Anda di halaman 1dari 21

MK.

Perencanaan Teknologi dan Sistem Bangunan Bentang Lebar


PSSB (AR-3636)
PERIODE : SEMESTER GANJIL 2023/2024

SISTEM KINERJA BANGUNAN


SPORTHALL

DISUSUN OLEH:
NAMA : Gilang Yudha Dewabrata
NIM : 23.A1.0084
DOSEN PEMBIMBING: EPRI WIDIANGKOSO, ST, MT.

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG
2023
BAB I
STANDAR PENERIMAAN SPASIAL

1.1 Pengertian dan ruang lingkup standar penerimaan spasial


Standar Penerimaan Spasial adalah bentuk dan besaran ruang yang dibutuhkan
manusia untuk melakukan suatu kegiatan di dalam bangunan. Bentuk ruang dapat
ditentukan berdasarkan kebutuhan fisioligis maupun kebutuhan psikologis. Besaran
ruang terdiri dari ukuran-ukuran panjang, lebar dan tinggi. Kinerja spasial meliputi
perencanaan fisik bangunan yang pada kasus bangunan sporthall yang dirancang
meliputi ruang sporthall, ketinggian fungsional (floor to ceiling) dan sudut pandang
penonton.
1.2 Ukuran bangunan
 Luas total bangunan Sporthall : 9216 m2
 Area Sporthall : 3840 m2
 Kapasitas : ±750 - 1000 penonton

Gambar 1. Denah Sporthall

2
1.3 Tribun penonton
Bangunan Sporthall ini di desain untuk menampung jumlah pengunjung yang kurang
lebih bisa mencapai banyak, yaitu 750 orang penonton

Gambar 2. Tata letak Tribun

3
Pada desain tribun, ruang untuk tempat duduk diberi jarak 80cm, sedangkan jarak
antar lantai tribun 100cm. Hal ini bertujuan untuk memudahkan sirkulasi penonton.

Gambar 3. Ruang pada tribun

4
BAB II
STANDAR PENERIMAAN THERMAL

2.1. Pengertian standar penerimaan thermal


Standar Penerimaan Thermal adalah kenyamanan suhu yang dibutuhkan manusia
saat melakukan kegiatan di dalam ruangan, berkaitan dengan kenyamanan thermal
dengan mengandalkan alat pengkondisian udara (air-conditioning) pada ruang tertentu
dan sistem ventilasi yang memadai. Dalam bagian ini akan dibahas perencanaan
pengkondisian udara untuk bangunan berbentang lebar.

Sistem bukaan alami ventilasi


udara yang berfungsi sebagai Gambar 4. Isometri Struktur
jalan keluar masuk nya udara
ke dalam area sporthall

5
Sistem penghawaan pada bangunan ini adalah sistem penghawaan alami dan sistem
penghawaan buatan. Sistem penghawan alami yaitu memanfaatkan angin sebagai sumber
penghawan alami, yang digunakan untuk ruangan seperti koridor ,dan Area Lapangan
Sporthall. Sistem penghawaan buatan yaitu dengan menggunakan Air Conditioner (AC) yang
digunakan yaitu AC split. Ruangan yang menggunakan AC Split adalah ruangan dengan sifat
semi-publik seperti retail dan pada ruang Privat.

PIPA
UDARA
KELUAR
RUANGAN
OUTDOOR
UNIT

UNIT AC
SPLIT

UDARA VENTILASI

Sumber : Analisa Pribadi

6
BAB III
KUALITAS UDARA DALAM RUANG

3.1. Perhitungan kualitas udara dalam ruang (toilet)


Dalam ruangan toilet tentu udara lembab akan sulit dibuang ,maka perlu adanya
exhaust fan yang berfungsi membuang udara dalam toilet agar tidak pengap dan udara
dapat tersirkulasi dengan baik.

7
Gambar 5. Peletakan toilet pada sporthall

8
1. Pembagian toilet
ZONA LUAS
Toilet Pria 37,9 m2
Toilet Wanita 37,9 m2

2. Kualitas udara dalam toilet


a. Kapasitas exhaust fan toilet 1
Kapasitas exhaust fan = area x exhaust air x 10/6 x city factor airflow
= 37,9 m2 x 10 L/s m² x 10/6 x 1,01
= 612,464 L/s
= 600 L/s
b. Kapasitas exhaust fan toilet 2
Kapasitas exhaust fan = area x exhaust air x 10/6 x city factor airflow
= 37,9 m2 x 10 L/s m² x 10/6 x 1,01
= 612,464 L/s
= 600 L/s

9
BAB IV
STANDAR PENERIMAAN VISUAL

4.1. Pengertian standar penerimaan Visual


Standar Penerimaan visual adalah Standar Penerimaan yang berkaitan dengan
kenyamanan visual akibat penyediaan pencahayaan yang disediakan. Pencahayaan
yang disediakan pada ruang sporthall merupakan pencahayaan buatan. Dalam bab ini
akan dibahas bagaimana pencahayaan buatan dihitung untuk mencapai standar
penerimaan visual tertentu.

Didalam implementasi desain bangunan, digunakan sistem pencahayaan buatan


pada ruang sporthall.

Gambar 6. Potongan sporthall

10
4.2. Perhitungan Lampu

Rumus perhitungan :
E = Lumen x (Design Factors)
Area
Keterangan :
E = Standar Penerimaan / Kebutuhan iluminasi (dalam lux)
Lumen = Jumlah kebutuhan arus cahaya (Φ) dari lampu
Design Factors = Utilization Factor x Maintenance Factor
Area = Luas bidang yang membutuhkan iluminasi (dalam m2)

11
UF (Utilization Factor) dipengaruhi oleh ukuran ruang, warna dan tekstur bidang -
bidang langit - langit, dinding dan lantai dan karakteristik distribusi cahaya (photometric)
lampu yang digunakan. Untuk mendapatkan UF, digunakan tabel yang tersedia untuk setiap
jenis lampu.
Dalam tabel, terlihat adanya Indeks Ruang (K) yang besarnya didapatkan dari
penghitungan dengan rumus sebagai berikut :
(K) = P x L
T (P+L)
Keterangan:
P = Panjang ruangan
L = Lebar ruangan
T = Tinggi dari langit-langit menuju objek kerja (kegiatan)

Gambar 7. Tabel efisiensi penerangan

Sumber: Ernst, Neufert. Architect’s Data: second Edition.

12
Sistem pencahayaan di Sporthall ialah mengedepankan
kenyamanan pengguna dan kesenangan para pengunjung dengan menggunakan
pencahayaan alami dan pencahayaan buatan :
1. Pencahayaan Alami
Pemanfaatan sinar matahari di pagi dan siang hari sebagai sumber pencahayaan, pengkondisian
pencahayaan alami dapat dilakukan dengan pemanfaatan bukaan-bukaan pada bangunan Sporthall
maupun penggunaan permukaan kaca, Penggunaan sumber energi matahari digunakan mengingat
negara Indonesia tersinari matahari sepanjang tahun.

Banyak nya bukaan


pada sisi dinding
bangunan di
manfaatkan untuk
pencahayaan alami di
pagi dan siang hari, dan
adanya bukaan pada Gambar 8. Isometri Struktur
sela-sela penutup atap
di manfaatkan untuk
pencahayaan alami.

13
2. Pencahayaan Buatan
Altenatif pengadaan cahaya lampu guna mengganti cahaya matahari pada malam hari. Penataan
lampu dioptamalkan berdasarkan keperluan disetiap ruangan. Dan jenis lampu yang diguanakan juga
beragam tergantung keperluan disetiap ruangan. Seperti area Lapangan diperlukan pencahayaan
yang lebih dari lobby. Dengan penggunaan lampu sorot maka bisa menjadi alternati penerangan pada
malam hari khususmya pada area Lapangan. dan lampu downlight untuk ruang-ruang penunjang dan
ruang organisasi

Sumber : philipsbekasi.id

Sumber : pngdownload.id

14
BAB V
INTEGRITAS BANGUNAN

5.1. Sistem Keamanan


CCTV (Closed Circuit Television) adalah perangkat digital (camera) yang difungsikan
untuk memantau dan mengawasi serta merekam suatu keadaan/ kegiatan pada satu
ataupun beberapa tempat. CCTV pada dasarnya digunakan untuk kebutuhan akan
keamanan atau informasi terhadap suatu keadaan/ kegiatan dalam suatu wilayah,
ruangan, dan tempat-tempat yang diinginkan.
Adapun perlengkapan-perlengkapan CCTV, antara lain sebagai berikut.
a. DVR (Digital Video Recorder) adalah sebuah media penyimpan hasil
rekaman video yang telah terpantau oleh kamera CCTV. Kapasitas penyimpanan hasil
rekaman tergantung pada harddisk yang terpasang . Hasil rekaman video tersebut ada
yang berformat QCIF, MPEG-4 dan avi. Dan biasanya input DVR terdiri dari 4, 8, 16 dan
32 channel kamera.
b. Kabel Coaxial (RG-59, RG-6 dan RG-11) merupakan sebuah jenis kabel yang
biasa digunakan untuk mengirimkan sinyal video dari kamera CCTV ke monitor.
c. BNC (Bayonet Neill Concelman) connector, Tipe konektor RF yang pada
umumnya dipasang pada ujung kabel coaxial, sebagai penghubung kamera CCTV
dengan alat perekam (DVR) maupun secara langsung ke monitor CCTV.
d. Monitor untuk menampilkan keseluruhan gambar dari kamera sesuai inputan DVR .

15
5.2. Sistem Keselamatan
e. Sistem Keselamatan Kebakaran
Bangunan dilengkapi dengan sistem tanda bahaya (alarm system) jika terjadi
kebakaran yang panel induknya berada dalam ruang pengendali kebakaran, sedang
sub-panelnya dapat dipasang disetiap lantai berdekatan dengan kotak hidran.
Pengoperasian tanda bahaya dapat dilakukan secara manual dengan cara
memecahkan kaca tombol saklar tanda kebakaran atau bekeraj secara otomatis,
dimana tanda bahaya kebakaran dihubungkan dengan sistem detektor (detektor asap
atau panas) atau sistem sprinkler.
Ketika detektor berfungsi, hal itu akan terlihat pada monitor yang ada pada panel
utama pengendali kebakaran, dan tanda bahaya dapat dibunyikan secara manual, atau
secara otomatis, di mana pada saat detektor berfungsi terjadi arus pendek yang akan
menyebabkan tanda bahaya tertentu berbunyi. Persyaratan pemasangan detektor
panas :
a. Dipasang pada posisi 15 mm hingga 100 mm di bawah permukaan langit-langit.
b. Pada satu kelompok sistem ini tidak boleh dipasang lebih dari 40 buah.
c. Untuk setiap luas lanatai 46 m² dengan tinggi langit-langit 3,00 meter.
d. Jarak antar detektor tidak lebih dari 7,00 meter untuk ruang aktif, dan tidak lebih dari 10,00
meter untuk ruang sirkulasi.
e. Jarak detektor dengan dinding minimum 30 cm.
f. Pada ketinggian berbeda, dipasang satu buah detektor untuk setiap 92 m² luas lantai.
g. Dipuncak lekukan atap ruangan tersembunyi, dipasang sebuah detektor untuk setiap jarak
memanjang 9,00 meter.
Persyaratan pemasangan detektor asap :
a. Untuk setiap luas lantai 92 m².

16
b. Jarak antar detektor maksimum 12,00 meter di dalam ruang aktif dan 18,00 meter untuk
ruang sirkulasi.
c. Jarak detektor dengan dinding minimum 6,00 meter untuk ruang aktif dan 12,00 meter
untuk ruang sirkulasi.
d. Setiap kelompok sistem dibatasi maksimum 20 buah detektor untuk melindungi ruangan
seluas 2000 m².
Persyaratan pemasangan detektor api :
a. Setiap kelompok dibatasi dibatasi maksimum 20 buah detektor.
b. Detektor yang dipasang di ruang luar harus terbuat dari bahan yang tahan karat, tahan
pengaruh angin dan getaran.
c. Untuk daerah yang sering mengalami sambaran petir, harus dilindungi sedemikian rupa
sehingga tidak menimbulkan tanda bahaya palsu.
Pengamanan untuk Kebakaran menggunakan :

Gambar 9. Pengamanan kebakaran (springkler, hydrant pillar, hydrant box, smoke detector, apar)

Sumber : Bromindo.com

17
b. Sistem Keselamatan Penangkal Petir

Gambar 10. Sistem penangkal petir

Gambar 11. Grounding

Sumber : antipetir.asia

18
5.3. Sistem Air Bersih
Sistem utilitas air bersih menggunakan sistem
upfeed, yaitu dari air dari PDAM setelah melewati meteran masuk tandon
bawah kemudian di pompa menuju ke atas menuju fasilitas public missal,
tempat wudhu, toilet, dan kamar mandi yang ada pada bangunan ini.

KM/WC URINOIR DAPUR


AREA
SHOWER

UPPER
TANK

Air PDAM POMPA


WATER TANK

FILTRASI/DI
OLAH
KEMBALI

Sumber : Analisa Pribadi

19
5.4. Sistem Limbah Padat & Limbah Cair
Sistem utilitas air kotor dialirkan dari kamar mandi, dapur, dan tempat cuci
tangan dan langsung dialirkan ke peresapan, dan untuk kotoran dari kamar
mandi langsung diarahkan ke septic tank dengan bantuan pompa untuk
kamar mandi dan toilet yang berada jauh dari septic tank..

LIMBAH SEPTIC
PADAT TANK

BAK PERESAPA
KONTROL N
LIMBAH
CAIR
DRAINASE

Sumber : Analisa Pribadi

20
5.5. Sistem Instalasi Listrik
Distribusi listrik berasal dari PLN yang disalurkan ke gardu utama. Setelah
melalui transformator (trafo), aliran tersebut dialirkan ke panel utama dan
dilanjutkan ke beberapa sub panel untuk diteruskan ke semua perangkat
listrik yang ada didalam bangunan. Untuk keadaan darurat disediakan
generator set yang dilengkapi dengan automatic switch system yang secara
otomatis (dalam waktu kurang dari 5 detik) akan langsung menggantikan
daya listrik dari sumber utama PLN yang terputus.

PLN TRAFO

MDP SDP

GENSET

Sumber : Analisa Pribadi

21

Anda mungkin juga menyukai