PDF 20240325 104652 0000
PDF 20240325 104652 0000
KELOMPOK 1
MODEL KONTEKSTUAL DALAM SENI MUSIK
DAN SENI TARI PADA SAYYANG
PATTUDU
Anggota Tim :
1. Muhammad Arif
2. Jumadil
3. Irma
4. Putri Indriani
5. Nurfitri
6. Nur Ilmi
7. Nur Hikma
8. Selpi Agnih
9. Sukmawati
10. Siska Deviyanti
11. Suci Ramadhani Mansyur
A.MODEL PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL
Model Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL))
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan dunia kerja nantinya.
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran dihadapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam hal ini, strategi
pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
DDalam pelaksanaannya pembelajaran
kontekstual memiliki beberapa strategi atau bentuk pembelajaran untuk membangun
konteks dalam pikiran siswa.
Strategi-strategi tersebut antara lain:
1. relating (menghubungkan) dalam hal ini belajar dilakukan dengan
menghubungkan pengalaman hidup dengan hal baru yang akan dipelajari;
3. applying (menerapkan) dalam hal ini belajar dilakukan dengan cara menerapkan
rumusan pengetahuan yang telah dikuasai siswa dalam situasi yang berbeda/
situasi sebenarnya.
4. cooperating (bekerja sama) dalam hal ini belajar dilakukan dalam kelompok/
masyarakat belajar sehingga terjadi komunikasi dan bertukar pengetahuan.
Sayyang Pattudu adalah warisan budaya takbenda dari suku Mandar. Arti dari
Sayyang Pattudu adalah kuda yang menari. Sayyang Pattudu diadakan untuk
syukuran pada acara khatam Al-Qur'an. Kuda dihias dan kemudian ditunggangi
mengelilingi kampung. Penunggangan kuda diiringi dengan tabuhan musik rebana
dan pembacaan syair khas Mandar yang disebut kalindaqdaq. Syair yang dibacakan
membahas tentang Islam dan Mandar. Pesertanya terdiri dari pesayyang, disayyang,
dan pesarung. Sayyang Pattudu umumnya diadakan bersamaan dengan perayaan
Maulid Nabi Muhammad atau pada bulan Rabiul awal, Rabiul akhir dan Jumadil
awal. Acara ini bertujuan untuk mendidik dan memberikan nasihat kepada anak-anak
suku Mandar agar semangat dalam menamatkan bacaan Al-Quran. Selain untuk acara
khatam Al-Qur'an, Sayyang Pattudu juga ditampilkan sebagai tari penyambut tamu
kehormatan dalam masyarakat Mandar dan menjadi festival tahunan Kabupaten
Polewali Mandar, Kabupaten Majene, dan Kabupaten Mamuju. Bagi masyarakat
Mandar, Sayyang Pattudu mengandung nilai sebagai alat komunikasi budaya, gotong-
royong, tolong-menolong, kerohanian, dan persaudaraan sosial.
C. SENI MUSIK DAN SENI TARI PADA
SAYYANG PATTUDU
1. Musik Parrawana
Menurut salah satu kelompok pa’rawana di Mandar, alat musik rebana
dipengaruhi oleh bangsa Turki dan masuk ke Mandar seiring dengan masuknya
agama Islam. Adanya pengaruh Turki juga dilihat dari kostum yang digunakan
kelompok pa’rawana pada bagian kepala yang disebut dengan sokko (kopiah).
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui latar belakang lahirnya musik pa’rawana
dan musik sayyang pattuddu berhubungan dengan penyiaran agama Islam.
Sebagian masyarakat mempercayai bahwa instrument rebana dibawa oleh seorang
wali bernama Syekh Abdul Qadir Djailani pada masa penyebaran agama Islam di
Mandar.
Musik pa’rawana terdiri atas pemain rawana (rebana), vokal, dan
pa’denggo. Sebelum musik pa’rawana disajikan terlebih dahulu para penyaji
duduk melingkar dengan tujuan nantinya dapat memberikan keluasan bagi
pa’denggo untuk melakukan tarian. Posisi melingkar keuntungannya
memudahkan pemusik untuk saling berkomunikasi sehingga alunan musik dapat
disesuaikan bersamaan gerakan pa’denggo. Adapun bentuk sajian musik parrwana
dimulai dengan tabuhan buruda (tabuhan pembuka), kemudian disahut dengan
nyanyian.
2. Musik sayyang pattudu
Musik sayyang pattuddu merupakan jenis kesenian yang penyajiannya
dilakukan saat prosesi arak-arakan. Pertunjukan musik sayyang pattuddu berbeda
dengan musik pa’rawana jika diidentifikasi berdasarkan tempat pertunjukannya.
Musik pa’rawana dilakukan di dalam rumah peserta khatam dan tidak melibatkan
Sayyang Pattuddu. Ketika arak-arakan sayyang pattuddu barulah musik
pa’rawana beralih menjadi musik sayyang pattuddu. Di samping itu, penyajian
musik sayyang pattuddu tidak terlepas dari pelaku pa’denggo dan pa’kalindagdag
yang masingmasing memiliki peran yang berbeda.
3. Tarian sayyang pattudu
Sayyang pattuddu atau kuda menari adalah sebuah tradisi suku Mandar
di Sulawesi Barat yang menyinergikan agama dan budaya lokal. Dalam bahasa
setempat, sayyang berarti kuda dan pattuddu berarti menari.
Disebut kuda menari, karena di saat tabuhan rebana mulai berbunyi,
kuda yang sudah terlatih dan ditunggangi itu akan menghentak-hentakkan kaki
dan mengangguk-anggukkan kepala, dan sesekali mengangkat setengah
badannya di udara.
Tradisi ini kerap dilakukan untuk meramaikan acara pernikahan,
memeriahkan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, penyambutan tamu-
tamu pejabat, dan dilaksanakan sebagai bentuk penghargaan, khususnya kepada
anak-anak yang telah menyelesaikan bacaan Alquran.
Seni musik sayyang pattuddu merupakan perpaduan unsur tari, sastra,
danmusik. Penyajian musik tersebut dapat diamati pada saat prosesi
khatam Alquran.Nilai dalam tradisi sayyang pattuddu diantara lain:
1. Nilai agama
2. Nilai estetika
3. Nilai etika
4. Nilai gotong-royong
5. Implikasi dari penelitian ini adalah:Membudayakan tradisi sayyang
pattuddu maka interaksi sosial dalamtradisi ini akan mempererat kembali
hubungan silaturahmi, dan saling tolong-menolong. Sebaiknya
melestarikan tradisi sayyang pattuddu ke generasiselanjutnya, sebagai
daya tarik untuk mendatangkan wisatawan lokal danmancanegara
berkunjung ke tanah Mandar.
D. KAITANNYA SENI MUSIK DAN SENI TARI DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI ANAK-ANAK
Musik rebana dan tarian sayyang pattudu adalah bagian dari budaya
mandar Sulawesi barat, Indonesia. Rebana dalah alat musik tradisional yang
sering digunakan dalam acara-acara budaya di daerah mandar, sementara tarian
sayyang pattudu merupakan tarian tradisional yang menggambarkan keceriaan
dan kebersamaan Masyarakat mandar. Keduanya sering dipertunjukkan dalam
berbagai acara adat, perayaan dan upacara diwilayah mandar.
Ada beberapa cara untuk mengajarkan alat music rebana dan tarian
sayyang pattudu kepada anak-anak dalam kehidupan sehari-hari :
1. Perkenalkan melalui cerita atau lagu
2. Gunakan alat music sederhana
3. Lakukan demontrasi lansung
4. Sertakan dalam aktivitas sehari-hari
5. Dorong kreativitas
6. Rayakan keberhasilan
TERIMA KASIH
Atas perhatian dan kerjasamanya.