SISTEM REM
Dosen Pengampu :
Dr. SETYA WIJAYANTA, M.T
Disusun Oleh :
OKTAFADION WAHYU WENANZA
NOTAR. 22021056
Sumber : https://katadata.co.id/
Rem hidrolik adalah sistem pengereman yang mengandalkan tekanan fluida, biasanya
minyak rem, untuk menghentikan atau melambatkan gerakan kendaraan. Sistem ini umum
digunakan dalam berbagai jenis kendaraan, termasuk mobil, motor, dan sepeda. Prinsip
kerjanya sederhana: ketika pengendara menekan pedal rem, tekanan ditransfer ke master
silinder yang berisi minyak rem. Tekanan ini lalu menggerakkan fluida melalui pipa hidrolik
ke caliper rem di masing-masing roda. Di sana, tekanan fluida memaksa bantalan rem untuk
menekan ke permukaan roda, yang menghasilkan gesekan dan melambatkan atau
menghentikan kendaraan.
Rem hidrolik memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis sistem
pengereman lainnya. Misalnya, mereka mampu mendistribusikan tekanan pengereman secara
merata ke semua roda, yang meningkatkan efisiensi dan keamanan pengereman. Selain itu,
karena fluida tidak dapat dikompresi, rem hidrolik memberikan respon yang cepat dan
prediktif kepada pengendara.
B. REM ANGIN
Pada saat mesin hidup kompresor akan mengkompresikan udara luar dan menyuplai udara
bertekanan tersebut ke air tank. Hal itu menyebabkan tekanan udara di air tank meningkat.
Saat tekanan melebihi sesuai standar pabrikan, secara otomatis air tank akan membuang
udara dari kompresor. Dan kembali menyuplai udara bertekanan ke air tank.
Begitulah seterusnya sehingga tekanan dalam air tank stabil pada tekanan kerjanya. Udara air
tank mengalir melalui selang-selang udara atau air hose guna menunjang berbagai sistem.
Dalam sistem rem udara mengalir ke selang rem.
Pada saat pedal rem terinjak, maka piston mekanisme brake chamber akan mendorong
plunger sehingga membuka saluran menuju brake chamber dan menutup release valve. Pada
brake chamber, tekanan angin ini akan berubah menjadi gerakan mekanis, tuas brake
chamber akan menekan brake lining sehingga terjadi gesekan antara brake lining dengan
drum brake akibatnya kendaraan akan melambat putarannya.
Kemudian pada saat pedal rem dilepas, maka plunger pada mekanisme brake chamber akan
terdorong ke atas oleh reurt spring akibatnya brake valve tertutup dan release valve terbuka,
sehingga tekanan dari air tank dihentikan dan tekanan di dalam brake chamber berbalik ke
release valve untuk dibuang ke atmosfer, tekanan di dalam brake chamber sama dengan
tekanan atmosfer, dengan bantuan return spring tuas brake chamber kembali ke posisi semula
akibatnya rem bebas.
Saat ini sudah banyak kendaraan truk yang beroperasi di area tambang batubara oil & Gas
maupun yang beroperasi onroad untuk konstruksi, logistik dll yang menggunakan sistem rem
full air brake.
Selanjutnya komponen ini akan menyimpan udara dari tekanan kompresor. Udara ini hanya
bersifat sementara, karena udara bertekanan ini akan disalurkan ke berbagai sistem yaitu
pengereman, horn, dan komponen lainnya.Komponen air tank dilengkapi dengan air dryer
yang akan menyaring air dan debu yang terbawa ikut bersama udara pada saat dikompresikan
oleh kompresor. Uap air itu akan dikumpulkan dalam suatu bagian dan air tersebut harus
dibuang melalui check valve.
3. Brake Chamber
Brake chamber berfungsi mengubah tenaga angin menjadi gerakan mekanis. Rangkaian ini
terdiri dari membran, pegas diafragma, tuas, dan slack adjuster. Kondisi brake chamber
sangat mempengaruhi daya pengereman suatu kendaraan.
4. Brake Valve
Yakni komponen yang terdiri dari pegas dan rangkaian katup. Brake valve akan membuka
dan menutup aliran udara bertekanan dari air tank ke brake chamber. Komponen ini
dilengkapi relay valve untuk mengaktifkan rem dengan cepat.
5. Brake Lining
Brake lining atau kampas rem umumnya truk menggunakan sistem rem tromol, sehingga tuas
dari brake chamber diteruskan dengan mekanikal untuk menggerakan kampas rem. Kanvas
rem berfungsi sebagai bidang gesek dengan tromol rem pada saat terjadi proses pengereman.
6. Air Hose
Air hose atau selang udara berfungsi sebagai saluran untuk mengalirnya udara bertekanan.
Selang ini terbuat dari karet sintetis dan logam sehingga kemungkinan kecil terjadi kebocoran
saat distribusi udara.
C. REM TROMOL
D. REM CAKRAM
Salah satu faktor keselamatan yang paling penting sebagai pengemudi, kamu harus mengenali
setiap tipe dari rem cakram mobil agar dapat merawat dan memperbaikinya ketika terjadi
kerusakan. Di antara jenis-jenisnya adalah:
1. Cakram datar
Dasar dari rem-cakram itu sendiri adalah cakram datar dan halus yang biasanya terbuat dari
besi, ditempelkan pada poros poros yang berputar.
Rem ini memiliki daya pengereman yang sangat baik karena area permukaan yang besar
bersentuhan dengan bantalan, tetapi dapat kehilangan efektivitas selama periode pengereman
yang lama.
2. Cakram berventilasi
Seiring bertambahnya ukuran dan berat kendaraan, demikian juga beban pada rem. Ini
menghasilkan lebih banyak panas yang menyebabkan masalah pada sistem rem.
Sistem pengereman bekerja dengan mengubah energi kinetik – kecepatan – menjadi panas
melalui gesekan melalui bantalan rem dan cakram. Saat tingkat panas meningkat, disk
membutuhkan bantuan untuk membuang panas ini dengan cukup cepat untuk mencegah
kerusakan.
Untuk membantu disk dalam menghilangkan panas berlebih, diperlukan desain rem cakram
berventilasi, yang terlihat seperti dua disk yang diapit dengan jari-jari di antara celahnya.
Hal ini memungkinkan panas yang dihasilkan lebih mudah keluar dari belakang melalui
ventilasi di antara kedua permukaan tersebut.
3. Cakram yang dibor
Cara lain agar cakram tetap dingin adalah dengan meningkatkan luas permukaan dengan
mengebor lubang sepenuhnya melaluinya. Lubang-lubang ini juga menyediakan jalan keluar
untuk panas, gas, dan bahan limbah, mencegahnya menumpuk di permukaan kontak.
Ada beberapa sisi bawah ke cakram yang dibor. Lubang-lubang tersebut dapat
mengumpulkan material dan puing-puing lainnya, dan yang lebih memprihatinkan, lubang-
lubang tersebut cenderung melengkung dan retak di bawah suhu tinggi.
Meskipun lubang tidak membahayakan integritas struktural disk, lubang tersebut dapat
mengurangi jumlah panas yang dapat ditoleransi disk setelah melebihi jumlah yang dapat
dihilangkan disk secara efektif.