Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM TEST CPM DAN NST

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asesmen 1: Observasi dan Wawancara
Dosen Pengampu: Patria Jati Kusuma, M.Psi., Psikolog

Disusun oleh:
Putri Indah Widiasih
223080118
III C

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2023/2024
F. Teori dan Peraturan Pemerintah
Saat ini salah satu indikator kemajuan suatu negara dapat dilihat dengan
mengukur kualitas lembaga pendidikan yang tumbuh di negara tersebut baik dari segi
pengajaran, fasilitas maupun prestasi pendidik dan anak didik. Kualitas pendidikan
tersebut tentunya tidak datang begitu saja, hal itu dapat terwujud karena adanya
upaya sekolah dalam mempersiapkan anak didiknya, seperti denganmelakukan
pengukuran terhadap kesiapan anak masuk sekolah dasar.
Kesiapan sekolah adalah kualitas dan keterampilan yang dimiliki anak
sehingga mampu melakukan penyesuaian diri terhadap kegiatan-kegiatan di sekolah
(Sulistyaningsih 2005). Janus dan Offord (2007) menjelaskan bahwa kesiapan
sekolah merupakan kemampuan anak untuk memenuhi tuntutan tugas sekolah.
Menurut Lewitt dan Baker (seperti dikutip dalam Santrock, 2011) kesiapan sekolah
adalah tingkat perkembangan dimana seseorang akan siap untuk belajar. Konsep
kesiapan sekolah ini melibatkan kesiapan anak untuk belajar yang melibatkan
kesiapan kognitif maupun kesiapan untuk menjalankan tugas-tugas di kelas, yang
membutuhkan kesiapan fisik, motorik, sosial dan emosi. Anak yang memiliki
kesiapan sekolah akan mampu mengikuti transisi kegiatan dari rumah ke sekolah.
Maka kesiapan sekolah dapat kita pahami sebagai keterampilan yang telah dimiliki
anak untuk melaksanakan tugas-tugasnya secara akademik di sekolah dasar.
Kemampuan yang perlu dimiliki anak untuk masuk SD antara lain: a) Menguasai
kemampuan-kemampuan panca indera dan pemahaman bahasa yang baik, b)
Memiliki motivasi untuk belajar, c) Memiliki kematangan dalam bekerja, sehingga
dapat menyelesaikan tugas tugas dengan tuntas dan baik (Abidin dan Kusumawati
seperti dikutip dalam Mariyati, 2016). Anak-anak yang memiliki kesiapan sekolah
akan mencapai perkembangan belajar optimal di sekolah. Sebaliknya anak-anak yang
tidak memiliki kesiapan dapat mengalami kesulitan menyelesaikan tugas sekolah,
acuh tak acuh, menarik diri, mudah lelah, dan lain-lain.
Usia anak masuk SD menurut arahan Permendikbud nomor 1 tahun 2021,
anak-anak yang diharapkan mendaftar sebagai siswa kelas 1 Sekolah Dasar adalah
anak-anak yang berusia 7 tahun atau paling rendah 6 tahun saat mendaftar. Pada
kelompok usia ini karakteristik perkembangan yang diharapkan dicapai antara lain
ada peningkatan kemampuan motorik kasar, memiliki perkembangan kognitif sampai
tahap operasional konkrit, memiliki perkembangan bahasa yang baik ditandai dengan
penambahan kosakata yang dikuasai, mencapai perkembangan sosial emosi yang
makin baik. Anak bisa berpartisipasi dalam kegiatan sosial, memahami aturan sosial
dan membentuk konsep diri positif (Berk, 2012).
Tes yang dapat menghasilkan informasi mengenai kesiapan sekolah dasar
adalah NST (Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test). NST merupakan alat tes yang
digunakan untuk mengetahui kesiapan anak memasuki sekolah dasar, meliputi
kesiapan fisik dan kesiapan psikis. Tes kesiapan sekolah bersifat nonverbal dan dapat
disajikan secara individual atau klasikal dalam kelompok kecil. Selain dapat
memberikan informasi secara umum mengenai kesiapan sekolah anak, NST juga
memberikan informasi mengenai aspek-aspek kemampuan apa yang sudah atau
belum matang.
Tes NST akan mengungkapkan kesiapan anak untuk sekolah pada aspek
kognitif, sensori- motorik, sosial dan emosi. Tes ini terdiri dari 10 sub tes. Gambaran
sub tes yang diukur NST sebagai berikut: pengamatan bentuk dan daya membedakan,
motorik halus, pengertian kuantitas, ketajaman pengamatan, pengamatan kritis,
konsentrasi, daya ingat, pengertian objek dan penilaian situasi, memahami cerita dan
gambar orang. Berdasarkan hasil tes NST ada 3 kategori kesimpulan hasil tes yaitu
belum siap, ragu-ragu dan siap mengikuti pendidikan di sekolah dasar.dan memiliki
kemampuan akademik dan non akademik yang baik.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan anak untuk masuk sekolah
dasar menurut Kustimah (2007) ada 5 faktor yaitu kesehatan fisik, usia, tingkat
kecerdasan, stimulasi yang tepat serta motivasi. Lebih lanjut diperkuat oleh Papalia,
Old & Feldman (2010) menyebutkan 3 faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan
anak diantaranya adalah keturunan, lingkungan, kematangan tubuh dan otak. Hal ini
yang mendasari tujuan penelitian kali ini. Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan adanya hubungan antara inteligensi, usia dan jenis kelamin dengan
kesiapan masuk sekolah dasar pada periode anak pertengahan. Sedangkan jenis
kelamin dimana didasarkan akan fakta dilapangan tentang data siswa terbagi menjadi
dua besar berdasarkan jenis kelamin.
Inteligensi menurut Suharnan (2005) merupakan bagian dari proses kognitif
pada urutan yang lebih tinggi. Sedangkan dalam Kamus Psikologi (Husamah, 2015)
mengatakan inteligensi adalah kapasitas umum dari seseorang yang dapat dilihat
pada kesanggupan berpikir dalam mengatasi tuntutan kebutuhan-kebutuhan baru.
Lebih lanjut inteligensi menurut Sarwono, W. S., (2009) adalah kemampuan individu
untuk mengelola lebih jauh hal-hal yang sedang diamatinya. Ada 2 jenis kemampuan,
yakni bersifat umum dan khusus. inteligensi umum bukanlah gabungan atau
kumpulan dari kemampuan khusus, namun kemampuan umum dapat mendasari
kemampuan-kemampuan khusus. Kemampuan umum biasanya dinyatakan dalam IQ
(intelligence Quotient).
Weschsler (1975; Suharnan (2005)) inteligensi yang dimiliki oleh individu
sangat berkorelasi dengan perilaku individu, yang disebut dengan perilaku inteligen.
Ada empat karakteristik perilaku inteligen, diantaranya: 1) Menyadari tindakan-
tindakannya dan cara-cara yang ditempuh, 2) Selalu memiliki tujuan dalam
berperilaku, 3) Berfikir logis dan konsisten atau berfikir rasional, 4) Hasilnya dapat
memberikan manfaat atau berguna dan memiliki nilai. Menurut Fatimah (2008)
Tingkat IQ seseorang sangat mempengaruhi kemampuan kognitifnya. Semakin tinggi
nilai IQ seseorang semakin semakin tinggi pulah tingkat kemampuan kognitifnya
mengingat kematangan kognitif merupakan salah satu aspek kesiapan masuk sekolah
dasar.
Tinggi rendahnya IQ seorang dapat diukur dengan tes inteligensi. Tes IQ
untuk usia anak saat ini sangat banyak diantaranya; skala perkembangan bayi Bayley,
tes BINET, APPSI, WISC, CPM, dll. Dalam hal ini tes inleligensi yang dipakai
adalah tes CPM.
Raven Coloured Progresssive Matrices yang lebih populer dengan tes CPM.
Tes ini diperkenalkan pada tahun 1938 dan merupakan tes penalaran induktif non-
verbal yang dtimulannya berbentuk gambar (matriks 3x3) dengan tingkat kesulitan
yang semakin tinggi (Gregory, 2011). CPM merupakan salah satu tes inteligensi
untuk siswa yang masih menempuh pendidikan di sekolah dasar (5-11 tahun). Tes ini
merupakan tes non-verbal. CPM terdiri dari 36 matriks yang terdistribusi dalam tiga
kelompok, yakni; A, ab, B. Hasil uji reliabelitas CPM dengan menggunakan
Cronbach’s- alpha coefficient dari 1042 subyek penelitian (5-11 tahun) didapat
koefisien reliabilitas rxx=0,88, artinya alat tes tersebut masih dapat
diterima/digunakan untuk mengukur iteligensi anak usia 5-11 tahun (Kazem A. M.,
Al-zubiadi, A. S., Al-kharusi, H. A., Yousif, Y. H., Al-sarmi, A. M., Al-bulushi, S. S.,
Al-jamali, F.A., Al-mashhdany, S., Al-busaidi, O. B., Al-fori, S. M., Al-bahrani, W.
A., & Al-shammary, B.M., (2009)). Sedangkan menurut Raven, Courtt dan Raven
(1986: dalam Gregory, 2011) Reliabelitas tes CPM-warna berkisar 0,65 sampai
dengan 0,94 dimana pada kelompok usia muda memiliki reliabilitas lebih rendah.
Berdasarkan keseluruhan gambaran di atas tentang permasalahan kesulitan
adaptasi dan kurang siapnya anak mengikuti pembelajaran di sekolah maka
pelaksanaan asesmen tes kesiapan sekolah dipandang perlu untuk dilakukan.
Informasi kemampuan anak yang nanti disampaikan baik kepada guru maupun
orangtua diharapkan memberi peluang pendampingan yang tepat. Pelaporan atau
penyampaian hasil pengetesan merupakan tahap yang penting dalam layanan
asesmen psikologi.
Dalam permasalahan asesmen kesiapan sekolah di atas, hasil asesmen
kesiapan sekolah perlu disampaikan pada guru dan orang tua secara jelas dan mudah
dipahami sehingga dapat ditindaklanjuti dengan pendampingan yang tepat bagi anak.
Untuk membantu testee melaporkan hasil asesmen maka akan dikembangkan juga
sistem informasi pelaporan hasil tes psikologi. Sistem informasi ini nantinya dapat
dimanfaatkan setiap ada kebutuhan asesmen kesiapan sekolah yang menggunakan tes
NST dan CPM.
I. Lembar Observasi

Praktikum dilaksanakan pada hari Jumat, 24 November 2023 dimulai pukul


08.00 WIB. Testee berangkat sebelum pelaksanaan praktikum dimulai yaitu pukul
07.30 WIB testee sudah sampai di kampus. Testee datang dengan didampingi oleh
ayahnya. Testee datang mengenakan seragam olahraga dari TK ABA 1 berwarna
kuning dan hijau serta bersepatu putih hitam. Praktikum CPM dan NST di
laksanakan di Ruang Laboratorium Individual Gedung A3 Lantai 2 Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
Praktikum pertama testee melakukan tes CPM (Coloured Progressive
Matrice) terlebih dahulu. Praktikum dimulai dengan tester membuka salam lalu
memperkenalkan diri lalu mengajak ngobrol testee untuk menciptakan suasana yang
nyaman. Setelah dirasa testee sudah bisa diajak untuk fokus melakukan tes, tes CPM
dimulai. Testee menuliskan sendiri identitasya di lembar jawabnya dan menuliskan
sendiri hasil jawabannya. Testee memilih bolpoint dengan warna merah untuk
menulis. Saat mengerjakan tes CPM testee merasa senang karena berupa gambar-
gambar dengan warna yang beragam jadi testee tidak bosan. Testee sudah paham
ketika dijelaskan bagaimana cara mengerjakannya, bahkan saat testee mengerjakan
selalu bicara dan tersenyum saat mencari jawabannya. Tanpa diminta testee pun
menjawab dengan memberikan alasan mengapa dia memilih jawaban tersebut. Waktu
pengerjaan tes CPM tiap subtes dapat menjawab kurang dari 20 detik. Testee sudah
baik dalam mengerjakan tes CPM. Testee tidak mengeluh namun menikmati dalam
pengerjaan soal karena gambar dan warna yang berbeda-beda. Sampai pada akhir tes
CPM testee masih bersemangat dan menuliskan jawabannya sendiri sampai selesai.
Pelaksanaan praktikum yang selanjutnya adalah tes NST (Nijmeegse
Schoolbekwaamheids Test). Setelah mengerjakan tes CPM tester memberi jeda
istirahat sebentar sekitar -+ 3 menit untuk merilekskan kembali pikiran dan tangan
testee karena testee menuliskan jawabannya sendiri. Testee masih telihat bersemangat
dan antusias untuk melakukan tes yang selanjutnya. Tes CPM dimulai dengan tester
menjelaskan terlebih dahulu cara pengerjaannya. Testee memilih untuk menuliskan
sendiri hasil jawabannya. Sebelumnya testee memilih warna merah waktu
mengerjakan tes CPM dan memilih warna biru untuk menuliskan jawaban tes NST.
Pada gambar Tikus testee sudah dijelaskan petunjuk pengerjaannya lalu testee
mengikuti instruksi dengan sangat baik. Pada gambar bunga testee mampu
memahami dan menyebutkan gambar-gambar tersebut dengan sangat baik.
Selanjtnyaa testee merasa bosan dengan warna bollpoin yang digunakan lalu memilih
spidol warna kuning untuk mengerjakan tes selanjutnya. Pada subtes badut dan jam
weker teste sudah paham petunjuk pengerjaanya denga menyilang atau mewarnai
jawaban yang dianggap benar. Testee sudah sangat baik dalam mengerjakannya
bahkan testee juga menjelaskan alasan memilih jawaban tersebut. Pada subtes buku
testee mendengarkan instruksi dengan baik sehingga mampu mencari kekurangan
pada gambar dan mampu untuk melengkapi gambar dengan baik seperti contoh
gambarnya. Pada halaman lilin dan jamur testee masih mendengarkan instruksi
dengan baik dan mampu berhitung dengan baik sehingga jawabannya pun sudah
sangat tepat. Pada pertengahan tes NST dilakukan testee masih bersemangat tetapi
sedikit lelah untuk menuliskan jawabannya sehingga pada pertengahan tes kurang
fokus. tester mengajak testee mengobrol sebentar untuk membangun semangat testee
untuk bisa fokus kembali. Dilanjutkan pada halaman ikan testee merasa kesulitan
untuk mencari binatang yang tersembunyi. Testee membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk mengamati binatang-binatang yang tersembunyi pada gambar. Pada
halaman vas bunga testee mampu memahami petunjuk dan langsung
menggambarkan gambar yang kurang dengan menjelaskan alasannya. Pada halaman
boneka mendorong gerobak testee senang dan mampu untuk mencari gambar rumah
yang ada disetiap barisnya. Testee meminta kembali untuk mengganti warna spidol
yang digunakan. Pada halaman kunci testee masih ingat semua gambar yang ada
pada halaman sebelumnya. Selanjutnya pada gambar anggur dan sepeda testee
memahami instruksi, menjawab dengan tepat, dan mampu memberikan alasannya.
pada halaman televisi, saat tester menceritakan cerita testee sudah kurang fokus saat
mendengarkannya karena terganggu dengan testee yang lainnya karena sudah ada
yang selesai. Tester kemudian menceritakan kembali dengan suara yang lantang agar
testee bisa fokus mendengarkan jelas. Testee mampu memilih gambar yang sesuai
dengan cerita dengan cukup baik. Terakhir memasuki halaman kupu-kupu testee
diminta untuk menggambarkan orang, awalnya testee bingung cara menggambarkan
tetapi selanjutnya mampu untuk menggambarkan dengan menjelaskan bagian-bagian
yang digambarnya.
Setelah selesai tes NST, testee merasa senang karena sudah selesai dan
meminta untuk memakan snack yang sebelumnya sudah disediakan. Sampai akhir tes
testee menuliskan jawabannya sendiri dan tidak mengeluh karena tesnya banyak.
Testee mengucapkan terimakasih sebelum keluar ruangan dan tersenyum lebar. Lalu
testee bergabung dengan testee yang lain untuk berkenalan dan berfoto. Praktikum
memerlukan waktu sekitar -+ 30 menit. Praktikum diakhiri dengan sesi foto bersama.
J. Dokumentasi Praktikum

Referensi
Affandi, G. R., & Mariyati, L. I. (2018). Uji Validitas Bender-Gestalt Test dengan
Menggunakan Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test (NST) sebagai Kriteria
untuk Mendeteksi Kesiapan Anak Masuk Sekolah Dasar. Insa. J. Psikol. dan
Kesehat. Ment, 2(2), 84.
Astuti, R. S., Polina, A. M., Etikawati, A. I., & Suprawati, M. N. E. (2023).
ASESMEN KESIAPAN SEKOLAH SD DAN PEMBUATAN SISTEM
INFORMASI UNTUK PELAPORAN HASIL ASESMEN. Abdimas Altruis:
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 6(1), 90-96.
Janus, M. (2007). The Early Development Instrument: A tool for monitoring
children’s development and readiness for school. Early Child Development-
From Measurement to Action. A Priority for Growth and Equity, 141-155.
Susilarini, T. (2021). Deteksi dini kesiapan memasuki sekolah dasar melalui
nijmeegse schoolbekwaamheiid test (nst) dan children personal matrix test
(cpm)(studi deskriptif kuantitatif pada anak tk yang akan memasuki sekolah
dasar) di tk ar-rahmah, cilendek bogor barat. IKRA-ITH HUMANIORA:
Jurnal Sosial dan Humaniora, 5(1), 1-6.
Mariyati, L. I. (2019). Inteligensi Dan Kesiapan Anak Masuk Sekolah Dasar. Psyche:
Jurnal Psikologi, 1(1).

Anda mungkin juga menyukai