Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

MS4121 – PRAKTIKUM PENGUJIAN PRESTASI MESIN


MODUL: PENGUJIAN MESIN PENDINGIN

Kelompok 118

Adhin Novrizal Rahmat 13116023

Tecta An Nafi Patragama 13116052

Dinan Fadhlurrafi F.A. 13116121

Tanggal Praktikum : 2 September 2019


Tanggal Pengumpulan Laporan : 5 September 2019
Asisten Praktikum : Izzan H. Muzakki 13115120

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
BAB I
Pendahuluan
5.1 Pendahuluan
Laporan Praktikum modul Pengujian Mesin Pendingin ini dibuat sebagai syarat
kelulusan Mata Kuliah MS4121 Praktikum Pengujian Prestasi Mesin. Adapun
kegiatan praktikum ini telah dilakukan yakni dengan informasi sebagai berikut:

Kelompok Praktikum : Kelompok 118

Anggota Kelompok Praktikum :

1. Adhin Novrizal Rahmat : 13116023


2. Tecta An Nafi Patragama : 13116052
3. Dinan Fadhlurrafi F.A. : 13116121

Email penanggung jawab kelompok : dinanfauzi0710@gmail.com

Asisten Praktikum :

Nama : Izzan Hakim Muzakki

NIM : 13115120

Email : zanzakki@gmail.com

Jadwal Pelaksanaan Praktikum : Senin, 2 September 2019. 13:00 – 15:00

Jadwal Pengumpulan Laporan : Kamis, 5 September 2019

Foto kegiatan praktikum :

Sumber : Praktikum PPM 2019

2
5.2 Tujuan

Tujuan praktikum modul ini adalah :

1. Menentukan parameter prestasi mesin pendingin yang bekerja dengan siklus


kompresi uap

BAB II
Landasan Teori

2.1. Siklus Mesin Pendingin Uap

Gambar 1 : komponen pendingin kompresi uap

Mesin pendingin kompresi uap terdiri dari 4 komponen utama, yaitu :

1. Kompressor : berfungsi untuk menaikkan tekanan fluida kerja berupa


refrigeran dari fasa uap jenuh menjadi uap super panas. Kemudian fluida
kerja diteruskan menuju kondenser.
2. Kondenser : pada komponen ini kalor dibuang ke lingkungan luar.
Komponen ini berfungsi untuk mendinginkan fluida kerja agar fasanya
berubah menjadi fasa cair jenuh.
3. Katup ekspansi : pada komponen ini tekanan fluida kerja dari kondenser
diturunkan agar terjadi perubahan fasa menjadi uap campuran.
4. Evaporator : pada komponen ini kalor diserap oleh fluida kerja dari
lingkungan yang dingin didinginkan sehingga fluida kerja mengalami
perubahan fasa menjadi uap jenuh.
Gambar 2 proses pada siklus pendingin kompresi uap

Pada siklus pendingin kompresi uap, terdapat empat proses yaitu :

1-2 : proses penaikan tekanan dengan kompressor

2-3 : proses pelepasan kalor pada kondenser

3-4 : proses penurunan tekanan dengan katup ekspansi

4-1 : proses penyerapan kalor pada evaporator

2.2. Persamaan yang digunakan Dalam Perhitungan


1. Laju Aliran Massa Refrigeran

𝑄𝑢𝑑−𝑒𝑣𝑎
𝑚𝑟𝑒𝑓 =
ℎ1 − ℎ4

mref = laju aliran massa refrigeran

𝑄𝑢𝑑−𝑒𝑣𝑎 = jumlah udara yang diserap dari udara di dalam saluran

kondensor m

ℎ4 = entalpi jenis refrigeran yang masuk evaporator

ℎ1 = entalpi jenis refrigeran yang keluar evaporator

2. Efisiensi Kerja (Kompresor hermatik)

𝑚𝑟𝑒𝑓𝑟𝑒𝑓 (ℎ1 − ℎ2 )
𝑘,𝑎𝑙𝑙 =
W𝑗𝑎𝑙𝑎−𝑗𝑎𝑙𝑎

4
𝑘,𝑎𝑙𝑙 = efisiensi kerja kompresor hermatik

W𝑗𝑎𝑙𝑎−𝑗𝑎𝑙𝑎 = daya listrik yang diperlukan kompresor hermatik

ℎ1 = entalpi jenis refrigeran yang masuk kompresor

ℎ2 = entalpi jenis refrigeran yang keluar kompresor

3. Laju energi yang diserap refrigeran di evaporator

Q 𝑒𝑣𝑎 = 𝑚𝑟𝑒𝑓 (ℎ1 − ℎ4 )

Q 𝑒𝑣𝑎 = laju energi yang diserap refrigeran di evaporator

ℎ1 = entalpi jenis refrigeran yang keluar evaporator

ℎ4 = entalpi jenis refrigeran yang masuk evaporator

4. Laju energi yang dilepaskan refrigeran di kondensor

Q 𝑘𝑜𝑛𝑑 = 𝑚𝑟𝑒𝑓 (ℎ2 − ℎ3 )

Q 𝑘𝑜𝑛𝑑 = laju energi yang dilepaskan refrigeran di kondensor

ℎ2 = entalpi jenis refrigeran yang masuk kondensor

ℎ3 = entalpi jenis refrigeran yang keluar kondensor

5. Koefisien kinerja mesin pendingin

𝑄𝑒𝑣𝑎
𝐶𝑂𝑃 =
W𝑘𝑜𝑚𝑝

COP = koefisien kinerja mesin pendingin

W𝑘𝑜𝑚𝑝 = kerja yang termanfaatkan kompresor

6. Koefisien kinerja pompa kalor

𝑄𝑘𝑜𝑛𝑑
𝑃𝐹 =
W𝑘𝑜𝑚𝑝

PF = kinerja pompa kalor


7. Laju aliran massa udara kering dalam saluran kondensor atau evaporator

𝑚𝑢𝑑 = 𝑢𝑑 𝑉𝑟 𝐴

𝑚𝑢𝑑 = laju aliran massa udara kering (kg/s)

𝑢𝑑 = massa jenis udara kering pada saluran udara (kg/m3)

A = luas penampang saluran udara kondensor (m2)

8. Laju energi yang diberikan oleh udara kepada evaporator

𝑄𝑢𝑑−𝑒𝑣𝑎 = 𝑚𝑢𝑑−𝑒𝑣𝑎 (ℎ ∗𝑚−𝑒𝑣𝑎 − ℎ ∗𝑘−𝑒𝑣𝑎 )

𝑄𝑢𝑑−𝑒𝑣𝑎 = jumlah energi yang diberikan udara di evaporator

𝑚𝑢𝑑−𝑒𝑣𝑎 = laju aliran massa udara di saluran evaporator

ℎ ∗𝑚−𝑒𝑣𝑎 = entalpi jenis udara kering yang masuk saluran udara


evaporator

ℎ ∗𝑘−𝑒𝑣𝑎 = entalpi jenis udara kering yang keluar saluran udara


evaporator

9. Laju energi yang diterima udara dari kondensor

𝑄𝑢𝑑−𝑘𝑜𝑛𝑑 = 𝑚𝑢𝑑−𝑘𝑜𝑛𝑑 (ℎ ∗𝑚−𝑘𝑜𝑛𝑑 − ℎ ∗𝑘−𝑘𝑜𝑛𝑑 )

𝑄𝑢𝑑−𝑘𝑜𝑛𝑑 = jumlah energi yang diberikan udara di kondensor

𝑚𝑢𝑑−𝑘𝑜𝑛𝑑 = laju aliran massa udara di saluran kondensor

ℎ ∗𝑚−𝑘𝑜𝑛𝑑 = entalpi jenis udara kering yang masuk saluran udara


kondensor

ℎ ∗𝑘−𝑘𝑜𝑛𝑑 = entalpi jenis udara kering yang keluar saluran udara


kondensor

10. Massa jenis udara yang melewati saluran udara

𝑃𝑢𝑑 293
𝑢𝑑 = 𝑜
101325 𝑇𝑢𝑑

𝒖𝒅 = massa jenis udara pada tingkat keadaan 𝑷𝒖𝒅 dan 𝑻𝒖𝒅
𝑜 = massa jenis udara pada tingkat keadaan standar

6
𝑃𝑢𝑑 = tekanan statik udara kering (N/m2)

𝑇𝑢𝑑 = temperatur mutlak udara kering TDB

11. BF & CF evaporator


Faktor sentuh dan faktor simpang dapat dinyatakan dalam diagram
psikrometrik. Gambar berikut ini merupakan cara menentukan faktor sentuh
dan faktor simpang pada proses pendinginan udara yang terjadi di
evaporator.

Gambar 3 cara menentukan faktor sentuh dan faktor simpang


BAB III
Prosedur Percobaan
1. Sebelum pengujian, semua tombol dan saklar listrik pada panel kontrol
dalam posisi “off”. Periksa air pembasah untuk termometer bola basah di
kedua saluran udara (kondensor dan evaporator).
2. Sambungkan kabel masukan dari sistem dengan sumber listrik 1 fasa dan
atur daya sekitar 1,2 kVA.
3. Ubahlah posisi main circuit board (MCB) di panel kontrol menjadi “on”.
4. Ubah posisi saklar M1-M5 di panel kontrol menjadi “on”.
5. Jalankan kipas pendingin unit kondensor dan evaporator.
6. Tekan tombol saklar S1 (warna hijau) posisi “on” (lampu indikator nyala).
Pada langkah ini pompa air pendingin harus sedang bekerja (langkah 4),
sehingga kompresor secara otomatis mulai bekerja.
7. Catat data-data berupa temperatur refrigeran, temperatur bola basah & bola
kering di inlet dan outlet pada evaporator dan kondensor, serta kecepatan
udara dengan menggunakan velometer. Lakukan variasi kecepatan udara di
kondensor atau evaporator minimal 4 kali. Catat parameter-parameter di
atas untuk kecepatan udara yang berbeda.
8. Setelah mesin selesai digunakan, matikan mesin dengan mengembalikannya
ke posisi “off”

8
BAB IV
Data Pengamatan

Pada percobaan ini, digunakan mesin pendingin untuk melakukan siklus kompresi
uap. Refrigeran yang digunakan adalah R-32.

Tabel 4.1 Data umum pengujian

Tabel 4.2 Data daya motor

Tabel 4.3 Data parameter terukur siklus kompresi uap

Tabel 4.4 Data parameter terukur udara


BAB V
Perhitungan dan Analisis

5.1 Pembuktian Rumus


Persamaan umum kesetimbangan massa

𝑑𝑚𝑐𝑣
Σ𝑚𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − Σ𝑚𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 =
𝑑𝑡

Persamaan umum kesetimbangan energi

𝑑𝐸𝑐𝑣 𝑣2 𝑣2
= Q − W + Σ𝑚 (ℎ + + 𝑔𝑍) − Σ𝑚 (ℎ + + 𝑔𝑍)
𝑑𝑡 2 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
2 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟

Asumsi umum yang digunakan

𝑑𝑚𝑐𝑣 𝑑𝐸𝑐𝑣
• Keadaan tunak = 0 dan =0
𝑑𝑡 𝑑𝑡
• Perubahan nergi potensial dan energi kinetik diabaikan
𝑉𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝑉𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
𝑉𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝑉𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟

Persamaan 1

Persamaan didapat dengan melakukan kesetimbangan energi pada kontrol


volume evaporator ideal dengan asumsi kondisi tunak dan energi potensial &
kinetik diabaikan.

0 = 𝑄 − 𝑊 + 𝑚(ℎ𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − ℎ𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 )

0 = 𝑄 − 𝑊 + 𝑚𝑟𝑒𝑓 (ℎ4 − ℎ1 )

Pada evaporator ideal tidak ada kerja keluar maupun masuk sehingga W =0.

𝑄 = 𝑚𝑟𝑒𝑓 (ℎ1 − ℎ4 )

𝑄𝑢𝑑−𝑒𝑣𝑎
𝑚𝑟𝑒𝑓 = (terbukti)
ℎ1 − ℎ4

Persamaan 2

Persamaan didapat dengan melakukan perbandingan antara kerja


yang dibutuhkan umtuk menaikkan tekanan fluida kerja dengan kerja
sebenarnya yang dibutuhkan oleh kompresor hermatik

10
𝑊𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙
=
W𝑟𝑒𝑎𝑙

𝑚𝑟𝑒𝑓 (ℎ𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − ℎ𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 )


𝑘,𝑎𝑙𝑙 =
W𝑗𝑎𝑙𝑎−𝑗𝑎𝑙𝑎

𝑚𝑟𝑒𝑓𝑟𝑒𝑓 (ℎ1− ℎ2 )
𝑘,𝑎𝑙𝑙 = (terbukti)
W𝑗𝑎𝑙𝑎−𝑗𝑎𝑙𝑎

Persamaan 3

Persamaan didapat dengan menerapkan balans energi volume atur


pada komponen evaporator dengan asumsi keadaan tunak dan perubahan
energi potensial & kinetik diabaikan.

0 = 𝑄 − 𝑊 + 𝑚(ℎ𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − ℎ𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 )

Pada evaporator, tidak ada kerja yang masuk maupun keluar sehingga W=0.

0 = 𝑄 − 𝑊 + 𝑚(ℎ𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − ℎ𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 )

Q 𝑒𝑣𝑎 = 𝑚𝑟𝑒𝑓 (ℎ1 − ℎ4 ) (terbukti)

Persamaan 4

Persamaan didapat dengan menerapkan balans energi volume atur


pada komponen kondenser dengan asumsi keadaan tunak dan perubahan
energi potensial & kinetik diabaikan.

0 = 𝑄 − 𝑊 + 𝑚(ℎ𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − ℎ𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 )

Pada kondensor tidak ada kerja yang masuk dan keluar, sehingga W = 0

𝑄 = 𝑚(ℎ2 − ℎ3 )

Q 𝑘𝑜𝑛𝑑 = 𝑚𝑟𝑒𝑓 (ℎ2 − ℎ3 ) (Terbukti)

Persamaan 5

Koefisien kinerja mesin pendingin kompresi uap dapat ditentukan


dari perbandingan antara kapasitas kalor yang diserap oleh evaporator dibagi
dengan kerja sesungguhnya yang dibutuhkan oleh kompresor sehingga :

𝑄𝑒𝑣𝑎
𝐶𝑂𝑃 =
W𝑘𝑜𝑚𝑝
Persamaan 6

Koefisien kinerja mesin pompa kalor dapat ditentukan dari


perbandingan antara kalor yang dilepaskan refrigeran pada kondensor
terhadap kerja sesungguhnya yang dibutuhkan oleh kompresor sehingga :

𝑄𝑘𝑜𝑛𝑑
𝑃𝐹 = (terbukti)
W𝑘𝑜𝑚𝑝

Persamaan 7

Laju aliran massa yang melalui suatu penampang dapat ditentukan


dengan cara mengalikan massa jenis zat tersebut dengan debit alirannya.

𝑚𝑢𝑑 = 𝑢𝑑 𝑄

𝑚𝑢𝑑 = 𝑢𝑑 𝑉𝑟 𝐴 (terbukti)

Persamaan 8

Laju energi yang diberikan oleh udara pada evaporator dapat


ditentukan dengan cara menerapkan kesetimbangan energi pada evaporator
dengan asumsi kondisi tunak dan perubahan energi kinetik dan potensial
yang diabaikan.

0 = 𝑄 − 𝑊 + 𝑚𝑢𝑑 (ℎ𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − ℎ𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 )

0 = 𝑄 − 𝑊 + 𝑚𝑢𝑑 (ℎ ∗𝑚−𝑒𝑣𝑎𝑝 − ℎ ∗𝑘−𝑒𝑣𝑎𝑝 )

Pada evaporator tidak ada kerja yang masuk dan keluar sehingga W = 0

𝑄𝑢𝑑−𝑒𝑣𝑎 = 𝑚𝑢𝑑−𝑒𝑣𝑎 (ℎ ∗𝑚−𝑒𝑣𝑎 − ℎ ∗𝑘−𝑒𝑣𝑎 ) (terbukti)

Persamaan 9

Laju energi yang diberikan oleh kondensor pada udara dapat


ditentukan dengan cara menerapkan kesetimbangan energi pada kondensor
dengan asumsi kondisi tunak dan perubahan energi kinetik dan potensial
yang diabaikan.

0 = 𝑄 − 𝑊 + 𝑚𝑢𝑑 (ℎ𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − ℎ𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 )

0 = 𝑄 − 𝑊 + 𝑚𝑢𝑑 (ℎ ∗𝑚−𝑒𝑣𝑎𝑝 − ℎ ∗𝑘−𝑒𝑣𝑎𝑝 )

Pada evaporator tidak ada kerja yang masuk dan keluar sehingga W = 0

12
𝑄𝑢𝑑−𝑘𝑜𝑛𝑑 = 𝑚𝑢𝑑−𝑘𝑜𝑛𝑑 (ℎ ∗𝑘−𝑘𝑜𝑛𝑑 − ℎ ∗𝑚−𝑘𝑜𝑛𝑑 ) (terbukti)

Persamaan 10

Dengan mengasumsikan udara sebagai gas ideal, maka tingkat


keadaan udara dapat ditentukan melalui persamaan gas ideal
𝑃 𝑃
(𝑇 )𝑎𝑡𝑚 = (𝑇 )𝑢𝑑

𝑃𝑢𝑑 𝑇𝑎𝑡𝑚
𝑢𝑑 = 𝑜
𝑃𝑎𝑡𝑚 𝑇𝑢𝑑

Asumi 𝑃𝑎𝑡𝑚 = 101325 𝑃𝑎𝑠𝑐𝑎𝑙 dan 𝑇𝑎𝑡𝑚 = 293, maka persamaan


tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :

𝑃𝑢𝑑 293
𝑢𝑑 = 𝑜 101325 𝑇𝑢𝑑
(terbukti)

5.2 Pengolahan Data Hasil Pengujian


Tabel 5.1 Laju dan massa jenis udara di kondensor dan evaporator
Refrigerant R32

1 14,7
P atm
atm psi

Luas A 0,04 m2

Tabel 5.2.1 Data

massa massa
Laju
Kipas Kipas Laju udara jenis jenis W jala-
udara
evaporator kondensor evaporator kondens evapora jala
kondenso
(K1) (K2) (kg/s) or tor (kW)
r (kg/s)
(kg/m3) (kg/m3)

1 1 0,130 0,120 1,031 1,069 0,692


2 1 0,125 0,120 1,031 1,069 0,710
3 1 0,131 0,119 1,028 1,069 0,711
4 1 0,119 0,119 1,028 1,069 0,715

5 1 0,114 0,119 1,028 1,069 0,717


Tabel 5.2 Entalpi refrigeran di tiap tingkat keadaan

h1 580,1 kJ/kg
h2 260,5 kJ/kg
Kipas 1
h3 522,7 kJ/kg
h4 545,2 kJ/kg
h1 585,3 kJ/kg
h2 261 kJ/kg
Kipas 2
h3 532,4 kJ/kg
h4 545,7 kJ/kg
h1 591,3 kJ/kg
h2 263,71 kJ/kg
Kipas 3
h3 525,61 kJ/kg
h4 549,1 kJ/kg
h1 591,3 kJ/kg
h2 263,300 kJ/kg
Kipas 4
h3 535,890 kJ/kg
h4 549,000 kJ/kg
h1 590,6 kJ/kg
h2 262,900 kJ/kg
Kipas 5
h3 537,210 kJ/kg
h4 550,200 kJ/kg

Tabel 5.3 Entalpi udara masuk dan keluar pada saluran udara kondensor dan
evaporator

Kondensor (kJ/kg) Evaporator (kJ/kg)


Kipas h h
h masuk h keluar masuk keluar
Kipas 1 26,20 35,20 26,20 24,10
Kipas 2 27,20 35,20 27,20 24,10
Kipas 3 27,20 36,20 27,20 24,10
Kipas 4 27,20 36,20 27,20 24,10
Kipas 5 27,20 36,20 27,20 24,10
Setelah melakukan perhitungan entalpi, akan didapatkan nilai
parameter prestasi sistem refrigerasi kompresi uap yang ditunjukkan dengan
nilai Qeva (efek pendinginan), Qkond (efek pemanasan), efisiensi kompresor,
PF (performance factor) pompa kalor, dan COP (coefficient of
performance) sistem pendingin. Parameter prestasi tersebut tertera nilainya
pada tabel berikut

14
Tabel 5.4 Nilai parameter prestasi sistem refrigerasi kompresi uap

Dari hasil perhitungan di atas, terdapat ketidaksesuaian antara efisiensi kerja


kompresor dengan yang seharusnya. Efisiensi kompresor memiliki nilai maksimal
100% sedangkan pada keadaan yang sebenarnya melebihi 100%. Hal ini bisa
diakibatkan oleh kesalahan paralaks saat membaca grafik p-h R32 maupun adanya
limit temperatur yang terbaca pada display temperatur (tidak bisa menampilkan
temperatur di bawah 0oC). Selain itu, pemasangan termokopel tidak ideal (posisi
termokopel yang masuk evaporator berada di permukaan luar pipa refrigeran).

Parameter lain yang dapat dihitung pada percobaan ini adalah bypass factor (BF)
dan contact factor (CF). BF merupakan koefisien yang menunjukkan seberapa
banyak udara yang melewati heat exchanger tanpa mengalami perpindahan panas.
Sementara itu, CF merupakan jumlah relatif udara yang mengenai heat exchanger
sehingga mengalami perpindahan panas
Bypass factor (BF) dapat dihitung dengan menggunakan rumus BF = (Tout,eva-
TADP)/(Tin,eva-TADP)

BF = (24-13,5)/(26-13,5)

BF = 0,84

CF = 1-BF = 1-0,84 = 0,16.

Nilai BF yang tinggi menunjukkan bahwa mesin pendingin yang digunakan tidak
efisien. Hal ini dapat disebabkan data yang didapatkan tidak tepat akibat kesalahan
paralaks pada pembacaan grafik p-h R32 maupun kesalahan pembacaan data
temperatur.

BAB VI
Kesimpulan

Nilai parameter prestasi mesin pendingin di lab pendingin ITB sebagai berikut:

16
• Qevap rata-rata : 0.36 kW
• Qkond rata-rata : 7.43 kW
• PF rata-rata : 8.2
• COP rata-rata : 0.43
• Efisiensi Kompresor rata-rata : 129.24 %
• Bypass factor (BF) : 0.84
• Contact factor (CF) : 0.16

Daftar Pustaka

Astina, I Made. 2018. Buku Panduan Praktikum Pengujian Mesin (MS4102).


Bandung : Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung

Moran, Michael J. Shapiro, Howard N. 1987. Fundamentals of Engineering


Thermodynamics 8th edition. New York : McGraw-Hill, Inc.

Anda mungkin juga menyukai