Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

PRAKTIKUM AUDIT ENERGI


AUDIT ENERGI BANGUNAN

Pembimbing :
Prof. Ir. Suryanto, M.Sc.,Ph.D

Disusun Oleh : Kelompok C


Muh. Kurniawan (44219012)
Muh. Taslim (44219013)
Muh. Fahmi Alim Mustakim (44219014)
Muhammad Aslam Dahlan (44219015)
Muh Fajar Rafsanjani (44219016)

PROGRAM DIPLOMA IV TEKNIK PEMBANGKIT ENERGI


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2022

1
PERCOBAAN II
AUDIT ENERGI BANGUNAN
1. Tujuan Percobaan

Setelah melakukan dan melaksanakan praktik audit energi ini mahasiswa


dapat:

1. Mengoptimalkan penggunaan energi pada bangunan


2. Mengidentifikasi peluang penghematan energi pada bangunan

2. Teori Dasar

Audit energi adalah proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi


peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna
sumber energi dan pengguna energi dalam rangka konservasi energi. ( ESDM, 2012 ).

Untuk menghasilkan program efisiensi atau manajemen energi yang sukses,


audit energi mutlak dilaksanakan. Proses energi audit juga merupakan langkah awal
dalam mengudentifikasi potensi-potensi penghematan energi. Secara otomatis, hasil
audit juga akan memberikan informasi mengenai langkah-langkah yang tepat untuk
menjalankan program efisiensi energi. Proses ini juga menjadi dasar dari penentuan
target efisiensi yang akan menjadi acuan dalam penyusunan rencana aksi yang akan
berisi berbagai rekomendasi penghematan energi.

2.1. Dasar Teori Sistem Pengkondisian Udara ( AC )

a. Beban kalor
Beban kalor terdiri dari beban kalor ruangan dan beban kalor alat penyegar
udara yang ada di dalam ruangan.
 Beban kalor ruangan

2
Beban kalor ruangan merupakan beban kalor yang harus diatasi oleh

udara yang keluar dari alat penyegar agar kondisi udara di dalam ruangan

dapat dipertahankan pada kondisi ( temperatur dan

terdiri dari :

 Kalor yang masuk dari luar ruangan ke dalam ruangan ( Beban kalor

perimeter ; “perimeter heat load” )

 Kalor yang bersumber di dalam ruangan itu sendiri ( Beban kalor

interior ; “interior heat load” )

 Beban kalor alat penyegar udara


Untuk menghasilkan udara penyegar yang masuk ke dalam ruangan
dari alat penyegar udara pada temperatur dan kelembaban tertentu, maka
jumlah kalor yang harus dilayani oleh alat penyegar udara tersebut adalah:
 Beban kalor ruangan
 Beban kalor dari udara luar yang masuk ke dalam alat penyegar
 Beban blower dan motor
 Kebocoran dari saluran
Beban kalor ruangan dan beban alat penyegar udara pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi kalor sensibel dan kalor laten.
b. Penyegar Udara ( Air Conditioner )
Dalam hal ini, semua proses dan peralatan penyegar udara terletak di
dalam satu atau dua kotak. Biasanya jenis compressor torak dengan mesin
penggeraknya, tetapi dapat pula digunakan jenis absorpsi. Semua mesin
refrigerasi, baik jenis kompresi maupun jenis absorpsi haruslah didinginkan.
Dalam hal tersebut terakhir, dapat digunakan jenis pendinginan udara atau
jenis pendinginan air.

3
Jenis pendinginan air pada umumnya dipakai untuk mesin dengan
compressor berukuran besar. Dalam hal ini harus disediakan air untuk
pendinginan sesuai dengan yang diperlukan. Air tersebut dapat diperoleh dari
sumber air tanah atau sungai. Dalam sistem pendinginan tersebut kadang-
kadang juga digunakan menara pendingin.

Mesin penyegar berukuran kecil biasanya dinamai penyegar udara


ruang. Sedangkan yang berukuran sedang atau lebih besar yang dilengkapi
dengan saluran udara untuk mengalirkan dan mendistribusikan udara dingin
ke tempat yang agak jauh, dinamai penyegar udara paket.

c. Perhitungan Beban Kalor


 Kalor sensibel daerah perimeter ( tepi )
 Tambahkan kalor oleh transmisi radiasi matahari melalui jendela
= ( Luas jendela) ×( Jumlah radiasi matahari ) ×( Faktor transmisi
jendela ) ×( Faktor bayangan )
 Beban transmisi kalor melalui jendela
= ( Luas jendela ) × ( Koefisien transmisi kalor melalui jendela ) ×
( Selisih temperatur interior dan eksterior )
 Infiltrasi beban kalor sensible
= { ( volume ruangan × jumlah penggantian ventilasi alamiah ) –
jumlah udara luar } × 0,24 / volume apeeipic ( Selisih temperatur
eksterior dan interior )
 Beban kalor laten daerah perimeter
 Beban kalor laten oleh infiltrasi
= (Volume ruangan) × (Jumlah ventilasi alamiah) × 597,3 × (Selisih
perbandingan kelembaban di dalam dan di luar ruangan)
 Beban kalor sensibel daerah interior
 Koefisien transmisi kalor dari partisi langit-langit dan lantai

4
= (Luas langit – langit) × (Koefisien transmisi kalor K dari plafon)
× (Selisih temperatur dalam dan luar ruangan)
= (Luas lantai) × (Koefisien transmisi kalor K dari lantai) × (Selisih
temperatur dalam dan luar ruangan)
 Beban kalor sensibel karena adanya sumber kalor interior
= ( Jumlah orang ) × ( Kalor sensibel manusia ) ( Koreksi faktor
kelompok )
= ( Peralatan kW ) × 0,860 kcal / kW × Faktor penggunaan
peralatan
 Beban kalor laten daerah interior
 Tambahkan kalor laten oleh sumber penguapan interior
= (Jumlah orang) × (Kalor laten manusia) × (Koreksi faktor
kelompok)

2.2. Sistem Penerangan

Lampu merupakan pencahayaan yang termasuk pencahayaan buatan karena


berasal dari objek buatan manusia. Pencahayaan buatan ini memegang peranan yang
sangat penting dalam berbagai sektor karena tanpa pencahayaan berbagai macam
aktivitas atau kegiatan tidak dapat terlaksana.

Berdasarkan jenis asal sinar pencahayaan ruangan, pencahayaan dapat dibagi menjadi
dua kelompok besar, yakni :

 Direct lamp (sinaran langsung). Sinar yang dihasilkan dari lampu yang dapat
dilihat atau terlihat langsung.

Pada praktikum audit energi bangunan, lampu yang digunakan yaitu Lampu LED

Lampu penerang yang terbuat dari LED menjadi semakin populer dan
mulai menggantikan peranan lampu pijar dan lampu neon.

5
LED adalah singkatan dari Light Emitting Diodes, yaitu komponen
elektronika yang terbuat dari semikonduktor yang dapat menghantarkan arus
listrik ke satu arah dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. LED
merupakan jenis dioda yang dapat memancarkan cahaya saat dialiri arus
listrik. Teknologi LED yang diperuntukkan menjadi lampu penerang menjadi
semakin matang dan berkembang serta menjadi salah satu pilihan terbaik
dalam industri maupun rumah tangga dalam hal penghematan biaya listrik.
3. Alat dan Bahan

3.1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan Audit Energi Bangunan meliputi:
- Luxmeter
- Rol Meter
- Kabel
- Tang Amperemeter & Thermocouple
- Multimeter
- Solar Meter Power

Gambar 1. Luxmeter Gambar 2. Rol Meter

6
Gambar 3. Kabel Gambar 4. Tang Amperemeter &
Thermocouple

Gambar 5. Multimeter Gambar 6. Solar Power Meter

3.2. Objek Pengukuran


Objek pengukuran percobaan Audit Energi Bangunan meliputi:
- Ruang Rapat Energi
- 8 Lampu LED
- 2 AC Sharp
- 1 Laptop

4. Prosedur Percobaan
1. Mengukur panjang, lebar dan tinggi ruangan dengan menggunakan meteran;
2. Mengukur tegangan listrik pada ruangan dengan menggunakan multimeter;
3. Mengukur suhu udara di dalam dan luar ruangan dengan thermocouplel;
4. Mengukur intensitas cahaya matahari di luar dinding yang terkena langsung
cahaya matahari;
5. Mengukur lux cahaya dalam ruangan pada 8 titik pengukuran;
6. Tentukan besarnya setiap jenis beban kalor dalam ruangan (beban kalor
mahasiswa dan seorang dosen dan beban kalor pada alat elektronik, cahaya
matahari).

7
5. Gambar Objek percobaan (Ruang Rapat Energi)

Gambar 7. Ruang Rapat Energi Bagian Tampak Dalam

Gambar 8. Ruang Rapat Energi Bagian Tampak Luar

8
6. Denah Objek Percobaan (Ruang Rapat Energi)

Gambar 9. Denah Ruang Rapat Energi

9
7. Tabel Percobaan
Tabel 1. Hasil Pengukuran Beban Elektronik pada Ruang Rapat Energi
Jumla Total
Beban Arus Tegangan Daya
h Cos Phi daya
(A) (V) (Watt)
(Watt)
AC
2 4,27 939,4 1878,8
Sharp

Lampu 220 0,85


8 0,085 10 80
LED

Laptop 1 0,23 50,6 50,6

Tabel 2. Hasil Pengukuran Dimensi Ruangan dan Pencahayaan pada Ruang


Rapat Energi
Ruangan Pencahaayaan
P T L Titik Titik Titik Titik Titik Rata-
(cm) (cm) (cm) 1 2 3 4 5 Rata

963 269 475 170 176 172, 189 176,5 176,74


2

Tabel 3. Hasil Pengukuran Temperatur


Dalam Ruangan Luar Ruangan
Intensitas
Suhu Suhu
Posisi Posisi Matahari
(℃ ) (℃ )
(W/m2)

240 cm dari AC 20
480 cm dari AC 20
Jalan samping
720 cm dari AC 21 Ruang Rapat 834 27
960 cm dari AC 22 energi
Atas (plafon) 21
Bawah (Lantai) 23

10
Keterangan Kondisi Ruang Rapat Energi :

1. Lantai beton dilapisi pinil


2. Tembok (3 sisi bata & 1 sisi tripleks)
3. Jendela naco bergorden
4. Plafon Gypsum
5. Warna dinding putih

8. Analisis Data
1. Menghitung volume ruang rapat energy dan luas lantai.

Berdasarkan hasil pengkuran pada tabel 3 maka dapa dihitung :

 Volume ruangan Dosen= p ×l ×t


¿ 963 × 475 ×269

¿ 123.049 .269 c m3

3
¿ 123,049 m

 Luas lantai=Luas Plafon= p× l


¿ 4,8 × 9,5
2
¿ 45,6 m
 Beban kalor sensibel daerah interior
 Koefisien transmisi kalor dari partisi plafon
= (Luas langit – langit) × (Koefisien transmisi kalor K dari plafon) ×
(Selisih temperatur dalam dan luar ruangan)
= 45,6 m2 × 2,57 kcal/m2. jam °C × (27 – 21,1) °C
= 691,43 kcal/jam
 Koefisien transmisi kalor dari partisi lantai
= (Luas lantai) × (Koefisien transmisi kalor K dari lantai) × (Selisih
temperatur dalam dan luar ruangan)

11
= 45,6 m2 × 3,35 kcal/m2. jam °C × (27 – 21,1) °C
= 901,28 kcal/jam

Adjausted Adjausted
group group
(sensibel) (laten)
watt watt

Gambar 10. Kalor laten dan sensibel manusia


 Beban kalor sensibel karena adanya sumber kalor interior
 Manusia

Digunakan adjusted group karena pada pengukuran terdapat 6 orang


dengan aktivitas duduk, pekerjaan ringan dan menulis, sehingga kalor
sensibel manusia = 65 watt = 53 kcal/jam
= ( Jumlah orang ) × ( Kalor sensibel manusia )
= 6 × 53 kcal / jam.Orang
= 318 kcal/jam
 Alat Elektronik
= ( daya lampu + daya laptop (kW) ) ×0,86 kcal / kW
= ((8 x 0,01)+ 0,0506 ) kW × 0,86 kcal / kW
= 0,112 kcal/jam

Total Kalor Sensibel Daerah Interior

12
= 691,43 kcal/jam + 901,28 kcal/jam + 318 kcal/jam + 0,112 kcal/jam
= 1910,82 kcal/jam

Beban kalor laten daerah interior


 Tambahkan kalor laten oleh sumber penguapan interior
Digunakan adjusted group karena pada pengukuran terdapat 6 orang dengan
aktivitas duduk, pekerjaan ringan dan menulis, sehingga kalor laten manusia =
55 watt = 47 kcal/jam
= (Jumlah orang) x (Kalor laten manusia)
= 6 x 47 kcal/jam. Orang
= 282 kcal/jam
 Total Beban Kalor
= Total Kalor Sensibel + Total Kalor Laten
= 1910,82 kcal/jam + 282 kcal/jam
= 2192,82 kcal/jam
 Menentukan kapasitas AC yang digunakan ( 1 kcal/jam = 3,9683 BTU/jam )
= ( p x l x t x I x E )/60 + total beban kalor

I = Pengaruh letak tingkat ruangan, untuk ruangan lantai dua bernilai 18, di
lantai bawah bernilai 10.
E = Pengaruh arah dinding terpanjang, arah barat, selatan, timur, dan utara
nilainya berturut-turut 20,18, 17, dan 16.
Ruang rapat energi berada pada lantai dua dan arah dinding terpanjang
arahnya adalah selatan sehingga nilai I = 18 dan E = 18.
= (31,59 feet x 15,58 feet x 8,82 feet x 18 x 18)/60 + 8701,81 BTU/jam
= 24.311,98 BTU/jam
Karena 1 ton refrigerasi = 12000 BTU/jam
Sehingga nilai daya yang dihasilkan adalah sebesar
= (24.311,98 /12000) x 1,25 = 2,5 HP = 1,8 kW

Jadi, kapasitas AC yang direkomendasikan sebesar 1,8 kW atau 2,5 HP.

 Menghitung total komsumsi energi lampu yang digunakan di ruang rapat


energi dengan waktu nyala 12 jam

13
Konsumsi energi lampu tiap hari
= jumlah lampu x daya lampu x waktu pemakaian
= (8 x 0,01) x 12 = 0,96 kWh

Konsumsi energi lampu tiap tahun


= jumlah lampu x daya lampu x waktu pemakaian x 365
= 0,96 x 365
= 350,4 kWh

 Menghitung total konsumsi energi notebook/laptop digunakan di ruang rapat


energi dengan waktu nyala 1 jam
Konsumsi energi speaker/radiotiap hari
= jumlah laptop x daya laptopx waktu pemakaian
= (1 x 50,6) x 2 = 101,2 kWh
Konsumsi energi laptop tiap tahun
= jumlah laptop x daya laptop x waktu pemakaian x 365
= 1 x 50,6 x 2 x 365
= 36.937 kWh

Tabel 4 Konsumsi energi lampu tiap hari dan tiap tahunnya di ruang rapat
energi PNUP

Waktu
Energi per Energi per
Jenis Daya nyala
Jumlah hari tahun
Lampu (kW) per hari
(kWh) (kWh)
(jam)
Lampu LED 8 0,01 12 0,96 350,4

Tabel 5. Konsumsi energi laptop tiap hari dan tiap tahunnya di ruang rapat
energi PNUP

Waktu
Energi per Energi per
Daya (kW) Satuan nyala per
hari (kWh) tahun (kWh)
hari (jam)

0.502 1 1 101,2 36.937

14
9. Pembahasan
Pada praktikum audit energi untuk job audit energi bangunan dilakukan di
ruang Rapat Energi Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Ujung Pandang. Posisi
bangunan tersebut terletak di lantai 2 dengan besar luas ruangan 45,6 m2 dan volume
ruangan 123,049 m3 , adapun konstruksi ruangan objek percobaan memiliki
karakteristik bangunan tembok dengan 3 sisi bata dan 1 sisi triplek yang di cat
berwarna putih, lantai beton yang dilapisi vinyl, plafon gypsum dan jendela naco
bergorden.

Berdasarkan analisis data, beban kalor sensibel daerah interior adalah sebesar
1910,82 kcal/jam, sementara itu untuk beban kalor laten daerah interior sebesar 282
kcal/jam, dari kedua data tersebut didapatkan total beban kalor adalah sebesar
2192,82 kcal/jam, selama proses audit pada objek pengukuran ada beban kalor
“Manusia” berjumlah 6 orang, kemudia dari total beban kalor tersebut, dapat
ditentukan kapasitas AC yang digunakan, yaitu sebesar 2.5 HP atau 1,8 kW. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan untuk kapasitas AC yang direkomendasikan adalah
sebesar 2.5 HP atau 1,8 kW .
Dari data hasil pengukuran temperatur, mesin pendingin berupa AC sangat
mempengaruhi temperatur di dalam ruangan, dimana dari data percobaan dapat
diketahui bahwa semakin jauh jarak AC akan mempengaruhi temperature suatu titik
pada objek percobaan. Kondisi di luar ruangan juga mempengaruhi temperatur dalam
ruangan, dimana ruangan yang dikelilingi oleh pepohonan memiliki udara yang lebih
sejuk dibandingkan ruangan yang tidak terdapat pohon di sekelilingnya. Adapun
ruangan Rapat energi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang masih
kurang terdapat pepohonan di sekelilingnya, sehingga berpotensi meningkatkan
temperatur dalan ruangan yang masuk melalui jendela pada ruangan tersebut. Jarak

15
pohon dari bangunan dan luas tutupan tajuk berpengaruh terhadap suhu di dalam
Gedung, yaitu semakin dekat jarak pohon dari bangunan maka meakin besar tutupan
tajuk yang berperan menurunkan suhu di dalam gedung, sehingga ruangan akan
semakin sejuk.

Pada audit sistem pencahayaan di ruangan Rapat energi Jurusan Teknik Mesin
PNUP didapatkan nilai rata-rata pencahayaan yaitu 176,74 lux. Hal tersebut belum
memenuhi standar SNI 03-6575-2001 tentang tata cara sistem pencahayaan buatan
pada bangunan dan keputusan mentri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 dimana untuk ruang kelas diperlukan intensitas
penerangan minimum sebesar 250 lux. Dari hal tersebut berarti bahwa diperlukan
perbaikan pada sistem pencahayaan ruangan dengan menambah daya pada lampu
atau dengan menambah jumlah lampu pada titik-titik yang ditentukan. Sebaiknya
lampu di ruang Rapat energi yang berjumlah 8 ditambahkan dayanya, agar
menambah intensitas penerangan pada ruangan tersebut. Dapat pula ditambahkan 2
lampu dengan menyamaratan jarak anatar lampu sehingga selain intensitas
penerangan yang bertambah baik, juga agar kualitas pencahayaan lebih merata pada
setiap sudut di ruangan.

Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi pemakaian listrik yaitu
menambahkan sensor gerak pada instalasi listrik yang bertujuan untuk mematikan
sistem kelistrikan apabila ruangan tersebut dalam keadaan tidak berpenghuni. Serta
tetap menggunakan lampu LED yang lebih hemat energi dibandingkan lampu jenis
lainnya, dan juga memastikan komponen elektrolik dimatikan apabila tidak
digunakan.

16
10. Kesimpulan

Terdapat beberapa faktor ruang rapat energi, diantaranya adalah:

1. Penggunaan energi di Ruang Rapat Energi sudah cukup optimal karena


terdapat jendela dalam keadaan tertutup dan diberi gorden pada sebelah
kiri ruangan dan menggunakan plafo berbahan gypsum sehingga kalor
dari luar tidak berpengaruh besar terhadap keaadaan dalam ruangan.
Namun, efek dari penggunaan gorden dan plafon gypsum ini menjadikan
ruang rapat membutuhkan pencahayaan lebih.
2. Standar pencahayaan pada ruang rapat energi belum memenuhi standar
SNI 03-6575-2001 tentang tata cara sistem pencahayaan buatan pada
bangunan dan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002.
3. Potensi penghematan energi di ruang rapat energi adalah mengefisienkan
penggunaan lampu dan AC dengan mematikan AC dan lampu selama
ruangan tidak di gunakan, efesiensi pencahayaan tidak dapat dilakukan
perubahan besar dengan tujuan penghematan karena ruang rapat energi
berada di tempat tertutup.

17
DOKUMENTASI

18

Anda mungkin juga menyukai