KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena limpahan rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan novel yang bejudul "Cinta
Sang Brandal. Tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada ibu Siti Nurbaya Panjaitan, S.Pd. yang
telah membimbing penulis dalam membuat novel ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................ii
SINOPSIS.................................................................................1
Dasar Cupu..............................................................................2
Cupu........................................................................................8
Mana Mungkin Jatuh Cinta...................................................15
Rencana................................................................................23
Rencana Berhasil...................................................................28
Perintah................................................................................33
Terjebak................................................................................37
Superhero.............................................................................43
Ulah Aan...............................................................................49
Nanti Jatuh Cinta...................................................................56
Tanda ~ Tanda.......................................................................64
Hubungan Yang Sah..............................................................71
Ada Aku.................................................................................78
Tanggung Jawab....................................................................84
Pacar Gue..............................................................................91
Janji Aan................................................................................98
Pernyataan Cinta Ayu............................................................98
iii
Baby Twin............................................................................105
Geng Motor........................................................................112
Cinta Sang Berandal (2).......................................................118
Babak Belur.........................................................................123
Gue Pasti Menang...............................................................131
Aku Milikmu (1)...................................................................138
Aku Milikmu (2)...................................................................145
Bagaimana Denganmu?......................................................153
Duo Bumil...........................................................................161
Berandal Insyaf...................................................................169
Sang Berandal Happy Ending..............................................176
iv
SINOPSIS
v
Dasar Cupu
"Aan, nih!"
"Lo yakin, mau lakuin di sini. Alif tuh cewek," bisik Jati
pada Aan.
vi
"Semangat ya, ponselnya kalau nggak kepake buat gue
aja," usul Kanta.
"Tuh lihat, nggak usah gue cari dia datang sendiri. Udah
kayak magnet nggak sih gue sama dia," canda
Aan.
Alif tidak habis ide untuk dekat dengan Aan dan lengan
pria itu menjadi pilihan berikutnya. Alif memeluk lengan
Aan, membuat bagian depan tubuhnya menempel pada
pria itu.
vii
Seisi kantin bersorak karena pengumuman Aan tidak
penting.
viii
Bukannya takut atau malu, Aan malah terbahak
mendengar kemungkinan yang disampaikan Alif. Kalau
dipikir hal itu mungkin saja, Alif hamil karena
pergulatannya dengan seorang pria.
ix
"Mau diusir kali, lo udah nggak layak jadi siswa sini,"
ejek Riko.
x
Tidak punya teman dan selalu dimanfaatkan. Dua hal itu
sudah Ayu jalani selama dia bersekolah di SMK Bina
Bangsa. Berharap waktu cepat berlalu dan dia bisa
segera meninggalkan sekolah ini. Mungkin saja dia
pindah agar tidak lagi dapat perundungan, tapi Ayu tidak
ingin memberatkan orangtua. Pindah sekolah artinya
perlu biaya, sedangkan dia diterima di sekolah itu karena
beasiswa. Ada rasa sesal karena dia tidak memilih
sekolah negeri.
xi
Cupu
"Taruhannya berapa?" teriak Aan diantara gerungan
motor.
"Yakin?"
"yakinlah."
xii
"Kita pikirkan nanti."
Brak.
xiii
"Pak, tolong buka dong. Saya nggak telat, tas saya sudah
di dalam. Cuma beli ini untuk teman saya," bujuk Ayu
pada penjaga gerbang sekolah.
Bruk.
Pritttt
"Kalian ini cocok jadi atlet lompat jauh, ayo ikut Bapak.
Kita buktikan kalian lulus seleksi atlet atau pecundang."
xiv
salah satu kursi menunggupengarahan dan sanksi yang
harus diterima.
xv
Akhirnya semua siswa yang berada dalam ruangan itu
mendapatkan sanksi. Ayu kebagian mengepel UKS.
Sanksi itu tidak berlaku pada Aan dan Riko, kedua orang
ini sudah meninggalkan tugas tambahan yang diberikan
untuknya. Bukan ke kelas, mereka menuju taman
belakang sekolah."Hahhh." Aan merebahkan tubuhnya di
atas kursi taman.
xvi
Riko menghampiri Mona dan melirik Ayu.
"Ada apa sih?" tanya Aan sambil menatap Ayu dari
rambut sampai kaki.
Jati dan kanta pun mencari tahu siswa bernama Ayu dan
mengajak Aan menemui gadis itu sepulang sekolah.
xvii
Jati dan Kanta saling tatap, mereka sudah bertemu Ayu
dan ragu menyampaikan pada Aan.
"Hahh, di bully?"
xviii
Mana Mungkin Jatuh Cinta
"Biar aku aja Bu." Ayu mengambil alih sapu dari tangan
ibunya.
xix
bekerja, tidak ingin lagi melihat Ibunya berjualan agar
bisamakan.
"Iya Den."
xx
"Sayang, kamu sudah pulang?" tanya Anggi -- Mami
Aan.
Aan.
xxi
salah di sini, karena Aan bukan hanya butuh uang. Ada
yang hilang dari kebersamaan mereka membuat karakter
Aan begitu kua, dia tumbuh dan terbentuk dengan
sendirinya tanpa figur orang tua utuh dan keharmonisan
keluarga. 3
"Anter gue ketemu Ayu," titah Aan pada Jati dan Kanta.
"Aan!"
xxii
penampilan Aan bukan kaleng-kaleng. Tubuhnya tinggi
rahangnya tegas dan wajah tampan ala-ala badboy.
"Tapi aku bisa kasih apa yang Kak Aan mau loh."
"Ada di dalam."
"Dia yang namanya Ayu, yang lake kaca mata," ujar Jati
pelan.
xxiii
"Gue bilang kerjakan juga yang fisika, lo budek apa
gimana sih?" Mona melemparkan bukunya ke wajah
Ayu.
"Lo siapa sih? Kok bisa ada di sekolah ini?" tanya Aan
pada Ayu.Ayu tidak paham maksud pertanyaan Aan, dia
malah duduk dan mulai mengerjakan tugas Fisika milik
Mona.
Brak
xxiv
Ayu mengangguk.
xxv
"Nggak, nggak mungkin. Gue nggak akan jatuh cinta
sama perempuan tampang cupu kayak si Ayu," ucap Aan
dengan penuh keyakinan dan jumawa.
xxvi
Rencana
Aan tidak tertarik dengan Ayu. Alif yang wajahnya
blasteran dengan body aduhai saja, hanya dia
manfaatkan untuk taruhan. Nah ini Ayu. Nggak ada yang
enak dilihat di mata Aan dari seorang Ayu. Kacamata
yang membingkai wajahnya dan rambut dikuncir ekor
kuda, mirip dengan tokoh telenovela hanya kurang behel
gigi saja.
xxvii
menemuinya. Siswa populer dengan banyak masalah dan
kasus, tapi digandrungi oleh banyak perempuan.
Tak.
xxviii
untuk sekedar kumpul dantidak jarang mereka menginap
di sana.
sampahnya."
xxix
"Maksud lo, bro?" Jati berteriak karena tidak sabar
dengan jawaban usulan Kanta yang mungkin hanya
dirinya sendiri yang mengerti akan maksudnya.
xxx
"Bukan gitu. Kita buat Ayu punya hutang dengan Aan
tapi bukan dengan cara Aan jualan. Lo dengar 'kan Ayu
masuk sekolah kita karena jalur beasiswa?"
"Nah, cara buat dia punya hutang ke gue itu apa?" tanya
Aan frustasi, karena dua temannya memberikan ide yang
tidak lengkap.
xxxi
Rencana Berhasil
Aan menyerah kunci motornya pada Jati dan Kanta.
"Hati-hati, mahal tuh. Jangan sampai rusak beneran,"
ujar Aan.
xxxii
Ketika Ayu semakin dekat, Kanta sudah bersembunyi di
balik tembok pembatas parkiran. Tepat saat Ayulewat,
Kanta melemparkan mainan ular karet ke arah gadis itu.
Krak.
"lya, tapi lihat nih ...." tunjuk Jati pada motor Aan.Aan
dan Kanta kemudian muncul dan keduanya berlagak
terkejut.
xxxiii
tanah. Isinya sudah pasti berantakan. "Ck, lo lagi," cetus
Aan.
"Ya jelas mahal dong, barang milik Aan nggak ada yang
murahan," ujar Aan sambil menepuk dadanya.
xxxiv
"Emang zaman nenek moyang kita sudah ada motor
beginian," canda Jati yang langsung mendapat tendangan
dari Aan.
xxxv
"Nggak usah kegeeran, jangan mikir kalau gue mau
nyium lo. Karena lo nggak bisa ganti rugi, lo harus bayar
dengan cara lain," tutur Aan.
xxxvi
Perintah
"Ah lama banget sih. Kemana itu cewek cupu."
xxxvii
"Bangk3, nggak gitu juga. Lo pikir gue ikan asin tanpa
formalin pake dilalerin," sahut Aan lalu menggerakan
jarinya sebagai perintah agar Ayu mendekat.
"Lo harus ketemu gua juga sebuah tugas dan gue nggak
main-main," pekik Aan.
murka.
xxxviii
Aan menggeser posisi duduknya lalu mengambil dompet
dari kantong celana dan mengeluarkan beberapa lembar
uang merah dan meletakan di depan Ayu. "Kalau sudah
habis lo ngomong lagi sama gue, karena gue mau
makanan yang layak."
"Ngerti nggak?"
"Halah, banyak bac0t loh," pekik Aan lagi dan saat ini
sudah bersiap meninggalkan kantin.
xxxix
"Tapi itu memang kenyataannya dan juga aku harus
sampai kapan mengerjakan apa yang kamu
perintahkan?" Ayu bertanya dengan suara lirih, takut jika
Aan emosi dan kembali menggelegar.
xl
Terjebak
"Udah? Ayo," ajak Kanta ketika melihat Jati.
"Angker, gimana?"
xli
kertas dari buku tulisnya. Duduk bersandar pada dinding
toilet, berharap ada yang datang dan mengecek kondisi
di dalam.
"Mau nggak?"
xlii
"Nggak, gue off dulu balap liar bareng kalian. kekalahan
kemarin aja belum gue tuntasin," jawab Aan menolak
permintaan Riko.
"Halah, lemah."
xliii
"Jati nggak ngot4k amat sih, kenapa nggak dia cek dari
tadi." Aan kembali menaiki motornya untuk
kembali ke sekolah.
"Terkunci di mana?"
xliv
"Heh, maksudnya gimana? Gue udah di sekolah nih,"
seru Aan ketika menghubungi Jati.
"Nggak."
"Ayu, lo di dalam?"
xlv
"lya, tolong aku."
"Ayu ...."
xlvi
Superhero
"Emang lo nggak bisa teriak?" tanya Aan saat keduanya
sudah berdiri dekat motor miliknya.
Aan tidak habis pikir kalau dia tidak datang, apa Ayu
akan tidur di toilet itu dan tidak makan. Bagaimana
kondisinya sampai besok ketika ditemukan, tapi untuk
apa juga dia memikirkan hal itu. Bukannya Aan sedang
memanfaatkan kedekatan agar Ayu menyukainya dan
momen ini tentu saja akan membekas dihati Ayu. Aan
akan dianggap sebagai superhero yang sudah
menyelamatkannya.Aan hampir saja tersenyum
membayangkan Ayu yang memeluk atau bahkan
menciumnya karena sudah menjadi pahlawan di
hidupnya. Namun, saat menatap wajah Ayu yang kusut
dan rambut berantakan bahkan kacamatanya... Aan
malah bergidik membayangkan dipeluk oleh gadis itu.
"Gimana naiknya?"
xlvii
"Pake cara normal orang naik motor aja, cupu. Lo nggak
pernah dibonceng motor?"
xlviii
"Di sini saja," pinta Ayu sambil menepuk bahu Aan agar
menepi. "Terima kasih," ujar Ayu sambil mengembalikan
jacket milik Aan.
xlix
"Memang ada yang dikurung di wc terus mati?" tanya
Ayu.
"Ini sekolah elite, ada banyak cctv kalau kalian lupa. Ada
yang melihat kelakuan kalian, walaupun aku sampai mati
di sana kalian tidak akan bisa bebas macam sekarang,"
tutur Ayu. Entah keberanian dari mana dia bisa
mengatakan hal itu.
nggak rela."
l
Gadis itu mengangguk kan kepalanya.
li
"Kalau aku berani, kamu juga nggak bisa memanfaatkan
aku ya," tutur Ayu lalu menutup mulutnya dengan kedua
tangan.
lii
Ulah Aan
Ayu menuju kantin di mana Aan sudah menunggunya.
Suasana kantin cukup ramai dan seperti biasa, Aan
menjadi pusat perhatian. Bahkan bukan satu dua siswi
yang mendekati dan menawarkan makanan.
liii
"Heh, tadi kelas gue ulangan fisika."
"Apa lo bilang?"
liv
tidak fokus dan dia yakin kalau Aan memang punya
kecerdasan di atas rata-rata. Jadi nilainya bukan karena
belajar bersama, tapi karena Aan memang termasuk
siswa pintar.
"Aku nggak bisa."
lv
"Jadi, kita belajar di mana? Aku nggak mau ke rumah
kamu lagi," gumam Ayu.
lvi
"Hemm. Aku cari-cari tahunya di sini," ujar Ayu.
lvii
"Jadi belajarnya? Kalau nggak aku mau pulang."
"Buka apa?"
lviii
"Ngerti nggak?" tanya Ayu kemudian menoleh dan
wajah Aan ternyata begitu dekat. Bahkan hembusan
nafas pria itu terasa di pipi Ayu.
lix
Nanti Jatuh Cinta
Hari ini ada kegiatan outbond menjelang rangkaian
kegiatan ujian. Ayu pun ikut serta, bahkan gadis itu
menikmati perjalanan dan menganggap kegiatan tersebut
sebagai healing untuk dirinya. Peserta kegiatan adalah
seluruh siswa kelas dua belas SMK Bina Bangsa.
"Karena Aan, tau deh ada masalah apa dia sama Aan,"
jawab Mona.
lx
Mona terkekeh mendengar pertanyaan yang menurutnya
sangat tidak mungkin.
lxi
"Itu Ayu," pekik Jati.
"Diam, gue udah pegang lo," ujar Aan pada Ayu yang
kedua kakinya terus menendang dalam air agar bisa
mengapung.
"Ada apa ini?" tanya salah satu guru yang baru datang.
lxii
terlihat beda, gadis itu sebenarnya cantik dan Aan
menyadari itu.
Bug.
"Ayu, buka!"
lxiii
"Ck, apaan sih." Aan malah mendorong pintu lebih lebar
lalu membuka tasnya dan menyerahkan kaos serta celana
training miliknya. "Pake ini, terus lapisin pake jaket
gue."
"Kenapa lo?"
lxiv
"Nggak ada, aku kepleset terus jatuh," jawab Ayu.
"Udah jujur aja, biar Aan yang kasih peringatan sama itu
orang. Ini masalah nyawa, gimana kalau tadi lo lewat?"
tutur Kanta.
lxv
"Huhhhh." Aan disambut dengan sorakan.
lxvi
"Jangan kelamaan lihatin gue, nanti lo jatuh cinta," seru
Aan dengan mata terpejam.
lxvii
Tanda ~ Tanda
"Woy cupu, bangun!"
"Hm."
lxviii
Saat menunggu Aan, Mona lewat dan menatap Ayu
dengan kesal. Ayu tidak peduli, sepertinya dia harus
mulai berani dan melawan ketika dirundung. Namun, dia
belum memiliki keberanian itu.
"Naik!"
lxix
"Gue kira lo ikut di jeruji," ejek Riko.
lxx
"Sebagai sanksi atas kelalaian kalian, silahkan bersihkan
auditorium dan lapangan."
"Kantin Pak."
lxxi
dekat pria itu. Padahal sebelumnya dia sering kesal
dengan pria itu karena selalu memanfaatkannya.
"Kamu...."
"Maksudnya?"
"Jadi yang panggil aku ke sini bukan guru piket tapi Aan
dan aku harus gantikan dia," gumam Ayu.
lxxii
"Yang bersih ya!" teriak Aan.
"Ngaco kamu."
lxxiii
gadis itu, tapi menyentuh kening dan menghapus
keringat Ayu.
lxxiv
Hubungan Yang Sah
Kejadian semalam begitu berkesan bagi Ayu. Belum
pernah ada teman sedekat itu dengannya, apalagi seorang
pria. Rasa benci yang duu ada perlahan berubah menjadi
debaran cinta. Ayu merasakan dunianya sudah berbeda,
lebih berwarna dan berkesan.
lxxv
kaca mata dan rambut panjang terurai terlihat cantik
alami.
"Aan ....."
lxxvi
Ayu membuatkan teh manis hangat untuk Aan dan
meletakan di atas meja. Keduanya duduk berhadapan.
"Aan ...."
lxxvii
mungkin saja menyukai ulahnya tadi melanjutkan
kembali aksinya. Kali ini bukan hanya sekilas, tapi Aan
meraup bibir Ayu dan menahan tengkuk gadis itu. Ayu
awalnya hanya diam, perlahan dia merespon dan
membuka pelan bibirnya membuat Aan kembali
menjelajah. Pertukaran saliva dengan situasi yang
mendukung membuat Aan bebas melakukan aksinya.
lxxviii
Ternyata tetangga Ayu yang heran ada motor mewah
rumah si depan rumah tersebut, penasaran dan berusaha
melihat siapa yang datang. Bertepatan dengan ulah Aan
yang sedang berpagut ria bersama Ayu.
lxxix
Ayu tidak menjawab, malah terisak.
"Ayu!"
"Maaf Bu."
lxxx
Dengan dibimbing oleh pemuka Agama, Aan berhasil
melakukan ijab qabul. Pernikahan dadakan, bahkan
mahar yang Aan berikan hanya beberapa lembar uang.
"Ibu kecewa dengan kamu, tapi Ibu bisa apa kalau sudah
begini."
lxxxi
Ada Aku
Beberapa hari ini sikap Aan tidak jelas dan menyebalkan,
tepatnya setelah dia dan Ayu harus menikah. Malam itu
Aan meninggalkan rumah Ayu dengan alasan akan
membicarakan dengan keluarga. Tentu saja hal itu hanya
alasan, bahkan dia tidak menghubungi Ayu setelahnya.
lxxxii
"Hah. Nggak ada ke mana?"
"Mana gue tahu, lo yang dekat sama Ayu. Yang jelas dia
nggak sekolah, katanya udah beberapa hari gitu."
"Nak Aan."
lxxxiii
"Tahu apa Pak?"
lxxxiv
"Ayu," panggil Aan. Ternyata gadis itu sedang berbaring
miring memunggungi pintu. Entah sadar atau tidak akan
kehadiran Aan yang sejak tadi mengganggilnya.
"Al...."
lxxxv
"Kamu bisa talak aku lalu kembali ke hidupmu.
Pernikahan kita hanya pernikahan siri, aku tidak akan
bisa menuntut apapun," tutur Ayu.
"Yang buat aku semangat sekolah itu Ibu. Aku ingin bisa
kerja dan gantikan Ibu cari uang, tapi Ibu udah nggak
ada jadi untuk apa aku teruskan ini. Aku hanya perlu cari
uang untuk keperluan hidupku, nggak perlu sampai
tamat SMK. Lagi pula sekolah rasanya bagai neraka,
tidak ada yang ramah dan tulus.
"Al...."
lxxxvi
"Sabar Al, masih ada gue. Maaf, semua ini terjadi karena
gue."
"Ke rumah gue, kita udah suami dan istri. Hidup lo udah
jadi tanggung jawab gue."
lxxxvii
Tanggung Jawab
"Taksinya sudah datang, mana yang mau dibawa?" tanya
Aan sudah berdiri di tengah pintu kamar.
"Ya udah ini aja dulu, lo bisa sortir lagi nanti. Gue bakal
perpanjang sewa satu atau dua bulan ke depan deh," tutur
Aan. Ayu mengikuti pria itu berjalan membawa koper
dan tasnya, lalu dimasukan ke dalam bagasi taksi.
lxxxviii
Seorang wanita paruh baya tergopoh-gopoh
menghampiri Aan yang sudah duduk di sofa, tepat di
depan tv.
"Iya Den."
"Eh, kenalin dulu ini Ayu. Mulai hari ini dia tinggal di
sini, layani seperti kalian melayani gue."
lxxxix
Ayu pun kembali mengekor langkah suaminya. Berharap
ke depan hidupnya tidak terlalu sulit, mengingat sudah
tidak ada lagi keluarga. Dengan Aan dia masih belum
yakin, pria itu benar-benar bisa diandalkan.
xc
"Aan, buka pintunya!"
xci
"Mih, kalau ngomong jangan asal. Nyentuh juga belum,
gimana mau hamil."
xcii
"Biarin ajalah ...."
"Aan, ini bukan tentang kamu lagi tapi juga hidup gadis
itu. Kalau Papi tidak setuju dan minta kalian pisah,
gimana? Kamu masih bisa hidup enak, tapi Ayu mau ke
mana. Kamu sendiri yang bilang, kalau dia sudah jadi
tanggung jawab kamu," tutur Anggi.
"lya."
xciii
tapi dia bisa apa karena sudah terjadi. Ada hal positif
yang bisa dia lihat dari putranya karena masalah dengan
Ayu, Aan lebih bertanggung jawab. Wanita itu berharap
dengan hadirnya Ayu, Aan bisa menjadi pribadi yang
lebih baik. Meskipun orang tuanya tidak bisa
memberikan contoh berumah tangga yang baik.
xciv
Pacar Gue
"Udah jangan sedih terus," ujar Aan.
xcv
Pria itu mengaduh sambil mengusap perutnya, "Sakit
Al."
Saat ini Ayu dan Aan sudah berada di meja makan. Jika
Aan menikmati sarapannya, berbeda dengan Ayu karena
ada Anggi di sana.
xcvi
Ayu pun berdiri dan menyalami Anggi. Tentu saja wanita
itu terkejut, putranya saja tidak pernah melakukan hal itu
tapi ini Ayu ... menantunya.
Saat ini jam istirahat dan trio gaje itu ada di tempat
biasa, pojok parkiran di mana ada deretan kursi tunggu
yang dimonopoli oleh ketiganya. Aan memang
menunggu Ayu membawakan makanan untuknya, tidak
akan menghentikan perintah itu agar Ayu tidak
dimanfaatkan oleh siswa lain.
xcvii
Jati dan Kanta tidak peduli dengan teriakan Aan dan
fokus pada makanan. Sedangkan Aan menepuk kursi di
sampingnya agar Ayu duduk.
xcviii
Bukan mendapat pertolongan, Ayu malah dicecar dengan
ejekan dan hinaan. Gadis itu malas berdebat dan
membalas perbuatan teman-temannya. Apalagi di depan
sudah ada beberapa dewan guru dan kepala sekolah.
xcix
"Siapa yang berisik?" tanya kepala sekolah terdengar di
pengeras suara. "Kamu atau saya yang berisik?"
"Denger tuh, Ayu pacar Aan," ujar Jati. "Eh, apaan pacar
lo?"
c
Riko yang ikut menyaksikan ulah Aan menunggu di luar
gedung sambil bersedekap, sedangkan Mona sudah
diusir karena dia ingin bicara dengan Aan.
ci
Janji Aan
"Apa? Menikah?" tanya Buana Rakabuming dengan
suara tegas.
"I-iya."
cii
"Mereka tidak mungkin salah paham, kalau kamu tidak
macam-macam. Papi tanya, kamu sedang apa waktu
warga datang?"
"Di rumah."
Brak.
ciii
Aan yang terlentang menatap langit-langit kamar dengan
kedua kaki masih menjuntai ke lantai, hanya menjawab
dengan berdehem.
"Lalu?"
"Hahh."
civ
"Yaelah, ini berkah tahu. Para penggemar gue ngarep
banget bisa lihat beginian, lo 'kan istri gue jadi wajar aja
lihat lebih dari ini."
"Apaan?"
"Ish, kamu dengar nggak sih apa yang aku bilang dari
tadi?"
"Dengarlah."
cv
"Lalu?"
"Aku nggak tahu Al, mending kita temui Papi deh biar
nggak bertanya-tanya terus."
"Hm, duduklah!."
cvi
Ayu berdiri lalu memutari meja dan menghampiri Buana
yang mengernyitkan dahinya melihat gadis bernama Ayu
mendekat bahkan mengulurkan tangannya. Pria itu
menduga kalau Ayu ingin berjabat tangan, tapi setelah
tangannya terulur Ayu malah mencium punggung
tangannya. L
tanya Buana.
cvii
"Aku bukan serahkan semua ke kamu, tapi aku tanya
kamu sudah ada rencana atau belum?"
cviii
"Kamu cinta dengannya?" tanya Mami.Ayu menoleh ke
arah Aan, menunggu jawaban pria itu. Sedangkan Aan
yang menjadi pusat perhatian istri dan orangtuanya,
menggaruk kepala yang tidak gatal.
"Kalau kamu tidak cinta sama Ayu, talak dia lalu mami
akan urus tempat tinggal dan kuliahnya tapi kamu jangan
pernah ganggu dia lagi."
"Ck, nggak ada ya. Aku nggak akan talak Ayu. setelah
kami lulus aku ingin pernikahan kami didaftarkan secara
resmi."
"Gua serius...Ayu."
cix
Pernyataan Cinta Ayu
Sudah lebih dari satu minggu Ayu tinggal bersama Aan,
dan Anggi selalu bertindak seakan satpam di antara putra
dan menantunya. Selama itu pula Aan hanya bisa gigit
jari karena Ayu tidur di kamar terpisah.
"Hah, di bawah?"
cx
"Sudah sana ke kamar kamu, tunggu sampai beres ujian.
Nggak sabar banget sih," keluh Anggi sambil mendorong
pelan punggung Aan agar menjauh.
[Ayu]
cxi
"Janganlah, Ayu udah di tangan gue. Lo nggak tahu
kalau dia tuh udah menunjukan kalau dia suka, artinya
gue udah lakuin tantangan dari lo."
"dan gue lihat lo juga suka sama Ayu," cetus Riko. "Ya
udahlah, malam ini kita rayakan kalau lo hampir
menang," usul Riko.
cxii
termasuk juga motornya, Aan menghubungi Ayu dan
Maminya tapi tidak ada jawaban. Sepertinya para wanita
itu sudah tidur dan tidak menyadari panggilan telepon
dari Aan.
"Kecelakaan?"
"Aan bilang nggak ada luka parah, kita lihat nanti deh."
cxiii
sekarang. Terdengar deru mobil, sepertinya Aan sudah
tiba. Pria itu masuk dipapah oleh supir Mami Anggi.
bersedekap.
cxiv
"Al pelan-pelan," rengek Aan ketika Ayu membersihkan
luka dan mengoleskan obat.
cxv
"Kamu nggak ngerti, aku tuh sayang sama kamu dan ...."
cxvi
Baby Twin
"Maksudnya kembar, Dok?" Aan memastikan apa yang
dia dengar.
cxvii
"Ini tali pusatnya Pak, air ketubannya juga bagus.
Perkembangan berat dan panjang untuk bayi kembar bisa
dikatakan ini normal ya," jelas dokter masih dengan alat
yang ditempelkan pada bagian bawah perut Ayu.
cxviii
"Owh itu," sahut dokter sambil tersenyum, mungkin
pertanyaan biasa yang ditanyakan oleh pasangan yang
menunggu kelahiran anak mereka.
cxix
Ayu memeluk lengan Aan sepanjang berjalan di koridor
rumah sakit menuju parkiran. Sesekali dia tersenyum
karena Aan berbisik menggodanya.
"Eh, Al. Kalau setiap hamil kita dapat anak kembar, tiga
kali kamu hamil dan melahirkan... jumlahnya sudah
enam. Efektif juga ya, kalau kembar terus," tutur Aan
dan langsung mendapat cubitkan di pinggang dari
istrinya.
cxx
Sampai di rumah, kebetulan ada Anggi yang tidak
beraktivitas. Karena tahu Ayu dan Aan pergi untuk
memeriksakan kehamilan Ayu, tentu saja disambut
dengan antusias.
"Mih, kami akan kasih Mami dan Papi dua cucu. Yes yes
yes," seru Aan sambil menarik kepalan tangannya
layaknya ekspresi orang yang sedang mendapatkan atau
memenangkan sesuatu.
"Beneran Al?"
cxxi
"Nanti aku bawakan, sekarang kamu ke kamar. ganti
baju dan rebahan-rebahan cantik."
"Aan, Ih!"
"Hm."
cxxii
Ada beberapa pesan masuk, salah satunya dari Riko.
Menginformasikan kalau geng motor di mana mereka
masih aktif sebagai anggota, ditantang geng lain untuk
balap liar.
cxxiii
Geng Motor
Aan menghentikan mobilnya setelah parkir dengan rapi,
sempat heran ketika melihat ada mobil asing berada di
carport kediaman orang tuanya.
"Hm."
cxxiv
"Eh kalian sudah datang?" tanya Anggi. "Si kembar lagi
tidur, ada Sus Mela yang jaga. Kamu bebersih dulu ya
sebelum ketemu mereka," titah Anggi pada Ayu.
"Iya ...."
cxxv
"Nggak bisa gitu Pih, aku tahu dia ke sini Cuma mau
morotin papi sama kayak...."
cxxvi
Anggi beranjak dari duduknya, "Pih, cepat usir dia. Aku
nggak mau kita bertengkar atau hubungan keluarga ini
renggang karena kehadiran dia."
"Ibumu. Pulanglah!"
"Ish, nyebelin."
cxxvii
menghempaskan tubuhnya di sofa.
"Iya."
"Belum pulang juga lo? Nggak tahu malu juga ya," ejek
Aan.
"Sana cari Ayah kandung lo, Buana itu Papi gue," teriak
Aan. "Papi dan Mami udah bahagia, jangan ganggu
lagi."
cxxviii
Perdebatan itu berakhir ketika Ayu turun menggendong
Cipta.
cxxix
sibuk dengan kekasihnya. Tanpa sadar kalau mereka
hanya dimanfaatkan. Bahkan ketika kembali rujuk,
Buana masih saja diganggu dengan kehadiran Aida -
anak sambungnya.
"Hm. Papi hanya ingin hidup kita tidak ada masalah dan
aman-aman saja. Sudah ada orang yang akan urus
masalah ini. Kamu fokus saja dengan kuliah dan
keluarga kecilmu. Perusahaan dan asset Papi yang lain
akan tetap menjadi milik kamu sepenuhnya," tutur
Buana. Sukses dan hanya memiliki anak kandung satu-
satunya yang akan meneruskan apa yang dia milik.
cxxx
"Lo mau ejek gue sampai bibir bengkak juga terserah
aja. Sudah cukup kita main-main, sekarang waktunya
mikirin masa depan."
"Cemen lo!"
cxxxi
"Sudahlah, Aan urusan gue. Bukan Cuma masalah
keluarga Aan alasan lo pindah gabung dengan kita, tapi
gue 'kan?"
"Tunggu!"
cxxxii
"Bukan ceweknya, tapi istri. Aan sudah menikah," jelas
salah satu anggota Bandits.
"Riko."
"Aida."
cxxxiii
"Apa masih ada yang mau nerima gue?"
Babak Belur
cxxxiv
Aan mendekat lalu mengusap kepala istrinya, juga
mengusap pelan pipi Ayu.
cxxxv
"Apa Riko buat masalah lagi?" tanya Ibra.
Bugh.
cxxxvi
Aan mencengkram kerah kemeja Riko lalu melayangkan
kepalan tangan ke wajah pria itu.
cxxxvii
wanita paling berharga di hidup gue yaitu Mami dan
Ayu, lo udah mengusik hidup gue dengan mencelakai
Ayu. Dengan mudahnya bacot lo minta gue cari lagi?
Udah nggak waras lo ya," tutur Aan sambil berteriak.
"Yaelah."
cxxxviii
Ayu hanya menggangguk. Kalau tadi ia takut jika Aan
terluka, ternyata untuk urusan berkelahi Aan memang
jago. Bukan hanya juara di arena balap, benar-benar
berandalan. Kali ini Ayu khawatir kalau Riko akan
menuntut Aan karena penganiayaan.
cxxxix
Mona hanya mengedikkan bahunya dan melayangkan
pandangan ke arah lain.
"Hm, pria itu bukan hanya berulah sama kamu tapi juga
Ayu."
cxl
"Loh kok pulang?"
cxli
Gue Pasti Menang
cxlii
"Ibra!" teriak Mona sambil terus mengetuk pintu
apartemen pria itu. bel sudah berkali-kali di tekan. Entah
karena menghindar atau memang benar tertidur, tapi
bukan itu yang menjadi masalah. Kabar dari Riko kalau
mereka akan bertanding malam ini membuat Mona
gusar.
Untuk apa?
"Kamu yakin?"
cxliii
Cecar Doni membuat Ibra berdecak sambil
memperhatikan motor yang akan digunakan nanti
malam. Setelah menggerungkan mesin motor dan
mencobanya ke jalan, Ibra memilih motor tersebut.
"Kenapa lagi?"
cxliv
"Macan nelpon terus, padahal gue udah bilang mau tidur
biar dia nggak curiga."
cxlv
Ada motor menghampiri Ibra dan Doni, bahkan dengan
sengaja menggerungkan knalpotnya. Tentu saja itu
kelakuan Riko, yang kemudian melepas helm.
cxlvi
yang selalu mengeluskan kepalanya dan menjilat kaki
gue," seru Riko lalu meninggalkan Ibra dan Doni menuju
garis start pertandingan.
"Ibra!"
Bugh.
"Mon."
cxlvii
"Lo yang denger! Mau siapapun yang menang diantara
kalian, hidup gue milik gue sendiri. Kayaknya gue nggak
bisa lanjut sama ...."
"Lo nggak ngerti perasaan gue. Gue nggak mau lagi jadi
pelampiasan...."
cxlviii
"Vitamin apa?" tanya Mona heran.
cxlix
Mona yang sedang mematut wajahnya di cermin pun
tersipu. Hari ini akan menjadi hari bersejarah untuknya
juga Ibra, dimana akan diselenggarakan pernikahan
mereka. Ijab qabul akan diadakan di kediaman orangtua
Mona, sedangkan resepsi digelar sore sampai malam di
salah satu hotel berbintang.
cl
"Iya Mah, nanti aku bicarakan dengan Ibra."
"Rileks aja bro, kalau tegang mah nanti malam aja," ujar
Aan pada Ibra.
cli
Pria itu menelan saliva melihat Mona yang tampak
berbeda dengan polesan make up dan kebaya putih serta
aksesoris di kepalanya. Terdengar deham dari belakang
membuat Ibra tersadar karena sejak tadi hanya menatap
sang pujaan hatinya.
clii
"Hebat bisa menaklukan bokapnya Mona," ujar Aan.
cliii
gendongannya, sedangkan Catra ada bersama Sus Mela.
cliv
pamit pulang.
"Iya mah."
"Sayang."
"Nyicip apa?"
clv
"Mama bilang kita harus berangkat sekarang." Mona
berucap karena situasinya sungguh canggung.
"Iya deh, tapi beres resepsi aku bebas ngapain aja ya."
clvi
dipanggilkan dokter keluarga karena wajah Mona masih
pucat dan terlihat lemah.
clvii
"Kenapa sayang?"
clviii
"Istirahat atau istirahat," ejek salah satu kerabat Ibra.
"Santai aja bro, istri lo katanya habis sakit."
clix
"Kayaknya udah lelah banget, sabar ya sayang."
"Resletingnya."
clx
"Su-dah belum?"
Brak.
"I-iya."
clxi
Mona melangkah ragu-ragu, Ibra bahkan menarik
tangannya agar tubuhnya mendekat. Pasangan itu sudah
saling menatap dengan posisi Ibra duduk dan Mona
berdiri.
"Masih lemas?"
"Pusing?"
"Buka apa?"
clxii
Saat tangan Ibra menyentuh bagian depan tubuh Mona,
wanita itu sempat menghela karena gugup.
"Kamu gugup?"
"Ibra ...."
clxiii
"Hm."
Bagaimana Denganmu?
Ibra duduk bersandar pada sofa dengan tangan masih
memegang kaleng soda. Tatapannya masih mengarah
pada Mona yang masih terlelap dengan posisi miring.
Rambut yang agak berantakan dan bahu yang terbuka
clxiv
karena tubuh itu hanya berbalut selimut, membuat Ibra
kembali merasakan gejolak.
clxv
"Aku haus babe. Olahraga kita semalam benar-benar
menguras tenaga sampai dehidrasi. Di kulkas hanya ada
soda."
"Cari apa?"
clxvi
"Baju. Kalau aku ke toilet nggak pakai baju, bisa
bahaya."
"Ibra ...."
clxvii
"Kemarilah, ini sarapanmu sudah datang," ujar Ibra
sambil menepuk sofa tepat di sampingnya. Mona
mengenakan dress di atas lutut tanpa lengan dan belahan
dada agak rendah, tentu saja membuat beberapa bagian
enak dilihat bagi Ibra. Sempat berpikir kapan dia
membeli dress tersebut.
clxviii
"Kita jadi ke Bandung?"
"Sayang, kemarilah!"
clxix
Mona mengenalkan diri lalu mencium tangan Ibu
mertuanya.
clxx
Ibra ditolak dengan alasan masih banyak kerabat di
daerah itu dibandingkan di Kalimantan.
clxxi
"Kita sudah berkali-kali melakukan itu, tapi kamu tidak
pakai... pengaman."
"Lalu?"
Duo Bumil
clxxii
Masa libur kuliah Mona sudah selesai, hubungan mereka
terlihat semakin mesra. Papa dan Mama Mona semakin
tenang ketika harus mengurus usaha mereka ke luar kota,
karena ada Ibra yang dipastikan bisa menjaga Mona.
"Mon."
clxxiii
"Mona, lo dengar gue?"
"Terserah."
clxxiv
"Sayang," panggil Mona membuat Ibra menoleh.
"Kamu kenapa?"
clxxv
Hari-hari berlalu, pernikahan Aan dan Ayu juga Ibra dan
Mona terlihat semakin harmonis. Para pria itu bucin dan
mesra dengan caranya masing-masing. Kuliah Aan, Ayu
dan Mona sudah berada di semester akhir dan sedang
dalam proses skripsi.
clxxvi
Ayu berdecak, dia paham betul maksud vitamin yang
dikatakan oleh suaminya. Tubuhnya benar-benar tidak
bisa diajak kompromi, Ayu pun menolak maksud Aan.
"Kenapa?"
"Kayaknya kita belum ada libur main ya, kalau tidak
salah period aku seharusnya ... minggu lalu." Ayu
membuka aplikasi kalender dan mengingat kembali
kapan dia datang bulan.
clxxvii
"Aan, kayaknya aku telat."
clxxviii
Ayu terdiam, apa yang dikatakan Aan memang benar.
Kenapa harus dia berpikir yang aneh-aneh. Bukankah
kehamilan adalah rezeki juga.
clxxix
Ibra mengusap perut Mona yang mulai membuncit.
Tubuh Mona semakin terlihat berisi semenjak hamil,
tentu saja membuat Ibra semakin mencintainya.
Ditambah Mona terlihat semakin menggemaskan.
Berandal Insyaf
"Pelan-pelan." Ibra membuka pintu mobil dan
mempersilahkan Mona keluar. Jadwal kuliah Mona
clxxx
sudah tidak padat hanya ada dua mata kuliah di tambah
skripsi.
clxxxi
Aan menganggukan kepalanya sambil menepuk dada.
"Aan gitu loh."
"Eh, udah?"
"Hm."
clxxxii
"Nggak, gue naik taksi."
clxxxiii
"Wah, jagoan Ayah." bukannya memeluk salah satu atau
meraih ke dalam gendongan, Aan malah menghindar dan
berlari membuat Candra dan Catra berteriak
mengejarnya. "kita berenang yuk!" ajak Aan dan si
kembar melonjak kegirangan.
"Loh, kebangun?"
clxxxiv
"Istirahatlah, dokter bilang ini hanya keluhan awal
kehamilan. Nanti kalau sudah enakan, aku bantu
selesaikan skripsimu. Tidak usah jadi pikiran," ujar Aan
sambil mengusap kepala istrinya.
"Ada aku, ada Mami dan Papi dan para pengasuh kalau
kami merasa kesulitan untuk menjaga mereka. Tidak ada
orangtua yang siap menjadi orangtua, semua butuh
proses dan yang terpenting dijalani bukan dipikirkan.
Paham sayang!"
clxxxv
"Semakin ke sini kamu semakin bijak."
clxxxvi
"Lo udah sidang 'kan?" tanya Mona pada Aan.
"Aida."
clxxxvii
"Gimana hasilnya, lo lulus?"
clxxxviii
"Hm, gue minta maaf pernah buat lo dan Ayu kesal."
NOVELTOON
clxxxix
"Mana mungkin nggak lulus, aku dikelilingi oleh support
system yang luar biasa. Ada istri yang solehah dan kedua
bocah ini."Ayu tersenyum lalu balas memeluk Aan.
"Lalu apa setelah ini? Mau lanjut kuliah atau ..."
"Iya, kesel aja. Coba kalau ngga dapat acc, aku nggak
bisa sidang dan kita tidak wisuda bareng."
cxc
melatih dirinya berbicara dengan Aan berlagak sebagai
dosen penguji.
harus dikonsumsi.
cxci
"Aan, kamu bantu Ayu siap-siap deh. Biar anak-anak
sama Mami dan Sus Mela," titah Anggi.
cxcii
"Aku bisa sendiri," ujar Ayu tapi diabaikan Aan yang
mencuri kesempatan mencium bibir wanita itu.
cxciii
karena semua anggota keluarga sedang bersiap
berangkat.
"Halah, mulut kamu itu ya. Ayu cantik juga untuk kamu,
pake ngeluh."
cxciv
Sampai di lokasi, Anggi, Sus Mela dan si kembar tidak
bisa masuk ke ballroom karena tidak diperkenankan
untuk anak kecil. Sudah memesan private room untuk
mereka menunggu acara selesai. Hanya Buana, keluarga
yang hadir untuk Aan dan Ayu.
cxcv
Aan berada di tengah kedua wanita hamil, ada Ayu dan
Mona. Ibra pun beberapa kali mengambil gambar
mereka.
cxcvi
orang itu memang berteman sejak SMK, jadi wajar kalau
mereka ingin mengabadikan momen yang tidak mungkin
akan terulang.
cxcvii
sedang bersama para pria, mengawasi anak pertamanya.
Sedangkan Aan menggendong Citra, putrinya yang
belum genap berusia dua tahun dan mengantuk dalam
pelukan Ayahnya.
TAMAT
cxcviii
Haiii, akhirnya Cinta Sang Berandal tamat juga yess.
Terima kasih sudah mengikuti sampai akhir dan selalu
memberikan jejak cinta. Jangan lupa mampir ke karya
aku yang baru. Sehat-sehat untuk kita semua, peluk
online untuk kalian.
cxcix