Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASAL-USUL KOMUNIKASI PUBLIK

Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah

Komunikasi Publik & Retorika Dakwah

Dosen Pengampu:
Dr. H. Sunarto AS, M.EI

Oleh:
MUH. YUSUF SAAIH BAHARUDIN
NIM: 02040723021

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UINVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asal-usul
Komunikasi Publik” dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca.
Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Penulis sebagai penyusun merasa bahwamasih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman penulis. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari dosen pengampu dan teman-teman semuanya demi kesempurnaan
makalah ini.

Surabaya, 28 Februari 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Pembahasan 2

C. Tujuan 2

BAB II 3

ASAL-USUL KOMUNIKASI PUBLIK 3

A. Masa Tanda dan Isyarat 3

B. Masa Bahasa Lisan 4

C. Masa Tulisan 6

D. Masa Cetak 7

E. Masa Digital 8

F. Kesimpulan dan Analisis 10

DAFTAR PUSTAKA 12

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perjalanan sejarah, komunikasi memegang peranan penting sebagai
sarana bagi manusia untuk menyampaikan berbagai ide, gagasan, dan perasaan. Awal
mula komunikasi hanyalah sebagai upaya untuk saling terhubung. Namun, seiring
berjalannya waktu, cara-cara tersebut berkembang menjadi lebih kompleks dan
sistematis. Pada abad ke-5 sebelum masehi, di Yunani, muncul ilmu Retorika, yang
menandai titik balik dalam sejarah komunikasi manusia. Retorika, yang berarti seni
berpidato dan berargumentasi, menjadi fondasi penting dalam berkomunikasi, terutama
dalam konteks masyarakat dan pemerintahan.
Pada era kekaisaran Romawi, Julius Caesar mengenalkan Acta Diurna,
semacam papan pengumuman publik, yang menunjukkan bahwa penyampaian
informasi kepada masyarakat tidak hanya dilakukan secara lisan tetapi juga melalui
tulisan. Sejak zaman prasejarah, manusia telah menggunakan gambar dinding gua dan
prasasti sebagai sarana komunikasi. Namun, perkembangan teknologi dan masyarakat
telah membawa kita ke era komunikasi publik seperti yang kita kenal saat ini. Ini
menunjukkan evolusi dari komunikasi yang sederhana menjadi lebih formal dan
kompleks, menandai perubahan signifikan dalam cara kita berinteraksi dan
mempengaruhi satu sama lain.

Seiring waktu, orang mulai menulis ide mereka, bukan hanya bicara. Ini
semakin berkembang dengan penemuan kertas, mesin cetak, dan surat kabar. Lalu
datanglah radio, film, dan TV yang mengubah cara kita mendapatkan informasi dan
berkomunikasi. Dulu, orang juga sudah berkomunikasi lewat gambar di gua atau tulisan
di batu. Sekarang, kita ada di zaman komunikasi publik, di mana kita bisa berbagi pesan
dengan banyak orang, baik itu di dalam sebuah organisasi atau dengan umum, dan bisa
lewat banyak cara, seperti langsung berbicara atau melalui media. Komunikasi jenis ini
lebih resmi dan butuh lebih banyak persiapan karena kita harus bisa menyampaikan
pesan kita dengan jelas dan menarik kepada banyak orang. Jadi, dari mulai gambar di
gua sampai postingan di media sosial, cara kita berkomunikasi terus berkembang dan
menjadi bagian penting dari kehidupan kita.

1
B. Rumusan Pembahasan
Berdasarkan dari latar belakang mengenai bagaimana asal-usul perkembangan
Komunikasi Publik dari masa ke masa yang telah di uraikan di atas. Terdapat suatu
pertanyaan yang dapat dijadikan suatu rumusan masalah, yakni :
1. Bagaimana proses perkembangan Komunikasi Publik?
2. Apa saja faktor yang mendorong perkembangan Komunikasi Publik?
C. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk memberikan penjelesan mengenai bagaimana
asal-usul perkembangan Komunikasi Publik, yakni:
1. Mengetahui proses perkembangan Komunikasi Publik
2. Mengetahui faktor yang mendorong perkembangan Komunikasi Publik

2
BAB II

ASAL-USUL KOMUNIKASI PUBLIK

A. Masa Tanda dan Isyarat


Fase awal perkembangan manusia ditandai oleh keterbatasan kapasitas otak
manusia. Dalam konteks komunikasi, peran insting menjadi sangat penting untuk
menjalin interaksi. Hal ini dikarenakan pada masa itu, otak manusia masih belum
berkembang sepenuhnya, sehingga insting memainkan peran kunci dalam interaksi
sosial dan komunikasi. Perjalanan evolusi manusia melibatkan rentang waktu ribuan
tahun sebelum kemampuan komunikasi mereka mengalami kemajuan signifikan. Pada
fase awal ini, interaksi manusia lebih mirip dengan perilaku binatang, bergantung pada
ekspresi fisik seperti geraman, dengkuran, dan jeritan untuk menyampaikan pesan.
Kemampuan pendengaran menjadi kunci utama dalam proses komunikasi, di mana
ekspresi vokal dan suara sangat tergantung pada kondisi fisik individu.
Namun, perubahan signifikan muncul dengan diperkenalkannya gerak isyarat,
bunyi-bunyian, dan bentuk komunikasi lainnya. Evolusi ini mencapai puncaknya ketika
manusia mulai menggunakan bahasa tanda sebagai sarana komunikasi, membuka jalan
untuk ekspresi yang lebih kompleks dan pemahaman yang lebih dalam antara individu.
Peran indra pendengaran tetap krusial, tetapi tambahan alat komunikasi seperti bahasa
tanda dan isyarat membawa manusia ke tingkat komunikasi yang lebih tinggi pada era
tersebut.
Perkembangan alat komunikasi melibatkan evolusi dari penggunaan suara
seperti geraman, tangisan, dan jeritan pada generasi sebelumnya. Pada era ini,
komunikasi tidak lagi terbatas pada kata-kata, melainkan juga melibatkan penggunaan
tanda dan isyarat. Sebagai contoh, saat menonton pertandingan sepak bola di televisi,
wasit seringkali menggunakan sinyal tangan untuk memberikan petunjuk, seperti
menunjuk tangan ke arah penalti (Henk Prakke and S. Susanto, 2019). Selain itu, wasit
juga dapat menarik kausnya sendiri untuk menandakan bahwa ada pemain yang sengaja
menarik kaos tim lawannya. Semua ini mencerminkan perkembangan komunikasi yang
melibatkan bahasa tubuh dan isyarat, memberikan dimensi baru dalam menyampaikan
pesan tanpa bergantung sepenuhnya pada kata-kata.
Komunikasi nonverbal melibatkan gerak isyarat dan tanda-tanda yang dapat
digunakan untuk menyampaikan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Pilip Lieberman
(1984) telah mencatat bahwa ahli paleoantropologi menemukan bukti mengenai ukuran

3
tengkorak, panjang lidah, dan struktur anatomi lainnya pada manusia pada masa
tertentu 1 . Temuan ini menunjukkan bahwa pada periode tersebut, manusia tidak
memiliki kemampuan berbicara karena kurangnya peralatan yang diperlukan,
sebagaimana dimiliki oleh manusia modern saat ini.
Dengan kata lain, pada masa itu manusia tidak dapat mengungkapkan diri
dengan menggunakan bahasa seperti yang kita lakukan sekarang. Hal ini menyiratkan
bahwa individu yang tidak mampu berbicara pada masa tersebut mengalami
keterbatasan dalam kemampuan mereka untuk menyampaikan dan memahami pesan
dengan berbagai makna. Oleh karena itu, komunikasi nonverbal menjadi lebih penting
bagi mereka dalam menjalin hubungan dan memahami lingkungan sekitar.
Sistem tanda menggunakan tangan dan jari, seperti yang umumnya digunakan
oleh individu dengan gangguan pendengaran saat berkomunikasi, saat ini dianggap
sebagai alternatif yang memadai untuk menggantikan bahasa lisan. Meskipun sistem
komunikasi manusia pada masa kini masih tergolong sederhana dan cenderung lambat,
kesederhanaan dalam cara berpikir mereka memiliki peran signifikan dalam proses
pertukaran pesan dengan orang lain (Hariyanto, 2021). Fenomena ini menggarisbawahi
bahwa individu yang tidak dapat berbicara tidak selalu mampu merekam dan mengingat
setiap ide yang disampaikan dalam komunikasi tatap muka.
B. Masa Bahasa Lisan
Salah satu konsep yang dikenal sebagai teori "Big Bang" dalam perkembangan
kemampuan berbahasa manusia mengusulkan bahwa evolusi bahasa manusia terjadi
secara mendadak dan dramatis, serupa dengan ledakan (Efendi, 2021). Menurut
pandangan ini, ada suatu titik kritis di masa lampau di mana manusia purba secara tiba-
tiba memperoleh kemampuan berbahasa yang kompleks. Namun, perdebatan ilmiah
masih terus berlanjut, dan belum ada kesepakatan yang kokoh di kalangan para ahli.
Sebaliknya, teori evolusi bertahap bahasa manusia lebih diterima oleh sebagian
besar ahli linguistik. Teori ini mengemukakan bahwa kemampuan berkomunikasi
melalui bahasa lisan berkembang secara bertahap sejalan dengan evolusi manusia. Pada
awalnya, manusia purba mungkin menggunakan kombinasi bahasa isyarat dan suara
vokal sederhana untuk berkomunikasi. Seiring berjalannya waktu, mereka mulai
mengembangkan sistem vokal yang lebih kompleks dan mengadopsi kata-kata untuk

1
Hariyanto, D. (2021) Buku Ajar Pengantar Ilmu Komunikasi Penulis : Didik Hariyanto Diterbitkan oleh Jl .
Mojopahit 666 B Sidoarjo ISBN : 978-623-6081-32-7, Pengantar Ilmu Komunikasi.

4
menggambarkan objek, tindakan, dan konsep-konsep. Pada era ini ditandai oleh
kehadiran manusia Cro Magnon, yang memiliki keahlian dalam pembuatan peralatan
dari batu sebagai ciri utama. Pada fase awal kehidupannya, manusia ini telah
mengembangkan keterampilan membuat peralatan batu yang menjadi landasan bagi
perkembangan budaya mereka (Efendi, 2021). Seiring dengan pemahaman awal
terhadap tulisan, zaman batu menjadi salah satu tonggak awal dalam pengenalan bahasa
tertulis, bahkan meskipun hanya dalam bentuk gambar yang diukir pada berbagai media
seperti tulang, batu, taring, dan bahan lainnya.
Manusia pada masa ini menunjukkan kemampuan memahat atau mengukir
gambar binatang dan manusia pada berbagai objek, seperti dinding gua di berbagai
daerah, terutama di Spanyol dan Prancis selatan2. Meskipun kemampuan ini mungkin
tidak secara drastis mengubah peradaban mereka, namun secara pasti memberikan
dasar yang kuat untuk kemajuan di masa depan. Lukisan-lukisan yang diwariskan pada
gua-gua menjadi bukti konkret perjalanan awal manusia dalam mengembangkan seni
dan ekspresi (Oktariyanda et al., 2019).
Pada tahap ini, manusia memiliki kemampuan untuk menghadirkan simbol-
simbol, kata-kata, dan bahasa yang membantu dalam menyampaikan pesan dan
mengatasi tantangan lingkungan fisik dan sosial mereka. Sistem simbolik yang telah
dibangun oleh mereka memungkinkan klasifikasi, pengiriman, penerimaan, dan
pemahaman pesan dengan lebih efektif. Dengan kata lain, perubahan dalam
komunikasi, percakapan, dan bahasa telah menjadi katalisator bagi pergeseran budaya
mereka, mengubah peradaban mereka dari tahap awal berburu menjadi pembangunan
masyarakat klasik yang besar dan monumental (Purwanti, 2019). Walau bahasa itu
sendiri tidak bersifat langsung menciptakan perubahan, namun keberadaannya
memiliki peran krusial dalam membentuk peradaban pada masa ini. Era ini tidak dapat
dipahami tanpa melibatkan peran penting bahasa dalam membentuk dan mendukung
perjalanan manusia Cro Magnon menuju peradaban yang lebih maju3.
Era ini ditandai dengan munculnya kemampuan berbicara, di mana manusia
purba mulai menyusun kata-kata secara terbatas dalam kelompok masyarakat tertentu.

2
Kustiawan, W. et al. (2022) ‘Keberadaan Ilmu Komunikasi dan Perkembangan Teori Komunikasi dalam
Peradaban Dunia’, Maktabatun: Jurnal Perpustakaan dan Informasi, 1(2), p. 73.

3
Efendi, B. (2021) ‘Dinamika komunikasi (telaah atas sejarah, perkembangan dan pengaruhnya terhadap
teknologi kontemporer)’, El-hikam: jurnal pendidikan dan kajian keislaman, 14(2), pp. 236–264.

5
Oleh karena itu, para individu dari periode ini sering diidentifikasi sebagai
homosapiens. Proses ini terjadi antara 900.000 hingga 400.000 tahun SM, di mana
manusia mulai mengekspresikan diri mereka secara terbata-bata dalam sistem bahasa
baru. Namun, baru sekitar 35.000 SM, kemampuan berbicara secara lengkap mulai
berkembang, menggambarkan perkembangan yang signifikan dalam penggunaan
bahasa pada masa itu (Efendi, Mubina and Syahputra, 2023).
C. Masa Tulisan
Era ini muncul sekitar 5000 tahun sebelum Masehi, menciptakan suatu periode
di mana manusia masih menggunakan bahasa lisan sebagai komunikasi utama, namun
demikian, mereka juga mulai mengandalkan bahasa tulisan. Periode ini relatif singkat
dibandingkan dengan masa sebelumnya. Selama masa ini, perkembangan sejarah
tulisan menggambarkan transisi dari representasi piktografis ke sistem fonetis,
menggantikan penggunaan gambar dengan huruf sederhana untuk menyampaikan
makna yang lebih spesifik. Secara esensial, era ini mencerminkan langkah awal
manusia dalam usahanya merekam informasi dengan cara melukiskan pemikirannya.
Orang Mesir dikenal sebagai pelopor dalam pengembangan sistem glif atau
karakter simbolis. Mereka menciptakan glif-glyp yang menjadi dasar bagi munculnya
standarisasi makna (Pasla, 2023). Di sisi lain, masyarakat Sumeria yang tinggal di
wilayah utara Teluk Persia juga turut berperan dalam evolusi sistem tulisan.
Menghadapi kendala menggambar detail di tanah, mereka mulai mencari alternatif
bentuk representatif untuk menyampaikan ide-ide mereka. Hasilnya adalah bentuk
tulisan yang sering disebut sebagai cuneiform, yakni tulisan kuno berbentuk baji, yang
kini dianggap sebagai salah satu pencapaian signifikan dalam sejarah perkembangan
sistem tulisan. Dengan demikian, kedua peradaban ini memberikan sumbangan penting
dalam membentuk dasar-dasar komunikasi tertulis yang menjadi landasan bagi
perkembangan lebih lanjut dalam sejarah manusia.
Kemunculan tulisan abjad terjadi kurang dari seratus tahun setelahnya dan
mengalami perkembangan yang teratur. Pada awalnya, orang Mesir cenderung
menyukai karakter simbolis tertentu, namun seiring waktu, mereka beralih
menggunakan konsonan saja. Meskipun terasa sulit dipahami, evolusi ini menjadi
langkah penting dalam proses pengenalan huruf. Sebuah peristiwa signifikan terjadi di
Yunani, di mana bangsa ini berhasil dan dengan sederhana mengimplementasikan
sistem standardisasi huruf. Sekitar 500 tahun SM, penggunaan abjad telah meluas di
kalangan mereka, menciptakan dasar yang kuat untuk perkembangan lebih lanjut.
6
Perubahan signifikan dalam perkembangan era saat ini terfokus pada
transformasi dari tradisi menulis pada batu ke penggunaan media yang lebih portabel
dan perkembangan industri ringan. Pada sekitar tahun 2000 SM, masyarakat Mesir
mengadopsi penggunaan papyrus sebagai medium untuk mengirimkan pesan tertulis
dan menyimpan beragam informasi. Perkembangan ini tidak hanya mencerminkan
pergeseran dalam cara kita berkomunikasi, tetapi juga menandai tonggak penting dalam
perjalanan menuju pemanfaatan mesin cetak sebagai alat utama dalam proses
komunikasi.
D. Masa Cetak
Setelah melewati era tulisan, salah satu terobosan terbesar dalam perkembangan
komunikasi manusia adalah penemuan teknologi cetakan. Sebelum abad ke-15, orang-
orang di Eropa membuat buku dengan cara menyalin manual (manuskrip)
menggunakan tangan. Meskipun hal ini merupakan kemajuan positif dalam dunia
tulisan, proses tersebut sering kali penuh dengan kesalahan dan terbatas dalam jumlah
buku yang dapat diproduksi. Ratusan bahkan ribuan salinan dari buku-buku tertentu
dapat diproduksi dengan akurat dan efisien. Dengan kata lain, penemuan mesin cetak
membawa kemajuan luar biasa dalam aksesibilitas dan reproduksi karya tulis.
Pentingnya penggunaan kertas sebagai medium untuk merekam tulisan telah
menjadi perubahan signifikan dalam perkembangan era cetak. Awalnya, praktik ini
dimulai di dunia Islam pada abad ke-18 menggunakan kertas kulit, walaupun sejarah
sebenarnya mencatat bahwa kertas pertama kali muncul di China. Proses ini kemudian
menyebar ke Eropa, khususnya setelah tentara Moors menduduki Spanyol, mengubah
dinamika pemakaian tulisan di atas kertas. Pada mulanya, keahlian menulis dan
membaca banyak dimonopoli oleh kalangan pendeta, elite politik, ilmuwan, dan ahli
lainnya. Namun, seiring berjalannya waktu, tren ini bergeser, dan masyarakat umum
yang memiliki kemampuan menulis dan membaca mulai merasakan manfaatnya.
Proses pencetakan juga mengalami evolusi, dimulai dari metode tanda pada tanah liat
yang merupakan yang tertua, kemudian berkembang menjadi pencetakan pada balok
kayu lunak sebelum akhirnya mencetak pada kertas dengan menggunakan tinta.
Di Cina dan Jepang, sejarah teknik percetakan dimulai sejak abad ke-8, dikenal
sebagai "percetakan balok." Teknik ini melibatkan penggunaan balok kayu berukir
untuk mencetak satu halaman tunggal dari teks khusus. Seiring berjalannya waktu, pada
awal abad ke-15, masyarakat Korea mengembangkan bentuk percetakan yang lebih
canggih, yang dapat digerakkan. Temuan ini sejalan dengan apa yang kemudian
7
dijelaskan oleh ilmuwan Prancis, Henri Jean Martin. Sejarah mencatat bahwa orang
China telah melibatkan diri dalam proses mencetak sejak tahun 800 Masehi. Satu
inovasi signifikan yang dihasilkan oleh masyarakat China adalah pencetakan buku
pertama yang dikenal sebagai Diamond Sutra. Perkembangan ini menjadi tonggak
penting dalam sejarah pencetakan dan memberikan kontribusi besar terhadap
penyebaran pengetahuan melalui tulisan kepada masyarakat luas.
Pada awal perkembangan surat kabar di benua Eropa, khususnya di Inggris dan
"Dunia Baru" yang baru ditemukan oleh masyarakat Eropa, pengembangan media cetak
ini tidak terlepas dari kondisi masyarakat pada saat itu. Melvin D. Fleur dan Sandra J.
Ball Rokeach (1989) menyoroti dua aspek krusial dalam era ini. Pertama, media cetak,
termasuk surat kabar, muncul setelah kompleksitas lembaga budaya tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat. Kedua, seperti banyak penemuan sebelumnya,
penemuan mesin cetak merupakan hasil dari gabungan elemen-elemen dalam
masyarakat (Eny Inti Suryani, 2019).
Pada tahun 1830-an, di Amerika, surat kabar mulai muncul dengan keberhasilan
tertentu, terutama di New York. Perkembangan ini menjadi lebih nyata pada akhir abad
ke-19, ketika berbagai bentuk media cetak seperti surat kabar, buku, dan majalah mulai
digunakan secara luas oleh masyarakat. Charles Horton Cooley, seorang ahli sosiologi
Amerika, mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang membuat media baru ini
jauh lebih efisien daripada proses komunikasi yang ada pada masyarakat sebelumnya.
Munculnya lembaga budaya yang lebih kompleks menciptakan permintaan akan
informasi yang lebih cepat dan lebih luas. Dengan hadirnya surat kabar, buku, dan
majalah, masyarakat memiliki akses yang lebih mudah dan lebih cepat untuk
mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Dengan demikian, perkembangan surat
kabar di Eropa dan Amerika pada periode tersebut tidak hanya merupakan hasil dari
penemuan teknologi seperti mesin cetak, tetapi juga dipengaruhi oleh dinamika
kompleksitas budaya dan tuntutan masyarakat akan komunikasi yang lebih efisien.
E. Era Digital
Era digital, yang dimulai pada akhir abad ke-20 dan terus berkembang pesat
hingga saat ini, telah menyaksikan transformasi luar biasa dalam bidang komunikasi.
Perkembangan ini dipicu oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang
memungkinkan manusia untuk terhubung secara instan dan global. Perjalanan sejarah
komunikasi di era digital dimulai dengan munculnya internet pada tahun 1960-an, yang
awalnya dikembangkan untuk keperluan militer dan akademis di Amerika Serikat
8
(A.S., 2014). Kemudian, pada tahun 1990-an, internet menjadi lebih mudah diakses
oleh masyarakat umum, memicu lahirnya era digital secara massal.
Salah satu tonggak penting dalam sejarah komunikasi digital adalah munculnya
World Wide Web (WWW) oleh Sir Tim Berners-Lee pada tahun 1991 4 . WWW
membuka pintu bagi publik untuk mengakses dan berbagi informasi melalui browser
web, mengubah cara orang berinteraksi dengan konten digital. Selain itu, munculnya
email, chat rooms, dan forum online menjadi pendorong utama pertumbuhan
komunikasi digital, memungkinkan orang untuk berkomunikasi secara asinkron dan
berpartisipasi dalam diskusi daring.
Perkembangan media sosial pada awal abad ke-21 menjadi poin kritis dalam
sejarah komunikasi digital. Platform seperti Facebook, Twitter, dan Instagram
memungkinkan pengguna untuk berbagi pikiran, foto, dan video secara instan,
menciptakan jaringan sosial yang menghubungkan individu dari seluruh dunia.
Fenomena ini tidak hanya mengubah cara orang berkomunikasi, tetapi juga
memberikan panggung baru untuk ekspresi identitas, opini, dan kampanye sosial.
Mobilisasi perangkat seluler dan teknologi nirkabel menjadi katalisator lain dalam
perkembangan komunikasi digital (Hadi, 2021). Ponsel pintar dan tablet
memungkinkan akses internet tanpa batas di ujung jari, menjadikan komunikasi digital
semakin terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi pesan instan, video call, dan
media sosial dapat diakses di mana saja dan kapan saja, merampingkan batas waktu dan
ruang dalam berkomunikasi.
Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) juga turut merubah cara kita
berkomunikasi. Sistem pemrosesan bahasa alami, chatbot, dan asisten virtual semakin
mempermudah interaksi manusia dengan teknologi. Di sisi lain, tantangan seperti
privasi dan keamanan data juga menjadi fokus utama dalam konteks komunikasi digital,
memicu perdebatan etika dan regulasi yang lebih ketat. Selain itu, era digital juga
menciptakan ruang baru untuk ekspresi kreativitas dan partisipasi publik. Blog, vlog,
dan podcast memungkinkan individu untuk berbagi pemikiran dan pengalaman mereka,
sementara platform crowdsourcing dan crowdfunding memberikan peluang kolaborasi
dan dukungan finansial dari komunitas global.

4
Simon, M.K. and Alouini, M. (2021) ‘Types of Communication’, Digital Communication over Fading Channels, 2,
pp. 45–79. doi:10.1002/0471715220.ch3.

9
Namun, di balik keuntungan besar komunikasi digital, muncul pula tantangan
dan isu-etika baru. Pengelolaan privasi, penyebaran berita palsu, dan keamanan data
menjadi perhatian serius yang perlu diatasi dalam mengoptimalkan potensi positif
teknologi ini. Dengan terus berkembangnya kecerdasan buatan dan Internet of Things
(IoT), masa depan komunikasi digital diprediksi akan semakin kompleks, membuka
peluang baru sekaligus menantang masyarakat untuk mengelola dampaknya secara
bijaksana. Dengan demikian, sejarah komunikasi di era digital mencerminkan
perjalanan yang menarik dan terus berubah, mengubah paradigma interaksi manusia
dalam skala global.
F. Kesimpulan dan Analisis
Perkembangan komunikasi manusia dapat dilihat sebagai sebuah perjalanan
yang panjang dan kompleks melalui berbagai masa, dimulai dari masa tanda dan isyarat
hingga mencapai puncaknya dalam era digital. Pada masa tanda dan isyarat, manusia
berkomunikasi melalui gestur, mimik wajah, dan isyarat tubuh. Komunikasi pada
periode ini sangat tergantung pada kemampuan interpretasi dan pemahaman simbol-
simbol yang digunakan dalam komunikasi non-verbal (Kustiawan et al., 2022).
Masa bahasa lisan kemudian membawa manusia ke era di mana komunikasi
mengalami evolusi dengan ditemukannya bahasa lisan. Ini memungkinkan pertukaran
informasi yang lebih kompleks, dengan kemampuan menyampaikan ide dan emosi
melalui kata-kata. Pada masa tulisan, terutama dengan munculnya tulisan dan naskah,
komunikasi menjadi lebih permanen dan dapat diakses oleh masyarakat luas. Inovasi
seperti mesin cetak membawa revolusi dalam menyebarkan informasi secara lebih
cepat dan efisien5.
Masa cetak, yang mencakup berbagai bentuk media cetak seperti surat kabar,
buku, dan majalah, membuka pintu bagi masyarakat untuk mengakses informasi secara
lebih terperinci dan mendalam. Pada saat yang bersamaan, kebebasan pers dan
pluralisme media menjadi ciri khas utama pada masa ini6. Namun, kendati memberikan

5
Farida, R.N. and Dkk (2021) ‘Model Komunikasi Pembelajaran Transferable Skill Sebagai Upaya Meminimalisasi
Penggaguran Intelektual Melalui Bengkel Kerja Komunikasi’, Jurnal Komunikasi, IX(2), pp. 141–158. Available at:
https://www.neliti.com/id/publications/108215/teori-teori-adaptasi-antar-budaya.

6
Mailani, O. et al. (2022) ‘Bahasa Sebagai Alat Komunikasi Dalam Kehidupan Manusia’, Kampret Journal, 1(1),
pp. 1–10. doi:10.35335/kampret.v1i1.8.

10
keuntungan dalam menyebarkan pengetahuan, media cetak juga memiliki keterbatasan
dalam hal interaktivitas dan respons cepat terhadap perubahan (Milyane et al., 2022).
Kemudian, era digital muncul sebagai puncak dari perjalanan komunikasi
manusia. Internet, media sosial, dan teknologi seluler mempercepat pertukaran
informasi, merampingkan batas geografis, dan memberikan platform bagi setiap
individu untuk berpartisipasi dalam percakapan global. Interaktivitas, personalisasi,
dan akses yang mudah menjadi kunci dalam era ini. Namun, dengan keuntungan yang
diberikan oleh era digital juga muncul tantangan, seperti privasi, keamanan, dan
disinformasi. Oleh karena itu, penting untuk mengelola teknologi secara bijak dan
memahami implikasinya terhadap dinamika sosial dan budaya. Kesimpulannya,
perkembangan komunikasi dari masa ke masa mencerminkan kreativitas dan
adaptabilitas manusia dalam menghadapi perubahan teknologi, dan era digital menjadi
tonggak penting dalam evolusi komunikasi global.
Secara keseluruhan, perkembangan komunikasi dari masa tanda dan isyarat
hingga era digital mencerminkan kemajuan manusia dalam menciptakan cara-cara baru
untuk berhubungan, berbagi, dan menyampaikan informasi. Meskipun setiap masa
membawa inovasi dan perubahan, esensi dari komunikasi manusia tetap intakt, yaitu
keinginan untuk terhubung dan berkomunikasi dengan sesama. Masing-masing masa
memberikan kontribusi uniknya, membentuk fondasi bagi evolusi komunikasi yang
terus berlanjut hingga saat ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

A.S., A.B. (2014) ‘Periode Perkembangan Media Massa’, Jurnal Studi Komunikasi dan Media,
18(1), p. 119. doi:10.31445/jskm.2014.180107.

Dr. Nurjanah, M.A. (2020) ‘Sejarah Perkembangan Ilmu’, Nucl. Phys., 8(1), pp. 1–115.

Efendi, B. (2021) ‘Dinamika komunikasi (telaah atas sejarah, perkembangan dan pengaruhnya
terhadap teknologi kontemporer)’, El-hikam: jurnal pendidikan dan kajian keislaman,
14(2), pp. 236–264.

Efendi, E., Mubina, F. and Syahputra, R. (2023) ‘Asal Usul Bahasa ’, Da’watuna: Journal of
Communication and Islamic Broadcasting, 3(4), pp. 1402–1410.
doi:10.47467/dawatuna.v3i4.3186.

Eny Inti Suryani (2019) ‘Komunikasi Politik: Asal Usul Dan Konsepsi’, Analisis Sosial Politik,
2(2), pp. 121–131.

Farida, R.N. and Dkk (2021) ‘Model Komunikasi Pembelajaran Transferable Skill Sebagai
Upaya Meminimalisasi Penggaguran Intelektual Melalui Bengkel Kerja Komunikasi’,
Jurnal Komunikasi, IX(2), pp. 141–158. Available at:
https://www.neliti.com/id/publications/108215/teori-teori-adaptasi-antar-budaya.

Gultom, G.P. and Atnan, N. (2019) ‘Pemanfaatan Media Sosial Dalam Komunikasi
Interpersonal Guru Dengan Murid Berkebutuhan Khusus’, Communicare : Journal of
Communication Studies, 6(1), p. 37. doi:10.37535/101006120193.

Hadi, I.P. dkk (2021) Buku ajar Komunikasi Massa. Available at: https://repo-
dosen.ulm.ac.id/bitstream/handle/123456789/17579/Buku Ajar Komunikasi Bisnis
(ABKA 3208- 2 SKS).pdf?sequence=1.

Hariyanto, D. (2021) Buku Ajar Pengantar Ilmu Komunikasi Penulis : Didik Hariyanto
Diterbitkan oleh Jl . Mojopahit 666 B Sidoarjo ISBN : 978-623-6081-32-7 Copyright
© 2021 . Authors All rights reserved, Pengantar Ilmu Komunikasi.

Henk Prakke and S. Susanto (2019) ‘Sejarah Komunikasi, Pengaruh Perkembangan Teknologi
Komunikasi, Sejarah Perkembangan Ilmu Komunikasi Dan Teori-Teori Komunikasi’,
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Indonesia 2019, 1(1), pp.
25–35.

12
Kustiawan, W. et al. (2022) ‘Keberadaan Ilmu Komunikasi dan Perkembangan Teori
Komunikasi dalam Peradaban Dunia’, Maktabatun: Jurnal Perpustakaan dan
Informasi, 1(2), p. 73.

Mailani, O. et al. (2022) ‘Bahasa Sebagai Alat Komunikasi Dalam Kehidupan Manusia’,
Kampret Journal, 1(1), pp. 1–10. doi:10.35335/kampret.v1i1.8.

Mesiono, Mawaddah, R. and Elisa Harahap, N. (2021) ‘Media Komunikasi’, Journal Ability : :
Journal of Education and Social Analysis, 2(4), pp. 1–9.

Milyane, T.M. et al. (2022) ‘Pengantar Ilmu Komunikasi’, pp. 1–63.

Oktariyanda, T.A. et al. (2019) Buku Ajar Mata Kuliah Komunikasi..

Purwanti, C. (2019) ‘Makna Bahasa dalam Komunikasi’, ISoLEC Proceedings, pp. 150–154.

Sendjaja, S.D. (2019) ‘Perkembangan dan Sejarah Komunikasi’, 2019, pp. 1–54.

Simon, M.K. and Alouini, M. (2021) ‘Types of Communication’, Digital Communication over
Fading Channels, 2, pp. 45–79. doi:10.1002/0471715220.ch3.

Syaroh, M. and Lubis, I. (2020) ‘Komunikasi Antarpribadi Guru Dan Siswa Dalam Mencegah
Kenakalan Remaja’, Jurnal Network Media, Vol: 3 No.(1), pp. 95–101.

Zuwirna (2020) ‘Komunikasi Yang Efektif’, Universitas Negeri Padang, 1(1), pp. 1–8.

13

Anda mungkin juga menyukai