Anda di halaman 1dari 5

RINGKASAN MATERI KULIAH

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

SAP 1

OLEH:

KELOMPOK 8

Putu Mas Diarsi Untari (1607531076)

Ni Putu Ema Leonita Andini (1607531088)

Putu Mira Hasta AndIra (1607531090)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

PROGRAM AKUNTANSI/REGULER

TAHUN 2017/2018
1.1. Definisi dan Sifat Persekutuan
Definisi Persekutuan
Menurut KUHPer Bab VIII, Bagian I, Pasal 1618, persekutuan/perseroan adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih yang setuju untuk menginvestasikan sesuatu
ke dalam usaha agar memperoleh keuntungan dari persekutuan itu dibagi di antara
mereka. Definisi ini dapat dibagi menjadi tiga factor yang berbeda yaitu:
- Asosiasi dua orang atau lebih (istilah “orang” disini dapat mengacu kepada
individu ataupun perusahaan/persekutuan lain)
- Untuk menginvestasikan sesuatu (setiap sekutu harus memberikan kontribusi
terhadap persekutuan, setiap sekutu memiliki otoritas yang jelas, kecuali dibatasi
oleh perjanjian sekutu)
- Usaha untuk mencari keuntungan ( persekutuan dibentuk dengan tujuan untuk
memperoleh laba secara legal, sehingga entitas nirlaba bukan termasuk ke
dalam persekutuan)

Sifat Persekutuan
Berikut merupakan karakteristik utama yang membedakan bentuk organisasi dari
persekutuan
1. Akuntan yang bekerja untuk persekutuan harus memahami hukum atau UU
terkait dengan persekutuan serta harus memahami KUHPer dan KUHD Indonesi
2. Salah satu keuntungan dari persekutuan adalah mudah dalam pembentukannya.
3. Semua persekutuan yang dibentuk di Indonesia diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUHPer) dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD).

1.2. Investasi Awal dalam Persekutuan


Pada saat pembentukan awal persekutuan, diperlukan untuk melakukan
penilaian yang tepat terhadap aset non kas dan liabilitas yang dikontribusikan oleh
masing-masing sekutu. Kontribusi tersebut akan menjadi kekayaan persekutuan.
Aset yang dikontribusikan harus dinilai pada nilai wajarnya sedangkan liabilitas yang
diasumsikan oleh persekutuan harus dinilai sebesar nilai sekarang dari sisa arus
kas. Setiap sekutu harus setuju atas persentase ekuitas yang akan dimiliki dalam

1
asset neto persekutuan. Secara umum, saldo modal ditentukan berdasarkan bagian
proporsional dan kontribusi modal masing-masing sekutu.
Perlu dicatat bahwa persekutuan adalah akuntansi entitas yagn terpisah dari
setiap sekutu dan bahwa asset dan liabilitas dicatat pada nilai pasarnya saat
dikontribusikan. Tidak ada akumulasi penyusutan yang dilakukan ke depan dari
kepemilikan seseorang ke persekutuan. Semua liabilitas diakui dan dicatat.
Jumlah modal tiap-tiap sekutu yang dicatat tidak harus sama dengan kontribusi
modalnya. Hal terpenting adalah para sekutu bisa mengalokasikan kontribusi modal
dalam berbagai kondisi yang mereka inginkan. Akuntan harus yakin bahwa seluruh
sekutu setuju atas alokasi tersebut dan kemudian mencatat sesuai dengan kondisi
yang ada.

1.3 Tambahan Investasi dan Pengambilan

Persekutuan memilki akun untk masing-masing sekutu dalam pencatatan


akuntansinya. Akun sekutu tersebut adalah sebagai berikut:

a) Akun Modal
Setiap sekutu memiliki satu akun modal, yang dicatat pada sisi kredit.
Saldo pada akun modal memperlihatkan bagian aset neto seorang sekutu dalam
persekutuan.Contoh jurnal:

Kas Rp20.000.000
Modal Rina Rp20.000.000
(untuk mencatat modal tambahan Rina)

b) Akun Prive (Penarikan)


Akun penarikan yang terpisah digunakan untuk mencatat penarikan
periodik dan kemmudian ditutup ke akun modal sekutu pada akhir periode. Jika
terjadi penarikan non kas maka harus dinilai berdasarkan nilai pasar pada
tanggal penarikan, namun beberapa sekutu mencatat penarikan persediaan

2
pada biaya perolehan, sehingga hal ini menyebabkan tidak tercatatnya
keuntungan atau kerugian atas penarikan ini. Contoh Jurnal:
Prive Rina Rp10.000
Kas Rp10.000

Pada akhir tahun akun ini ditutup dengan mengambil modal sekutu yang
bersangkutan dengan jurnal sebagai berikut:

Modal Rina Rp10.000


Prive Rina Rp10.000
c) Akun Pinjaman
Persekutuan dapat meminta modal tambahan dengan cara pinjaman
kepada seorang sekutu, yang harus dilengkapi dengan dokumen yang memadai
seperti surat perjanjian utang (promissory note). Tanpa semua sekutu
menyetujui, persekutuan diwajibkan untuk membayar bunga pinjaman kepada
sekutu yang meminjamkan, jika dalam perjanjian persekutuan menyatakan
bahwa bunga modal harus dibayar. Utang pinjaman dari sekutu dilaporkan dalam
laporan posisi keuangan persekutuan. Pinjaman dari sekutu merupakan
transaksi yang terkait dengan para pihak yang membutuhkan catatn kaki yang
terpisah, dan harus dilaporkan sebagai pos laporan posisi keuangan tersendiri.

1.4 Operasi Persekutuan

Operasi persekutuan biasanya sama dengan operasi dari organisasi


bisnis lainnya. biaya yang bersifat pribadi dari seorang sekutu, harus dipisahkan
dengan biaya yang dikeluarkan untuk biaya operasi persekutuan. Bila ada sekutu
yang melakukan pembayaran biaya yang sifatnya untuk kepentingan pribadi
dengan menggunakan aset persekutuan maka pembayaran ini akan dibebankan
kepada akun modal dari sekutu yang bersangkutan. Perubahan jumlah modal
masing-masing sekutu serta pembagian laba bersih persekutuan berdasarkan
rasio kesepakatan awal. Akun pengambilan sekutu harus dilakukan penutupan
tiap akhir tahun

3
1.5 Perjanjian Pembagian Laba dan Rugi

Para sekutu dapat menyetujui setiap cara pembagian laba dan rugi yang mereka
kehendaki. Persetujuan mengenai hal ini harus ditetapkan tersendiri dan lengkap,
sehingga dapat dihindari kemungkinan kesalahan penafsiran dan perselisihan.

Laba dan rugi pada umumnya dibagi menurut salah satu dari cara berikut ini:

1) Laba Rugi dibagi sama/dibagi rata


2) Laba Rugi dibagi dengan rasio tertentu
3) Laba Rugi dibagi berdasarkan modal
a. Berdasarkan modal awal
b. Berdasarkan modal akhir
c. Berdasarkan modal rata-rata
4) Laba Rugi dibagi setelah dikurangi gaji dan bonus, kemudian sisanya dapat
dibagi sama, dengan perbandingan tertentu atau dengan rasio tertentu
5) Laba Rugi dibagi setelah dikurangi gaji dan bunga modal, kemudian sisanya
dapat dibagi sama, dengan perbandingan tertentu atau dengan rasio tertentu

Daftar Pustaka:

Baker E., Richard, dkk. 2016. Akuntansi Keuangan Lanjutan, Ed. 2, Buku 2.
Jakarta: Salemba Empat.

Evi, Maria. 2011. Akuntansi Lanjutan. Yogyakarta : Gava Media.

F, Zebua. 2009. Akuntasi Keuangan Lanjutan. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Anda mungkin juga menyukai