Anda di halaman 1dari 7

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

Ringkasan Mata Kuliah

PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK OPERASI CABANG

Disusun oleh : Kelompok 3

Gabriella Putri Hasiani Lumban Tobing (2207531140)

Tengku Hanif Luthfi Rashe (2207531143)

Kode Mata Kuliah :


EKA437 - Akuntansi Keuangan Lanjutan C2

Dosen Pengampu :
Dr. I Gst Ayu Eka Damayanthi, S.E.,M.Si.CRA.CRP

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
A. Alokasi Laba atau Rugi Kepada Para Sekutu

Laba atau rugi dialokasikan kepada para sekutu pada tiap akhir periode sesuai dengan
perjanjian dalam persekutuan.Jika tidak terdapat dalam perjanjian, Pasal 1633
KUHPer menyatakan bahwa sekutu berhak memperoleh bagian laba atau rugi secara
proporsional sesuai dengan jumlah yang dikontribusikan ke dalam persekutuan.

Terdapat beragam rencana distribusi laba atau rugi (profit distribution plants) di dunia
usaha. Beberapa persekutuan memiliki rencana distribusi sederhana, sedangkan yang
lain bersifat kompleks. Kebanyakan persekutuan menggunakan 1 atau lebih metode
distribusi, yaitu:

1. Rasio yang ditetapkan sebelumnya (preselected ratio).


2. Bunga atas saldo modal (interest on capital balance).
3. Gaji kepada sekutu.
4. Bonus kepada sekutu.

Rasio yang ditetapkan sebelumnya biasanya adalah hasil negosiasi antara sesama
sekutu. Rasio pembagian laba bisa berdasarkan persentase jumlah modal persekutuan,
waktu dan tenaga yang dicurahkan kepada persekutuan.distribusi laba persekutuan
berdasarkan bunga atas saldo modal mengakui kontribusi dari investasi modal para
sekutu kepada kemampuan menghasilkan laba bagi persekutuan. Bunga atas saldo
modal ini bukanlah beban bagi persekutuan,tetapi merupakan distribusi laba. Jika satu
atau lebih jasa dari sekutu yang penting bagi persekutuan, perjanjian distribusi laba
bisa saja memberikan gaji atau bonus. Gaji yang dibayarkan ke sekutu ini adalah
bentuk distribusi laba dan tidak dibebankan. Distribusi laba atau rugi dicatat dengan
jurnal penutup pada tiap akhir periode.Pendapatan dan beban ditutup pada ikhtisar
laba rugi atau langsung ke akun modal para sekutu.

B. Laporan Keuangan Persekutuan


Persekutuan merupakan jalinan Kerjasama antara dua orang atau lebih yang
disebut sebagai sekutu untuk menjalankan kegiatan usaha. Jika persekutuan dijalani
dalam bentuk firma, maka setiap sekutu memiliki tanggung jawab renteng jika
persekutuan mengalami kerugian. Sedangkan dalam persekutuan komanditer yang
membedakan dengan firma adalah tidak seluruh sekutu bertanggung jawab penuh atas
kerugian yang diderita oleh persekutuan, namun beberapa sekutu yang tanggung
jawabnya dibatasi pada jumlah harta yang diberikan kepada persekutuan.
Pembentukan persekutuan sangatlah mudah dan merupakan sutau keuntungan
utama. Pendiriannya dapat disepakati dengan cara informal dan formal, informal
seperti kesepakatan hanya dengan berjabat tangan atau formal dengan membuat akta
pendirian persekutuan sebagai keterikatan diatas kertas antara kedua belah pihak.
Bagi sekutu yang tidak mempunyai perjanjian persekutuan formal,
undang-undang memberikan kerangka dasar untuk mengatur hubungan antara sekutu
dan hak-hak kreditur dalam persekutuan.
Penilaian yang tepat terhadap non kas dan liabilitas yang dikontribusikan para
sekutu sangat diperlukan dalam pembentukan persekutuan. Tentang apa saja yang
dikontribusikan para sekutu akan menjadi kekayaan persekutuan. Harus ada
pemisahan yang jelas atas kontribusi modal serta pinjaman yang diberikan oleh
sekutu. Jika terdapat pinjaman dari salah satu sekutu kepada persekutuan harus diatur
dengan bukti tertulis atau dokumen lain yang secara legal dapat dibuktikan.
Pencatatan akuntansi dapat dikelola menjadi beberapa akun untuk masing-masing
sekutu, akun sekutu (partner’s account) dimaksud adalah akun modal, prive atau
penarikan dan akun pinjaman.

Setoran Modal Sekutu


a. Investasi Awal Persekutuan
Pada 1 Januari 2019, Fathur dan Dimas melakukan kesepakatan untuk
melakukan pembukaan usaha Bersama dalam bentuk persekutuan. Fathur
dan Dimas akan melakukan transfer modal awal dalam bentuk uang kas
senilai masing-masing Rp 800.000 dan Rp 750.000. Maka, jurnal untuk
mencatat transaksi tersebut adalah :

b. Setoran Modal Berupa Aktiva Non Kas


Persekutuan dapat melakukan penyetoran modal berupa aktiva non
kas, seperti persediaan, mesin, gedung, tanah dan sebagainya. Apabila terjadi
penyetoran modal dalam bentuk asset not kas, maka asset non kas tersebut
diakui sebesar harga pasar (bukan harga perolehan dan bukan nilai buku).
Keuntungan atau kerugian timbul dari selisih antara harga pasar dengan nilai
buku bagi sekutu yang menyetor asset non kas tersebut.
Ilustrasi 1:
Fathur adalah pemilik tunggal atas perusahaan yang didirikannya, dimana
perusahaan berkembang dalam kegiatan di bidang komputer untuk perangkat
lunak. Berikut adalah saldo akun pada tanggal 31 Desember 2020 :

Fathur kemudian menunjuk rekan kerjanya yaitu Dimas untuk memberikan


bantuan tambahan dalam peningkatan penjualan bisnisnya. Fathur dan Dimas
setuju untuk membentuk persekutuan. Bisnis Fathur telah diaudit dan dinilai
asset netonya. Hasil audit dan penilaian menyatakan bahwa liabilitas tidak
tercatat sebesar Rp 1.000.000, persediaan memiliki nilai pasar sebesar Rp
9.000.000, dan nilai wajar peralatan sebesar Rp 19.000.000, Dimas akan
berkontribusi uang kas sebesar Rp 10.000.000, untuk sepertiga kepemilikan
modal. Persekutuan Fathur dan Dimas mengambil alih semua usaha Fathur
dan menganggap sebagai utang. Maka pencatatan pada pembukuan
persekutuan terhadap kontribusi modal awal adalah sebagai berikut :

c. Pencatatan Investasi Awal dengan Menggunakan Pendekatan Goodwill


Jika jumlah modal yang disetorkan nilainya tidak sama, maka akan ada
permasalahan yang muncul akibat kesepakatan sekutu dalam pembagian
modal dengan persentase yang berbeda. Misalnya, atas investasi awal yang
ditanamkan, Joko dan Joki sepakat untuk melakukan pembagian kepemilikan
modal dengan persentase yang sama yaitu sebesar 50%. Dalam praktiknya
hal tersebut bisa saja terjadi, jika pemilik modal yang lebih rendah diketahui
memiliki kelebihan yang dikenal dengan asset tidak teridentifikasi seperti
kemampuan dalam melobi klien, dan sebagainya. Dari jumlah modal kas yang
diinvestasikan, maka nilai total investasi dari persekutuan adalah sebesar
Rp400.000 (50% x Rp 800.000), contoh ini mengabaikan setoran modal dalam
bentuk non tunai. Sehingga dalam hal ini, dimas dianggap memiliki kontribusi
berupa asset tidak teridentifikasi senilai Rp 50.000 karena memiliki
kepemilikan yang sama yaitu 50% dan berkontribusi Rp 750.000 dalam asset
teridentifikasi. Gap pencatatan tersebut dapat disiasati dengan menggunakan
dua pendekatan :
1. Pendekatan Bonus, dengan pendekatan ini akan dihitung terlebih
dahulu total investasi yang dilakukan Fathur dan Dimas senilai Rp
1.550.000 (Rp800.000 + Rp750.000). Karena diketahui bahwa mereka
bersepakat untuk membagi kepemilikan dalam jumlah yang sama,
maka setoran modal awal masing-masing harus dicatat dengan jumlah
yang sama pula, sehingga setiap sekutu memiliki modal awal senilai
Rp 775.000. Modal Fathur berkurang 25.000, modal Dimas berkurang
Rp 25.000. Sehingga jurnalnya adalah :

2. Pendekatan Goodwill, pendekatan ini melakukan perhitungan atas nilai


goodwill dengan menggunakan total nilai persekutuan atas dasar modal
yang lebih besar yaitu modal Fathur. Untuk mencatat jumlah modal
yang sama, maka akan dicatat goodwill senilai Rp 50.000 sebagai
penambah modal Dimas dengan mencatatkan jurnal sebagai berikut :

d. Investasi Tambahan dan Penarikan Modal


Investasi tambahan serta penarikan modal ini dicatat pada sisi debet
dan kredit langsung ke rekening modal sekutu. Misalnya dengan
menggunakan contoh sebelumnya dengan mengabaikan nilai penyetoran
modal non tunai, Fathur memberikan investasi tambahan sebesr Rp 150.000
maka jurnalnya adalah:
Jika Fathur melakukan pengambilan modal Rp 20.000, maka jurnalnya adalah:

C. Perubahan dalam Keanggotaan


Perubahan susunan keanggotaan pada suatu persekutuan dapat terjadi sebagai
akibat dari adanya penambahan sekutu baru ataupun berhentinya sekutu saat ini.
Berhentinya seorang sekutu akan menyebabkan bubarnya persekutuan secara hukum.
1. Sekutu Baru Membeli Hak Kepemilikan
Dalam kasus ini, konsep yang seringkali digunakan adalah nilai buku. Nilai
buku dalam persekutuan merupakan jumlah modal yang berasal dari selisih
asset dan kewajiban.
2. Perusahaan Perseorangan Menjadi Persekutuan
Perusahaan perseorangan sudah terbentuk oleh salah satu sekutu yang hendak
mendirikan persekutuan. Sekutu yang mempunyai perusahaan perseorangan
tersebut melakukan penyetoran modal perusahaan perseorangan yang dimiliki
sebagai modal ke persekutuan. Dalam menyetorkan perusahaan
perseorangannya, dapat dilakukan dengan melakukan penyetoran atas seluruh
modal yang dimiliki atau dapat juga dengan melakukan pengurangan dan
penambahan aktiva tertentu. Pembentukan persekutuan melalui cara ini dapat
dilakukan dengan 2 metode, yaitu:
a. Meneruskan Buku Lama
Persekutuan melanjutkan buku yang sebelumnya digunakan oleh
perusahaan dengan melakukan penyesuaian terhadap nilai buku lama
dengan nilai pasar yang telah disepakati. Selisih antara nilai buku lama
dengan nilai yang disepakati dilakukan pemindahan ke rekening modal
sekutu bersangkutan.
b. Menggunakan Buku Baru
Dalam metode ini, perusahaan perseorangan melakukan penutupan
bukunya terlebih dahulu dengan cara melakukan pendebetan atas
rekening-rekening utang dan modal serta mengkredit
rekening-rekening aktiva. Kemudian persekutuan mencatat setoran
modal berupa kekayaan perusahaan perseorangan yang disetorkan
berdasarkan nilai pasar atau nilai yang disepakati. Selain itu juga
mencatat setoran sekutu lain.
DAFTAR PUSTAKA
Baker, E Ricard, dkk. 2014. Akuntansi Keuangan Lanjutan (Perspektif
Indonesia). Jakarta:Selemba Empat
Rosita, Universitas Pamulang.2019. “Akuntansi Keuangan Lanjutan 1”,
https://repository.unpam.ac.id/10234/1/SAK0253_AKUNTANSI%20KEUANGAN%
20LANJUTAN%201%20.pdf , diakses pada 17 Maret 2024 pukul 22.13

Anda mungkin juga menyukai