan di alur
pelayaran sempit saat perairan dan pelabuhan ramai, VTS (Vessel Traffic Service) boleh ada
dalam mengatur lalu lintas kapal. Sekarang AIS menyediakan kesadaran akan lalu lintas
tambahan dan menyediakan pelayanan dengan informasi tentang keberadaan kapal lain dan
alur lintasannya.
4. ECDIS (Elektronic Chart Display and Information System) adalah alat yang fungsi dan
sistemnya dapat memberikan informasi tentang navigasi dan yang kegunaannya adalah untuk
memback-up peralatan yang ada, sehingga dapat diterima dan dianggap memenuhi syarat
yang ditentukan sesuai aturan V/19 dan V/27 dari konvensi SOLAS 1974 dan
amandemennya. Oleh karena itu peralatan ECDIS ini harus memenuhi kriteria standard
kinerja dari IMO sesuai bab V Solas 1974. ECDIS juga dirancang seperti menyerupai peta
atau bisa disebut juga pemindahan peta ke dalam monitor, dilengkapi dengan infomasi
tentang kedalaman laut, tata pemisah lalu lintas, racon-racon, bouy-bouy yang berada di
sekitar pelabuhan atau di daerah yang memiliki symbol-symbol navigasi, Sehingga membantu
perwira untuk melakukan pengamatan yang lebih optimal. Dan manfaat kegunaan ECDIS
terhadap pengamatan
5. Echo Sounder adalah perangkat yang menggunakan teknologi sonar untuk mengukur
bawah air. Kegunaan dasar Echo Sounder adalah untuk mengukur kedalaman suatu perairan
dengan mengirimkan gelombang dari permukaan ke dasar dan ditulis waktunya hingga echo
kembali dari dasar.
C. Standar Keselamatan
“Unless expressly provided otherwise, this chapter shall apply to all ships on all voyages,
except:
2. Ships solely navigating the Great Lakes of North America and their connecting and
tributary waters as far east as the lower exit of the St. Lambert Lock at Montreal in the
Province of Quebec, Canada. However, warships, naval auxiliaries or other ships owned or
operated by a Contracting Government and used only on government noncommercial service
are encouraged to act in a manner consistent, so far as reasonable and practicable, with this
chapter.
Peran transportasi bukan hanya terbatas pada mengangkut manusia dan barang dari
satu tempat ke tempat lain, namun memiliki dampak terhadap kondisi perekonomian wilayah.
Biaya transportasi yang besar dapat berarti olehisolasi geografis, sosial dan ekonomi yang menjadi
hambatan bagi masyarakat miskin manajemen rantai pasok menerapkan sinkronisasi, integrasi, dan
kolaborasi berbagai pihak serta diwujudkan dalam struktur kelembagaan dan organisasi yang efektif
serta didukung oleh penyedia jasa logistik, diperlukan untuk mewujudkan sistem logistik nasional
yang terintegrasi. Kompeten (Mulyadi, 2011).
Manajemen Logistik Terintegrasi merupakan suatu kegiatan manajemen logistik yang
meliputi dua bidang yang berkaitan, yaitu: bidang organisasi logistik dan bidan koordinasi logistik.
Bidang OperasiLogistik,merupakan kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik. Manajemen distribusi fisik
menyangkut masalah pengangkutan produk kepada langganan. Dalam distribusi fisik, langganan
dipandang sebagai pemberhentian terakhir dalam saluran pemasaran. Manajemen material adalah
menyangkut perolehan (procurement) dan pengangkutan material, suku cadang dan atau persediaan
barangjadi dari tempat pembelian ke tempat pembuatan/perakitan gudang atau toko pengecer
(Harimurti, 2017).
Manajemen rantai pasok merupakan manajemen jaringan organisasiorganisasi dari hulu
hingga hilir yang meliputi hubungan antar dua perusahaan atau lebih dan arus material, informasi dan
sumber daya. Sedangkan logistik merupakan proses perencanaan, pelaksanaan, serta mengendalikan
prosedur untuk transportasi dan penyimpanan barang secara efisien dan efektif (Sorooshian et al.,
2013). Schroeder & Hope (2007) mengatakan bahwa manajemen rantai pasok dapat diartikan
merencanakan, mendesain, dan mengontrol aliran informasi di sepanjang rantai pasokan tersebut
dalam rangka untuk memenuhi syarat pelanggan, dengan cara yang efisien sekarang dan masa depan.
Selanjutnya moda transportasi yang efisien, aman dan ramah lingkungan untuk menentukan
kelayakan membangun kapasitas untuk mengumpulkan informasi yang kredibel, independen,
bersertifikat tentang efektivitasbiaya, dan penerapan teknologi rama lingkungan ke sektor Inland
Waterway Transport (IWT). Selanjutnya (Du et al., 2016) mengatakan menghadapi persaingan yang
ketat di pasar untuk perusahaan pelayaran, perlu dilakukan keputusan yang masuk akal dan efisien
untuk mengoptimalkan jaringan jalur pengiriman barang sehingga dapat ditingkatkan efisiensi
pengiriman dan mengurangi biaya transportasi, serta untuk mewujudkan transportasi keberlanjutan.
Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, membutuhkan sektor transportasi laut yang
berkembang dan dikelola dengan baik. Efektivitas sektor pelabuhan memiliki dampak yang signifikan
terhadap kemampuan produsen untuk bersaing di pasar domestik dan internasional, efisiensi distribusi
internal, dan lebih luas lagi, kohesi dan integritas ekonomi nasional. Karena merupakan penghubung
dalam jaringan sistem transportasi dan logistik, pelabuhan memiliki peran strategis yang krusial
dalam pengembangan industri dan perdagangan serta merupakan sektor usaha yang dapat mendukung
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Peran transportasi laut dalam mendorong
pembangunan ekonomi menjadikannya sebagai pintu gerbang perekonomian lokal. Hal ini agar
industri hinterland suatu daerah dapat berkembang sebagai respon terhadap keberadaan pelabuhan.
Akibatnya, kehadiran pelabuhan baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan
masukan dan pengaruh. Tujuan akhirnya adalah agar semua pelaku dan kegiatan ekonomi daerah
memberikan nilai tambah. Status pelabuhan sebagai lokasi yang aman untuk berlabuh kapal dan
terminal arus barang dan orang ditunjukkan oleh fungsi pelabuhan di atas.
Pekerjaan yang kurang efektif dan efisien yang tidak didukung dengan tata kelola yang baik
dan mengakibatkan biaya pengiriman yang tinggi menjadi faktor penghambat kinerja pelabuhan.
Kapal-kapal yang terlibat dalam perdagangan dalam negeri, misalnya, menghabiskan sebagian besar
waktunya hanya untuk berlabuh atau menunggu di dalam atau di luar pelabuhan. Hal ini disebabkan
oleh fakta bahwa ia memiliki kekuatan yang berlebihan atas pemberian layanan di pelabuhan, dan
karena peraturan saat ini secara efektif menghambat persaingan baik di dalam maupun di luar
pelabuhan. Karena mengarah pada kinerja yang kurang efektif dan efisien saat menyediakan kliennya,
peningkatan port dalam segala hal diperlukan. Jika sumber daya tidak cukup untuk menarik investor
baik dalam maupun luar negeri melalui investasi, kinerja pelabuhan harus dikelola
melaluipengembangan sarana peralatan sebagai sarana dan prasarana penunjang kegiatan
kepelabuhanan.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, D., Boesono, H., & Wijayanto, D. (2017). Analisis pengembangan fasilitas pelabuhan yang
berwawasan lingkungan (Ecoport) di pelabuhan perikanan nusantara (PPN) Pengambengan,
Jembrana, Bali.
Fazri, K., & Solihin, I. (2021). Fasilitas Dan Tingkat Operasional Pelabuhan Perikanan Di Kabupaten
Aceh Selatan Provinsi ACEH. ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut, 5(1), 007-016.
Fitriani, R., & Imtiyaz, N. (2023). PENGARUH TRANSPORTASI LAUT DALAM MENDORONG
PERTUMBUHAN EKONOMI DI SULAWESI SELATAN. SENSISTEK: Riset Sains dan
Teknologi Kelautan.
Kundori, K. (2023). Implementasi Kebijakan Transportasi Laut dalam Rangka Pengembangan Sistem
Logistik Nasional. Majalah Ilmiah Bahari Jogja, 21(1), 52-60.
Limas, C., Setyaningsih, O., & Fauzi, I. (2021). Konsep Smart Port di Ibu Kota Negara (IKN)
Indonesia. Jurnal Penelitian Transportasi Laut, 23(2), 77-94.
Putra, A. A., & Djalante, S. (2016). Pengembangan Infrastruktur Pelabuhan Dalam Mendukung
Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Ilmiah Media Engineering, 6(1).
Siswoyo, B. (2017). Kebutuhan Pengembangan Pelabuhan Laut Jailolo Halmahera Barat. Jurnal
Penelitian Transportasi Laut, 19(1), 14-24.
Syafril, S. (2018). Pemberdayaan pelayaran rakyat dilihat dari karakteristiknya. Jurnal Penelitian
Transportasi Laut, 20(1), 1-14.
Syibli, Y. M., & Nuryaman, D. (2021). Peranan Alat Navigasi Di Kapal Untuk Meningkatkan
Keselamatan Pelayaran Di Atas Kapal. Dinamika Bahari, 2(1), 39-48.