Anda di halaman 1dari 92

Pulau kestabilan

nuklir
artikel daftar Wikimedia

Dalam fisika nuklir, pulau kestabilan adalah sekumpulan isotop dari unsur superberat yang
diprediksi memiliki waktu paruh yang jauh lebih panjang daripada isotop-isotop superberat
yang telah diketahui. Menurut prediksi ini, isotop-isotop tersebut akan muncul sebagai "pulau"
di tabel nuklida, terpisah dari isotop-isotop stabil dan isotop radioaktif "primordial" yang
berumur panjang. Secara teori, kestabilan anggota pulau ini terjadi akibat efek "bilangan
ajaib" proton dan neutron yang menambah kestabilan inti atom. Jika berhasil ditemukan,
anggota-anggota pulau ini diprediksi berada di penghujung tabel periodik yang telah
diketahui, dengan jumlah neutron melebihi isotop-isotop yang telah ditemukan saat ini.

Diagram oleh Joint Institute for Nuclear Research Rusia menunjukkan waktu paruh inti-
inti atom superberat, baik sesuai pengamatan (diberi kotak) maupun prediksi (tanpa
kotak), ditampilkan berdasarkan jumlah proton dan neutron. Posisi pulau kestabilan
yang diperkirakan di sekitar Z = 112 ditandai lingkaran putih.[1][2]
Terdapat sejumlah prediksi mengenai lokasi persis pulau kestabilan ini, kebanyakan
menyebutkan wilayah di sekitar nomor atom (Z) 114 (kopernisium, Cn) dan 112 (flerovium, Fl)
dan jumlah neutron (N) sekitar 184 yang diprediksi memiliki kulit neutron penuh.[2] Model-
model prediksi ini memperkirakan bahwa kulit penuh yang terdapat dalam nuklida-nuklida
(inti atom) anggota pulau tersebut akan menambah kestabilan terhadap fisi (pembelahan)
maupun peluruhan alfa. Efek terbesar dari fenomena ini diperkirakan berada dekat Z = 114
dan N = 184, tetapi unsur-unsur di sekitarnya pun diperkirakan ikut memiliki kestabilan
tambahan. Selain itu, ada kemungkinan pulau-pulau kestabilan lain di sekitar nuklida lebih
berat lagi yang memiliki bilangan ajaib ganda (baik jumlah proton dan neutronnya sama
dengan bilangan ajaib). Menurut sebagian perkiraan, waktu paruh unsur-unsur dalam pulau
kestabilan berkisar dalam hitungan menit atau hari, tetapi ada juga perkiraan yang
memprediksi waktu paruh jutaan tahun.[3]

Walaupun model kulit nuklir yang memprediksi keberadaan bilangan ajaib sudah digagas
sejak tahun 1940-an, keberadaan inti atom superberat berumur panjang belum pernah
didemonstrasikan secara pasti. Seperti unsur-unsur superberat lainnya, nuklida-nuklida
anggota pulau kestabilan belum pernah ditemukan di alam, sehingga harus dibuat melalui
reaksi nuklir agar dapat dipelajari. Para ilmuwan masih belum menemukan cara melakukan
reaksi nuklir yang dapat menghasilkan anggota pulau kestabilan. Kemungkinan dibutuhkan
jenis reaksi baru agar dapat menyintesis inti-inti atom yang berada di tengah pulau ini.
Belakangan ini, telah terjadi sintesis unsur-unsur superberat hingga unsur dengan nomor
atom 118 (oganeson) dan memiliki hingga 177 neutron, menunjukkan adanya efek kestabilan
kecil di sekitar nomor atom 110—114 yang dapat berlanjut ke isotop-isotop lain, sehingga
mendukung hipotesis keberadaan pulau kestabilan.[2][4] Selain itu, beberapa inti atom
superberat dengan nomor atom disekitar lokasi pulau kestabilan diduga ditemukan dalam
kristal olivin dalam meteorit pada 2013. Pengamatan unsur superberat di alam ini belum
dikonfirmasi melalui penelitian terpisah, tetapi jika benar dapat menjadi bukti kuat yang
mendukung keberadaan pulau ini.
Latar belakang

Kestabilan nuklida

Diagram waktu paruh nuklida-nuklida yang


telah ditemukan.

Komposisi sebuah nuklida atau inti atom ditentukan oleh jumlah proton Z (disebut juga
nomor atom) dan jumlah neutron N, dan jumlah Z + N adalah bilangan massa, A. Inti-inti
dengan nomor atom yang sama merupakan unsur yang sama, dan nomor atom tersebut
menentukan posisi unsur itu di tabel periodik. 3300 nuklida yang diketahui saat ini[5] (dengan
kombinasi Z dan N yang berbeda) biasanya digambarkan dalam sebuah tabel atau diagram
dengan dua dimensi yang menunjukkan bilangan Z dan N (lihat gambar), dan nuklida yang
tidak stabil diindikasikan dengan waktu paruhnya.[6] Hingga 2019, 252 nuklida diketahui
bersifat stabil (tidak pernah diamati mengalami peluruhan).[7] Unsur terakhir yang diketahui
memiliki isotop stabil adalah timbal (Z = 82).[a][b] Semakin berat suatu unsur biasanya
semakin berkurang kestabilannya (diukur berdasarkan waktu paruh isotop berumur
terpanjang).[10] Semakin tinggi jumlah proton suatu unsur, biasanya dibutuhkan rasio
neutron:proton yang lebih tinggi agar stabil, tetapi kestabilan juga menurun jika rasio ini
terlalu tinggi. Alhasil, baik jumlah neutron terlalu tinggi atau terlalu rendah akan
menyebabkan inti atom menjadi tidak stabil.[11]
Kestabilan inti ditentukan oleh energi pengikatannya, semakin tinggi energi pengikatan maka
semakin stabil suatu inti. Energi pengikatan per nukleon (proton atau neutron) meningkat
selaras dengan nomor atom hingga kawasan sekitar A = 60, lalu menurun.[12] Jika sebuah inti
atom dapat dibelah menjadi dua bagian yang memiliki total energi lebih rendah (akibat energi
pengikatan lebih tinggi), maka inti tersebut tidak stabil. Inti ini dapat bertahan untuk
sementara waktu karena adanya perintang potensial yang menghalangi pembelahan
tersebut, tetapi perintang ini dapat diterobos dengan penerowongan kuantum. Semakin kecil
perintang ini dan semakin kecil total massa hasil pembelahan, maka semakin besar
kemungkinan terjadinya pembelahan per satuan waktu, sehingga waktu paruhnya lebih
pendek.[13]

Proton-proton dan neutron-neutron dalam suatu inti terikat dengan adanya tarikan gaya nuklir
kuat, yang mengimbangi gaya tolak-menolak antara proton-proton yang bermuatan positif
akibat hukum Coulomb. Pada inti-inti yang lebih besar, dibutuhkan lebih banyak neutron (yang
tidak memiliki muatan listrik) untuk mengimbangi gaya tolak-menolak proton yang semakin
besar. Saat para ilmuwan mulai menyintesis unsur-unsur berat yang tidak ditemukan di alam,
mereka menemukan kestabilan unsur semakin berkurang dengan semakin besarnya nomor
massa.[14] Karena itu, muncul spekulasi bahwa suatu saat tabel periodik akan berakhir karena
tidak ada lagi unsur yang mungkin disintesis.[15] Para penemu plutonium (nomor atom 94)
sempat mempertimbangkan menamakannya "ultimium" (dari kata Latin yang berarti
"terakhir").[15] Selanjutnya ditemukan unsur-unsur yang lebih berat, tetapi sebagian langsung
meluruh dalam beberapa mikrosekon, sehingga timbul dugaan bahwa keberadaan unsur-
unsur yang lebih berat akan dicegah oleh pembelahan spontan. Pada 1939, ilmuwan
memperkirakan batas atas tabel periodik adalah sekitar nomor atom 104,[16] dan setelah
ditemukannya unsur-unsur setelah aktinida (golongan aktinida berakhir dengan Z = 103) pada
awal 1960-an perkiraan ini direvisi menjadi 108.[14]

Bilangan ajaib
Keberadaan unsur-unsur superberat mulai disebutkan sejak tahun 1919. Unsur-unsur ini
memiliki nomor atom jauh di atas uranium (Z = 92), unsur terberat yang telah ditemukan saat
itu. Pada tahun tersebut, fisikawan Jerman Richard Swinne mengemukakan pendapat bahwa
unsur-unsur dengan nomor atom sekitar 108 adalah sumber radiasi pada sinar kosmik.
Swinne tidak berhasil melakukan pengamatan dengan hasil yang pasti, tetapi pada 1931 ia
berhipotesis bahwa unsur-unsur transuranium dengan nomor atom sekitar 100 atau 108 bisa
jadi memiliki waktu paruh yang relatif lebih besar atau bahkan ada di alam.[17] Pada 1955,
fisikawan Amerika Serikat (AS) John Archibald Wheeler juga berteori tentang keberadaan
unsur-unsur ini,[18] dan ia dianggap menelurkan istilah "unsur superberat" dalam sebuah
artikel ilmiah yang ia tulis bersama Frederick Werner pada 1958.[19] Namun, gagasan ini tidak
mendapat perhatian besar hingga dasawarsa berikutnya, setelah terjadi kemajuan dalam
model kulit inti. Dalam model ini, inti atom tersusun dalam berbagai lapisan kulit untuk proton
dan untuk neutron, seperti halnya lapisan kulit elektron. Setiap proton dan neutron masing-
masing memiliki tingkat energi yang relatif berdekatan, kecuali jika lapisan kulit sebelumnya
telah penuh maka proton atau neutron selanjutnya membutuhkan energi yang jauh lebih
besar. Dengan demikian, menurut model ini energi pengikatan tiap nukleon dapat mencapai
"puncak" lokal dan inti-inti atom dengan kulit yang penuh menjadi lebih stabil dibandingkan
kulit yang tidak penuh.[20] Teori tentang model kulit inti berasal dari tahun 1930-an, tetapi
perumusan yang benar baru ditemukan pada 1949 secara terpisah oleh fisikawan Jerman
Maria Goeppert Mayer serta Johannes Hans Daniel Jensen et al.[21] Jumlah nukleon yang
menghasilkan kulit penuh disebut "bilangan ajaib". Untuk neutron, diketahui dari pengamatan
bahwa bilangan ajaib ini nilainya 2, 8, 20, 28, 50, 82, dan 126, dan angka berikutnya diprediksi
adalah 184.[4][22] Proton diketahui memiliki bilangan ajaib 2, 8, 20, 28, 50, 82,[23] sedangkan
sejak tahun 1940-an angka 126 telah diprediksi sebagai bilangan berikutnya.[24] Nuklida-
nuklida dengan jumlah neutron dan jumlah proton sesuai bilangan ajaib dianggap "ajaib
ganda" dan memiliki kestabilan lebih tinggi dari tetangganya akibat tingginya energi
pengikatan.[25]

Pada akhir 1960-an model kulit inti yang lebih mutakhir dibuat oleh fisikawan AS William
Myers bersama fisikawan Polandia Władysław Świątecki, serta secara terpisah oleh
fisikawan Jerman Heiner Meldner. Dengan menggunakan model-model ini dan
mempertimbangkan gaya tolak Coulomb, Meldner memprediksi bilangan ajaib berikutnya
untuk proton adalah 114 (alih-alih 126 seperti neutron).[26] Myers dan Świątecki agaknya
adalah ilmuwan pertama yang menyebut istilah "pulau kestabilan", dan kimiawan AS Glenn
Seaborg (yang kelak menemukan banyak unsur superberat), segera menggunakan istilah ini
dan mempopulerkannya.[24][27] Myers dan Świątecki juga memprediksi bahwa beberapa inti
superberat akan berumur lebih panjang akibat tingginya perintang fisi inti atom tersebut.
Model kulit ini kemudian dikembangkan oleh fisikawan Uni Soviet Vilen Strutinsky,
menghasilkan metode makroskopik-mikroskopik, yaitu sebuah model massa inti yang
mempertimbangkan perubahan perlahan akibat model tetesan cair maupun fluktuasi lokal
seperti efek kulit inti. Dengan metode ini, fisikawan Swedia Sven Gösta Nilsson et al. maupun
kelompok-kelompok lainnya dapat menghitung secara rinci kestabilan inti-inti atom dalam
pulau kestabilan.[26] Dengan model ini, Strutinsky, Nilsson, dan kelompok-kelompok berteori
298
Fl (Z = 114, N = 184) adalah sebuah nuklida ajaib ganda dan bukan 310Ubh (Z = 126,
N = 184) seperti yang diprediksi sejak 1957.[26] Setelah ini, muncul berbagai prediksi bilangan
ajaib selanjutnya untuk proton dalam rentang 114 hingga 126, dan belum ada kesepakatan di
kalangan para ilmuwan.[4][28][29]
Penemuan unsur-unsur
superberat

Isotop-isotop unsur superberat yang paling


stabil
Waktu paru
Isotop
Nomor Literatur NU
Unsur paling
atom ilmiah 2
stabil
[30][31] [

Ruterfordium 104 267Rf 1,3 jam 2,5

Dubnium 105 268Db 1,2 hari 1,1

269Sg
14
Seaborgium 106 5m
menit[33]

Bohrium 107 270Bh[d] 1 menit 3,8

Hasium 108 269Hs 9,7 s[35] 16

Meitnerium 109 278Mt[e][f] 4,5 s 7s


Waktu paru
Isotop
Nomor Literatur NU
Unsur paling
atom ilmiah 2
stabil
[30][31] [

Darmstadtium 110 281Ds[e] 12,7 s 14

Roentgenium 111 282Rg[e][g] 1,7 menit 1,6

Kopernisium 112 285Cn[e] 28 s 32

Nihonium 113 286Nh[e] 9,5 s 7s

Flerovium 114 289Fl[e][h] 1,9 s 2,4

Moscovium 115 290Mc[e] 650 ms 410

Livermorium 116 293Lv[e] 57 ms 80

Tenesin 117 294Ts[e] 51 ms 70

Oganeson 118 294Og[e][i] 690 µs 1,1

Minat ilmiah terhadap adanya pulau kestabilan terus meningkat pada tahun 1960-an,
terutama karena beberapa perhitungan memprediksi bahwa akan ada nuklida dengan waktu
paruh miliaran tahun.[37][38] Nuklida-nuklida dalam pulau kestabilan diperkirakan stabil
terutama terhadap terjadinya pembelahan spontan walaupun massa atomnya besar.[26][39]
Muncul pemikiran bahwa jika terdapat unsur-unsur superberat dengan umur yang cukup
panjang, unsur-unsur tersebut akan memiliki sifat nuklir dan kimia yang dapat dimanfaatkan.
Di antaranya, unsur-unsur ini dapat digunakan dalam pemercepat partikel sebagai sumber
neutron, dan dalam senjata nuklir karena diprediksi memiliki massa kritis kecil dan
menghasilkan jumlah neutron tinggi per fisi,[40] dan sebagai bahan bakar nuklir untuk misi
luar angkasa.[29] Karena spekulasi-spekulasi ini, banyak peneliti mencari unsur-unsur
superberat pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an, baik mencarinya di alam maupun
berusaha menyintesisnya dalam pemercepat artikel.[18]

Pada 1970-an, eksperimen-eksperimen untuk menyintesis berbagai unsur dengan nomor


atom 107 hingga 127 dilakukan di sejumlah laboratorium di seluruh dunia, tetapi tidak ada
yang berhasil.[41][42] Upaya ini dilakukan dengan reaksi-reaksi yang disebut fusi-evaporasi,
yaitu dengan iradiasi sebuah ion inti dipercepat terhadap sebuah target inti berat dalam
sebuah siklotron. Inti baru terbentuk ketika kedua inti ini berfusi (bergabung) dan sistem yang
dihasilkan melepas energi melalui evaporasi berbagai partikel (terutama proton, neutron, dan
partikel alfa). Reaksi jenis ini dibagi menurut energi eksitasi sistem yang dihasilkan, yaitu
menjadi fusi "dingin" (energi eksitasi lebih rendah) dan "panas" (energi eksitasi lebih tinggi).
Perbedaan ini memengaruhi hasil reaksi.[43] Contoh reaksi seperti ini adalah antara inti 248Cm
dan 40Ar (diharapkan menghasilkan isotop-isotop bernomor atom 114) dan antara 232Th dan
84
Kr (diharapkan menghasilkan unsur bernomor 126).[44] Upaya-upaya ini tidak ada yang
berhasil, kemungkinan karena eksperimen-eksperimen ini tidak cukup sensitif jika
penampang lintang reaksinya terlalu rendah (sehingga rendemennya rendah), atau karena inti
atom yang berhasil terbentuk dalam reaksi ini umurnya terlalu pendek untuk dapat
dideteksi.[j] Eksperimen-eksperimen selanjutnya menunjukkan bahwa waktu paruh maupun
penampang lintang memang mengecil jika nomor atom meningkat, sehingga inti-inti terberat
yang terbentuk di setiap eksperimen hanya berjumlah beberapa atom dan berumur sangat
pendek.[45] Pencarian unsur-unsur ini di alam juga gagal, kemungkinan karena jika memang
unsur-unsur superberat ini ada di alam, maka kelimpahannya sangat kecil (di bawah 10−14
mol unsur superberat per mol bijih).[46] Walaupun upaya mengamati unsur superberat
berumur panjang mengalami kegagalan,[26] mulai tahun 1969 unsur-unsur superberat baru
mulai ditemukan setiap beberapa tahun di berbagai laboratorium melalui reaksi penembakan
ion ringan dan reaksi fusi "dingin".[k] Ruterfordium (nomor atom 104), unsur pertama setelah
golongan aktinida, ditemukan pada 1969. Kopernisium, dengan nomor atom 112 (sangat
dekat dengan prediksi Z = 114 yang terkait dengan pulau kestabilan), ditemukan pada 1996.
Walaupun inti-inti atom ini berumur sangat pendek (waktu paruh berada dalam hitungan
detik),[32] keberadaan unsur-unsur lebih berat dari ruterfordium menunjukkan bahwa memang
benar ada efek stabilisasi yang ditimbulkan oleh kulit inti yang penuh. Dalam model tanpa
pertimbangan efek kulit inti, unsur-unsur superberat ini dianggap mustahil sama sekali
karena akan mengalami fisi spontan.[16]

Flerovium, dengan jumlah proton sesuai bilangan ajaib 114, pertama kali disintesis pada
1997 di Institut Bersama untuk Riset Nuklir, Dubna, Rusia, oleh sekelompok fisikawan yang
dipimpin Yuri Oganessian. Dalam penemuan ini, satu atom bernomor 114 dideteksi dengan
umur 30,4 detik, dan produk peluruhannya memiliki waktu paruh dalam hitungan menit.[47]
Inti-inti atom yang dihasilkan dalam eksperimen ini mengalami peluruhan alfa alih-alih reaksi
fisi, dan waktu paruhnya berkali-kali lipat lebih besar dari yan diprediksi. Peristiwa ini
dianggap sebagai "contoh klasik" dari deret peluruhan khas pulau kestabilan, dan menjadi
bukti kuat untuk keberadaan pulau kestabilan di wilayah nomor atom ini.[48] Peluruhan
berantai yang ditemukan pada 1998 ini tidak pernah diamati lagi, dan hingga kini masih tidak
diketahui pasti susunan persisnya.[34] Namun, eksperimen-eksperimen pada dua dasawarsa
selanjutnya berhasil menemukan seluruh unsur hingga oganeson (Z = 118), dengan waktu
paruh melebihi prediksi sebelumnya dan dengan sifat peluruhan yang mendukung teori pulau
kestabilan.[4][36][49] Inti-inti atom yang ditemukan belum mencapai jumlah neutron N = 184
yang diperkirakan sebagai puncak kestabilan, dan pusat pulau kestabilan belumlah
diketahui.[3][4] Inti atom yang telah dikonfirmasi dengan jumlah neutron tertinggi adalah 293Lv
and 294Ts yang masing-masing memiliki 177 proton. Namun, tren yang ada menunjukkan
bahwa kestabilan inti atom meningkat dengan semakin mendekati N = 184. Misalnya, isotop
285
Cn (N = 173) memiliki waktu paruh hampir 105 kali lebih besar daripada isotop unsur yang
sama 277Cn dengan N = 165. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut dalam isotop-isotop
lebih berat yang belum ditemukan.[50]

Deret peluruhan yang telah diketahui untuk unsur-unsur superberat


dengan nomor atom genap. Penetapan deret 3, 5, dan 8 masih
bersifat sementara.[34] Secara umum, terdapat kecenderungan
kestabilan yang lebih tinggi pada isotop-isotop dengan N − Z (selisih
jumlah neutron dan proton) yang lebih tinggi, terutama pada unsur
bernomor 110, 112, and 114. Hal ini memberi kesan bahwa pusat
pulau kestabilan berada di isotop-isotop yang mengandung lebih
banyak neutron lagi.
Deformasi inti atom
Walaupun inti atom anggota pulau kestabilan dengan sekitar 184 neutron diprediksi
berbentuk seperti bola, penelitian pada awal 1990-an menunjukkan bahwa unsur-unsur
superberat tidak selalu memiliki inti atom dengan bentuk bulat sempurna.[51][52] Perubahan
bentuk inti atom menyebabkan berubahnya posisi proton dan neutron. Penelitian-penelitian
baru menunjukkan bahwa beberapa inti atom yang besar mengalami deformasi atau
kecacatan sehingga bilangan ajaib dapat bergeser atau bilangan-bilangan baru dapat
muncul. Penelitian teoretis saat ini menunjukkan bahwa pada kawasan Z = 106–108 dan N ≈
160–164, inti-inti atom kemungkinan memiliki ketahanan terhadap reaksi fisi akibat efek kulit
inti pada inti atom yang terdeformasi. Alhasil, inti-inti atom dalam kawasan ini mungkin hanya
mengalami peluruhan alfa.[53][54][55] Isotop hasium-270 kini dianggap sebagai inti berbilangan
ajaib ganda, dengan Z = 108 and N = 162.[56] Isotop ini memiliki waktu paruh 9 detik.[32] Hal
ini konsisten dengan model yang mempertimbangkan kecacatan inti-inti atom yang terletak
di antara golongan aktinida dan pulau kestabilan sekitar N = 184, yang memperkirakan
adanya "tanjung" kestabilan dekat bilangan ajaib untuk inti atom cacat di sekitar Z = 108 and
N = 162.[57][58] Sifat-sifat peluruhan pada isotop-isotop hasium dan seaborgium dekat N = 162
memberi tambahan bukti terhadap kawasan yang relatif stabil ini bagi inti atom yang
terdeformasi.[39] Hal ini juga menunjukkan kemungkinan bahwa pulau kestabilan tidak
sepenuhnya terpisah dari kawasan inti-inti atom yang stabil, tetapi terhubung oleh "tanah
genting" inti atom terdeformasi yang relatif stabil.[57][59]
Prediksi sifat peluruhan

Prediksi jenis peluruhan dominan pada setiap inti superberat. Inti


yang telah diamati ditandai kotak warna hitam, dan lokasi pulau
kestabilan ditandai lingkaran putih. Inti-inti yang paling miskin
neutron maupun yang jumlahnya melebihi penuhnya kulit pada
N = 184 diprediksi didominasi pembelahan spontan (SF),
sedangkan peluruhan alfa (α) kemungkinan mendominasi inti
miskin neutron dekat pulau kestabilan, dan cabang-cabang
peluruhan beta (β) maupun penangkapan elektron (EC) terletak di
posisi terdekat pusat pulau kestabilan di sekitar 291Cn dan 293Cn.[2]

Waktu paruh isotop-isotop dalam pulau kestabilan belum diketahui karena belum ada inti
atom dari pulau ini yang telah diamati. Para fisikawan berusaha memperkirakannya secara
teoretis, dan kebanyakan meyakini bahwa waktu paruhnya cukup pendek, yakni dalam
hitungan menit atau hari.[3] Namun, beberapa perhitungan teoretis juga menunjukkan
kemungkinan waktu paruh yang panjang, dalam hitungan ratusan tahun,[2][45] atau bahkan
miliaran tahun.[38]

Penuhnya kulit inti pada N = 184 diperkirakan menyebabkan waktu paruh sebagian yang lebih
lama untuk peluruhan alfa dan pembelahan spontan.[2] Kulit yang penuh diperkirakan
menghasilkan perintang pembelahan yang lebih tinggi untuk inti di sekitar 298Fl (N = 184 dan
Z = 114), sehingga mencegah terjadinya pembelahan dan kemungkinan meningkatkan waktu
paruh fisi sekitar 1030 kali lipat inti atom yang kulitnya tidak penuh.[26][60] Sebagai contoh,
isotop 284Fl (Z = 114, N = 170) mengalami pembelahan dengan waktu paruh 2,5 milisekon,
dan dianggap sebagai salah satu nuklida dengan defisit neutron terbesar yang masih
mendapat efek stabilisasi dari kulit inti di sekitar N = 184.[33] Di atas isotop ini, terdapat
isotop-isotop yang belum ditemukan dan sebagian diprediksi mengalami pembelahan
dengan waktu paruh lebih kecil lagi, sehingga memperkecil kemungkinan keberadaan[l] atau
pengamatan[j] inti-inti atom superberat yang tidak berdekatan dengan lokasi pulau kestabilan
(yaitu dengan N < 170 maupun dengan Z > 120 dan N > 184).[11][16] Inti-inti atom ini dapat
mengalami peluruhan alfa atau pembelahan spontan dalam hitungan mikrosekon atau
bahkan lebih kecil lagi (beberapa pembelahan diperkirakan terjadi dengan waktu paruh 10−20
detik jika tidak ada perintang fisi).[53][54][55][60] Sebaliknya, 298Fl (Z = 114, N = 184, diperkirakan
berada di kawasan puncak dari efek stabilisasi kulit inti) kemungkinan memiliki waktu paruh
pembelahan spontan jauh lebih panjang, dalam ukuran 1019 tahun.[26] Di tengah pulau
kestabilan, mungkin akan terjadi persaingan antara peluruhan alfa dan pembelahan spontan,
walaupun prediksi perbandingan kedua reaksi ini sangat tergantung model yang digunakan.[2]
Waktu paruh peluruhan alfa dari 1700 nuklida dengan 100 ≤ Z ≤ 130 telah dihitung
menggunakan model penerowongan kuantum dengan nilai Q peluruhan alfa eksperimental
maupun teoretis, dan waktu paruh hasil perhitungan tersebut sesuai dengan waktu paruh
yang diamati untuk beberapa isotop-isotop terberat.[53][54][55][64][65][66]

Nuklida-nuklida berumur terpanjang dalam pulau ini juga diprediksi berada pada garis yang
disebut garis kestabilan beta, karena peluruhan beta diperkirakan akan bersaing dengan jenis
peluruhan lainnya dekat prediksi lokasi pusat pulau ini, terutama pada isotop-isotop
bernomor atom 111 hingga 115. Tak seperti jenis peluruhan lainnya, peluruhan beta tidak
mengubah nomor massa tetapi hanya mengubah neutron menjadi proton atau sebaliknya,
sehingga dapat menghasilkan inti isobar (bernomor massa sama) yang lebih dekat dengan
pusat pulau kestabilan (dengan surplus massa paling rendah). Misalnya, cabang deret
peluruhan beta kemungkinan dapat ditemukan pada nuklida seperti 291Fl and 291Nh; kedua
nuklida ini jumlah neutronnya hanya sedikit melebihi nuklida-nuklida yang telah diketahui, dan
dapat meluruh melalui sebuah "jalur sempit" menuju pusat pulau kestabilan.[1][2] Namun,
kemungkinan peran peluruhan beta seperti ini masih sangat kecil karena beberapa isotop
dari unsur-unsur di lokasi ini (seperti 290Fl and 293Mc) diperkirakan memiliki waktu paruh
peluruhan alfa yang lebih pendek. Alhasil peluruhan alfa dapat mendominasi tanpa
persaingan berarti dari peluruhan beta, kecuali jika terdapat kestabilan tambahan yang
menghalangi peluruhan alfa pada isomer nuklir tersuperdeformasi nuklida-nuklida ini.[67]
Dengan mempertimbangkan seluruh jenis peluruhan, berbagai model memprediksi
pergeseran pusat pulau (yaitu nuklida dengan umur terpanjang) dari 298Fl ke nomor atom
yang lebih rendah dan memprediksi persaingan antara peluruhan alfa dan pembelahan
spontan pada nuklida-nuklida ini.[68] Di antara prediksi seperti ini adalah prediksi waktu paruh
100 tahun untuk 291Cn and 293Cn,[45][63] 1000 tahun untuk 296Cn,[45] dan 300 tahun untuk
294
Ds;[60] dua yang terakhir memiliki kulit neutron penuh dengan N = 184. Terdapat juga
model yang menyebutkan bahwa kawasan kestabilan tinggi pada 112 < Z < 118 justru
disebabkan oleh deformasi inti, dan pusat pulau kestabilan sesungguhnya untuk inti bulat
berada di sekitar 306Ubb (Z = 122, N = 184).[69] Namun, model ini mendefinisikan pulau
kestabilan sebagai kawasan dengan ketahanan tertinggi terhadap pembelahan alih-alih
kawasan dengan waktu paruh total tertinggi;[69] 306Ubb masih diperkirakan memiliki waktu
paruh pendek dalam hal peluruhan alfa.[2]

Jenis peluruhan lainnya yang berpotensi cukup memengaruhi unsur-unsur superberat adalah
peluruhan gugus (peluruhan yang menghasilkan pancaran lebih besar dari sinar alfa tetapi
lebih kecil dari pembelahan biasa) yang dikemukakan oleh fisikawan Rumania Dorin N.
Poenaru dan Radu A. Gherghescu serta fisikawan Jerman Walter Greiner. Rasio cabang
peluruhan gugus terhadap peluruhan alfa diperkirakan meningkat sesuai nomor atom
sehingga jenis peluruhan ini mungkin mulai menyaingi peluruhan alfa sekitar Z = 124 dan
bahkan mendominasi pada inti-inti berat sekitar Z = 124. Karena itu, peluruhan gugus
diperkirakan berperan besar di atas kawasan pulau kestabilan, kecuali jika pusat pulau
kestabilan ternyata berada pada lokasi yang lebih tinggi dari perkiraan.[70]

Kemungkinan keberadaan
di alam

Diagram tiga dimensi menggambarkan posisi teoretis pulau


kestabilan di sekitar 178 neutron and 112 proton, dengan kestabilan
inti digambarkan sebagai ketinggian balok.

Walaupun waktu paruh ratusan atau ribuan tahun adalah umur yang cukup panjang untuk
ukuran unsur superberat, waktu tersebut sangat pendek jika dibandingkan dengan usia bumi
(sekitar 4,5 miliar tahun) sehingga nuklida dengan waktu paruh demikian tidak mungkin
bertahan (sebagai nuklida primordial) sejak bumi terbentuk. Selain itu, ketidakstabilan inti-inti
perantara di antara aktinida primordial (232Th, 235U, and 238U) dan pulau kestabilan dapat
menghambat produksi inti-inti atom anggota pulau melalui jalur nukleosintesis alami yang
disebut proses r. Berbagai model memprediksi bahwa pembelahan spontan adalah jenis
peluruhan dominan pada inti atom dengan nomor massa di atas 280, dan fisi terinduksi
neutron (pembelahan yang didahului penangkapan neutron) dan fisi tertunda beta
(pembelahan yang didahului peluruhan beta) adalah jalur reaksi utama. Alhasil, jalur
peluruhan beta menuju pulau kestabilan mungkin hanya didapati dalam sebuah jalur sempit
atau dapat sepenuhnya terhambat oleh proses pembelahan, sehingga mencegah sintesis
nuklida-nuklida dalam pulau ini.[71] Tidak ditemukannya inti-inti superberat seperti 292Hs dan
298
Fl di alam diperkirakan adalah akibat kecilnya rendemen proses r yang dihasilkan oleh
mekanisme ini, serta kecilnya waktu paruh sehingga produk yang tersisa tidak lagi dapat
dideteksi.[72][m]

Walaupun faktor-faktor yang disebut di atas menghambat nukleosintesis alami anggota


pulau kestabilan, penelitian tahun 2013 oleh kelompok fisikawan Rusia di bawah pimpinan
Valeriy Zagrabaev memperkirakan bahwa isotop kopernisium berumur terpanjang mungkin
memiliki kelimpahan 10−12 relatif terhadap timbal, sehingga terbuka kemungkinan dideteksi
dalam sinar kosmik.[50] Namun, pada 2013 sebuah eksperimen yang dilaporkan sekelompok
fisikawan Rusia yang dipimpin Aleksandr Bagulya menyebut kemungkinan pengamatan
terhadap tiga nuklida kosmogenik superberat dalam kristal olivin dalam meteorit. Nomor
atom nuklida-nuklida ini diperkirakan antara 105 dan 130 (salah satunya bernomor atom
antara 113 dan 129), dan berumur paling tidak 3.000 tahun. Pengamatan ini belum
dikonfirmasi melalui penelitian terpisah, tetapi jika benar merupakan bukti kuat keberadaan
pulau kestabilan, dan konsisten dengan perhitungan teoretis terhadap waktu paruh nuklida-
nuklida ini.[75][76][77]

Kemungkinan sintesis dan


hambatannya
Inti-inti atom anggota pulau kestabilan sangat sulit untuk dibuat karena inti-inti yang tersedia
sebagai bahan sintesis tidak memiliki jumlah neutron yang cukup. Gabungan sinar ion
radioaktif (seperti 44S dengan 16 proton dan 28 neutron) dengan target antinida seperti
248
Cm (96 proton dan 152 neutron) dapat menghasilkan inti atom kaya neutron yang dekat
dengan pusat pulau kestabilan, tetapi hingga 2019 sinar radioaktif tersebut belum tersedia
dalam intensitas yang memadai untuk eksperimen seperti itu.[50][78][79] Terdapat beberapa
isotop yang lebih berat lagi, seperti 250Cm (154 neutron) dan 254Es (99 proton, 155 neutron),
yang dapat menghasilkan produk isotop dengan satu atau dua neutron lebih banyak,[50] tetapi
isotop-isotop ini sangat langka dan sangat sulit untuk memproduksi jumlah yang cukup
(beberapa miligram) untuk dijadikan target reaksi.[80] Selain itu, terdapat kemungkinan untuk
mencoba jalur alternatif dalam reaksi fusi-evaporasi yang menggunakan iradiasi 48Ca yang
telah menghasilkan sebagian besar isotop kaya neutron yang telah ditemukan saat ini. Jalur
alternatif ini adalah jalur pxn (pemancaran proton diikuti beberapa neutron) dan αxn
(pemancaran partikel alfa diikuti beberapa neutron) dan memungkinkan sintesis isotop-
isotop kaya neutron dari unsur 111 hingga 117.[81] Walaupun reaksi-reaksi pada jalur ini
memiliki nilai penampang lintang 1–900 femtobarn yang lebih kecil dari nilai untuk jalur xn
(hanya pemancaran neutron), jalur ini masih memungkinan pembuatan isotop-isotop tertentu
dari unsur superberat yang tidak mungkin disintesis dengan cara lain.[81][82] Selain
diperkirakan mengalami peluruhan alfa dengan waktu paruh relatif panjang, sebagian dari
isotop-isotop berat yang berpotensi dihasilkan dari jalur reaksi ini (seperti 291Mc, 291Fl, dan
291
Nh) dapat mengalami proses penangkapan elektron (mengubah proton menjadi neutron),
sehingga menghasilkan inti yang lebih dekat ke pusat pulau kestabilan (seperti 291Cn).
Namun, sintesis ini masih berada di ranah hipotesis karena inti-inti superberat dekat garis
kestabilan beta belum pernah disintesis dan prediksi sifat-sifatnya sangat beragam
tergantung model yang digunakan.[1][50]

Proses penangkapan neutron lambat yang digunakan untuk membuat inti berat seperti 257Fm
(100 proton, 157 neutron) dihentikan oleh fenomena "jurang fermium", yaitu pendeknya umur
isotop-isotop fermium akibat terjadinya pembelahan spontan (misalnya, 258Fm memiliki
waktu paruh 370 µs) sehingga mencegah dilanjutkannya proses tersebut ke unsur-unsur
yang lebih berat. Jurang ini dapat dilompati dengan menggunakan rangkaian ledakan nuklir
dengan fluks neutron lebih besar (~1000 kali lebih besar dibandingkan reaktor saat ini)
sehingga meniru proses r yang terjadi di bintang-bintang.[50] Ini juga dapat digunakan untuk
melompati kawasan lain yang diprediksi tak stabil di sekitar A = 275 dan Z = 104–108
sebelum mencapai pulau kestabilan dan menghasilkan jumlah makroskopik unsur-unsur
anggota pulai tersebut.[1] Reaksi seperti ini pertama kali diusulkan pada 1972 oleh Meldner,[1]
tetapi pengaruh fisi terhadap nuklida-nuklida superberat yang menjadi perantara reaksi ini
masih belum diketahui dan dapat berdampak kuat kepada rendemen hasil reaksi seperti
ini.[71]
Diagram dari Badan Tenaga Atom Jepang yang menunjukkan jenis peluruhan
dominan inti-inti yang telah diketahui (ditandai kotak) maupun diprediksi
(tanpa kotak), hingga 149 proton dan 256 neutron. Posisi tanpa warna
menunjukkan inti berumur pendek (waktu paruh di bawah 1 ns). Kawasan
yang berisi lebih banyak isotop stabil terlihat di sekitar lokasi penuhnya kulit
neutron pada jumlah neutron N = 184 (294Ds–298Fl) dan N = 228 (354126),
terpisah oleh jurang berisi inti-inti berumur pendek.[60]

Terdapat juga kemungkinan menghasilkan isotop anggota pulau kestabilan seperti 298Fl
dengan reaksi transfer multi-nukleon dalam tabrakan energi rendah antara inti-inti aktinida
(seperti 238U and 248Cm).[78] Mekanisme kuasifisi terbalik (fusi sebagian diikuti oleh fisi
dengan hasil reaksi menjauh dari simetri)[83] ini mungkin menjadi jalur ke pulau kestabilan
jika efek kulit inti di sekitar Z = 114 cukup kuat, walaupun mungkin hasil reaksi dengan
rendemen lebih tinggi adalah unsur-unsur lebih ringan seperti nobelium dan seaborgium
(Z = 102–106).[50][84] Penelitian awal terhadap reaksi transfer 238U + 238U dan 238U + 248Cm
gagal memproduksi unsur dengan nomor di atas 101 (mendelevium). Namun, tingginya
rendemen pada reaksi 238U + 248Cm membuka kemungkinan bahwa penggunaan pereaksi
yang lebih berat seperti 254Es (jika tersedia) dapat menghasilkan unsur superberat.[85]
Kemungkinan ini juga didukung oleh perhitungan yang selanjutnya dilakukan, yang memberi
kesan bahwa rendemen inti superberat dengan Z ≤ 109 kemungkinan dapat ditingkatkan
dengan menggunakan pereaksi yang lebih berat.[79] Penelitian reaksi 238U + 232Th di Insitut
Siklotron Universitas Texas A&M oleh Sara Wuenschel et al. menemukan beberapa peluruhan
yang tidak diketahui dan kemungkinan berasal dari isotop-isotop kaya neutron dari unsur
superberat dengan 104 < Z < 116, tetapi dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menentukan
dengan jelas nomor atom yang dihasilkan.[79][86] Hasil ini menunjukkan bahwa efek kulit ini
berpengaruh besar terhadap penampang lintang, dan bahwa pada masa yang akan datang
pulau kestabilan mungkin dapat dicapai melalui suatu eksperimen yang melibatkan reaksi
transfer.[86]
Pulau kestabilan lain
Kulit inti yang penuh dalam inti atom di atas pulau kestabilan utama (sekitar Z = 112–114)
dapat menimbulkan pulau-pulau kestabilan yang baru. Terdapat beragam prediksi bilangan
ajaib berikutnya serta dua gagasan mengenai posisi kawasan kestabilan berikutnya, yaitu di
sekitar 354126 (inti dengan 126 proton dan 228 neutron) serta kawasan kedua di sekitar inti
472
164 atau 482164 (dengan 308 atau 318 neutron).[26][60][87] Inti dalam dua pulau kestabilan
ini mungkin memiliki ketahanan relatif tinggi terhadap pembelahan spontan dan memiliki
waktu paruh peluruhan alfa dalam ukuran tahun, sehingga memiliki kestabilan mirip unsur-
unsur di sekitar flerovium (114).[26] Kawasan-kawasan yang relatif stabil juga mungkin
muncul akibat penuhnya kulit proton pada nuklida-nuklida yang stabil terhadap peluruhan
beta; kawasan yang berpotensi mengalami fenomena ini di antaranya 342126[88] dan
462
154.[89] Namun, gaya tolak elektromagnetik antara proton-proton dalam inti-inti berat
tersebut mungkin sangat mengurangi kestabilannya, sehingga keberadaannya mungkin
terbatas hanya dalam pulau-pulau kecil di dekat kawasan dengan efek kulit inti.[90] Akibat
lainnya adalah pulau-pulau ini terpisah dari kawasan nuklida-nuklida umum oleh nuklida-
nuklida perantara dan unsur-unsur dalam "laut ketidakstabilan" yang mengalami pembelahan
dengan luar biasa cepat, sehingga bisa dianggap mustahil ada.[87] Terdapat juga
kemungkinan bahwa di atas nomor atom 126, inti atom akan berada di luar ambang fisi yang
digariskan model tetesan cair, sehingga akan mengalami pembelahan dengan luar biasa
cepat walaupun berada di dekat bilangan ajaib.[88]

Ada juga pendapat bahwa pada kawasan di atas nomor massa 300 terdapat sebuah "benua
kestabilan" yang luas dan terdiri dari fase zat kuark stabil, yang dihipotesiskan berisi kuark up
dan down yang mengalir bebas alih-alih kuark yang terikat dalam proton dan neutron. Wujud
zat seperti ini diteorikan merupakan keadaan energi terendah dari zat barionik dengan energi
pengikatan per barion lebih tinggi dibanding zat nuklir, sehingga mendukung peluruhan zat
inti menjadi zat kuark. Jika wujud zat ini benar-benar ada, zat tersebut dapat disintesis
dengan reaksi fusi yang sama dengan yang menghasilkan inti superberat biasa, dan memiliki
kestabilan terhadap fisi akibat ikatannya yang lebih kuat sehingga dapat mengatasi gaya
tolak Coulomb.[91]
Lihat pula

Tabel periodik

Catatan penjelas

a. Awalnya, bismut (nomor atom 83)


dianggap sebagai unsur stabil terakhir,
tetapi pada 2003 satu-satunya isotop
stabil unsur ini, yaitu 209Bi, ditemukan
mengalami peluruhan alfa.[8]
b. Secara teori, masih ada kemungkinan
bahwa isotop-isotop yang kini diamati
bersifat stabil suatu saat akan meluruh,
jika waktu paruhnya begitu panjang
sehingga peluruhannya belum pernah
diamati.[9]
c. Waktu paruh berbeda-beda di berbagai
sumber, di bawah diberikan angka terbaru
di literatur ilmiah serta di NUBASE
sebagai perbandingan.
d. 278Bh (belum dikonfirmasi) mungkin
memiliki waktu paruh lebih panjang yaitu
11,5 menit.[34]
e. Untuk unsur-unsur bernomor 109–118,
isotop berumur terpanjang selalu adalah
isotop terberat yang telah ditemukan. Ada
kemungkinan bahwa terdapat isotop lebih
berat yang belum ditemukan yang
berumur lebih panjang.[36]
f. 282Mt (belum dikonfirmasi) mungkin
memiliki waktu paruh lebih panjang yaitu
1,1 menit.[34]
g. 286Rg mungkin memiliki waktu paruh lebih
panjang yaitu 10,7 menit.[34]
h. 290Fl (belum dikonfirmasi) mungkin
memiliki waktu paruh lebih panjang yaitu
19 sekon.[34]
i. 295Og (belum dikonfirmasi) mungkin
memiliki waktu paruh lebih panjang yaitu
181 milisekon.[34]
j. Walaupun inti tersebut dapat disintesis
tanda-tanda deret peluruhannya dapat
dideteksi, peluruhan-peluruhan yang
terjadi lebih cepat dari 1 mikrosekon
dapat tercampur dengan tanda-tanda
peluruhan berikutnya sehingga
pengamatannya tidak dapat dipastikan,
terutama ketika proses tersebut
membentuk banyak inti atom yang belum
diketahui dan memiliki deret peluruhan
alfa yang mirip.[62] Hal ini menyulitkan
memastikan inti atom yang merupakan
asal mula peluruhan tersebut, karena
atom-atom yang terbentuk sebelum
mencapai detektor tidak akan terdeteksi
sama sekali.[63]
k. Fusi "dingin" yang dimaksud disini adalah
fusi dengan energi eksitasi lebih rendah,
dan bukan dengan fusi yang
dihipotesiskan terjadi dalam sekitar suhu
ruangan (biasa disebut fusi dingin)
l. Persatuan Internasional Kimia Murni dan
Terapan (IUPAC) menetapkan batas
"keberadaan" sebuah inti dengan waktu
paruh sekurangnya 10−14 sekon; ini
adalah waktu yang kurang lebih
dibutuhkan untuk nukleon-nukleon untuk
membentuk susunan dalam kulit-kulit inti
sehingga membentuk sebuah inti
atom.[61]
m. Fisikawan Israel Amnon Marinov et al.
mengklaim telah melakukan pengamatan
isotop-isotop roentgenium (111) dan
unbibium (122) berumur panjang di
alam,[73][74] tetapi hasil ini diragukan
setelah evaluasi terhadap teknik yang
digunakan dan gagalnya upaya pencarian
selanjutnya.[42]

Referensi

1. Zagrebaev, V. (2012). Opportunities for


synthesis of new superheavy nuclei (What
really can be done within the next few
years) (https://web.archive.org/web/2016
0303235203/http://cyclotron.tamu.edu/n
n2012/Slides/Plenary/NNC_2012_Zagreb
aev.ppt) . 11th International Conference
on Nucleus-Nucleus Collisions (NN2012).
San Antonio, Texas, US. hlm. 24–28.
Diarsipkan dari versi asli (http://cyclotron.
tamu.edu/nn2012/Slides/Plenary/NNC_2
012_Zagrebaev.ppt) tanggal 3 March
2016.
2. Karpov, A. V.; Zagrebaev, V. I.; Palenzuela,
Y. M.; et al. (2012). "Decay properties and
stability of the heaviest elements" (http://
nrv.jinr.ru/karpov/publications/Karpov12_I
JMPE.pdf) (PDF). International Journal of
Modern Physics E. 21 (2): 1250013–1—
1250013–20.
Bibcode:2012IJMPE..2150013K (http://ad
sabs.harvard.edu/abs/2012IJMPE..21500
13K) . doi:10.1142/S0218301312500139
(https://doi.org/10.1142%2FS021830131
2500139) . Diarsipkan (https://web.archiv
e.org/web/20161203230540/http://nrv.jin
r.ru/karpov/publications/Karpov12_IJMP
E.pdf) (PDF) dari versi asli tanggal 2016-
12-03. Diakses tanggal 2019-11-15.
3. "Superheavy Element 114 Confirmed: A
Stepping Stone to the Island of Stability"
(http://newscenter.lbl.gov/2009/09/24/11
4-confirmed/) . Berkeley Lab. 2009.
Diarsipkan (https://web.archive.org/web/
20190720200414/https://newscenter.lbl.g
ov/2009/09/24/114-confirmed/) dari
versi asli tanggal 2019-07-20. Diakses
tanggal 23 October 2019.
4. Oganessian, Yu. Ts.; Rykaczewski, K.
(2015). "A beachhead on the island of
stability" (https://www.researchgate.net/p
ublication/282806685) . Physics Today.
68 (8): 32–38.
Bibcode:2015PhT....68h..32O (http://adsa
bs.harvard.edu/abs/2015PhT....68h..32
O) . doi:10.1063/PT.3.2880 (https://doi.or
g/10.1063%2FPT.3.2880) .
5. Thoennessen, M. (2018). "Discovery of
Nuclides Project" (https://people.nscl.ms
u.edu/~thoennes/isotopes/index.html) .
Diarsipkan (https://web.archive.org/web/
20190426151740/https://people.nscl.ms
u.edu/~thoennes/isotopes/index.html)
dari versi asli tanggal 2019-04-26.
Diakses tanggal 13 September 2019.
6. Podgorsak 2016, hlm. 512
7. "Atomic structure" (https://www.arpansa.g
ov.au/understanding-radiation/what-is-rad
iation/ionising-radiation/atomic-structur
e) . Australian Radiation Protection and
Nuclear Safety Agency. Commonwealth of
Australia. 2017. Diarsipkan (https://web.a
rchive.org/web/20191115171209/https://
www.arpansa.gov.au/understanding-radia
tion/what-is-radiation/ionising-radiation/a
tomic-structure) dari versi asli tanggal
2019-11-15. Diakses tanggal 16 February
2019.
8. Marcillac, P.; Coron, N.; Dambier, G.; et al.
(2003). "Experimental detection of α-
particles from the radioactive decay of
natural bismuth". Nature. 422 (6934):
876–878. Bibcode:2003Natur.422..876D
(http://adsabs.harvard.edu/abs/2003Natu
r.422..876D) . doi:10.1038/nature01541
(https://doi.org/10.1038%2Fnature0154
1) . PMID 12712201 (https://www.ncbi.nl
m.nih.gov/pubmed/12712201) .
9. Belli, P.; Bernabei, R.; Danevich, F. A.; et al.
(2019). "Experimental searches for rare
alpha and beta decays". European
Physical Journal A. 55 (8): 140–1–140–7.
arXiv:1908.11458 (https://arxiv.org/abs/1
908.11458) . doi:10.1140/epja/i2019-
12823-2 (https://doi.org/10.1140%2Fepj
a%2Fi2019-12823-2) . ISSN 1434-601X (h
ttps://www.worldcat.org/issn/1434-601
X) .
10. Greiner, W. (2012). "Heavy into Stability" (h
ttps://physics.aps.org/articles/pdf/10.11
03/Physics.5.115) . Physics. 5: 115–1—
115–3. doi:10.1103/Physics.5.115 (http
s://doi.org/10.1103%2FPhysics.5.115) .
Diarsipkan (https://web.archive.org/web/
20220615135304/https://physics.aps.or
g/articles/pdf/10.1103/Physics.5.115)
dari versi asli tanggal 2022-06-15.
Diakses tanggal 2019-11-20.
11. Koura, H.; Katakura, J.; Tachibana, T.;
Minato, F. (2015). "Chart of the Nuclides"
(https://wwwndc.jaea.go.jp/CN14/) .
Japan Atomic Energy Agency. Diarsipkan
(https://web.archive.org/web/201903301
83524/https://wwwndc.jaea.go.jp/CN1
4/) dari versi asli tanggal 2019-03-30.
Diakses tanggal 12 April 2019.
12. Podgorsak 2016, hlm. 33
13. Blatt, J. M.; Weisskopf, V. F. (2012).
Theoretical nuclear physics. Dover
Publications. hlm. 7–9. ISBN 978-0-486-
13950-0.
14. Sacks, O. (2004). "Greetings From the
Island of Stability" (https://www.nytimes.c
om/2004/02/08/opinion/greetings-from-t
he-island-of-stability.html) . The New York
Times. Diarsipkan (https://web.archive.or
g/web/20180704182825/https://www.nyt
imes.com/2004/02/08/opinion/greetings-
from-the-island-of-stability.html) dari
versi asli tanggal 2018-07-04. Diakses
tanggal 16 February 2019.
15. Hoffman 2000, hlm. 34
16. Möller, P. (2016). "The limits of the nuclear
chart set by fission and alpha decay" (htt
p://inspirehep.net/record/1502715/files/e
pjconf-NS160-03002.pdf) (PDF). EPJ Web
of Conferences. 131: 03002–1—03002–8.
Bibcode:2016EPJWC.13103002M (http://
adsabs.harvard.edu/abs/2016EPJWC.131
03002M) .
doi:10.1051/epjconf/201613103002 (http
s://doi.org/10.1051%2Fepjconf%2F20161
3103002) . Diarsipkan (https://web.archiv
e.org/web/20200311130852/http://inspir
ehep.net/record/1502715/files/epjconf-N
S160-03002.pdf) (PDF) dari versi asli
tanggal 2020-03-11. Diakses tanggal
2019-11-15.
17. Kragh 2018, hlm. 10
18. Hoffman 2000, hlm. 400
19. Thompson, S. G.; Tsang, C. F. (1972).
Superheavy elements (https://escholarshi
p.org/content/qt4qh151mc/qt4qh151mc.
pdf) (PDF) (Laporan). Lawrence Berkeley
National Laboratory. hlm. 28. LBL-665.
Diarsipkan (https://web.archive.org/web/
20191021223127/https://escholarship.or
g/content/qt4qh151mc/qt4qh151mc.pd
f) (PDF) dari versi asli tanggal 2019-10-
21. Diakses tanggal 2019-11-15.
20. Nave, R. "Shell Model of Nucleus" (http://h
yperphysics.phy-astr.gsu.edu/hbase/Nucl
ear/shell.html) . HyperPhysics.
Department of Physics and Astronomy,
Georgia State University. Diarsipkan (http
s://web.archive.org/web/2018091008302
9/http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/hb
ase/Nuclear/shell.html) dari versi asli
tanggal 2018-09-10. Diakses tanggal
22 January 2007.
21. Caurier, E.; Martínez-Pinedo, G.; Nowacki,
F.; et al. (2005). "The shell model as a
unified view of nuclear structure". Reviews
of Modern Physics. 77 (2): 428.
arXiv:nucl-th/0402046 (https://arxiv.org/a
bs/nucl-th/0402046) .
Bibcode:2005RvMP...77..427C (http://ads
abs.harvard.edu/abs/2005RvMP...77..427
C) . doi:10.1103/RevModPhys.77.427 (htt
ps://doi.org/10.1103%2FRevModPhys.77.
427) .
22. Satake, M. (2010). Introduction to nuclear
chemistry. Discovery Publishing House.
hlm. 36. ISBN 978-81-7141-277-8.
23. Ebbing, D.; Gammon, S. D. (2007). General
chemistry (https://archive.org/details/gen
eral-chemistry-9th-ebbing.gammon-cuudu
ongthancong.com) (edisi ke-8th).
Houghton Mifflin. hlm. 858 (https://archiv
e.org/details/general-chemistry-9th-ebbin
g.gammon-cuuduongthancong.com/pag
e/858) . ISBN 978-0-618-73879-3.
24. Kragh 2018, hlm. 22
25. Dumé, B. (2005). " "Magic" numbers
remain magic" (https://physicsworld.com/
a/magic-numbers-remain-magic/) .
Physics World. IOP Publishing. Diarsipkan
(https://web.archive.org/web/201911152
32105/https://physicsworld.com/a/magic
-numbers-remain-magic/) dari versi asli
tanggal 2019-11-15. Diakses tanggal
17 February 2019.
26. Bemis, C. E.; Nix, J. R. (1977). "Superheavy
elements - the quest in perspective" (htt
p://inspirehep.net/record/1382449/files/v
7-n3-p65.pdf) (PDF). Comments on
Nuclear and Particle Physics. 7 (3): 65–
78. ISSN 0010-2709 (https://www.worldca
t.org/issn/0010-2709) . Diarsipkan (http
s://web.archive.org/web/2019051301085
1/http://inspirehep.net/record/1382449/fi
les/v7-n3-p65.pdf) (PDF) dari versi asli
tanggal 2019-05-13. Diakses tanggal
2019-11-15.
27. Kragh, H. (2017). "The Search for
Superheavy Elements: Historical and
Philosophical Perspectives". pp. 8–9.
arΧiv:1708.04064 [physics.hist-ph].
28. Koura, H.; Chiba, S. (2013). "Single-
Particle Levels of Spherical Nuclei in the
Superheavy and Extremely Superheavy
Mass Region" (https://www.researchgate.
net/publication/258799250) . Journal of
the Physical Society of Japan. 82 (1):
014201–1—014201–5.
Bibcode:2013JPSJ...82a4201K (http://ads
abs.harvard.edu/abs/2013JPSJ...82a420
1K) . doi:10.7566/JPSJ.82.014201 (http
s://doi.org/10.7566%2FJPSJ.82.014201) .
Diarsipkan (https://web.archive.org/web/
20210704220032/https://www.researchg
ate.net/publication/258799250_Single-Pa
rticle_Levels_of_Spherical_Nuclei_in_the_
Superheavy_and_Extremely_Superheavy_
Mass_Region) dari versi asli tanggal
2021-07-04. Diakses tanggal 2019-11-15.
29. Courtland, R. (2010). "Weight scale for
atoms could map 'island of stability' " (htt
ps://www.newscientist.com/article/dn185
10-weight-scale-for-atoms-could-map-isla
nd-of-stability/) . NewScientist.
Diarsipkan (https://web.archive.org/web/
20190704195103/https://www.newscienti
st.com/article/dn18510-weight-scale-for-
atoms-could-map-island-of-stability/)
dari versi asli tanggal 2019-07-04.
Diakses tanggal 4 July 2019.
30. Emsley 2011, hlm. 566
31. Oganessian, Yu. Ts.; Utyonkov, V. K.
(2015). "Super-heavy element research" (h
ttps://www.researchgate.net/publication/
273327193) . Reports on Progress in
Physics. 78 (3): 036301–14—036301–15.
Bibcode:2015RPPh...78c6301O (http://ad
sabs.harvard.edu/abs/2015RPPh...78c63
01O) . doi:10.1088/0034-
4885/78/3/036301 (https://doi.org/10.10
88%2F0034-4885%2F78%2F3%2F03630
1) . PMID 25746203 (https://www.ncbi.nl
m.nih.gov/pubmed/25746203) .
32. Audi, G.; Kondev, F. G.; Wang, M.; et al.
(2017). "The NUBASE2016 evaluation of
nuclear properties" (https://www-nds.iae
a.org/amdc/ame2016NUBASE2016.pdf)
(PDF). Chinese Physics C. 41 (3): 030001–
134—030001–138.
Bibcode:2017ChPhC..41c0001A (http://ad
sabs.harvard.edu/abs/2017ChPhC..41c00
01A) . doi:10.1088/1674-
1137/41/3/030001 (https://doi.org/10.10
88%2F1674-1137%2F41%2F3%2F03000
1) .
33. Utyonkov, V. K.; Brewer, N. T.; Oganessian,
Yu. Ts.; et al. (2018). "Neutron-deficient
superheavy nuclei obtained in the 240Pu +
48Ca reaction" (https://www.researchgate.
net/publication/322812255) . Physical
Review C. 97 (1): 014320–1—014320–10.
Bibcode:2018PhRvC..97a4320U (http://ad
sabs.harvard.edu/abs/2018PhRvC..97a43
20U) . doi:10.1103/PhysRevC.97.014320
(https://doi.org/10.1103%2FPhysRevC.97.
014320) .
34. Hofmann, S.; Heinz, S.; Mann, R.; et al.
(2016). "Review of even element super-
heavy nuclei and search for element 120"
(https://www.researchgate.net/publicatio
n/304459935) . The European Physical
Journal A. 2016 (52): 180–15—180–17.
Bibcode:2016EPJA...52..180H (http://adsa
bs.harvard.edu/abs/2016EPJA...52..180
H) . doi:10.1140/epja/i2016-16180-4 (http
s://doi.org/10.1140%2Fepja%2Fi2016-161
80-4) .
35. Schädel, M. (2015). "Chemistry of the
superheavy elements" (https://web.archiv
e.org/web/20190227141320/http://pdfs.s
emanticscholar.org/81b4/dad92c6af938c
c552e5ef8fb511fb45e0ca6.pdf) (PDF).
Philosophical Transactions of the Royal
Society A. 373 (2037): 20140191–9.
doi:10.1098/rsta.2014.0191 (https://doi.o
rg/10.1098%2Frsta.2014.0191) .
Diarsipkan dari versi asli (https://pdfs.se
manticscholar.org/81b4/dad92c6af938cc
552e5ef8fb511fb45e0ca6.pdf) (PDF)
tanggal 2019-02-27. Diakses tanggal
2019-11-16.
36. Oganessian, Yu. Ts. (2007). "Heaviest
nuclei from 48Ca-induced reactions" (http
s://www.nucleonica.com/wiki/images/4/
41/Oganessian.pdf) (PDF). Journal of
Physics G: Nuclear and Particle Physics.
34 (4): R233.
Bibcode:2007JPhG...34R.165O (http://ads
abs.harvard.edu/abs/2007JPhG...34R.165
O) . doi:10.1088/0954-3899/34/4/R01 (ht
tps://doi.org/10.1088%2F0954-3899%2F3
4%2F4%2FR01) . Diarsipkan (https://web.
archive.org/web/20170809112113/http
s://www.nucleonica.com/wiki/images/4/
41/Oganessian.pdf) (PDF) dari versi asli
tanggal 2017-08-09. Diakses tanggal
2019-11-16.
37. Lodhi 1978, hlm. 11
38. Oganessian, Yu. Ts. (2012). "Nuclei in the
"Island of Stability" of Superheavy
Elements". Journal of Physics:
Conference Series. 337 (1): 012005.
Bibcode:2012JPhCS.337a2005O (http://a
dsabs.harvard.edu/abs/2012JPhCS.337a
2005O) . doi:10.1088/1742-
6596/337/1/012005 (https://doi.org/10.1
088%2F1742-6596%2F337%2F1%2F0120
05) .
39. Ćwiok, S.; Heenen, P.-H.; Nazarewicz, W.
(2005). "Shape coexistence and triaxiality
in the superheavy nuclei" (https://web.arc
hive.org/web/20100623081932/http://ww
w.phys.utk.edu/witek/fission/utk/Papers/
natureSHE.pdf) (PDF). Nature. 433
(7027): 705–709.
Bibcode:2005Natur.433..705C (http://ads
abs.harvard.edu/abs/2005Natur.433..705
C) . doi:10.1038/nature03336 (https://doi.
org/10.1038%2Fnature03336) .
PMID 15716943 (https://www.ncbi.nlm.ni
h.gov/pubmed/15716943) . Diarsipkan
dari versi asli (http://www.phys.utk.edu/wi
tek/fission/utk/Papers/natureSHE.pdf)
(PDF) tanggal 2010-06-23.
40. Gsponer, A.; Hurni, J.-P. (2009). Fourth
Generation Nuclear Weapons: The
physical principles of thermonuclear
explosives, inertial confinement fusion,
and the quest for fourth generation
nuclear weapons (https://cryptome.org/2
014/06/wmd-4th-gen-quest.pdf) (PDF)
(edisi ke-3rd printing of the 7th).
hlm. 110–115. Diarsipkan (https://web.ar
chive.org/web/20180606134706/https://
cryptome.org/2014/06/wmd-4th-gen-que
st.pdf) (PDF) dari versi asli tanggal 2018-
06-06. Diakses tanggal 2019-11-16.
41. Lodhi 1978, hlm. 35
42. Emsley 2011, hlm. 588
43. Khuyagbaatar, J. (2017). "The cross
sections of fusion-evaporation reactions:
the most promising route to superheavy
elements beyond Z = 118" (https://www.re
searchgate.net/publication/321229825) .
EPJ Web of Conferences. 163: 00030–1—
00030–5.
doi:10.1051/epjconf/201716300030 (http
s://doi.org/10.1051%2Fepjconf%2F20171
6300030) .
44. Hoffman 2000, hlm. 404
45. Karpov, A.; Zagrebaev, V.; Greiner, W.
(2015). "Superheavy Nuclei: Which
regions of nuclear map are accessible in
the nearest studies?" (https://cyclotron.ta
mu.edu/she2015/assets/pdfs/presentati
ons/Karpov_SHE_2015_TAMU.pdf) (PDF).
SHE-2015. hlm. 1–16. Diakses tanggal
30 October 2018.
46. Hoffman 2000, hlm. 403
47. Oganessian, Yu. Ts.; Utyonkov, V. K.;
Lobanov, Yu. V.; et al. (1999). "Synthesis
of Superheavy Nuclei in the 48Ca + 244Pu
Reaction" (https://web.archive.org/web/2
0200730232521/http://flerovlab.jinr.ru/lin
kc/flnr_presentations/articles/synthesis_
of_Element_114_1999.pdf) (PDF).
Physical Review Letters. 83 (16): 3154.
Bibcode:1999PhRvL..83.3154O (http://ads
abs.harvard.edu/abs/1999PhRvL..83.315
4O) . doi:10.1103/PhysRevLett.83.3154
(https://doi.org/10.1103%2FPhysRevLett.
83.3154) . Diarsipkan dari versi asli (htt
p://flerovlab.jinr.ru/linkc/flnr_presentation
s/articles/synthesis_of_Element_114_199
9.pdf) (PDF) tanggal 2020-07-30. Diakses
tanggal 2019-11-16.
48. Hoffman 2000, hlm. 426
49. Oganessian, Yu. Ts.; Abdullin, F. Sh.;
Bailey, P. D.; et al. (2010). "Synthesis of a
New Element with Atomic Number Z =
117" (https://www.researchgate.net/publi
cation/44610795) . Physical Review
Letters. 104 (14): 142502–1—142502–4.
Bibcode:2010PhRvL.104n2502O (http://a
dsabs.harvard.edu/abs/2010PhRvL.104n
2502O) .
doi:10.1103/PhysRevLett.104.142502 (htt
ps://doi.org/10.1103%2FPhysRevLett.10
4.142502) . PMID 20481935 (https://ww
w.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20481935) .
Diarsipkan (https://web.archive.org/web/
20161219150219/https://www.researchg
ate.net/publication/44610795_Synthesis_
of_a_New_Element_with_Atomic_Number
_Z117) dari versi asli tanggal 2016-12-
19. Diakses tanggal 2019-11-16.
50. Zagrebaev, V.; Karpov, A.; Greiner, W.
(2013). "Future of superheavy element
research: Which nuclei could be
synthesized within the next few years?".
Journal of Physics: Conference Series.
420. IOP Science. hlm. 1–15.
arXiv:1207.5700 (https://arxiv.org/abs/12
07.5700) . doi:10.1088/1757-
899X/468/1/012012 (https://doi.org/10.1
088%2F1757-899X%2F468%2F1%2F0120
12) .
51. Ćwiok, S.; Nazarewicz, W.; Heenen, P. H.
(1999). "Structure of Odd-N Superheavy
Elements". Physical Review Letters. 83
(6): 1108–1111.
Bibcode:1999PhRvL..83.1108C (http://ads
abs.harvard.edu/abs/1999PhRvL..83.110
8C) . doi:10.1103/PhysRevLett.83.1108 (h
ttps://doi.org/10.1103%2FPhysRevLett.8
3.1108) .
52. Zagrebaev, V. I.; Aritomo, Y.; Itkis, M. G.; et
al. (2001). "Synthesis of superheavy
nuclei: How accurately can we describe it
and calculate the cross sections?" (http://
nrv.jinr.ru/pdf_file/zaioo.pdf) (PDF).
Physical Review C. 65 (1): 014607–1—
014607–14.
doi:10.1103/PhysRevC.65.014607 (http
s://doi.org/10.1103%2FPhysRevC.65.014
607) . Diarsipkan (https://web.archive.or
g/web/20210415054615/http://nrv.jinr.ru/
pdf_file/zaioo.pdf) (PDF) dari versi asli
tanggal 2021-04-15. Diakses tanggal
2019-11-20.
53. Samanta, C.; Chowdhury, P. R.; Basu, D. N.
(2007). "Predictions of alpha decay half
lives of heavy and superheavy elements".
Nuclear Physics A. 789 (1–4): 142–154.
arXiv:nucl-th/0703086 (https://arxiv.org/a
bs/nucl-th/0703086) .
Bibcode:2007NuPhA.789..142S (http://ad
sabs.harvard.edu/abs/2007NuPhA.789..1
42S) . CiteSeerX 10.1.1.264.8177 (https://
citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/summary?
doi=10.1.1.264.8177) .
doi:10.1016/j.nuclphysa.2007.04.001 (htt
ps://doi.org/10.1016%2Fj.nuclphysa.200
7.04.001) .
54. Chowdhury, P. R.; Samanta, C.; Basu, D. N.
(2008). "Search for long lived heaviest
nuclei beyond the valley of stability".
Physical Review C. 77 (4): 044603–1—
044603–14. arXiv:0802.3837 (https://arxi
v.org/abs/0802.3837) .
Bibcode:2008PhRvC..77d4603C (http://ad
sabs.harvard.edu/abs/2008PhRvC..77d46
03C) . doi:10.1103/PhysRevC.77.044603
(https://doi.org/10.1103%2FPhysRevC.77.
044603) .
55. Chowdhury, P. R.; Samanta, C.; Basu, D. N.
(2008). "Nuclear half-lives for α-
radioactivity of elements with
100 ≤ Z ≤ 130". Atomic Data and Nuclear
Data Tables. 94 (6): 781–806.
arXiv:0802.4161 (https://arxiv.org/abs/08
02.4161) .
Bibcode:2008ADNDT..94..781C (http://ads
abs.harvard.edu/abs/2008ADNDT..94..78
1C) . doi:10.1016/j.adt.2008.01.003 (http
s://doi.org/10.1016%2Fj.adt.2008.01.00
3) .
56. Dvořák, J.; Brüchle, W.; Chelnokov, M.; et
al. (2006). "Doubly Magic Nucleus 270
108
Hs162" (https://www.dora.lib4ri.ch/psi/isla
ndora/object/psi%3A16351) . Physical
Review Letters. 97 (24): 242501–1—
242501–4.
Bibcode:2006PhRvL..97x2501D (http://ad
sabs.harvard.edu/abs/2006PhRvL..97x25
01D) .
doi:10.1103/PhysRevLett.97.242501 (http
s://doi.org/10.1103%2FPhysRevLett.97.2
42501) . PMID 17280272 (https://www.nc
bi.nlm.nih.gov/pubmed/17280272) .
Diarsipkan (https://web.archive.org/web/
20191116170013/https://www.dora.lib4ri.
ch/psi/islandora/object/psi:16351) dari
versi asli tanggal 2019-11-16. Diakses
tanggal 2019-11-16.
57. Möller, P.; Nix, J. R. (1998). "Stability and
Production of Superheavy Nuclei". AIP
Conference Proceedings. 425 (1): 75.
arXiv:nucl-th/9709016 (https://arxiv.org/a
bs/nucl-th/9709016) .
Bibcode:1998AIPC..425...75M (http://ads
abs.harvard.edu/abs/1998AIPC..425...75
M) . doi:10.1063/1.55136 (https://doi.or
g/10.1063%2F1.55136) .
58. Meng, X.; Lu, B.-N.; Zhou, S.-G. (2020).
"Ground state properties and potential
energy surfaces of 270Hs from
multidimensionally-constrained relativistic
mean field model". Science China Physics,
Mechanics & Astronomy. 63 (1): 212011–
1—212011–9. arXiv:1910.10552 (https://a
rxiv.org/abs/1910.10552) .
doi:10.1007/s11433-019-9422-1 (https://d
oi.org/10.1007%2Fs11433-019-9422-1) .
59. Moody, K. J. (2014). "Synthesis of
Superheavy Elements". Dalam Schädel,
M.; Shaughnessy, D. The Chemistry of
Superheavy Elements (edisi ke-2nd).
Springer. hlm. 3. ISBN 978-3-642-37466-1.
60. Koura, H. (2011). Decay modes and a limit
of existence of nuclei in the superheavy
mass region (http://tan11.jinr.ru/pdf/10_S
ep/S_2/05_Koura.pdf) (PDF). 4th
International Conference on the
Chemistry and Physics of the
Transactinide Elements. Diarsipkan (http
s://web.archive.org/web/2021070422003
1/http://tan11.jinr.ru/pdf/10_Sep/S_2/05_
Koura.pdf) (PDF) dari versi asli tanggal
2021-07-04. Diakses tanggal
18 November 2018.
61. Emsley 2011, hlm. 590
62. Sun, M.D.; Liu, Z.; Huang, T. H.; et al.
(2017). "New short-lived isotope 223Np
and the absence of the Z = 92 subshell
closure near N = 126" (https://www.resear
chgate.net/publication/317142406) .
Physics Letters B. 771: 303–308.
Bibcode:2017PhLB..771..303S (http://ads
abs.harvard.edu/abs/2017PhLB..771..303
S) . doi:10.1016/j.physletb.2017.03.074
(https://doi.org/10.1016%2Fj.physletb.20
17.03.074) .
63. Palenzuela, Y. M.; Ruiz, L. F.; Karpov, A.;
Greiner, W. (2012). "Systematic Study of
Decay Properties of Heaviest Elements" (h
ttp://nrv.jinr.ru/karpov/publications/Palen
zuela12_BRAS.pdf) (PDF). Bulletin of the
Russian Academy of Sciences: Physics.
76 (11): 1165–1171.
Bibcode:2012BRASP..76.1165P (http://ad
sabs.harvard.edu/abs/2012BRASP..76.11
65P) . doi:10.3103/S1062873812110172
(https://doi.org/10.3103%2FS106287381
2110172) . ISSN 1062-8738 (https://www.
worldcat.org/issn/1062-8738) .
Diarsipkan (https://web.archive.org/web/
20181118081538/http://nrv.jinr.ru/karpo
v/publications/Palenzuela12_BRAS.pdf)
(PDF) dari versi asli tanggal 2018-11-18.
Diakses tanggal 2019-11-18.
64. Chowdhury, P. R.; Samanta, C.; Basu, D. N.
(2006). "α decay half-lives of new
superheavy elements". Physical Review C.
73 (1): 014612–1—014612–7. arXiv:nucl-
th/0507054 (https://arxiv.org/abs/nucl-th/
0507054) .
Bibcode:2006PhRvC..73a4612C (http://ad
sabs.harvard.edu/abs/2006PhRvC..73a46
12C) . doi:10.1103/PhysRevC.73.014612
(https://doi.org/10.1103%2FPhysRevC.73.
014612) .
65. Chowdhury, P. R.; Basu, D. N.; Samanta, C.
(2007). "α decay chains from element
113". Physical Review C. 75 (4): 047306–
1—047306–3. arXiv:0704.3927 (https://ar
xiv.org/abs/0704.3927) .
Bibcode:2007PhRvC..75d7306C (http://ad
sabs.harvard.edu/abs/2007PhRvC..75d73
06C) . doi:10.1103/PhysRevC.75.047306
(https://doi.org/10.1103%2FPhysRevC.75.
047306) .
66. Samanta, C.; Basu, D. N.; Chowdhury, P. R.
(2007). "Quantum tunneling in 277112 and
its alpha-decay chain". Journal of the
Physical Society of Japan. 76 (12):
124201–1—124201–4. arXiv:0708.4355
(https://arxiv.org/abs/0708.4355) .
Bibcode:2007JPSJ...76l4201S (http://ads
abs.harvard.edu/abs/2007JPSJ...76l4201
S) . doi:10.1143/JPSJ.76.124201 (https://
doi.org/10.1143%2FJPSJ.76.124201) .
67. Sarriguren, P. (2019). "Microscopic
calculations of weak decays in
superheavy nuclei". Physical Review C.
100 (1): 014309–1—014309–12.
arXiv:1907.06877 (https://arxiv.org/abs/1
907.06877) .
Bibcode:2019PhRvC.100a4309S (http://a
dsabs.harvard.edu/abs/2019PhRvC.100a
4309S) .
doi:10.1103/PhysRevC.100.014309 (http
s://doi.org/10.1103%2FPhysRevC.100.01
4309) .
68. Nilsson, S. G.; Tsang, C. F.; Sobiczewski,
A.; et al. (1969). "On the nuclear structure
and stability of heavy and superheavy
elements" (http://www.escholarship.org/u
c/item/0d8319f2) . Nuclear Physics A
(Submitted manuscript). 131 (1): 53–55.
Bibcode:1969NuPhA.131....1N (http://ads
abs.harvard.edu/abs/1969NuPhA.131....1
N) . doi:10.1016/0375-9474(69)90809-4
(https://doi.org/10.1016%2F0375-9474%2
869%2990809-4) . Diarsipkan (https://we
b.archive.org/web/20191118040629/http
s://escholarship.org/uc/item/0d8319f2)
dari versi asli tanggal 2019-11-18.
Diakses tanggal 2019-11-18.
69. Kratz, J. V. (2011). The Impact of
Superheavy Elements on the Chemical
and Physical Sciences (http://tan11.jinr.r
u/pdf/06_Sep/S_1/02_Kratz.pdf) (PDF).
4th International Conference on the
Chemistry and Physics of the
Transactinide Elements. hlm. 30–37.
Diarsipkan (https://web.archive.org/web/
20160303220747/http://tan11.jinr.ru/pdf/
06_Sep/S_1/02_Kratz.pdf) (PDF) dari
versi asli tanggal 2016-03-03. Diakses
tanggal 27 August 2013.
70. Poenaru, D. N.; Gherghescu, R. A.; Greiner,
W. (2011). "Heavy-Particle Radioactivity of
Superheavy Nuclei". Physical Review
Letters. 107 (6): 062503–1—062503–4.
arXiv:1106.3271 (https://arxiv.org/abs/11
06.3271) .
Bibcode:2011PhRvL.107f2503P (http://ad
sabs.harvard.edu/abs/2011PhRvL.107f25
03P) .
doi:10.1103/PhysRevLett.107.062503 (htt
ps://doi.org/10.1103%2FPhysRevLett.10
7.062503) . PMID 21902317 (https://ww
w.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21902317) .
71. Petermann, I; Langanke, K.; Martínez-
Pinedo, G.; et al. (2012). "Have superheavy
elements been produced in nature?" (http
s://www.researchgate.net/publication/22
9156774) . European Physical Journal A.
48 (122). arXiv:1207.3432 (https://arxiv.or
g/abs/1207.3432) .
doi:10.1140/epja/i2012-12122-6 (https://
doi.org/10.1140%2Fepja%2Fi2012-12122-
6) . Diarsipkan (https://web.archive.org/w
eb/20210704220031/https://www.resear
chgate.net/publication/229156774_Have_
Superheavy_Elements_been_Produced_in
_Nature) dari versi asli tanggal 2021-07-
04. Diakses tanggal 2019-11-18.
72. Ludwig, P.; Faestermann, T.; Korschinek,
G.; et al. (2012). "Search for superheavy
elements with 292 ≤ A ≤ 310 in nature
with accelerator mass spectrometry" (http
s://web.archive.org/web/2018122822342
5/https://www.nucastro.ph.tum.de/filead
min/tuphena/www/pubs/e024315.pdf)
(PDF). Physical Review C. 85 (2): 024315–
1—024315–8.
doi:10.1103/PhysRevC.85.024315 (http
s://doi.org/10.1103%2FPhysRevC.85.024
315) . Diarsipkan dari versi asli (https://w
ww.nucastro.ph.tum.de/fileadmin/tuphen
a/www/pubs/e024315.pdf) (PDF) tanggal
28 December 2018.
73. Marinov, A.; Rodushkin, I.; Pape, A.; et al.
(2009). "Existence of Long-Lived Isotopes
of a Superheavy Element in Natural Au" (h
ttps://web.archive.org/web/20140714210
340/http://www.phys.huji.ac.il/~marinov/
publications/Au_paper_IJMPE_73.pdf)
(PDF). International Journal of Modern
Physics E. World Scientific Publishing
Company. 18 (3): 621–629. arXiv:nucl-
ex/0702051 (https://arxiv.org/abs/nucl-e
x/0702051) .
Bibcode:2009IJMPE..18..621M (http://ads
abs.harvard.edu/abs/2009IJMPE..18..621
M) . doi:10.1142/S021830130901280X (h
ttps://doi.org/10.1142%2FS02183013090
1280X) . Diarsipkan dari versi asli (http://
www.phys.huji.ac.il/~marinov/publication
s/Au_paper_IJMPE_73.pdf) (PDF) tanggal
2014-07-14. Diakses tanggal 12 February
2012.
74. Marinov, A.; Rodushkin, I.; Kolb, D.; et al.
(2010). "Evidence for a long-lived
superheavy nucleus with atomic mass
number A = 292 and atomic number
Z =~ 122 in natural Th". International
Journal of Modern Physics E. 19 (1): 131–
140. arXiv:0804.3869 (https://arxiv.org/ab
s/0804.3869) .
Bibcode:2010IJMPE..19..131M (http://ads
abs.harvard.edu/abs/2010IJMPE..19..131
M) . doi:10.1142/S0218301310014662 (h
ttps://doi.org/10.1142%2FS02183013100
14662) .
75. Bagulya, A. V.; Vladimirov, M. S.; Volkov, A.
E.; et al. (2015). "Charge spectrum of
superheavy nuclei of galactic cosmic rays
obtained in the OLIMPIA experiment" (http
s://www.researchgate.net/publication/27
9166139) . Bulletin of the Lebedev
Physics Institute. 42 (5): 152–156.
Bibcode:2015BLPI...42..152B (http://adsa
bs.harvard.edu/abs/2015BLPI...42..152
B) . doi:10.3103/S1068335615050073 (ht
tps://doi.org/10.3103%2FS106833561505
0073) .
76. Alexandrov, A.; Alexeev, V.; Bagulya, A.;
Dashkina, A.; Chernyavsky, M.; Gippius, A.;
Goncharova, L.; Gorbunov, S. et al. (2019).
"Natural superheavy nuclei in
astrophysical data". arΧiv:1908.02931
[nucl-ex].
77. Giuliani, S. A.; Matheson, Z.; Nazarewicz,
W.; et al. (2019). "Superheavy elements:
Oganesson and beyond". Reviews of
Modern Physics. 1 (1): 24–27.
doi:10.1103/RevModPhys.91.011001 (htt
ps://doi.org/10.1103%2FRevModPhys.91.
011001) . OSTI 1513815 (https://www.ost
i.gov/energycitations/product.biblio.jsp?o
sti_id=1513815) .
78. Popeko, A. G. (2016). Perspectives of SHE
research at Dubna (https://indico.gsi.de/e
vent/3548/session/23/contribution/45/m
aterial/slides/) . NUSTAR Annual Meeting
2016. Helmholtzzentrum für
Schwerionenforschung, Darmstadt,
Germany. hlm. 22–28.
79. Zhu, L. (2019). "Possibilities of producing
superheavy nuclei in multinucleon
transfer reac-tions based on radioactive
targets" (https://web.archive.org/web/201
91103005211/http://hepnp.ihep.ac.cn/file
ZGWLC/journal/article/zgwlc/newcreate/
CPC-2019-0269.pdf) (PDF). Chinese
Physics C. 43 (12): 124103–1—124103–
4. doi:10.1088/1674-1137/43/12/124103
(https://doi.org/10.1088%2F1674-1137%2
F43%2F12%2F124103) . Diarsipkan dari
versi asli (http://hepnp.ihep.ac.cn/fileZGW
LC/journal/article/zgwlc/newcreate/CPC-
2019-0269.pdf) (PDF) tanggal 2019-11-
03. Diakses tanggal 2019-11-18.
80. Roberto, J. B. (2015). "Actinide Targets for
Super-Heavy Element Research" (https://c
yclotron.tamu.edu/she2015/assets/pdfs/
presentations/Roberto_SHE_2015_TAMU.
pdf) (PDF). cyclotron.tamu.edu. Texas A &
M University. hlm. 3–6. Diarsipkan (http
s://web.archive.org/web/2020041717060
1/http://cyclotron.tamu.edu/she2015/ass
ets/pdfs/presentations/Roberto_SHE_201
5_TAMU.pdf) (PDF) dari versi asli tanggal
2020-04-17. Diakses tanggal 30 October
2018.
81. Hong, J.; Adamian, G. G.; Antonenko, N. V.
(2017). "Ways to produce new superheavy
isotopes with Z = 111–117 in charged
particle evaporation channels". Physics
Letters B. 764: 42–48.
Bibcode:2017PhLB..764...42H (http://ads
abs.harvard.edu/abs/2017PhLB..764...42
H) . doi:10.1016/j.physletb.2016.11.002
(https://doi.org/10.1016%2Fj.physletb.20
16.11.002) .
82. Siwek-Wilczyńska, K.; Cap, T.; Kowal, P.
(2019). "How to produce new superheavy
nuclei?". Physical Review C. 99 (5):
054603–1—054603–5. arXiv:1812.09522
(https://arxiv.org/abs/1812.09522) .
doi:10.1103/PhysRevC.99.054603 (http
s://doi.org/10.1103%2FPhysRevC.99.054
603) .
83. Sekizawa, K. (2019). "TDHF theory and its
extensions for the multinucleon transfer
reaction: A mini review". Frontiers in
Physics. 7 (20): 1–6. arXiv:1902.01616 (ht
tps://arxiv.org/abs/1902.01616) .
Bibcode:2019FrP.....7...20S (http://adsabs.
harvard.edu/abs/2019FrP.....7...20S) .
doi:10.3389/fphy.2019.00020 (https://doi.
org/10.3389%2Ffphy.2019.00020) .
84. Zagrebaev, V.; Greiner, W. (2008).
"Synthesis of superheavy nuclei: A search
for new production reactions". Physical
Review C. 78 (3): 034610–1—034610–12.
arXiv:0807.2537 (https://arxiv.org/abs/08
07.2537) .
Bibcode:2008PhRvC..78c4610Z (http://ad
sabs.harvard.edu/abs/2008PhRvC..78c46
10Z) . doi:10.1103/PhysRevC.78.034610
(https://doi.org/10.1103%2FPhysRevC.78.
034610) .
85. Schädel, M. (2016). "Prospects of heavy
and superheavy element production via
inelastic nucleus-nucleus collisions –
from 238U + 238U to 18O + 254Es" (https://in
spirehep.net/record/1502716/files/epjcon
f-NS160-04001.pdf) (PDF). EPJ Web of
Conferences. 131: 04001–1—04001–9.
doi:10.1051/epjconf/201613104001 (http
s://doi.org/10.1051%2Fepjconf%2F20161
3104001) . Diarsipkan (https://web.archiv
e.org/web/20230327122608/https://inspi
rehep.net/literature/1502716) dari versi
asli tanggal 2023-03-27. Diakses tanggal
2019-11-18.
86. Wuenschel, S.; Hagel, K.; Barbui, M.; et al.
(2018). "An experimental survey of the
production of alpha decaying heavy
elements in the reactions of 238U + 232Th
at 7.5-6.1 MeV/nucleon". Physical Review
C. 97 (6): 064602–1—064602–12.
arXiv:1802.03091 (https://arxiv.org/abs/1
802.03091) .
doi:10.1103/PhysRevC.97.064602 (http
s://doi.org/10.1103%2FPhysRevC.97.064
602) .
87. Greiner, W. (2013). "Nuclei: superheavy-
superneutronic-strange-and of antimatter"
(http://inspirehep.net/record/1221632/file
s/jpconf13_413_012002.pdf) (PDF).
Journal of Physics: Conference Series.
413 (1): 012002–1—012002–9.
Bibcode:2013JPhCS.413a2002G (http://a
dsabs.harvard.edu/abs/2013JPhCS.413a
2002G) . doi:10.1088/1742-
6596/413/1/012002 (https://doi.org/10.1
088%2F1742-6596%2F413%2F1%2F0120
02) . Diarsipkan (https://web.archive.org/
web/20190330183222/http://inspirehep.n
et/record/1221632/files/jpconf13_413_0
12002.pdf) (PDF) dari versi asli tanggal
2019-03-30. Diakses tanggal 2019-11-18.
88. Okunev, V. S. (2018). "About islands of
stability and limiting mass of the atomic
nuclei" (https://www.researchgate.net/pu
blication/329664372) . IOP Conference
Series: Materials Science and
Engineering. 468: 012012–1—012012–
13. doi:10.1088/1757-
899X/468/1/012012 (https://doi.org/10.1
088%2F1757-899X%2F468%2F1%2F0120
12) .
89. Maly, J.; Walz, D. R. (1980). "Search for
superheavy elements among fossil fission
tracks in zircon" (http://www.slac.stanfor
d.edu/pubs/slacpubs/2500/slac-pub-255
4.pdf) (PDF). hlm. 15.
CiteSeerX 10.1.1.382.8189 (https://citese
erx.ist.psu.edu/viewdoc/summary?doi=1
0.1.1.382.8189) . Diarsipkan (https://we
b.archive.org/web/20200809015949/http
s://www.slac.stanford.edu/pubs/slacpub
s/2500/slac-pub-2554.pdf) (PDF) dari
versi asli tanggal 2020-08-09. Diakses
tanggal 2019-11-18.
90. Afanasjev, A. F.; Agbemava, S. E.; Gyawali,
A. (2018). "Hyperheavy nuclei: Existence
and stability" (https://www.researchgate.n
et/publication/324584302) . Physics
Letters B. 782: 533–540.
doi:10.1016/j.physletb.2018.05.070 (http
s://doi.org/10.1016%2Fj.physletb.2018.0
5.070) .
91. Holdom, B.; Ren, J.; Zhang, C. (2018).
"Quark matter may not be strange".
Physical Review Letters. 120 (1):
222001–1—222001–6. arXiv:1707.06610
(https://arxiv.org/abs/1707.06610) .
doi:10.1103/PhysRevLett.120.222001 (htt
ps://doi.org/10.1103%2FPhysRevLett.12
0.222001) . PMID 29906186 (https://ww
w.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29906186) .
Daftar pustaka

Emsley, J. (2011). Nature's Building Blocks:


An A-Z Guide to the Elements (https://archiv
e.org/details/naturesbuildingb0000emsl_b
1k4) (edisi ke-New). Oxford University
Press. ISBN 978-0-19-960563-7.
Hoffman, D. C.; Ghiorso, A.; Seaborg, G. T.
(2000). The Transuranium People: The Inside
Story. World Scientific. ISBN 978-1-78-
326244-1.
Kragh, H. (2018). From Transuranic to
Superheavy Elements: A Story of Dispute and
Creation (https://archive.org/details/fromtr
ansuranict0000krag) . Springer. ISBN 978-
3-319-75813-8.
Lodhi, M. A. K., ed. (1978). Superheavy
Elements: Proceedings of the International
Symposium on Superheavy Elements.
Pergamon Press. ISBN 978-0-08-022946-1.
Podgorsak, E. B. (2016). Radiation physics
for medical physicists (edisi ke-3). Springer.
ISBN 978-3-319-25382-4.

Pranala luar

NOVA - Island of Stability (http://www.


pbs.org/wgbh/nova/sciencenow/331
3/02.html) , (PBS, 2006)
Island ahoy! (https://www.nature.com/
articles/442876a) (Nature, 2006)

Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Pulau_kestabilan_nuklir&oldid=25153880"
Halaman ini terakhir diubah pada 10 Januari
2024, pukul 20.42. •
Konten tersedia di bawah CC BY-SA 4.0 kecuali
dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai