Anda di halaman 1dari 18

A.

Latar Belakang
Dunia makin menyadari bahwa energi berbasil fosil membawa dampak
yang berat bagi lingkungan. Karena itulah energi baru dan terbarukan (EBT)
makin ditingkatkan. Indonesia sendiri memiliki potensi EBT yang sangat
melimpah dengan potensi mencapai 3.600 GIGA watt lebih, namun baru
dimanfaatkan sebanyak 12,54 GW [1]. Pada praktikum ini kita akan mencoba
salah satu sistem EBT yang paling menjanjikan, yaitu sel surya.

Permasalahan yang akan diangkat pada praktikum ini adalah:


• Pada siang hari, matahari bersinar terang, sementara
• Pada malam hari diperlukan lampu karena gelap.
Diinginkan:
• Pada siang hari, dapat memanen energi surya dan disimpan sebanyak
mungkin.
• Pada malam hari, energi tersimpan dapat digunakan untuk menyalakan
lampu dengan se-efisien mungkin.

Pada praktikum ini kita ingin melakukan rekayasa kecil-kecilan untuk


membangun sistem yang menjawab permasalahan di atas, sesuai 8 tahap
rekayasa. Pada modul ini, diberikan contoh bagaimana ke-8 tahap itu
dikerjakan. Anda akan diminta:
a) Mengikuti proses tahap 1-5, kemudian melakukan tahap 6
(Implementasi), 7 (Pengujian) dan 8 (Dokumentasi).
b) Mengulang proses yang sama untuk lingkup yang lebih kecil, yaitu
merancang penempatan solar sel yang baik.

1
B. Identifikasi Permasalahan
Dari permasalahan yang diberikan, kita dapat menyusun model seperti Gambar
1, dimana ada tiga komponen utama yaitu :
• Pembangkit energi yang berfungsi memanen energi dari suatu sumber.
Dalam hal ini, sumber dimaksud adalah surya yang hanya tersedia saat
siang hari.
• Beban, yang akan memakai energi tersebut saat diperlukan, dimana
beban adalah penerangan yang menyala saat gelap (tidak ada surya).
• Penyimpan energi yang telah dihasilkan oleh pembangkit. Komponen ini
diperlukan karena energi akan dimanfaatkan KETIKA sumber sedang
tidak ada. Jika beban perlu dinyalakan ketika sumber sedang tersedia,
maka komponen penyimpan mungkin tak diperlukan.

Pembangkit
??? Beban
Energi

Penyimpan
Energi

Gambar 1. Model masalah energi

Dari model ini, pada rekayasa perlu mencari solusi dengan menjawab:
• Apa pembangkit energi yang paling baik ?
• Apa beban yang paling baik ?
• Apa penyimpan energi yang cocok ?
• Terakhir, dan tersulit, apa BLACK BOX yang diperlukan untuk
menyatukan ketiganya agar dapat bekerja sesuai dengan yang
diinginkan ?

Dari model mentah tersebut, dengan sedikit pengetahuan dapat disusun model
yang lebih detail tanpa black box seperti Gambar 2, dimana terdapat:

2
• Pengontrol pengisian: adalah komponen yang berfungsi mengisi
penyimpan energi dari pembangkit energi, dan sebaliknya dapat
mengosongkan penyimpan energi untuk menyalakan beban.
• Pengontrol pemakaian berfungsi menyalakan beban (dengan
menyambungkan saklar) ketika gelap (yang dideteksi oleh sensor).

Sensor Pengontrol
Gelap Pemakaian

Pembangkit Pengontrol
Saklar Beban
Energi Pengisian

Penyimpan
Energi

Gambar 2. Arsitektur sistem energi


Dari arsitektur sistem energi tersebut, keluar lagi pertanyaan:
• Apa pengontrol pengisian yang terbaik?
• Apa pengontrol pemakaian yang paling baik, dengan sensor gelap dan
saklar yang efektif?

C. Mencari Pilihan Konsep

Dalam memilih konsep, pikirkan saja dulu komponen utama; dalam hal ini
pembangkit energi, beban, dan penyimpan energi. Komponen penunjang
(pengontrol) akan ditentukan sesuai komponen utama.

Ketiga komponen utama perlu dipilih bersamaan karena saling terkait. Untuk
membuat pilihan ini, kita perlu pengetahuan yang luas mencari tahu apa saja
teknologi yang memang sudah tersedia, seperti ilustrasi pada Gambar 3.

3
Gambar 3. Berbagai teknologi energi

Dengan bekal pengetahuan tersebut, lakukan brain-storming untuk


memunculkan berbagai ide. Berikut ini contoh berapa alternatif:
a) Menggunakan sel surya untuk mengubah cahaya matahari menjadi
listrik, disimpan sebagai energi listrik dalam baterai, dan nantinya
menggunakan lampu listrik untuk mengubah energi listrik menjadi
cahaya.
b) Mengambil panas dari cahaya matahari, langsung disimpan sebagai
energi kalor, dan nantinya saat penggunaan, kalor diubah menjadi listrik
dengan komponen thermoelektrik lalu listrik diubah menjadi cahaya
dengan lampu listrik.
c) Jika dipikir sejenak, sumber energi surya adalah foton, sementara yang
dibutuhkan (penerangan) adalah foton juga. Jadi solusi paling langsung
adalah menyimpan foton untuk digunakan kembali. Sayangnya,
teknologi penyimpan foton belum ada, sehingga ide kreatif yang
unrealistic ini bisa langsung dicoret saja (namun bisa jadi ide riset,
menemukan alat penyimpan foton).

4
Sel Surya Baterai Lampu

(Pilihan A)

Valve
Air Panas

Pemanas Thermo- Lampu


Surya Elektrik

Air Dingin

(Pilihan B)

Gambar 4. Pilihan konsep

D. Memilih Konsep Solusi


Banyak faktor yang menentukan dalam pemilihan solusi, baik obyektif (kinerja,
harga, dll) maupun subyektif (kemudahan, politik, dll). Semuanya perlu
dikuantifikasi agar dapat dipilih secara sistematik.
Dalam hal ini ada berbagai metode pemilihan. Salah satu yang sederhana
adalah dengan penilaian kriteria yang diboboti. Pertama, tentukan nilai
komparasi yang akan digunakan. Biasanya digunakan skala ganjil (5, 7, 9, ..)
dengan angka tengah tak boleh dipakai. Misalnya saja demikian:
Nilai Komparasi
1 Sangat rendah
2 Rendah
3 TAK BOLEH
4 Tinggi
5 Sangat tinggi

Selanjutnya buatlah tabel pengambilan keputusan, dan lakukan:

5
a) Tentukan kriteria yang akan digunakan. Misalnya dari segi kinerja utama
(energi yang dihasilkan), harga, kemudahan, dll.
b) Isikan bobot untuk tiap kriteria.
c) Lalu untuk masing-masing pilihan, isikan nilai komparasi setiap kriteria.
d) Hitung nilai yang sudah diboboti.
e) Jumlahkan nilai berbobot, sehingga didapat nilai total untuk setiap
pilihan.
f) Pilihan dengan nilai total terbesar adalah yang terpilih.

Tabel berikut adalah contoh pemilihan konsep tersebut.


PILIHAN NILAI TERBOBOT
Kriteria Bobot A B A B
Energi yang dihasilkan 30 2 4 60 120
Ketersediaan sumber 20 4 2 80 40
Kemudahan Pembuatan 10 5 2 50 20
Kemudahan Operasi 10 5 2 50 20
Rendah biaya 30 2 2 60 60
TOTAL 100 300 260

Pada contoh ini, pilihan A (Sistem Sel Surya) adalah pemenangnya, dan akan
kita ambil. Perhatikan bahwa dalam kondisi kriteria, atau pembobotan lain, bisa
saja pilihan B yang akan jadi pemenang.

E. Desain Detail
Dalam proses-proses sebelumnya (identifikasi masalah, mencari ide konsep,
memilih konsep), insinyur perlu memiliki pengetahuan yang luas, kreatifitas dan
keberanian mengambill keputusan. Pada tahap desain detail, pengetahuan
teknis yang dalam mulai diperlukan. Secara khusus, proses rekayasa di
berbagai bidang akan berbeda. Kita tahu, desain bangunan (sipil), mekanik,
elektronik, pabrik proses, sistem manufaktur, hingga software memerlukan
metodologi yang berbeda. Sebagai perbandingan, metodologi desain sistem
energi dan desain proses kimia cukup mirip sebagai berikut:

6
Tahap Sistem energi Proses Kimia
Desain Menentukan tahap-tahap Menentukan tahap-tahap
proses konversi energi, komponen reaksi kimia, equipment, dan
(struktur dan interkoneksi antar pipa antar equipment.
dan fungsi) komponen.
Hasil: diagram proses
Hasil: diagram proses energi,
skema rangkaian (listrik)
Desain Menghitung rating daya Menghitung volume
Ukuran komponen dan koneksinya equipment dan ukuran
berdasar kapasitas daya pemipaan berdasar kecepatan
yang ingin diproses. transfer masa & energi yang
diinginkan.
Hasil: spesifikasi alat Hasil : spesifikasi alat
Desain Mengidentifikasi kemungkinan kegagalan internal / ancaman
Keamanan dari luar dan merancang sistem pencegahan serta alarm.
Hasil : safety instrumentation diagram
Desain Merancang otomasi yang diperlukan dalam operasi sistem,
Otomasi menentukan struktur kontrol, sensor, aktuator, dan pengontrol.
Hasil : P&ID diagram

Keempat tahap dalam detail desain ini sering kali tidak bisa satu kali jalan;
kadang perlu dilakukan berulang kali karena, misalnya karena struktur yang
sudah didesain dan dihitung sebelumnya, ternyata tidak aman.

1. Desain Proses
Proses keseluruhan sistem umumnya sudah bisa dibayangkan dari konsep
awal. Pada tahap desain ini, kita perlu mendetailkan komponennya. Di jaman
modern ini, kegiatan ini dilakukan dengan software computer aided design
(CAD). Sebagai contoh, untuk sistem elektronika tersedia perangkat lunak
Eagle. Pada software ini tersedia fasilitas untuk menggambar rangkaian.

7
Tersedia pustaka komponen yang tinggal dipilih, kemudian dapat dikoneksikan.
Berikut adalah contoh skema rangkaian sel surya yang akan kita desain.

Gambar 5. Computer Aided Design untuk desain rangkaian sel surya

2. Desain Ukuran
Dalam sistem ini, desain ukuran adalah menentukan nilai-nilai komponen.
Biasanya, kalkulasi dilakukan dari belakang ke depan. Jadi kita tentukan dulu
berapa nilai komponen output, lalu satu persatu menghitung nilai komponen di
tengah seterusnya sampai belakang. Dalam rekayasa yang lebih maju, nilai ini
dihitung memakai optimasi sehingga didapat nilai-nilai yang paling cocok satu
sama lain.
Dalam menentukan nilai, juga diperlukan dulu survey pasar atas ketersediaan
komponen. Misalkan didapat komponen sebagai berikut:
LED Putih bright V : 4.0
I : 10 .. 40 mA

Sel Surya V : 6 Volt


P : 1 watt
Imax :

8
Baterai 18560 V : 3.7 V
C : 2400 mAh

Untuk sistem energi ini, desain dilakukan dengan batasan sebagai berikut:
• Diasumsikan lampu menyala selama 10 jam (jam 19.00– 05.00)
• Lampu yang dinyalakan adalah LED putih, sebanyak 4 buah.

Berikut ini contoh kalkulasi untuk sistem energi.


Komponen Spesifikasi Keterangan
Kebutuhan Lama menyala/malam T_nyala 36000 s Berapa lama lampu akan menyala ?

Lampu (LED) Arus I_led 0,02 A Sesuai spesifikasi LED (terang 20 mA)
Tegangan V_led 4 V Sesuai spesifikasi LED
Daya P_led 0,08 W = I_Led * V_led
Banyak N_led 4 Banyaknya LED yang akan dipasang
Energi E_led 11520 Ws =P_led * T_nyala * N_led

PV V_pv V_pv 6 V Dari spesifikasi; harus sedikit > V_bat


Daya C_pv 1 W Dari spesifikasi
Lama matahari T_pv 14400 s Berapa rata-rata dapat cahaya matari/hari
Margin M_pv 1,5 Berapa margin cadangan ?
Energi/hari E_pv 9600 Ws = (P_pv * T_pv / M_pv)
Banyak PV N_pv 2 = ceiling (E_led/E_pv)

Batre Tegangan V_bat 3,7 V Cari dari spesifikasi; Harus sekitar V_led
Kapasitas C_bat 8640 As Cari dari spesifikasi (2400 mah)
Margin M_bat 1,2 Berapa margin cadangan batre yang diinginkan ?
E_batre E_bat 26640 Ws = (V_bat*C_bat / M_bat)
Banyak N_bat 1 =ceiling(N_pv * E_pv / E_batre)

Kebutuhan
Keputusan desain
Hasil kalkulasi
Ukuran/jumlah komponen

3. Desain Keamanan
Dari komponen-kompone yang ada, perlu dianalisis keamanan untuk tiap
komponan utama, misalnya sebagai berikut:
Komponen Resiko Pengamanan
LED Akan putus jika: Biasanya perlu resistor. Namun dalam
V > Vmax; atau hal ini LED akan menerima tegangan
I > Imax dari baterai yang maksimumnya hanya
4.2. Jadi masih aman.

9
LED Perlu bisa dimatikan Dipasang switch
secara manual
Solar Sel Solar sel bisa rusak Perlu dipasang diode pengaman
jika menerima arus
balik
Baterai Baterai bisa terbakar Sebaiknya digunakan charge controller
sendiri jika over- yang ada pembatas arusnya
charge

Dengan adanya pertimbangan keamanan tersebut, maka perlu dicari /


ditambahkan komponen khusus berikut:
Switch Push ON push OFF
Memutus rangkaian
ke LED secara
manual
Dioda Mencegah arus balik
A:1A

Charge TP4056
Controller A I : 1A
V : 5.5 V
Tanpa pembatas
arus

Charge TP4056
Controller B I : 1.2A
V : 4.5 – 8.0 V
Dengan pengaman
baterai
(PILIH INI)

Sampai di sini, maka desain detail untuk sistem minimal sudah cukup lengkap
sebagai berikut:

10
Gambar 6. Skema sistem solar sel dengan ukuran dan pengaman

Komponen Keterangan
PV1 .. PV2 Solar sel, diperlukan 2 secara parallel sesuai desain
B1 Baterai, diperlukan 1 saja sesuai desain
LED1 .. LED4 Dipasang 4 buah, sesuai desain
Charge Controller Memakai tipe TP4056 dengan battery protection
D1 Dioda untuk mencegah arus balik ke PV
S1 Saklar untuk menyala/matikan LED secara manual

4. Desain Otomasi
Desain otomasi bertujuan untuk melengkapi sistem inti dengan fitur lanjut
sehingga sistem dapat bekerja secara otomatis. Pekerjaan ini HARUS
dilakukan setelah desain sistem inti mantap/stabil, dan jika perlu dicoba dulu.
Memasang otomasi di atas sistem yang belum stabil akan menyulitkan trouble
shooting ketika terjadi kegagalan.

Untuk sistem solar sel ini diinginkan otomasi sebagai berikut:


• Saat siang hari (cukup terang) maka solar sel bisa membangkitkan
energi) dan akan digunakan untuk mengisi baterai.
• Saat malam hari (gelap), solar sel tak lagi membangkitkan energi,
sehingga kini giliran LED menyala dengan mengambil energi dari
baterai.

Pada desain sebelumnya, sudah dipakai suatu saklar (S1) yang bisa memutus
arus ke LED secara manual (harus ditekan oleh manusia). Oleh karena itu yang
diperlukan di sini adalah semacam saklar yang bisa bekerja secara elektronik,

11
tanpa campur tangan manuais. Untuk itu ada 3 pilihan komponen sebagai
berikut:
Relay Saklar yang bekerja
berdasar coil elektro-
magnet, dimana:
- Jika coil tak dialiri arus
maka COM (pole)
terkoneksi ke N/C
- Jika coil dialiri arus
maka COM (pole)
tersambung ke N/O

Transistor Komponen semikonduktor


NPN yang dapat berfungsi
sebagai saklar (switch):
• Jika base > 0,7 V
maka arus mengalir
dari Collector ke
Emitor
Transistor Komponen semikonduktor
PNP yang berfungsi sebagai
saklar (switch)::
• Jika Base < 0,7 V
maka arus mengalir
dari Emitor ke
Collector

Masing-masing komponen tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan


(silahkan cari dan baca referensi). Untuk kasus otomasi ini, diperlukan saklar
yang ON (tersambung) ketika solar sel tak menghasilkan daya lagi. Oleh karena
bisa dipakai relay (dipakai koneksi COM – N/C) atau transistor PNP. Karena
transistor lebih kecil (kompak) dan hemat energi, maka dipilih transistor PNP
saja. Dengan demikian, berikut rangkaian yang bisa di-desain:

12
Gambar 6. Skema sistem solar sel dengan otomasi

Selanjutnya untuk memantau apakah sistem ini bekerja dengan baik, ingin
diukur juga proses pengisian / pemakaian energi dari baterai. Untuk itu akan
dipakai IOT-Logger yang dipasang SERI terhadap baterai sebagai berikut:

Gambar 7. Skema sistem solar sel otomatis lengkap dengan pengukuran

F. Mempertahankan Desain
Pada tahap ini, insiyur perlu meyakinkan ke stake holders (klien, investor,
hingga masyarakat) bahwa desainnya sudah yakin bagus, aman, ekonomis,

13
dan bisa dibuat. Seringkali hal ini melalui perlu melalui presentasi yang tidak
terlalu teknikal, namun harus meyakinkan.

G. Implementasi
Di industri, tahap implementasi biasanya dilakukan oleh teknisi, bukan lagi oleh
insinyur. Meski demikian, insinyur tetap bertanggung jawab menjelaskan
desainnya pada mereka, dan mengawasi pekerjaan, agar implementasi bisa
sukses. Demikian pula insinyur harus turun tangan melakukan trouble shooting
jika ada kegagalan yang mungkin disebabkan kesalahan desain.
Pada praktikum ini, mahasiswa bekerja sebagai insiyur maupun teknisi.

Agar sukses, pahami DESAIN rangkaian SEBELUM Implementasi

TUGAS 1:
Sesuai lembar kerja, buatlah petunjuk implementasi (dari insinyur ke teknisi)

TUGAS 2:
Implementasikanlah sistem solar sel otomatis ini sesuai desain dengan :
o Memakai komponen yang disediakan.
o Memakai alat kerja yang disiapkan sendiri, terutama solder.

Gambar 7. Contoh hasil implementasi

14
Gambar 8. Contoh hasil penyolderan
Setelah jadi, pada lembar kerja buatlah laporan implementasi (dari teknisi ke
insinyur)

H. Pengujian
Dalam rekayasa, pengujian adalah kegiatan melakukan pengukuran untuk
membuktikan bahwa sistem yang dibuat sudah memenuhi spesifikasi. Tujuan
ini sedikit berbeda dengan pengukuran eksperimen/riset, yang tujuannya
membuktikan hipotesa atau mencari hubungan antara variabel (sebagai
bandingan, eksperimen pada modul-1 adalah mencari tahu hubungan antara
jarak elektroda terhadap tegangan / arus baterai).

Pengujian rekayasa umumnya dibagi menjadi 2 jenis:


a) Pengujian fungsi, dengan menggunakan berbagai skenario. Dalam hal
ini ada 2 fungsi utama sistem yaitu:
1. Mengisi baterai saat terang (charging)
2. Menyalakan LED saat gelap (discharging)
b) Pengujian kinerja, dengan mengukur besaran sistem. Dalam hal ini yang
harus dipenuhi sistem adalah:
1. Baterai terisi penuh dalam 1 hari
2. LED dapat menyala 10 jam selama gelap

Untuk melakukan pengujian, lakukan saat matahari cukup terang.

15
1. Siapkan sistem solar sel.
2. Siapkan logger terhubung ke laptop, siap me-log data.

TUGAS 3.
Sesuai lembar kerja, lakukan pengujian fungsional untuk fungsi utama (1.
mengisi baterai); sekaligus kinerja (1 charging).
- Pada lembar kerja, skenario untuk uji fungsi-1 sudah diberikan. Lakukanlah
dan catat hasilnya.
- Sementara itu, lakukan juga uji kinerja 1 dengan melakukan logging data ke
komputer minimal 1 jam, dengan periode log 1 menit (atau lebih cepat). Jika
memungkinkan, tunggulah sampai baterai penuh.

TUGAS 4.
Sesuai lembar kerja, lakukan pengujian fungsional untuk fungsi 2 (menyalakan
LED saat gelap; sekaligus kinerja 2 (discharging).
- Pada lembar kerja, lengkapi dulu skenario untuk uji fungsi-2.
- Lakukan uji fungsi-2.
- Sementara itu, lakukan juga uji kinerja 2 dengan melakukan logging data ke
komputer selama 1 jam, dengan periode log 1 menit (atau lebih cepat).

Dari hasil pengujian, lakukan analisis dan simpulkan apakah sistem memang
sanggup berfungsi sesuai harapan dan spesifikasi.

I. Dokumentasi
Dokumentasi adalah kegiatan mengumpulkan semua hasil rekayasa
sebelumnya, dengan harapan dapat menjadi bahan kajian untuk perbaikan
selanjutnya.

TUGAS 5.
Pada lembar kerja, buatlah bab 4 Dokumentasi yang menceritakan
pengalaman dan pembelajaran yang didapat selama praktikum ini.

16
J. Daftar Pustaka

• RELAY: https://www.homemade-circuits.com/how-a-relay-works-in-circuits-
how-to-connect-it/
• Transistor PNP/NPN : https://circuitspedia.com/transistor-as-switch-working-
how-transistor-works/

17

Anda mungkin juga menyukai