Anda di halaman 1dari 14

Nama : Muhammad Rafiqul Hamdan Al Dzikri

NIM : 21010123120052
Kelas : A – Teknik Sipil
Matkul : Dasar – Dasar Rekayasa Transportasi

RESUME DASAR – DASAR REKAYASA TRANSPORTASI


Dasar – Dasar Rekayasa Jaringan Transportasi Laut
Underline + Bold : Topik Materi dari Bu Amel
Konsep Dasar Transportasi Laut
A. Pengertian Transportasi Laut
Transportasi merupakan faktor penunjang dan perangsang pembangunan (the promoting
sector) serta pemberi jasa (the servicing sector) bagi perkembangan ekonomi. Kenyataan
menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkatan dari kegiatan ekonomi dengan kebutuhan
menyeluruh angkutan, dengan kata lain kalau aktivitas ekonomi meningkat maka kebutuhan
angkutan meningkat pula. Untuk itu, guna menunjang perkembangan ekonomi yang mantap,
perlu dicapai keseimbangan antara penyediaan (supply) dan permintaan (demand) jasa
angkutan (Nasution: 2004). Perilaku perjalanan pengguna transportasi laut dengan melihat
preferensi pemilihan moda akibat perubahan biaya perjalanan, waktu perjalanan, frekuensi
perjalanan, jadwal keberangkatan, kenyamanan kapal, dan keamanan/keselamatan kapal
(Achmad Afandi Tanjung, 2010). Peningkatan aktivitas transportasi tanpa didukung dengan
penyediaan sarana, prasarana dan sistem pengoperasian transportasi yang handal telah
menimbulkan berbagai permasalahan (Subiakto, 2009).

B. Jenis Transportasi Laut


Sebagai fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas transportasi, maka diperlukan suatu
pengetahuan lebih mendalam mengenai alat transportasi yang diwadahi. Berdasarkan Pasal 6
UU No 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, angkutan di perairan terdiri atas: Angkutan Laut,
Angkutan Sungai dan Danau, serta Angkutan Penyeberangan.
1. Angkutan Laut
Angkutan laut adalah kegiatan angkutan yang menurut kegiatannya melayani
kegiatan angkutan laut.
2. Angkutan Sungai dan Danau
Angkutan ini terdiri dari dua aspek yaitu Angkutan Sungai Dan Danau (ASD).
Istilah ASD ini merujuk pada sebuah jenis moda atau jenis angkutan dimana
suatu sistem transportasi terdiri dari 5 macam yaitu moda angkutan darat (jalan
raya), moda angkutan udara, moda angkutan kereta api, moda angkutan pipa
(yang mungkin belum dikenal luas), moda angkutan laut dan moda ASD dan
Penyebrangan.
3. Angkutan Penyeberangan
Angkutan Penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan
bergerak yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan kereta api yang
terputus karena adanya perairan.
C. Perundang – Undangan Tentang Pelayaran
Perundang – undangan tentang pelayaran diatur dalam UU No. 17 Tahun 2008 yang
terdiri dari 22 bab, 355 pasal yang telah disahkan oleh presiden Negara Kesatuan Republik
Indonesia Ke – 6, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta pada tanggal 7 Mei 2008.
D. Penyelenggara dalam Transportasi Laut dan Kepelabuhanan
Penyelenggara transportasi laut semua berada dalam naungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut dibawah Kementrian Perhubungan Republik Indonesia (Kemenhub).
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
Alamat Layanan Informasi PPID:
JI. Medan Merdeka Barat No. 8 Gedung Karya Lantai 20, Jakarta Pusat 10110
Kontak:

Profil Singkat:
Visi Direktorat Jenderal Perhubungan Laut

Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang


Pelayaran adalah terwujudnya penyelenggaraan transportasi laut nasional yang efektif, efisien
dan berdaya saing serta memberikan nilai tambah sebagai infrastruktur dan tulang punggung
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Misi Direktorat Jenderal Perhubungan Laut :

1. Menyelenggarakan kegiatan angkutan di perairan dalam rangka memperlancar arus


perpindahan orang/dan atau barang melalui perairan dengan selamat, aman, cepat, lancar,
tertib dan teratur, nyaman dan berdaya guna.
2. Menyelenggarakan kegiatan kepelabuhanan yang andal dan berkemampuan tinggi,
menjamin efisiensi dan mempunyai daya saing global untuk menunjang pembangunan
nasional dan daerah yang berwawasan Nusantara.
3. Menyelenggarakan keselamatan dan kemanan angkutan perairan dan pelabuhan.
4. Menyelenggarakan perlindungan lingkungan maritim di perairan Nusantara
5. Melaksanakan konsolidasi peran masyarakat, dunia usaha dan pemerintah melalui
restrukturisasi dan reformasi peraturan.

Tugas :
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut mempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perhubungan laut.

Fungsi :
1. Perumusan kebijakan di bidang perhubungan laut.
2. Penyusunan norma, satandar, prosedur, dan kriteria di bidang perhubungan laut.
3. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perhubungan laut
4. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

PERTIMBANGAN DAN PERENCANAAN PELABUHAN

Dalam perencanaan pelabuhan penumpang dan barang harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
• Penyediaan fasilitas dasar pelabuhan penumpang dan barang.
• Tersedianya ruang gerak yang leluasa bagi kapal di dalam pelabuhan.
• Alur yang baik untuk memudahkan kapal keluar masuk pelabuhan.
• Tersedianya fasilitas pendukung seperti air bersih, BBM, dll.
• Mempunyai jaringan angkutan darat yang mudah dengan daerah pendukungnya.
Dalam perencanaan pembangunan pelabuhan ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan sehubungan dengan kondisi lapangan yang ada, antara lain:

• Topografi dan situasi • Angin • Pasang surut • Gelombang • Kondisi tanah • Karakteristik kapal

Faktor-faktor tersebut harus sudah diperhitungkan dengan tepat untuk menghasilkan


perencanaan pelabuhan yang benar-benar baik.

 Topografi dan Situasi


Keadaan topografi daratan dan bawah laut harus memungkinkan untuk membangun
suatu pelabuhan dan kemungkinan untuk pengembangan di masa mendatang. Daerah daratan
harus cukup luas untuk membangun suatu fasilitas pelabuhan seperti dermaga, jalan, gudang
dan juga daerah industri. Apabila daerah daratan sempit maka pantai harus cukup luas dan
dangkal untuk memungkinkan perluasan daratan dengan melakukan penimbunan pantai
tersebut. Daerah yang akan digunakan untuk perairan pelabuhan harus mempunyai kedalaman
yang cukup sehingga kapal-kapal bisa masuk ke pelabuhan.
Selain keadaan tersebut, kondisi geologi juga perlu diteliti mengenai sulit tidaknya
melakukan pengerukan daerah perairan dan kemungkinan menggunakan hasil pengerukan
tersebut untuk menimbun tempat lain.

 Angin
Angin terjadi karena perbedaan tekanan udara, sehingga udara mengalir dari tempat
yang bertekanan rendah menuju daerah yang bertekanan tinggi. Angin sangat berpengaruh
dalam perencanaan pelabuhan karena angin :
• Mengendalikan kapal pada gerbang.
• Memberikan gaya horisontal pada kapal dan bangunan pelabuhan.
• Mengakibatkan terjadinya gelombang laut yang menimbulkan gaya yang bekerja pada
bangunan pelabuhan.
• Mempengaruhi kecepatan arus, dimana kecepatan arus yang rendah dapat menimbulkan
sedimentasi.

 Pasang Surut
Pasang surut terjadi karena adanya gaya tarik benda-benda langit yaitu matahari dan
bulan terhadap massa air laut di bumi. Tinggi pasang surut adalah amplitudo total dari variasi
muka air tertinggi (puncak air pasang) dan muka air terendah.
Permukaan air laut yang berubah berpengaruh terhadap perencanaan kedalaman alur
pelabuhan dan elevasi dasar pelabuhan. Kedalaman kolam pelabuhan diperhitungkan terhadap
keadaan surut rendah (LWL), draft kapal serta kelonggaran bawah. Elevasi lantai dermaga
diperhitungkan terhadap keadaan pasang yang tinggi (HWL), disamping faktor-faktor yang
lain seperti kenaikan air (water set up).

 Gelombang
Gelombang dapat terjadi karena angin, pasang surut, gangguan buatan seperti gerakan
kapal dan gempa bumi. Pengaruh gelombang terhadap perencanaan pelabuhan antara lain :
• Besar kecilnya gelombang sangat menentukan dimensi dan kedalaman bangunan pemecah
gelombang.
• Gelombang menimbulkan gaya tambahan yang harus diterima oleh kapal dan bangunan
dermaga.
Besarnya gelombang laut tergantung dari beberapa faktor, yaitu :
a. Kecepatan angin.
b. Lamanya angin bertiup.
c. Kedalaman laut dan luasnya perairan.
Pada perencanaan pelabuhan penumpang dan barang diusahakan tinggi gelombang
serendah mungkin, dengan pembuatan pemecah gelombang maka akan terjadi defraksi
(pembelokan arah dan perubahan karakteristik) gelombang.
Gelombang merupakan faktor utama dalam penentuan tata letak (lay out) pelabuhan,
alur pelayaran dan perencanaan bangunan pantai (Triatmodjo, 1996). Oleh karena itu,
pengetahuan tentang gelombang harus dipahami dengan baik.
Menurut Triatmodjo (1999), gelombang di laut menurut gaya pembangkitnya dapat
dibedakan antara lain sebagai berikut :
1. Gelombang angin
2. Gelombang pasang surut
3. Gelombang tsunami
4. Gelombang karena pergerakan kapal

 Kondisi Tanah
Kondisi tanah ini sangat penting, terutama diperlukan dalam penentuan jenis pondasi
yang digunakan dan perhitungan dimensinya berdasarkan daya dukung tanah di lokasi
perencanaan bangunan.

 Karakteristik Kapal
Selain data kapal perlu diketahui juga sifat dan fungsi kapal untuk mengetahui
ukuran-ukuran teknis pelabuhan. Kapasitas angkut kapal biasanya diukur dalam DWT (Dead
Weight Tonage) yaitu kemampuan daya angkut barang dalam kapal. Satuan kapal diukur
dalam GT (Gross Tonage) yaitu jumlah isi dari ruang kapal secara keseluruhan. Satuan untuk
ukuran ruang muat kapal disebut NRT (Netto Registered Ton) yaitu kapasitas jumlah isi ruang
kapal yang dapat disewakan untuk dapat dimuati barang sebagai selisih dari BRT (Bruto
Registered Ton) dengan jumlah isi ruang kapal yang tidak disewakan. Dari ukuran tersebut
dapat ditentukan dimensi kapal.

JENIS KAPAL DAN PELABUHAN

A. Jenis – Jenis Kapal


o Kapal penumpang ;
Pada umumnya kapal penumpang mempunyai ukuran relatif kecil. Di negara maju,
kapalkapal besar antar lautan menjadi semakin jarang. Orang lebih memilih pesawat
terbang untuk menempuh jarak yang jauh. Sebaliknya muncul kapal pesiar dan juga
ferri.

o Kapal Barang
Kapal barang khusus dibuat untuk mengangkut barang. Pada umumnya kapal barang
mempunyai ukuran yang lebih besar dari pada kapal penumpang. Bongkar moat
barang bisa dilakukan dengan dua cara yaitu seeara vertikal atau horisontal. Bongkar
muat secara vertikal yang biasa disebut lift on / lift off (Lo/Lo) dilakukan dengan
keran kapal, keran mobil dan/atau keran tetap yang ada di dermaga. Pada bongkar
muat secara horisontal rang juga disebut Roll on/Roll Off (Ro/Ro) barang-barang
diangkut dengan menggunakan truk.
Berikut pembagian dari kapal barang:
1. Kapal barang umum (general cargo ship) Kapal ini digunakan untuk
mengangkut muatan umum (general cargo). Muatan tersebut bisa terdiri
dari bermaeam-maeam barang yang dibungkus dalam peti, karung dan
sebagainya rang dikapalkan oleh ban yak pengirim untuk banyak
penerima di beberapa pelabuhan tujuan.
■ Kapal yang membawa peti kemas yang mempunyai ukuran yang
telah distandarisasi. Berat masingmasing peti kemas antara 5 ton
sampai 40 ton. Kapal peti kemas yang paling besar mempunyai
panjang 300 m untuk 3600 peti kemas berukuran 20 It (6 rn).
■ Kapal dengan bongkar muat secara horisontal (roll-on/roll-off)

2. Kapal barang curah (bulk cargo ship); Kapal ini digunakan untuk
mengangkut muatan curah yang dikapalkan dalam jumlah banyak
sekaligus. Muatan curah ini bisa berupa beras, gandum, batu bara, bijih
besi, dan sebagainya. Kapal jenis ini yang terbesar mempunyai kapasitas
175.000 DWT dengan panjang 330 rn, lebar 48,5 m dan sarat 18,5 m.
Sejak beberapa tahun ini telah muncul kapal campuran OBO (Ore Bulk-
Oil) yang dapat memuat barang curah dan barang cair sccara be rsama-
sama. Kapal jenis ini berkembang dengan pesat, dan yang terbesar
mempunyai kapasitas 260.000 DWT.

3. Kapal tanker Kapal ini digunakan untuk mengangkut minyak, yang


umumnya mempunyai ukuran sangat besar. Berat rang bisa diangkut
bervariasi antara beberapa ribu ton sampai ratusan ribu ton. Kapal
terbesar bisa men capai 555.000 DWT (kapal P. Guillaumat yang
mempunyai panjang 414 m, lebar 63m dan sarat 28,5 m). Karena barang
cair yang berada di dalam ruangan kapal dapat bergerak secara horisontal
(memanjang dan melintang), sehingga dapat membahayakan stabilitas
kapal, maka ruangan kapal dibagi menjadi beberapa kompartemen
(bagian ruangan) rang berupa tangki-tangki. Dengan pembagian ini maka
tekanan zat cair dapat dipecah sehingga tidak membahayakan stabilitas
kapal. Tetapi dengan demikian diperlukan lcbih banyak pompa dan pipa-
pipa untuk menyalurkan minyak masuk dan keluar kapal.

4. Kapal khusus (special designed ship) Kapal ini dibuat khusus untuk
mengangkut barang tertcntu seperti daging rang harus diangkut dalam
keadaan beku, kapal pengangkut gas alam cair (liquified natural gas,
LNG), dan sebagainya. Di samping kapal-kapal yang telah disebutkan di
alas, masih ada jenis-jenis kapallainnya seperti kapal penangkap ikan,
kapal kerja (misalnya kapal tunda, kapal suplai, kapal keran apung, kapal
pemancang tiang, kapal keruk dsb), kapal pesiar, kapal perang.

B. Jenis Pelabuhan
Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, dilengkapi
dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat, crane
untuk bongkar muat barang, gudang tempat penyimpanan barang.
Menurut Suyono (2007: 2), jenis pelabuhan dapat dibagi menurut :
1. Alamnya
Menurut alamnya, pelabuhan laut dibagi menjadi pelabuhan terbuka dan
pelabuhan tertutup. Pelabuhan terbuka adalah pelabuhan dimana kapal-kapal bisa
masuk dan merapat secara langsung tanpa bantuan pintu-pintu air. Pelabuhan di
Indonesia pada umumnya adalah perlabuhan terbuka. Pelabuhan tertutup adalah
pelabuhan dimana kapal - kapal yang masuk harus melalui beberapa pintu air.
Pelabuhan tertutup ini dibuat pada pantai dimana terdapat perbedaan pasang surut
yang besar dan waktu pasang surutnya berdekatan.
2. Pelayanannya
Menurut sasaran pelayanannya, jenis pelabuhan dapat dibagi menjadi pelabuhan
umum dan pelabuhan khusus. Sesuai PP 69 Tahun 2001, Pelabuhan umum adalah
pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat
umum. Sedangkan pelabuhan khusus adalah pelabuhan yang penggunaannya
khusus untuk kegiatan sektor 9 perindustrian, pertambangan, atau pertanian yang
pembangunannya dilakukan oleh instansi yang bersangkutan untuk bongkar/muat
dari bahan baku serta hasil produksinya. Contoh dari pelabuhan khususnya adalah
pelabuhan khusus angkatan laut, pelabuhan khusus untuk minyak sawit,
pelabuhan khusus minyak dan sebagainya (Keputusan Menteri Perhubungan
No.KM 55 Tahun 2002).
3. Lingkup Pelayaran Yang Dilayani
Menurut lingkup pelayaran yang dilayani, sesuai PP No. 69 Tahun 2001 tentang
Kepelabuhanan pasal 5 dan 6, peran dan fungsi pelabuhan dibagi menjadi
pelabuhan internasional hub, pelabuhan internasional, pelabuhan nasional,
pelabuhan regional dan pelabuhan lokal.
1) Pelabuhan internasional hub adalah pelabuhan utama primer yang berfungsi
melayani kegiatan dan alih muatan angkutan laut nasional dan internasional
dalam jumlah besar dan jangkauan pelayaran yang sangat luas serta merupakan
simpul dalam jaringan transportasi laut internasional.
2) Pelabuhan internasional adalah pelabuhan utama sekunder yang berfungsi
melayani kegiatan dan alih muatan angkutan laut nasional dan internasional
dalam jumlah besar dan jangkauan pelayaran yang sangat luas serta merupakan
simpul dalam jaringan transportasi laut internasional.
3) Pelabuhan nasional adalah pelabuhan utama tersier yang berfungsi melayani
kegiatan dan ali muat angkutan laut nasional dan internasional dalam jumlah
menengah serta merupakan simpul dalam jaringan transportasi tingkat provinsi.
4) Pelabuhan regional adalah pelabuhan pengumpan primer yang berfungsi
melayani kegiatan dan alih muatan angkutan laut nasional dalam jumlah yang
relatif kecil serta merupakan pengumpan dari pelabuhan utama.
5) Pelabuhan lokal adalah pelabuhan pengumpan sekunder yang berfungsi
melayani kegiatan angkutan laut regional dalam jumlah kecil serta merupakan
pengumpan pada pelabuhan utama dan/atau pelabuhan regional.

C. Bagian – Bagian Pelabuhan dan Fungsinya


1. Wilayah Daratan
o Terminal adalah fasilitas pelabuhan yang terdiri atas kolam sandar dan tempat kapal
bersandar atau tambat, tempat penumpukan, tempat menunggu dan naik turun
penumpang, dan/atau tempat bongkar muat barang.
o Container Yard adalah suatu lapangan yang diperuntukkan sebagai tempat
penumpukan petikemas
o Apron adalah sejalur tempat disisi Marshaling Yard dan digunakan sebagai tempat
bongkar muat dan pergerakan angkutan petikemas
o Marshaling Yard adalah sejalur tempat dibelakang Apron yang berfungsi sebagai
tempat penumpukan sementara sebelum diangkut ke container yard
2. Wilayah Lautan
o Jalur-Pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman,lebar, dan bebas hambatan
pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari.
o Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran adalah peralatan atau sistem yang berada di luar
kapal yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan keselamatan dan efisiensi
bernavigasi kapal dan/atau lalu lintas kapal.
o Kolam Pelabuhan adalah perairan di depan dermaga yang digunakan untuk
kepentingan operasional sandar dan olah gerak kapal.
o Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah wilayah perairan dan daratan pada
pelabuhan atau terminal khusus yang digunakan secara langsung untuk kegiatan
pelabuhan.
o Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) adalah perairan di sekeliling daerah
lingkungan kerja perairan pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin
keselamatan pelayaran.
NAVIGASI DAN KESELAMATAN MARITIM

A. Pengertian Navigasi

Pengertian navigasi (Kenavigasian) adalah kegiatan meliputi segala sesuatu yang


berkaitan dengan sarana bantu navigasi pelayaran untuk kepentingan pelayaran. Navigasi
berasal dari bahasa latin Navis (Kapal/kendaraan), menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Balai Pustaka) navigasi diartikan sebagai :

1. Ilmu tentang cara menjalankan kapal laut atau kapal terbang.


2. Tindakan menetapkan haluan kapal atau arah terbang
3. Pelayaran atau penerbangan.

B. Alat – Alat Navigasi

Menurut Arfan (2018:14:23) alat–alat navigasi yang digunakan untuk membantu


dalam pengamatan antara lain sebagai berikut :

1. Binoculars atau teropong adalah sepasang teleskop identik atau cermin simetris dipasang
side-by-side dan selaras untuk menunjukan secara akurat ke arah yang jaraknya jauh. Dimana
manfaatnya adalah:

a) Memudahkan perwira jaga melakukan pengamatan di sekeliling pelayaran kapal.

b) Memudahkan mengamati bendabenda kecil seperti bouy-bouy kapal long line yang
bisa membahayakan keselamatan pelayaran.

c) Memudahkan melihat lampu navigasi sehingga kita bisa mengetahui arah kapal itu.

d) Memudahkan mengamati symbol-symbol navigasi, sosok-sosok benda yang berada


di sekitar pelayaran.

2. Radar atau Radio Detection and Ranging adalah peralatan navigasi elektronik terpenting
dalam pelayaran. Berfungsi mendeteksi dan mengukur jarak di sekeliling kapal. Radar
menggunakan pancaran gelombang elektronik. Alat yang akan memancarkan gelombang
radio pendek dalam alur sempit (narrow channel) oleh antena berarah (directional antenna).
Dan Automatic Radar Plotting Aid (ARPA), di mana kemampuannya dapat membuat trek
menggunakan kontak radar. Sistem ini dapat menghitung haluan objek yang dilacak,
kecepatan dan titik terdekat atau Closest Plotting Approach (CPA), sehingga tahu jika ada
bahaya tubrukan dengan kapal lain atau dengan daratan lainnya. Berikut fungsi biasanya
tersedia pada Arpa:

(1) Relatif presentasi gerak radar.

(2) Membaca informasi seperti kecepatan, jarak, titik terdekat pendekatan Closest
Plotting Approach (CPA) dan Time Closest Plotting Approach (TCPA).

(3) Kemampuan untuk menampilkan informasi penilaian tubrukan langsung pada


layar monitor.

(4) Memproses informasi radar jauh lebih cepat daripada radar konvensional namun
masih sama pada pembatasan yang sama.
Kemudian kegunaan Radar dan Arpa dalam pengamatan adalah untuk meningkatkan taraf
menghindari tubrukan di laut mengurangi beban pengamatan dengan memungkinkan mereka
secara otomatis mendapatkan informasi sehingga mereka dapat melakukan juga dengan
beberapa sasaran karena mereka secara manual merencanakan untuk mengambil tindakan
yang tepat apabila akan terjadi bahaya tubrukan.

3. AIS (Automatic Identification System) atau Sistem pelacakan kapal jarak pendek,
digunakan pada kapal dan stasiun pantai untuk mengidentifikasi dan melacak kapal dengan
menggunakan pengiriman data elektronik pada kapal lainnya dan stasiun pantai terdekat.
Informasi seperti identifikasi posisi, tujuan, dan kecepatan dapat ditampilkan pada layar
komputer atau ECDIS (Electronic Charts Display and Indentification System). Sistem AIS
terintegrasi dari Radio VHF transceiver standar dengan Loran-C atau GPS (Global
Positioning System) dan dengan sensor navigasi elektronik lainnya. Untuk aturannya AIS
sendiri, IMO (International Maritime Organization) sudah membuat suatu aturan yaitu
Regulation 19 of SOLAS Chapter V yang berisi tentang pemasangan AIS di mana kapal-
kapal diwajibkan untuk memasang perangkat AIS transponder terutama pada kapal
penumpang, kapal tanker dan kapal berukuran 300 Gross Tonnage ke atas. Peraturan tersebut
juga memuat tentang keharusan AIS untuk menyediakan data informasi berupa identitas
kapal, jenis kapal, posisi, tujuan, kecepatan, status navigasi dan informasi lainnya yang
berhubungan dengan keselamatan pelayaran. AIS yang digunakan pada peralatan navigasi
yang penting untuk menghindari dari kecelakaan akibat tubrukan. Karena keterbatasan dari
kemampuan radio, dan karena tidak semua kapal yang dilengkapi dengan AIS, sistem ini
berarti yang diutamakan untuk digunakan sebagai alat peninjau dan untuk menghindarkan
resiko dari tabrakan daripada sebagai sistem pencegah tubrukan secara otomatis, sesuai
dengan COLREGS (International Regulations for Preventing Collisions At Sea). Persyaratan
AIS hanya untuk menampilkan dasar teks informasi, data yang berlaku dapat diintegrasikan
dengan sebuah graphical electronic chart atau sebuah tampilan radar, menyediakan informasi
navigasi gabungan pada sebuah tampilan tunggal. Peranan AIS terhadap pengamatan di alur
pelayaran sempit saat perairan dan pelabuhan ramai, VTS (Vessel Traffic Service) boleh ada
dalam mengatur lalu lintas kapal. Sekarang AIS menyediakan kesadaran akan lalu lintas
tambahan dan menyediakan pelayanan dengan informasi tentang keberadaan kapal lain dan
alur lintasannya.

4. ECDIS (Elektronic Chart Display and Information System) adalah alat yang fungsi dan
sistemnya dapat memberikan informasi tentang navigasi dan yang kegunaannya adalah untuk
memback-up peralatan yang ada, sehingga dapat diterima dan dianggap memenuhi syarat
yang ditentukan sesuai aturan V/19 dan V/27 dari konvensi SOLAS 1974 dan
amandemennya. Oleh karena itu peralatan ECDIS ini harus memenuhi kriteria standard
kinerja dari IMO sesuai bab V Solas 1974. ECDIS juga dirancang seperti menyerupai peta
atau bisa disebut juga pemindahan peta ke dalam monitor, dilengkapi dengan infomasi
tentang kedalaman laut, tata pemisah lalu lintas, racon-racon, bouy-bouy yang berada di
sekitar pelabuhan atau di daerah yang memiliki symbol-symbol navigasi, Sehingga membantu
perwira untuk melakukan pengamatan yang lebih optimal. Dan manfaat kegunaan ECDIS
terhadap pengamatan

1) Lebih mudah dalam mengetahui keadaan di sekitar pelayaran.

2) Lebih mudah dalam mengetahui indentitas kapal.

3) Dapat memantau terus menerus keadaan di sekitar pelayaran serta lekuk-lekuk


kedalaman laut.

4) Lebih jelas dalam mengetahui pergerakan kapal-kapal yang berada di sekitar


pelayaran.
5) Memudahkan dalam melayarkan kapal karena tampilan layar menggambarkan
kapal dan haluan yang sedang dikemudikan.

6) Terdapat waktu dugaan kedatangan Estimate Time Arrival (ETA) memudahkan


mengetahui jarak putar kapal ketika anchore karena secara otomatis jarak tersebut
diketahui.

5. Echo Sounder adalah perangkat yang menggunakan teknologi sonar untuk mengukur
bawah air. Kegunaan dasar Echo Sounder adalah untuk mengukur kedalaman suatu perairan
dengan mengirimkan gelombang dari permukaan ke dasar dan ditulis waktunya hingga echo
kembali dari dasar.

C. Standar Keselamatan

SOLAS 1974 Chapter V tentang keselamatan navigasi mensyaratkan Standar keselamatan


minimal bagi semua kapal untuk melaksanakan perencanaan secara cermat teknis pelayaran dan
pengangkutan. Konvensi ini juga mensyaratkan bagi semua pihak dalam bidang perkapalan untuk ikut
berperan melaksanakan keselamatan navigasi sesuai kompetensinya seperti memutuskan standar
minimum untuk dipenuhi, memilih dan memanajemen perusahan pelaut serta operasi perkapalan dan
membuat keputusan mengenai kebijakan keselamatan operasional dan organisasi (Molland, 2008:
786). Serta memberikan kewajiban bagi nakhoda kapal untuk memberikan bantuan terhadap kapal
lain yang kesulitan dan membutuhkan bantuan dan menerima sinyal dan meneruskan sinyal
penyelamat jiwa dan sinyal mara bahaya lain (International Maritime Organization, 2009: 3-4)
Keselamatan navigasi merupakan prosedur keselamatan yang berlaku bagi semua kapal komersial
sebagaimana Regulasi 1 Konvensi SOLAS 1974 Chapter V yang menyatakan sebagai berikut.

“Unless expressly provided otherwise, this chapter shall apply to all ships on all voyages,
except:

1. Warships, naval auxiliaries and other ships owned or operated by a Contracting


Government and used only on government noncommercial service; and

2. Ships solely navigating the Great Lakes of North America and their connecting and
tributary waters as far east as the lower exit of the St. Lambert Lock at Montreal in the
Province of Quebec, Canada. However, warships, naval auxiliaries or other ships owned or
operated by a Contracting Government and used only on government noncommercial service
are encouraged to act in a manner consistent, so far as reasonable and practicable, with this
chapter.

Berdasarkan regulasi 1 di atas, dapat diartikan bahwa keselamatan navigasi berlaku


untuk semua jenis pelayaran komersial. SOLAS 1974 Chapter V mengatur beberapa prosedur
keselamatan navigasi yang bersifat umum bagi semua jenis pelayaran komersial baik prosedur
yang bersifat on board pada kapal maupun costal yang berada di darat. Selain itu, terdapat
beberapa prosedur tertentu yang bersifat khusus sesuai dengan jenis dan desain kapal yang
diatur dalam Chapter lain maupun diatur lebih lanjut dengan konvensi maupun resulusi lain
seperti COLREG 1972 (Stitt, 2002: 419). Standar keselamatan navigasi minimal
mensyaratkan semua kapal untuk melaksanakan perencanaan secara cermat teknis pelayaran
dan pengangkutan. Setiap pelaut diharuskan untuk memperhitungkan setiap potensi bahaya
terhadap navigasi, perkiraan cuaca, prediksi pasang surut, serta kompetensi awak kapal dan
semua faktor lain yang relevan. Selain itu, standar keselamatan navigasi juga mewajiban bagi
nakhoda kapal untuk memberikan bantuan terhadap kapal lain yang kesulitan dan
membutuhkan bantuan dan menerima sinyal serta meneruskan sinyal penyelamat jiwa dan
sinyal mara bahaya lain (International Maritime Organization, 2009: 3-4). Dalam pelaksanaan
secara teknis keselamatan navigasi, Negara Pihak diberi kebebasan untuk menentukan cara
dan metode yang digunakan baik mengunakan metode yang direkomendasikan dalam
Konvensi SOLAS ini ataupun dalam bentuk lain yang dikehendaki (Kuhn, 1930).

LOGISTIK DAN MANAJEMEN RANTAI PASOK

A. Pengertian Logistik dan Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain)

Peran transportasi bukan hanya terbatas pada mengangkut manusia dan barang dari
satu tempat ke tempat lain, namun memiliki dampak terhadap kondisi perekonomian wilayah.
Biaya transportasi yang besar dapat berarti olehisolasi geografis, sosial dan ekonomi yang menjadi
hambatan bagi masyarakat miskin manajemen rantai pasok menerapkan sinkronisasi, integrasi, dan
kolaborasi berbagai pihak serta diwujudkan dalam struktur kelembagaan dan organisasi yang efektif
serta didukung oleh penyedia jasa logistik, diperlukan untuk mewujudkan sistem logistik nasional
yang terintegrasi. Kompeten (Mulyadi, 2011).
Manajemen Logistik Terintegrasi merupakan suatu kegiatan manajemen logistik yang
meliputi dua bidang yang berkaitan, yaitu: bidang organisasi logistik dan bidan koordinasi logistik.
Bidang OperasiLogistik,merupakan kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik. Manajemen distribusi fisik
menyangkut masalah pengangkutan produk kepada langganan. Dalam distribusi fisik, langganan
dipandang sebagai pemberhentian terakhir dalam saluran pemasaran. Manajemen material adalah
menyangkut perolehan (procurement) dan pengangkutan material, suku cadang dan atau persediaan
barangjadi dari tempat pembelian ke tempat pembuatan/perakitan gudang atau toko pengecer
(Harimurti, 2017).
Manajemen rantai pasok merupakan manajemen jaringan organisasiorganisasi dari hulu
hingga hilir yang meliputi hubungan antar dua perusahaan atau lebih dan arus material, informasi dan
sumber daya. Sedangkan logistik merupakan proses perencanaan, pelaksanaan, serta mengendalikan
prosedur untuk transportasi dan penyimpanan barang secara efisien dan efektif (Sorooshian et al.,
2013). Schroeder & Hope (2007) mengatakan bahwa manajemen rantai pasok dapat diartikan
merencanakan, mendesain, dan mengontrol aliran informasi di sepanjang rantai pasokan tersebut
dalam rangka untuk memenuhi syarat pelanggan, dengan cara yang efisien sekarang dan masa depan.
Selanjutnya moda transportasi yang efisien, aman dan ramah lingkungan untuk menentukan
kelayakan membangun kapasitas untuk mengumpulkan informasi yang kredibel, independen,
bersertifikat tentang efektivitasbiaya, dan penerapan teknologi rama lingkungan ke sektor Inland
Waterway Transport (IWT). Selanjutnya (Du et al., 2016) mengatakan menghadapi persaingan yang
ketat di pasar untuk perusahaan pelayaran, perlu dilakukan keputusan yang masuk akal dan efisien
untuk mengoptimalkan jaringan jalur pengiriman barang sehingga dapat ditingkatkan efisiensi
pengiriman dan mengurangi biaya transportasi, serta untuk mewujudkan transportasi keberlanjutan.

A. Strategi dalam Logistik dan Manajemen Rantai Pasok

Strategi yang dilakukan untuk mengimplementasikan pengembangan sistem logistik nasional


adalah dengan menghubungkan seluruh aktivitas sistem logistik secara lokal, nasional dan global agar
tercapai daya saing nasional pada tingkat regional dan global guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan cara menurunkan biaya logistik, memperlancar distribusi barang, meningkatkan
pelayanan logistik sehingga terjamin ketersediaan barang pokok yang mudah terjangkau.
Kebijakan pemerintah mengenai tol laut harus ditingkatkan karena pertumbuhan ekonomi yang
terpusat di Pulau Jawa mengakibatkan transportasi laut di Indonesia tidak efisien dan mahal karena
tidak adanya muatan balik dari wilayah-wilayah yang pertumbuhan ekonominya rendah, khususnya
di Kawasan Timur Indonesia.Pada prinsipnya tol laut merupakan penyelenggaraan angkutan laut
secara tetap dan teratur yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan hub disertai feeder dari
Sumatera hingga ke Papua dengan menggunakan kapal-kapal berukuran besar sehingga diperoleh
manfaat ekonomisnya.
Cara yang dilakukan untuk mengimplementasikan sistem logistik nasional adalah dengan:
a. Koordinasi antar kementerian dan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
setempat. Hal ini untuk menghindari beberapa persoalan seperti misalnya
pembangunan pelabuhan tanpa dukungan akses jalan yang memadai, pembangunan
cold storage tanpa didukung dengan ketersediaan listrik yang memadai, dan
sebagainya.
b. Pembangunan infrastruktur transportasi diarahkan ke pembangunan transportasi
multimoda dengan transportasi laut sebagai backbone. Hal ini berarti pembangunan
transportasi laut saja tidak cukup tanpa didukung dengan peningkatan aksesibilitas
transportasi daratnya.
c. Pengelolaan infrastruktur harus dilakukan secara profesional, transparan, dan
akuntabel berdasarkan good corporate governance (GCG) untuk menghindari
inefisiensi dalam proses pelayanan infrastruktur, terutama di pelabuhan.
d. Pengembangan sistem logistik berbasis komoditas dan wilayah dengan mengacu
kepada sistem logistik secara nasional dengan dukungan kementerian/ lembaga terkait
dan pemda setempat
Implikasi secara praktis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat mengurangi disparitas
harga untuk menjaga stabilitas harga barang pokok, barang penting, dan barang lainnya sehingga
mampu mendorongpembangunan infrastruktur di daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan
(3TP) yang disebabkan oleh tingginya biaya logistik. Selain itu dapat mendorong geliat pertumbuhan
perekonomian di daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan (3TP), dan meningkatkan
investasi di daerah khususnya untuk peningkatan nilai tambah sebagai muatan balik, serta
memperkuat kedaulatan di wilayah perbatasan Indonesia.selanjutnya dampak secara managerial yaitu
dengan pengambilan kebijakan regulasi yang tepat, tersedianya kompetensi sumber daya manusia
yang sesuai, dan tersedianya infrastruktur yang memadai.
Hal ini sejalan dengan penelitian (Kadarisman et al., 2016) yang menyatakan bahwa
transportasi merupakan tolak ukur dalam interaksi ke ruangan antar wilayah dan sangat penting
peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu wilayah. Wilayah dengan kondisi
geografis yang beragam memerlukan keterpaduan antar jenis transportasi dalam melayani kebutuhan
masyarakat. Selanjutnya penyelenggaraan transportasi air di Indonesia merupakan suatu kesatuan
sistem dari keterpaduan berbagai sub sistem dan elemen di dalamnya. Sistem transportasi air
merupakan integrasi antara sub sistem kegiatan (demand side), sub sistem jaringan (supply side), sub
sistem pergerakan, dan sub sistem kelembagaan (Nisaa & Humaira, 2015).

DAMPAK TRANSPORTASI LAUT

Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, membutuhkan sektor transportasi laut yang
berkembang dan dikelola dengan baik. Efektivitas sektor pelabuhan memiliki dampak yang signifikan
terhadap kemampuan produsen untuk bersaing di pasar domestik dan internasional, efisiensi distribusi
internal, dan lebih luas lagi, kohesi dan integritas ekonomi nasional. Karena merupakan penghubung
dalam jaringan sistem transportasi dan logistik, pelabuhan memiliki peran strategis yang krusial
dalam pengembangan industri dan perdagangan serta merupakan sektor usaha yang dapat mendukung
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Peran transportasi laut dalam mendorong
pembangunan ekonomi menjadikannya sebagai pintu gerbang perekonomian lokal. Hal ini agar
industri hinterland suatu daerah dapat berkembang sebagai respon terhadap keberadaan pelabuhan.
Akibatnya, kehadiran pelabuhan baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan
masukan dan pengaruh. Tujuan akhirnya adalah agar semua pelaku dan kegiatan ekonomi daerah
memberikan nilai tambah. Status pelabuhan sebagai lokasi yang aman untuk berlabuh kapal dan
terminal arus barang dan orang ditunjukkan oleh fungsi pelabuhan di atas.
Pekerjaan yang kurang efektif dan efisien yang tidak didukung dengan tata kelola yang baik
dan mengakibatkan biaya pengiriman yang tinggi menjadi faktor penghambat kinerja pelabuhan.
Kapal-kapal yang terlibat dalam perdagangan dalam negeri, misalnya, menghabiskan sebagian besar
waktunya hanya untuk berlabuh atau menunggu di dalam atau di luar pelabuhan. Hal ini disebabkan
oleh fakta bahwa ia memiliki kekuatan yang berlebihan atas pemberian layanan di pelabuhan, dan
karena peraturan saat ini secara efektif menghambat persaingan baik di dalam maupun di luar
pelabuhan. Karena mengarah pada kinerja yang kurang efektif dan efisien saat menyediakan kliennya,
peningkatan port dalam segala hal diperlukan. Jika sumber daya tidak cukup untuk menarik investor
baik dalam maupun luar negeri melalui investasi, kinerja pelabuhan harus dikelola
melaluipengembangan sarana peralatan sebagai sarana dan prasarana penunjang kegiatan
kepelabuhanan.

TEKNOLOGI DAN INOVASI TRANSPORTASI LAUT

Penerapan teknologi di pelabuhan sangat diperlukan untuk mengumpulkan data serta


mendukung platform teknologi komunikasi dan informasi yang dapat menurunkan biaya logistik serta
penganalisisan data. Teknologi informasi yang memadai memiliki peran dalam fasilitas perdagangan
yang lebih efisien karena informasi mengenai kargo dapat diketahui pula oleh pengguna sehingga
memudahkan dalam mengetahui data-data informasi mengenai jadwal hingga biaya yang
dikeluarkan. Efisiensi teknis menjadi faktor penting dalam meningkatkan keefektifan suatu
pelabuhan. Salah satu teknologi yang ada pada transportasi laut terutama pada pelabuhan yaitu
teknologi smart port.

A. Definisi Smart Port


Smart port merupakan konsep pelabuhan cerdas berbasis teknologi digital. Konsep
smart port telah direkomendasikan oleh Atlantic Stakeholder Platform Conference sejak tahun
2015. Penerapan smart port diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pelabuhan dan
otomatisasi di segala bidang, sehingga akan meningkatkan aspek ramah lingkungan, standar
keselamatan, keamanan, dan produktivitas. Menerapkan konsep smart port berarti menjadi
kompetitif dan menarik. Dermaga tidak cukup hanya dibangun dan menunggu kapal datang,
namun harus memikirkan pula strategi pemasarannya (Malisan et al., 2021) Smart port tidak
hanya mengelolah proses teknologi, namun juga proses digitalisasai, meningkatkan efisiensi
di pelabuhan, terintegrasi dengan kota, dan memperoleh energi dari sumber alternatif
(Karaś, 2020). Berdasarkan Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (2021),
penerapan smart port terbaik di dunia berada pada 6 negara yaitu China, Jerman, Korea
Selatan, Singapura, Belanda, dan Amerika Serikat. Dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0,
pelabuhan-pelabuhan di Indonesia diharapkan dapat menerapkan konsep pelabuhan cerdas
untuk menunjang kinerja Pelabuhan (Ricardianto et al., 2020). Indonesia sebagai negara
maritim yang besar harus memberdayakan transportasi laut secara maksimal untuk menjaga
ketersediaan logistik di seluruh daerah (Ervianto, 2018).

B. Konsep Penerapan Smart Port


Menurut Molavi et al. (2019) konsep penerapan smart port berfokus pada 4 poin
yaitu pengoperasian sistem, ramah lingkungan, penggunaan energi, serta peningkatan
keamanan dan keselamatan pelabuhan. Dalam poin pengoperasian (operation), otomatisasi
diterapkan dengan penggunaan sistem teknologi untuk mengontrol peralatan sehingga
mengurangi galat manusia (human error). Sedangkan pada poin lingkungan (environment)
sistem manajemen lingkungan dibutuhkan untuk menjaga keberlanjutan lingkungan.
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2018 menyatakan bahwa Terminal Penumpang
Semayang Pelabuhan Balikpapan masih belum memenuhi kualitas sanitasi (Junianto, 2018).
Seiring perkembangan aktivitas pelabuhan, konsumsi energi di pelabuhan terus meningkat,
dalam penerapan smart port berupaya untuk mengurangi emisi serta meningkatkan
penggunaan energi terbarukan. Konsep smart port juga memperhatikan kebutuhan
pelabuhan akan peningkatan sistem keamanan dan keselamatan, hal ini dapat diukur melalui
sistem manajemen keselamatan, sistem manajemen keamanan, serta pengawasan, dan
optimasi sistem.

DAFTAR PUSTAKA
Aulia, D., Boesono, H., & Wijayanto, D. (2017). Analisis pengembangan fasilitas pelabuhan yang
berwawasan lingkungan (Ecoport) di pelabuhan perikanan nusantara (PPN) Pengambengan,
Jembrana, Bali.

Fazri, K., & Solihin, I. (2021). Fasilitas Dan Tingkat Operasional Pelabuhan Perikanan Di Kabupaten
Aceh Selatan Provinsi ACEH. ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut, 5(1), 007-016.

Fitriani, R., & Imtiyaz, N. (2023). PENGARUH TRANSPORTASI LAUT DALAM MENDORONG
PERTUMBUHAN EKONOMI DI SULAWESI SELATAN. SENSISTEK: Riset Sains dan
Teknologi Kelautan.

Kundori, K. (2023). Implementasi Kebijakan Transportasi Laut dalam Rangka Pengembangan Sistem
Logistik Nasional. Majalah Ilmiah Bahari Jogja, 21(1), 52-60.

Kusumo, A. S. (2022). URGENSI KESELAMATAN NAVIGASI PADA PENGANGKUTAN KOMODITAS


DI JALUR PELAYARAN DI KAWASAN ASIA-PASIFIK.

Limas, C., Setyaningsih, O., & Fauzi, I. (2021). Konsep Smart Port di Ibu Kota Negara (IKN)
Indonesia. Jurnal Penelitian Transportasi Laut, 23(2), 77-94.

Putra, A. A., & Djalante, S. (2016). Pengembangan Infrastruktur Pelabuhan Dalam Mendukung
Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Ilmiah Media Engineering, 6(1).

Siswoyo, B. (2017). Kebutuhan Pengembangan Pelabuhan Laut Jailolo Halmahera Barat. Jurnal
Penelitian Transportasi Laut, 19(1), 14-24.

Syafril, S. (2018). Pemberdayaan pelayaran rakyat dilihat dari karakteristiknya. Jurnal Penelitian
Transportasi Laut, 20(1), 1-14.

Syibli, Y. M., & Nuryaman, D. (2021). Peranan Alat Navigasi Di Kapal Untuk Meningkatkan
Keselamatan Pelayaran Di Atas Kapal. Dinamika Bahari, 2(1), 39-48.

Anda mungkin juga menyukai