Anda di halaman 1dari 49

Pendahuluan Fisika Inti 1

Susilawati

BAB I INTI ATOM


Dalam Bab I yang akan dibahas adalah tentang sifat-sifat inti atom,
yakni:
1.1 Sejarah Model Atom
1.2 Penyusun Inti
1.3 Muatan Inti
1.4 Masa Inti
1.5 Jejari Inti
1.6 Momentum Sudut Inti
1.7 Momen Magnetik Inti
1.8 Momen Listrik Inti
1.9 Energi Ikat inti
1.10 Gaya Inti
1.11 Model Inti
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi dalam bab ini, mahasiswa diharapkan
dapat:

1. Menguraikan alasan-alasan elektron tidak bisa berada dalam inti


2. Menjelaskan tentang hipotesis proton-neutron
3. Menuliskan notasi suatu inti
4. Menentukan banyaknya partikel suatu inti
5. Menjelaskan tentang isotop, isoton, isobar
6. Memberikan contoh isotop, isoton, isobar
7. Menghitung masa inti suatu atom
8. Mennentukan perbandingan jejari dua inti atom
9. Menjelaskan konsep massa defek dan energi ikat inti serta
caranya menghitung
10. Menjelaskan sifat-sifat gaya inti: besarnya gaya inti, jangkauan
gaya inti
11. Menghitung energi ikat inti.
12. Membaca grafik energi ikat rata-rata per nukleon
13. Merumuskan energi yang dibutuhkan untuk memisahkan suatu
proton/neutron dari suatu inti 
Pendahuluan Fisika Inti 2
Susilawati

1.1 Sejarah Penemuan Atom

Pada awal abad 20, ada bukti yang lebih meyakinkan bahwa materi
dapat dijelaskan oleh teori atom. Artinya, materi terdiri dari beberapa
susunan bangunan yang disebut sebagai atom. Teori ini memberikan
gambaran yang konsisten dan terpadu untuk semua proses kimia pada
waktu itu. Namun, beberapa misteri tidak dapat dijelaskan oleh teori
atom ini. Pada tahun 1896, A.H. Becquerel menemukan radiasi
penembus. Pada tahun 1897, J. J. Thomson menunjukkan bahwa
elektron memiliki muatan listrik negatif yang berasal dari materi biasa.
Untuk materi yang bermuatan listrik netral, juga harus ada muatan
positif bersembunyi di suatu tempat. Sebuah terobosan monumental
datang pada tahun 1911 ketika Ernest Rutherford dan rekan-rekannya
melakukan percobaan bertujuan untuk menentukan sudut dimana
seberkas partikel alpha (inti helium) akan berhambur setelah melewati
kertas tipis emas.

Gambar. 1. Model atom.


Titik di pusat atom Rutherford adalah inti.

Sebuah model atom yang berlaku pada saat (Thomson, atau


"plumpudding," atom) mengusulkan bahwa elektron bermuatan negatif
(plum) dicampur dengan muatan positif (puding). Model ini
menjelaskan netralitas materi massal, namun masih memungkinkan
deskripsi aliran muatan listrik. Dalam model ini, akan sangat tidak
mungkin untuk sebuah partikel alfa untuk berhambur melalui sudut
yang lebih besar dari sebagian derajat fraksi, dan sebagian besar hampir
tidak ada hamburan sama sekali.
Pendahuluan Fisika Inti 3
Susilawati

Hasil percobaan Rutherford tak terduga. Sebagian besar partikel alfa


berperilaku seperti yang diharapkan, dan hampir berhambur semuanya.
Tapi ada partikel alpha yang berhambur melalui sudut lebih besar dari
90 derajat, luar biasa mengingat harapan untuk "plum-pudding" atom.
Pada umumnya bukti dari jenis percobaan yang berujung bahwa model
atom memiliki inti. Satu-satunya model atom yang konsisten dengan
penelitian Rutherford ini adalah bahwa inti pusat terkecil (nukleus)
bermuatan positif dan sebagian besar massa atom, sedangkan sebagian
besar volume atom mengandung elektron diskrit yang mengorbit sekitar
inti pusat.

Dalam teori elektromagnetik klasik, muatan yang bergerak dalam jalur


melingkar, kehilangan energi. Dalam model Rutherford, elektron
mengorbit inti mirip dengan orbit planet sekitar matahari. Namun, di
bawah model ini, tidak ada yang mencegah elektron dari kehilangan
energi dan jatuh ke dalam inti di bawah pengaruh daya tarik Coulomb.
Masalah kestabilan diselesaikan oleh Niels Bohr pada tahun 1913
dengan model baru di mana terdapat orbit tertentu di mana elektron
tidak kehilangan energi dan karena itu tidak ada spiral ke inti. Model
ini merupakan awal dari mekanika kuantum, yang berhasil menjelaskan
banyak sifat-sifat atom. Model atom Bohr masih merupakan gambaran
yang tepat dari tingkat energi dari atom hidrogen.

Inti atom atau nuklir dipandang sebagai massa titik dan muatan titik.
Inti atom pertama kali diketahui oleh Rutherford (1911), dari
eksperimen yang dilakukan oleh Geiger dan Marsden (1909)
berdasarkan percobaan hamburan partikel alfa () yang menjelaskan
tentang inti atom membawa semua muatan positif dan hampir seluruh
massa atom. Inti atom tersusun dari proton dan neutron. Proton
merupakan partikel bermuatan positif, neutron merupakan partikel yang
tidak bermuatan listrik atau netral. Partikel proton dan neutron sebagai
penyusun inti atom disebut nukleon. Proton ditemukan oleh Goldstein
dan neutron ditemukan oleh James Chadwick (teman Rutherford) yang
meraih Nobel tahun 1935.
Pendahuluan Fisika Inti 4
Susilawati

1.2 PENYUSUN INTI

Menurut model atom Bohr-Rutherford, inti atom ierdiri dari muatan


positif. Oleh Rutherford disimpulkan bahwa inti atom terdiri dari
proton-proton. Pendapat ini menimbulkan banyakpertanyaan.
Terutamam yang menyangkut massa atom. Misalnya bagairnana
menjelaskan atom karbon yang mernpunyai massa sekitar 12 kali massa
proton tetapi hanya rnempunyai 6 elektron (atau proton) Penemuan
netron yang massanya hampir sama dengan massa proton, dapat
menjawab masalah di atas. Para fisikawan menganggap bahwa inti
atom tidak hanya terdiri dari proton saja tetapi juga netron. Netronlah
yang rnenyebabkan massa atom lebih besar dari massa total proton
dalam inti.

Misalnya pada atom karbon di atas, jumlah proton 6. Kelebihan 6


massa proton adalah disebabkan karena mereka mempunyai 6 buah
netron dalam inti. Jadi jelaslah sekarang mengapa massa atom lebih
besar dibandingkan dengan jumlah massa total proton dalam inti.
Penjelasan ini sangat masuk akal dan .sukar untuk disanggah sehingga
semenjak itu para fisikawan sepakat rnenyimpulkan bahwa partikel
pembentuk inti atom adalah proton dan netron. Inti tersusun dari
proton dan nutron, observabel dasar inti adalah muatan, massa, spin dan
momen magnet inti.

Proton

Di samping penemuannya pada tahun 1911 yang melahirkan suatu


model atom terkenal, Rutherford juga melakukan percobaannya pada
tahun 1919 yang melahirkan suatu konsep baru yang penting tentang
apa yang terdapat di dalam inti atom. Ia menembakkan sinar α pada
atom-atom nitrogen dan mengamati apa yang terjadi. Ia menemnkan
satu partikel aneh yang terpental keluar. Partikel ini ketika diselidiki
ternyata mempunyai muatan positif seperti partikel α, namun besar
muatannya sama dengan besar muatan elektron. la menamakan partikel
ini proton yang kemudian dikenal sebagai inti atom hidrogen. Nama
Pendahuluan Fisika Inti 5
Susilawati

proton diturunkan dari bahasa Yunani “ protos yang artinya pertama”.


qp = + e = 1,6 x 10-19 C

Melalui percobaan seperti yang dilakukan oleh Thomson untuk


menentukan nilai q/m elektron. Para fisikawan berhasil menghitung
q/m untuk proton. Dari hasil ini mereka berhasil menghitung massa
proton yaitu sekitar 1836 massa elektron. Berdasarkan muatannya yang
positif dan, massanya yang jauh lebih besar dari massa elektron, proton
merupakan kandidat yang paling kuat sebagai partikel pembentuk inti
atom. Melalui pengamatan spektrum atom hidrogen Rutherford
menyimpulkan bahwa proton merupakan inti atom dari atom hidrogen.
Kemudian Rutherford membuat pernyataan bahwa proton merupakan
pembentuk dari semua inti atom. Proton tersusun atas 3 buah quark,
yaitu dua quark atas (up) dan satu quark bawah (down). Proton
termasuk salah satu jenis partikel hadron (tergolong baryon).

Gambar 2. Struktur quark dari sebuah proton

Neutron

Pada tahun 1920 Rutherford menyarankan bahwa suatu proton dalam


inti dapat mengikat elektron ( ingat muatan positif akan menarik
muatan negative ) sehingga elektron tidak bebas lagi. Gabungan
elektron dan proton ini akan membentuk partikel netral yang ia
namakan neutron. Waktu itu Rutherford sedemikian terkenalnya
sehingga apa yang diusulkannya dinggap benar. Para fisikawan
berusaha mendesaian alat untuk menemukan partikel netral ini. Pada
tahun 1930 W.G. Bothe dan H. Becker menembakkan sinar alfa ke
atom-atom berilium. Mereka menemukan suatu pancaran sinar/radiasi.
Pendahuluan Fisika Inti 6
Susilawati

Mereka menganggap ini adalah pancaran gelombang elektromagnetik


seperti sinar X atau sinar γ yang dapat menembus material yang cukup
tebal. Namun beberapa fisikawan meragukan anggapan ini karena pada
eksperimen ini terlihat bahwa daya tembus radiasi jauh lebih besar
dibandingkan dengan daya tembus sinar-X maupun sinar γ.

Tidak puas dengan hasil percobaan Botha dan Becker serta ingin
mempelajari sifat sinar “aneh” ini, Frederic Julio dan Irene Curie
melakukan percobaan seperti percobaan Botha dan Becker, tetapi
mereka menumbukkan sinar atau radiasi “ aneh “ tersebut pada parafin
(bahan yang kaya akan proton) yang dipercaya dengan karbon. Menurut
laporan mereka, sejumlah proton dipancarkan dari hasil percobaan ini.
Sebelumnya mereka mengharapkan bahwa jika radiasi “aneh” itu
adalah pancaran sinar X maupun sinar γ, maka energi proton yang
terpancar tidaklah besar. Namun ternyata hasil yang diamati berbeda
dari yang diharapkan. Waktu diukur, ternyata energi proton yang
terlempar ini jauh lebih besar dari apa yang diharapkan. Mereka tidak
mengerti dan tidak punya jawaban untuk itu.

Gambar.3 Percobaan Frederic Julio dan Irene Curie

Pada tahun 1932, James Chadwick memberikan suatu ide untuk


menerangkan mengapa hasil percobaan Julio-Curie demikian. Ia
mengatakan bahwa yang menumbuk proton adalah partikel bermassa
yang netral (neutron) bukan sinar gamma. Menurut dia hanya partikel
yang bermassa cukup besar yang dapat menedang proton dengan keras
sehingga energi kinetik proton dapat menjadi sangat besar. Untuk
menentukan massa neutron, Chadwick melakukan percobaan seperti
berikut
Pendahuluan Fisika Inti 7
Susilawati

Gambar.4 Percobaan J.Chadwick

Pada gambar tampak partikel alpha dari sumber polonium ditembakkan


ke suatu sampel berilium. Partikel yang dipancarkan oleh berilium
kemudian akan menendang proton dari paraffin. Proton dikumpulkan
pada detektor ionisasi untuk diamati dan dianalisis. Anggap partikel
yang dipancarkan berilium adalah neutron yang mempunyai massa m n
dan kecepatan mula-mula vn, sedangkan massa proton mp ( kecepatan
proton mula-mula vp) Anggap kecepatan neutron dan proton sesudah
tumbukan adalah v’n dan v’p. Jika tumbukan dianggap elastik sempurna
maka e = 1.
, ,
v −v
e=− p n
v p −v n (1.1)
, ,
v −v
1=− p n
0−v n
, ,
v p =v n +v n
, ,
mpvp + mnvn = mp v p + mn v n (1.2)
(kekekalan momentum)
m p . 0+mn v n=m p ( v ,n + v n )+ m n v ,n
( mn −m p ) v n =( mn + m p) v ,n
Pendahuluan Fisika Inti 8
Susilawati

mn −m p
v ,n = vn
mn +m p
, ,
v n =v p −v n
mn −m p
v n =v ,p − v
mn +m p n
m −m p
v ,p =v n + n v
mn +m p n
2 mn
v ,p = v
mn +m p n (1.3)
,
Kecepatan proton setelah tumbukan ( v p ) dapat ditentukan dengan
menganalisa proton yang tiba di kamar ionisasi. Namun dengan data ini
kita masih belum bisa menghitung massa neutron karena masih ada
variable vn yang belum diketahui besarnya. Chadwick kemudian
melakukan eksperimen lain dengan mengganti paraffin dengan nitrogen
dan ia mengamati kecepatan nitrogen yang tertolak. Dengan cara yang
sama kita peroleh kecepatan nitrogen yang tertolak, v’n adalah :
2 mn
v ,N = v
mN + m n n (1.4)
,
vp 2 mn 2 mn m N + mn
,
= vn : v n=
vN m p +m n m N + mn m p + mn

,
Dari percob Chadwick diperoleh data v p = 3,3 x 107 m/s dan
,
v N = 4,7 x 106 m/s dengan menggunakan mN = 14 mp ( massa nitrogen
= 14 kali massa proton), kita peroleh :
Pendahuluan Fisika Inti 9
Susilawati

v ,p mN +mn
=
v ,N m p +mn
3,3 x 107 14 mp +mn
=
4,7 x 106 m p +mn
7 , 02 ( mP +mn ) =14 m p +mn
6 , 02 mn =6 ,98 m p
mn =1, 16 m p
Inilah massa neutron yang dihitung Chadwick.

Sebuah neutron diklasifikasikan sebagai baryon dan terdiri dari dua


quark bawah dan satu quark atas. Persamaan Neutron antibendanya
adalah antineutron.

Gambar 5. Strutur quark dari sebuah neutron

Suatu inti X
disimbulkan
Z
A
X (1.5)

dengan Z adalah nomor atom yaitu sama dengan


cacah proton dalam inti, sedangkan A disebut
nomor massa yang merupakan jumlah dari cacah
proton Z dan cacah neutron N atom Z + N = A

1.3 Muatan Inti

Model atom Rutherford dapat menjelaskan spektra sinar-X unsur-unsur


yang diukur oleh Moseley (1913). Dari data Moseley diketahui bahwa
muatan inti adalah Ze, dengan Z = nomor atom, dan e = + 1,602 x 10-19
Coulomb. Proton adalah inti isotop hidrogen teringan 1H1 bermuatan
Pendahuluan Fisika Inti 10
Susilawati

positif yang besarnya sama dengan muatan elektron. Neutron adalah


partikel netral, tak bermuatan listrik. Karena tak bermuatn listrik maka
tidak memberi efek ionisasi secara langsung dan hanya dapat dideteksi
dan diidenfikasi secara tidak langsung, neutron dihipotesakan oleh
Pauli baru teruji di tahun 1932 oleh J. Chadwick mendemonstrasikan
sifat-sifat dasarnya dalam beberapa eksperimen reaksi nuklir.

1.4 Massa Inti

Menurut hipotesa Dalton (1803) atom-atom suatu unsur identik.


Prout (1815) menyatakan bahwa semua unsur tersusun atas hidrogen,
dan massanya dapat dinyatakan sebagai : M ≫ C . M H

Penelitian tentang massa atom dengan menggunakan spektroskopi


massa menunjukkan bahwa setiap inti atom memiliki massa
mendekati atau sama dengan kelipatan bilangan bulat dari massa
proton. Bilangan bulat tersebut dinyatakan dengan bilangan massa
atom A. Tahun 1961 kesepakatan internasional bidang kimia murni
dan terapan menyatakan satuan massa atom adalah sebagai 1/12 dari
massa atom carbon C12.
Massa proton (mp) 1,007276 u energi diam 938, 2796 MeV
Massa neutron (mn) 1,008665 u energi diam 939,5731 MeV
Dimana u= satuan massa
atom = 931,5 MeV/c2
Inti atom terdiri atas proton dan neutron, sehingga massa inti tidak
sama dengan z kali massa proton ditambah n kali massa neutron,
melainkan lebih kecil dari nilai tersebut sehingga dinyatakan
sebagai : M≪zMH + n MN
Dengan z dan n adalah jumlah proton dan neutron, dan MN adalah
massa neutron
Proton dan neutron mempunyai massa yang hampir sama, selisihnya
tidak lebih besar dari 1 %, keduanya mempunyai energi diam kurang
lebih 939 MeV. Karena proton bermuatan listrik, massanya dapat
diukur langsung secara eksperimen dengan spektrograf massa,
sedang pengukur massa neutron dilakukan secara tidak langsung.
Pendahuluan Fisika Inti 11
Susilawati

Nuklida-nuklida dengan jumlah proton sama tetapi jumlah neutron


berbeda disebut Isotop.Nuklida-nuklida dengan jumlah nukleon sama
tetapi jumlah proton berbeda disebut Isobar. Sedangkan nuklida-
nuklida dengan jumlah neutron yang sama disebut Isoton.

Isotop

Isotop yaitu suatu nuklida yang mempunyai nomor atom sama tetapi
nomor massa berbeda. Contoh : , dan . Setiap karbon
mempunyai nomor atom 6 tetapi nomor massanya berbeda-beda.
Dari contoh tersebut dapat dikatakan bahwa walaupun unsurnya
sama belum tentu nomor massanya sama. Isotop dari unsur-unsur
yang radioaktif disebut radioisotop, sedangkan nuklidanya disebut
radionuklida.

Isobar

Isobar yaitu suatu nuklida yang mempunyai nomor massa sama tetapi
nomor atomnya berbeda. Contoh: dan

Isoton

Isoton yaitu suatu nuklida yang mempunyai jumlah neutron sama.


Contoh: dan  yang sama-sama memiliki jumlah neutron 20.

1.5 Jejari Inti

Sejarah pertama pengukuran jejari inti telah dilakukan oleh


Rutherford dan Chadwick , pada percobaan hamburan partikel alfa
() . Jari-jari inti belum bisa ditentukan/diukur secara langsung. Ada
dua metode, yaitu cara Nuklir dan Cara Elektromagnetik. Cara
Nuklir : Cara ini diukur jari-jari gaya inti (nuclear force radius),yaitu
jarak dari pusat inti (core) ke jarak jangkauan gaya inti.
Pendahuluan Fisika Inti 12
Susilawati

Jika diasumsikan inti bulat R=r 0 A


1/ 3

(bola) maka jejari inti


(1.6)
dirumuskan sebagai fungsi
nomor massa A adalah
Nilai ro ditentukan melalui
eksperimen:
Hamburan partikel alfa ro=1,414 x 10-13 cm = 1,414 fm
Peluruhan alfa dengan hasil ro=1,48 x 10-13 cm = 1, 48 fm
Hamburan neutron cepat ro=1,37 x 10-13 cm = 1,37 fm
1 fm = 1 Fermi = 10-13 cm
1.6 Momentum Sudut Inti

Proton dan neutron mempunyai momentum sudut intrinsik yang


disebut spin. Momentum sudut inti dapat diketahui dari struktur
halus (hyperfine structure), dapat diamati menggunakan dengan
spektrometer dengan resolusi tinggi. Nukleon mempunyai spin ½.
Karena nukleon bergerak, maka proton dan neutron juga mempunyai
momentum sudut orbital.

Bilangan Kuantum Magnetik Spin

Sebelum membahas lebih jauh mengenai spin inti, berikut penjelasan


tentang kuantum magnetik spin yang berguna dalam memahami spin
inti. Bilangan kuantum magnetik spin disimbolkan dengan ms pada
pembahasan elektron. Sementara untuk inti disimbolkan dengan m I
(di mana I adalah bilangan kuantum spin inti). Bilangan kuantum
magnetik spin berhubungan erat dengan momentum sudut intrinsik.
Momentum sudut intrinsik adalah momentum sudut yang terdapat
dalam partikel itu sendiri. Momentum sudut intrinsik elektron tidak
bergantung pada momentum sudut orbitalnya. Dalam pembahasan
elektron mengelilingi inti atom akan menghasilkan medan magnetik.
Medan magnetik ini akan berinteraksi dengan medan magnetik
akibat momentum sudut elektron.
Pendahuluan Fisika Inti 13
Susilawati

Pauli menyebutkan bahwa bilangan kuantum yang berhubungan


dengan momentum sudut intrinsik elektron ini dengan nama bilangan
kuantum magnetik spin yang memiliki nilai ms=+1/2 dan ms=-1/2.

Untuk menjelaskan lebih lanjut ide Pauli. Goudsmit dan Uhlenbeck


memisalkan elektron seperti bola pejal bermuatan. Momentum sudut
intrinsik elektron dianggapnya sebagai akibat puntiran elektron yang
berputar terhadap sumbunya (seperti rotasi bumi). Pada waktu
elektron berpuntir berlawanan arah gerak jarum jam, elektron
mempunyai bilangan kuantum magnetik spin ms=+1/2 dan ketika
berpuntir searah jarum jam ms=-1/2.

Gambar 6. model spin goudsmit dan uhlenbeck

Gambar. 7. Sistem partikel dan besarnya momentum sudut intrinsik


Pendahuluan Fisika Inti 14
Susilawati

Besarnya momentum sudut intrinsik atau spin (puntiran) elektron ini


diberikan oleh rumus S=ℏ √ s( s+ 1) dengan s=1/2 (s dinamakan
bilangan kuantum spin). Proyeksi spin elektron ini pada sumbu z
diberikan oleh SZ=msℏ dengan ms menyatakan bilangan kuantum
magnetik spin. Selain elektron, partikel lain yang juga memiliki spin
adalah proton dan neutron. Besar spin proton dan neutron sama
dengan spin elektron, yaitu :

S=ℏ
√ 1 1 √3
( +1)= ℏ
2 2 2

Bilangan kuantum spin proton dan neutron adalah ½. Hal ini karena
harus memenuhi ketentuan seperti yang dinyatakan oleh Fermi-
Dirac. Berikut penjelasannya partikel elementer penyusun materi
yang berada pada kolom pertama, kedua dan ketiga (12 partikel)
masuk dalam kategori fermion, partikel-partikel tersebut mematuhi
kaidah yang berlaku pada statistika Fermi-Dirac (dikemukakan oleh
Enrico Fermi dan Paul Dirac secara terpisah) diantaranya adalah ,
memiliki spin kelipatan ½, mematuhi prinsip eksklusi Pauli dan
fungsi gelombangnya bersifat antisimetri. Sedangkan yang berada
pada kolom terakhir (4 partikel) masuk kategori boson. “Mereka”
adalah partikel elementer yang menjadi mediator (perantara) pada
proses terjadinya suatu interaksi dan mematuhi statistika Bose-
Einstein (dikemukakan oleh Satyendra Nath Bose dan Albert
Einstein secara terpisah) diantaranya adalah memiliki spin kelipatan
bilangan bulat, tidak mematuhi prinsip eksklusi Pauli dan fungsi
gelombangnya bersifat simetris.

Bagian yang berwarna ungu adalah partikel yang masuk kategori


quark. Terdapat 6 jenis quark yaitu: up, down, charm, strange, top
dan bottom. Murray Gell-Mann memberi nama partikel tersebut
dengan sebutan quark setelah ia mendengar bunyi bebek (kwork
kwork kwork) dan membaca buku karangan James joyce yang
berjudul Finnegans Wake yang didalamnya terdapat kata quark. Di
alam semesta, quark tidak ditemukan “seorang diri” melainkan
berada secara bersama dalam suatu partikel komposit bernama
Pendahuluan Fisika Inti 15
Susilawati

hadron. Salah satu jenis partikel hadron adalah proton. Photon


mempunyai spin S=ℏ √ 1 ( 1+ 1 )=ℏ √ 2 dan bilangan kuantum spin
photon s=1.

SPIN INTI

Proton dan netron mempunyai sudut intrinsik yang disebut spin. Spin
S ini berperilaku seperti momentum sudut, namun tidak tergantung
pada gerak orbital. Hal serupa juga dinyatakan dalam pembahasan
tentang spin elektron. Bahwa dalam usaha untuk menerangkan
struktur halus garis spektral dan efek Zeeman anomalous, S.A.
Goudsmit dan G.E. Uhlenbeck pada tahun 1925 mengusulkan bahwa
elektron memiliki momentum sudut intrinsik yang bebas dari
momentum sudut orbitalnya dan berkaitan dengan momentum sudut
itu terdapat momen magnetik .Apa yang ada dalam pikiran Goudsmit
dan Uhlenbeck ialah suatu gambaran klasik dari elektron sebagai
bola yang bermuatan yang berpusing pada sumbunya. Hal ini
tentunya berlaku pada permasalahan inti atom. Proton dan netron pun
secara gambaran klasik berpusing pada sumbunya sehingga memiliki
sudut intrinsik yang disebut spin.

Spin inti SI berhubungan dengan bilangan kuantum spin inti I sebagai


S I =ℏ √ I (I +1) (1.7)

Bilangan kuantum spin inti I digunakan untuk memerikan


momentum sudut spin inti SI. Harga yang diperbolehkan untuk
bilangan kuantum spin proton dan neutron adalah I=1/2 seperti
halnya pada spin elektron. Persyaratan ini datang dari teori Dirac dan
dapat juga diperoleh secara empiris dari data spektral.
Pendahuluan Fisika Inti 16
Susilawati

Dalam penurunan rumusnya


Dirac menyatakan bahwa
sebuah partikel yang
mempunyai massa dan muatan
seperti elektron (maupun proton
dan neutron) harus memiliki
momentum sudut intrinsik dan
momen magnetik seperti yang
diusulkan Goudsmit dan
Uhlenbeck.

Jika I=1/2
S I =ℏ √ I ( I + 1 )

S I =ℏ
√(
1 1
2 2
+1 )
S I= √ ℏ
3
(1.8)
2

Gambar 8. Kuantisasi ms

Momentum sudut spin inti

Kuantisasi ruang spin inti diperikan oleh bilangan kuantum magnetik


spin ms. Seperti halnya momentum sudut orbital boleh memiliki
orientasi 2l+1 dalam medan magnetik dari +l hingga –l, vektor
momentum sudut spin inti dapat meiliki 2I+1=2 orientasi yang diberi
spesifikasi oleh mI=+1/2 dan mI=-1/2.

Komponen Sz momentum sudut spin inti sepanjang arah medan


magnetik dalam arah z ditentukan oleh bilangan kuantum magnetik
spin, sehingga
1
SZ =m I ℏ=± ℏ (1.9)
2
Pendahuluan Fisika Inti 17
Susilawati

Momen
Gambar 8.Magnet inti
Kuantisasi ruang momentum
sudut SI untuk proton dan netron

Sebelum membahas apa itu momen


magnetik inti, mari kita ulang kembali
apa itu momen magnetik? Penjelasan
berikut akan mengacu pada momen
magnetik elektron.
Anggap suatu partikel katakanlah
elektron bermassa m bergerak dalam
suatu orbit berjari-jari r dengan frekuensi
f. Momentum sudut elektron ini adalah
L=mevr=mer2=me2πfr2.
Gerakan elektron ini menimbulkan arus
didefinisikan sebagai banyaknya muatan yang mengalir tiap detik.
Jadi arus yang disebabkan oleh gerakan elektron ini sama dengan
I=qf=-ef.

Gerakan elektron ini juga menimbulkan medan magnet (ingat bahwa


partikel yang bergerak akan menghasilkan medan magnetik). Jika
elektron ini diberikan medan magnetik (kita namakan medan
magnetik luar) maka terjadilah interaksi antara kedua medan
magnetik ini. Medan magnetik luar ⃗ B (arahnya misalkan searah
dengan sumbu z) akan memberikan torsi yang dapat merubah arah
gerakan elektron. Besarnya torsi τ⃗ akibat medan magnet ini diberikan
Pendahuluan Fisika Inti 18
Susilawati

oleh rumus
τ⃗ =⃗μ x ⃗
B (1.10)
⃗μ adalah suatu besaran yang dinamakan momen magnetik yang
besarnya ⃗μ=IA . Arah momen magnetik sama dengan arah
momentum sudut untuk partikel bermuatan positif dan berlawanan
untuk partikel negatif. Torsi inilah yang memutar orbit.

Tinjau suatu untai arus listrik i tertutup melingkupi luasan A Momen


magnet yang ditimbulkan oleh untai tertutup ini adalah
⃗μ=i ⃗A
(1.11)
Jika untai arus tertutup tersebut berupa lintasan proton yang
berbentuk lingkaran berjari -jari r dan laju v maka
e ev
i= =
Arus 2 πr /v 2 πr
Karena luas A = π r2
momen magnetnya

μ= ( )ev
2 πr
πr 2=
evr
2
(1.12)
Karena momentum sudut orbit proton L = mp v r maka
e
μ1 = L
2 mp
Didefinisikan, nisbah giromagnetik orbit γL
μL e
γ L≡ =
L 2 mp
Komponen momen magnet orbit ke suatu sumbu (sumbu Z) adalah
e
μ Lz= L
2mp Z
(1.13)
e
μ Lz= mℏ
2 mp l
Pendahuluan Fisika Inti 19
Susilawati

dengan ml : bilangan kuantum magnetik orbital.

Didefinisikan besaran magneton Nuklir


μ N sebagai
eh
μN= =5 , 050 x 10−27 J /T
2 mp
dengan mp = massa proton, sehingga
μlz =μ N ml
Bandingkan Nilai
μ N ini dengan satuan momen magnet untuk
eh
β=
elektron sebesar 2ml yang disebut magneton Bohr yang
besarnya = 0,92932 x 10-23 J/T.

Hasil eksperimen menunjukkan momen magnet proton akibat gerak


spinnya ( diukur dalam kerangka rehat proton ) adalah

= (2,792 76 ± 0,000 0 2)
μN
μp

Neutron adalah partikel tak bermuatan, mestinya mempunyai momen


magnet nol. Tetapi hasil pengukuran menunjukan bahwa dalam
kerangka rehatnya
μn =−1 , 91315 μ N

Hal ini dikarenakan meskipun muatan total neutron nol, namun


terdapat distribusi muatan dalam neutron yang tidak merata, maka
momen magnetnya tidak sama dengan nol. Dalam model nukleon
mejemuk neutron tersusun dari tiga zarah kuark yang berbeda.

Momentum sudut total (spin A A (1.14)


inti) I, merupakan jumlah
vektor momentum sudut
I = ∑ Lk + ∑ S k
k =1 k=1
orbital, L dan momentum sudut
spin, S tiap nukleon.
Pendahuluan Fisika Inti 20
Susilawati

1.7 Momen Magnetik Inti

Di dalam inti atom nukleon-nukleon mengalami gerak orbital, baik


proton maupun neutron mempunyai momen magnetik.
Untuk proton, momen (1.15)
magnetik proton, Mp, dan
momentum sudut orbital, Lp.
M p=
2
e
Mp ( Lp )
1.8 Momen Listrik Inti

Momen listrik inti pertama kali dijelaskan oleh Schuler dan Schmidt
(1935), pada hyperfine struktur Eu-151 dan Eu-153. Adanya momen
kuadrupol inti berarti menunjukkan distribusi inti tidak simetris bola.
Konsep multipol listrik dapat dijelaskan berdasarkan teori potensial
listrik.

Momen kuadrupol inti pertama kali dideteksi oleh Schuler dan Schmidt
pada tahun 1935 pada saat mereka menjelaskan hyperfine structure
splitting 151 Eu dan 153 Eu. adanya momen kuadrupol inti menunjukkan
bahwa distribusi muatan inti tidak simetris bola, melainkan sedikit
berdeviasi. Konsep multipol listrik dapat diterangkan dengan teori
potensial elektrostatis.
Muatan di titik ( xi, yi,zi ) adalah qi, sehingga momen dipole listrik
didefinisikan sebagai berikut :

p x =∑ q i x i
i

p y = ∑ qi y i (1.16)
i
Pendahuluan Fisika Inti 21
Susilawati

p z =∑ q i z i
i

Momen kuadrupol listrik merupakan tensor dengan enam komponen


sebagai berikut:

p xx=∑ q i x 2i
i

p yy =∑ qi y i
2

p zz =∑ q i z 2i (1.17)
i

p xy =∑ q i x i y i
i

p xz=∑ qi xi z i
i

p yz =∑ q i y i z i
i

Pada umumnya multipol listrik dapat dinyatakan dengan 2.


Berdasarkan angka dua maka untuk :
0
l=0 ; 2 =1 monopol

l=1 ; 21 dipol
2
l=2 ; 2 =4 kuadrupol

l=3 ; 23=8 oktupol


4
l=4 ; 2 =16 h exadecapol

untuk distribusi muatan di dalam inti kontinu dan uniform maka


momen dopel listrik inti dapat dinyatakan sebagai berikut:

p x =∫ ρ ( ⃗r ) xdx
Pendahuluan Fisika Inti 22
Susilawati


p y =∫ ρ ( r ) ydy (1.18)


p z=∫ ρ (r ) zdz

Demikian pula momen kuadrupol listrik inti dapat dinyatakan sebagai


⃑ 2
berikut: p xx=∫ ρ (r ) x dτ

⃑ 2
p yy =∫ ρ ( r ) y dτ


p zz =∫ ρ ( r ) z 2 dτ (1.19)


p xy =∫ ρ (r ) xydτ


p yz =∫ ρ (r ) yzdτ


p xz=∫ ρ ( r ) xzdτ

Apabila distribusi muatan simetris bola maka momen dipol listrik dan
momen kuadrupol listrik sama dengan nol. Apabila distribusi muatan
berupa ellipsoid dengan sumbu z maka:

p x =p y = p z=0

p xx= p xz= p yz=0

p xx = p yy ≠ 0 ; p zz ≠0

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila ρ (r⃑ )simetri bola


maka hanya terdapat monopil listrik saja. Apabila ρ ( r⃑ ) bukan simetri
bola, maka multipol yang ada hanya:
Monopol+kuadrupol+hexadecapol+…atau2ldengan
l=0,2,4 , …=genap
Pendahuluan Fisika Inti 23
Susilawati

Pada inti-iti yang bentuknya tidak bulat (lonjong) hanya mempunyai


momen kuadrupol saja. Momen kuadrupol listrik sebuah inti atom
memenuhi:

4
Q= Z R2
5

b−a
¿
R

b+ a
R=
2
Dengan a dan b masing-masing menyatakan setengah sumbu panjang
dan setengah sumbu pendek ellipsoid. Dengan demikian momen
kuadrupol listrik Q bergantung pada bentuk inti momen kuadrupol
listrik yang pernah diukur adalah:
Q=700. 10−26 cm 2 ,untuk=0,17
−26 2 123
Q=−120.10 cm ,=−0,53 untuk 51 Sb .

Jika inti berbentuk bola maka b=a dan Q=0


Jika inti berbentuk cerutu makab> a dan Q>0
Jika inti berbentuk cakram maka b< a dan Q<0

1.9 Energi Ikat Inti

Massa Defek Dan Energi Ikat

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa massa atom tertentu selalu lebih


kecil dibandingkan dengan massa total dari netron, proton, dan elektron
yang menyusun atom. Perbedaan antara massa atom dan penjumlahan
total dari massa penyusun atom disebut massa defek.

Massa defek (Δm) dapat dihitung menggunakan persamaan

∆ m=¿
Pendahuluan Fisika Inti 24
Susilawati

dengan mp adalah massa satu proton, mn adalah massa satu neutron, me


massa satu elektron, matom adalah massa atom, Z nomor atom, dan A
nomor massa.
Dalam kasus inti juga sama. Massa inti tertentu juga selalu lebih kecil
dibanding dengan massa total dari partikel-partikel penyusunnya.
Perbedaan massa untuk inti dirumuskan

∆ m=[ Z mp +( A−Z )mn ] −minti (1.21)


Sebagai contoh inti deuterium 1H atau d, yang tersusun dari satu
2

proton dan satu netron, massanya lebih kecil dibanding partikel-partikel


penyusunnya. Selisih massa tersebut dikonversi menjadi energi ikat
(Binding Energi, B), yang mengikat agar partikel-partikel penyusun inti
tidak berantakan. Konversi massa-energi dapat dihitung dengan
perumusan Einstein:
ΔE = mc2
dengan c adalah kecepatan cahaya 2,998 x 108 m/s

Dengan demikian maka energi ikat deuterium (1H2) yang tersusun dari
satu proton dan satu netron dituliskan:

2
B=(mn+ m p−md )c (1.22)
md adalah massa inti deuterium, bukan massa atom deuterium. Perlu
diingat bahwa massa inti atom berbeda dengan massa atom. Hubungan
massa atom dan inti, dinyatakan:

matom =minti+ z me + B e (1.23)

Be adalah energi ikat elektron total. Dalam kenyataannya, energi massa


inti berorde 109 hingga 1011 eV, sementara massa elektron total berorde
1 hingga 104 eV. Jadi, suku terakhir persamamaan yaitu (Be) kecil
sekali dibanding dengan suku-suku di depannya. Dalam batas ketelitian
tertentu, suku terakhir terkadang bisa dihilangkan. Sehingga biasanya
Pendahuluan Fisika Inti 25
Susilawati

dinyatakan, misalnya, bahwa massa inti atom hidrogen (proton atau


1H ) adalah massa atom hidrogen dikurangi massa satu elektron.
1

[
B= mn+ ( m H 1 −me ) −( m H 1 )−me c
1 2
] 2
(1.24)

Dari persamaan dapat dilihat bahwa massa elektron saling


menghilangkan. Oleh karena itu, persamaan dapat diperluas untuk
menentukan energi ikat total sembarang inti atom ZXA
[
B= ( Z m p + ( A−Z ) mn ) −m ( X z ) c
A
] 2
(1.26)

denganm ( X Az ) adalah massa atom X. Jika m dalam satuan massa atom


(u), maka akan lebih mudah jika c2 ditulis tulis 931,5 MeV/u.

Contoh
Hitunglah energi ikat 126
Te52
Jawab
MeV
B=( 52 x 1,007825 u+74 x 1,008665 u−125,903322u ) 931,5
u
3
B=1,066 x 10 MeV

Energi Ikat Pernukleon

Untuk mengetahui besarnya energi ikat yang dirasakan setiap partikel


inti (nukleon), tinggal membagi energi ikat total dengan jumlah seluruh
nukleon (nomor massa, A). Jika energi ikat per nukelon (B/A) untuk
tiap unsur dihitung, lalu ditampilkan dalam grafik, maka akan tampak
seperti gambar
Pendahuluan Fisika Inti 26
Susilawati

Gambar. 9. Grafik Energi Ikat per Nukleon

Gambar 9. memberikan ilustrasi salah satu aspek penting dalam fisika


inti. Energi ikat per nukleon (B/A) bermula dengan nilai yang rendah,
kemudian naik menuju titik maksimum yaitu sekitar 8,79 MeV bagi ,
Fe56 dan selanjutnya turun lagi pada inti-inti berat.

Gambar 9. tersebut memberi indikasi bahwa energi inti dapat


dibebaskan dengan dua cara berbeda. Jika jika inti berat (seperti U238)
dipecah menjadi dua inti yang lebih ringan, maka akan dilepaskan
energi. Sebab, energi ikat per nukleon (B/A) lebih besar bagi kedua
pecahannya, dibandingkan inti semula. Jika energi ikat pernukleon
(B/A) lebih besar berarti massanya lebih kecil. Artinya ada massa yang
hilang yang akan dikoversi menjadi energi. Proses ini dikenal dengan
fisi inti.

Selain itu, jika dua inti ringan (seperti H2) digabungkan menjadi suatu
inti yang lebih berat, juga akan dibebaskan energi. Sebab, energi ikat
per nukleon (B/A) juga lebih besar bagi inti gabungan dibandingkan
inti semula. Proses ini dikenal dengan fusi inti.
Pendahuluan Fisika Inti 27
Susilawati

1.10 Gaya Inti

Sifat Gaya Inti

Jika proton dan proton didekatkan, keduanya pasti akan saling


menolak, karena adanya gaya Coulomb. Padahal di dalam inti, terutama
inti berat, terdapat banyak proton. Seharusnya inti atom berantakan
karena proton-proton saling menolak. Tetapi, hal ini tidak terjadi,
karena di inti ada gaya lain yang sangat besar yang mengikat inti
untuk bersatu dan jauh lebih besar dibanding gaya tolak elektrostatik.
Gaya tersebut dinamakan gaya inti. Gaya ini merupakan gaya paling
kuat dari semua gaya yang diketahui. Karena itu, gaya ini sering
disebut gaya kuat (strong force).

Namun gaya ini jangkauannya sangat pendek, yaitu hanya sejauh


ukuran inti (sekitar 10-15 m). Pada jarak lebih dari 1 fm gaya ini akan
melemah dan akhirnya menjadi nol. Sehingga ketika kedua proton
terpisah agak jauh, yang ada hanya gaya tolakan elektrostatik Coulomb,
sementara gaya nuklirnya bernilai nol.
Pendahuluan Fisika Inti 28
Susilawati

Gambar 10. Jangkauan Gaya Inti


Ada dua bukti mengenai jangkauan pendek dari gaya inti ini.

1. Dari kajian kerapatan zat inti. Penambahan nukleon pada inti


tidak mengubah kerapatan inti. Ini menunjukkan bahwa bahwa
tiap nukleon yang ditambahkan hanya merasakan gaya dari
tetangga terdekatnya, dan tidak dari nukleon yang lain.
2. Dari energi ikat per nukleon. Karena energi ikat per nukleon
kurang lebih tetap, maka energi ikat inti total kurang lebih
sebanding dengan A. Suatu gaya berjangkauan panjang (seperti
gaya Coulomb dan gaya gravitasi) memiliki energi yang
sebanding dengan A2. Sebagai contoh, tolakan elektrostatik
total antara proton dalam inti sebanding dengan Z (Z-1) atau
sekitar Z2 hal ini karena setiap Z proton, merasakan tolakan dari
(Z-1) proton lainnya.

Gambar 11. Jangkauan Gaya Inti pada Partikel Tetangga Terdekat

Gaya inti dua nukleon juga tidak bergantung pada jenis nukleon. Gaya
inti antara proton-neutron sama seperti gaya proton-proton.

Model Gaya Inti

Model yang berhasil menjelaskan asal usul gaya berjangkaun pendek


ini adalah model gaya tukar (exchange force), yang diusulkan oleh
Pendahuluan Fisika Inti 29
Susilawati

Yukawa. Diandaikan ada sebuah proton dan netron di dalam inti.


Menurut model ini, netron memancarkan sebuah partikel dan sekaligus
menariknya dengan gaya yang sangat kuat. Jika partikel tadi
menghampiri proton, ia akan tertarik pola oleh proton dengan suatu
gaya tarik yang sangat kuat. Proton kemudian memancarkan sebuah
partikel yang dapat diserap oleh netron. Karena proton dan netron
masing-masing menarik partikel yang dipertukarkan tersebut dengan
gaya tarik yang kuat, maka mereka seakan saling menarik.

Gambar 12. Ilustrasi Model Gaya Inti

Lalu, bagaimana mungkin sebuah neutron dengan massa diam moc2


memancarkan partikel dengan massa diam mc2 dan tetap sebagai
neutron, tanpa melanggar hukum kekekalan energi?
Jawabannya diberikan oleh asas ketidakpastian Heisenberg:
ΔE x Δt = ħ
(1.27)

Energi adalah kekal, jika energi itu dapat diukur secara pasti.
Kenyataannya, menurut ketidakpastian Heisenberg, energi ΔE memiliki
ketidak-pastian dalam selang waktu Δt. Oleh karena itu, hukum
kekekalan energi dapat ”dilanggar” sebesar ΔE dalam selang waktu
Δt = ħ / ΔE yang cukup singkat .

Jumlah energi yang melanggar hukum kekekalan energi dalam model


gaya tukar netron-proton ini adalah mc2 yaitu energi diam partikel yang
dipertukarkan.

Dengan demikian, partikel ini hanya dapat hadir dalam selang (dalam
kerangka laboratorium)
Δt = ħ/ mc 2 (1.28)
Pendahuluan Fisika Inti 30
Susilawati

Jarak terjauh yang dapat dicapai partikel ini dalam selang waktu Δt
adalah x = c Δt. Dengan c adalah kecepatan cahaya. Namun, kecepatan
yang sesuangguhnya partikel tersebut di bawah kecepatan cahaya.
Persamaan tersebut dapat diubah:

X =c Δ t = c
( mcħ )
2 (1.29)

Atau
mc2 = c ħ / x (1.30)
Karena telah diketahui jangkaun gaya inti hanya sekitar 10-15 m, maka
energi diam partikel tersebut dapat ditaksir, yaitu sekitar:
mc2 ≅ 200 MeV. Partikel yang dipertukarkan ini berupa sebuah
partikel ”virtual”. Jika inti atom ”dilihat” lebih seksama, gaya tarik
menarik antara proton dan neutron dapat ”terlihat”, tetapi partikel
virtual ini tidak terlihat.

Jika inti atom ditembaki dengan proyektil (partikel berenergi tinggi),


proyektil tersebut akan menumbuk proton dan neutron sedemikian
kuatnya, sehingga memasok momentum pental yang memperkenankan
partikel virtual itu menjadi partikel nyata dan muncul dalam
laboratorium. Partikel itu dinamakan dengan meson.

1.10 Model-Model Inti

Konsep Model Tetes Cairan

Saat ini tidak ada teori dasar yang dapat menjelaskan sifat-sifat inti
yang teramati. Sebagai pengganti teori, beberapa model telah
dikembangkan, namun hanya beberapa yang dapat menjelaskan sifat
inti.

C. V. Wieszacker pada tahun 1935 mendapati bahwa sifat-sifat inti


berhubungan dengan ukuran, masa dan energi ikat. Walaupun gaya
Pendahuluan Fisika Inti 31
Susilawati

tarik yang dilakukan nukleon terhadap yang lainnya sangat kuat,


jangkauannya sangat pendek sehingga dapat dianggap bahwa masing-
masing partikel dalam inti hanya berinteraksi dengan tetangga
terdekatnya. Situasi ini sama dengan atom zat padat yang bervibrasi
terhadap kedudukan tetap dalam kisi kristal, atau dengan molekul zat
cair yang dapat bebas bergerak walaupun jarak intermolekulnya tetap.
Analogi dengan zat padat tidak dapat dikejar lebih lanjut karena
perhitungan menunjukkan bahwa vibrasi nukleon terhadap kedudukan
rata-ratanya terlalu besar untuk inti supaya tetap mantap. Sebaliknya,
analogi denga zat cair sangat berguna bagi pengertian tentang aspek
tertentu dari kelakuan nuklir. Sehingga ada beberapa alasan mengapa
pendekatan dengan model tetes cairan dianggap memiliki sifat yang
sama dengan inti, yaitu :

1. Kerapatan yang konstan tidak tergantung dari ukurannya.


2. Bahan penguapan pada tetes cairan ekivalen dengan energi ikat
pernukleon dalam inti.
3. Peristiwa penguapan tetes cairan ekivalen dengan proses peluruhan
inti.
4. Pengembangan atau pembentukan tetes sesuai dengan peristiwa
pembentukan inti gabungan.

Kerapatan cairan adalah konstan. Dapat dikatakan, bahwa kerapatan


setetes cairan tidak bergantung pada ukurannya. Dengan begitu, jika
tetes itu menyerupai bola, maka radiusnya sebanding akar 3 jumlah
jumlah molekul 3
= 4 3
π radius
molekulnya. Kerapatan 3  4π

Hal serupa ditemui pada inti, bahwa radius inti (inti dianggap
1

menyerupai bola) sebanding dengan A , sedangkan kerapatannya tidak


3

bergantung pada ukuran. Model tetes cairan membawa pada persamaan


semi empiris. Massa defek inti dirumuskan:
Pendahuluan Fisika Inti 32
Susilawati

2 1 3
2 − −1 −
m=Zm p +( A−Z )mn−a 1 A +a2 A +a3 Z A +a 4 ( A−2 Z )2 A +a 5 A
3 3 4

(1.31)

Konstanta dalam persamaan diatas ditentukan dari eksperimen, yang


nilainya:

a1 = 14,0 MeV a3 = 0,6 MeV

a2 = 13,0 MeV a4 = 19 MeV

Sedangkan a5 nilanya ditentukan dengan skema berikut:

A Z a5

Genap Genap +34 MeV

Genap Ganjil +34 MeV

Ganjil Ganjil -34 MeV

KOREKSI PERSAMAAN SEMI EMPIRIS

Persamaan diatas diperoleh dari berbagai koreksi yang dilakukan


berurutan. Dengan energi ikat yang diabaikan, estimasi pertama adalah
untuk massa inti yang tersusun dari proton Z dan neutron N = A-Z

adalah Zm p +( A−Z )mn

Selanjutnya, estimasi massa ini dikoreksi untuk menghitung energi ikat


inti. Lantaran gaya inti adalah tarik menarik, energi ikatnya menjadi
positif, sehingga massa inti menjadi lebih kecil dibanding massa
nukleon yang terpisah-pisah. Marilah lihat bagaimana gambaran inti
sebagai tetesan cairan dapat menerangkan variasi energiikat pernukleon
terhadap nomor massanya yang dapat diamati. Dengan anggapan
bahwa energi ikat nukleon-nukleon memiliki harga tertentu U, energi
Pendahuluan Fisika Inti 33
Susilawati

ini sebenarnya berharga negatif, karena berkaitan dengan gaya tarik,


tetapi biasanya ditulis positif , karena energi ikat dipandang sebagai
kuantitas positif supaya memudahkan. Karena setiap energi ikat U
disero diantara dua nukleon, masing-masing berenergi ikat 1/2U . Jika
sekumpulan bola berukuran sama dimampatkan menjadi volume
terkecil, seperti yang terjadi pada kasus nukleon dalam inti, masing-
masing bola dalam mempunyai tetangga 12 bola lain yang bersentuhan
dengannya. Jadi masing-masing nukleon-dalam dalam sebuah inti
berenergi ikat 12 × 1/2U atau 6U . Jika semua A nukleon dalam inti
berada dibagian dalam (interior), energi ikat total dari ialah:

Ev = 6 AU

atau sering ditulis sebagai berikut :

Ev =a 1 A (energi volume)

Gambar 1

Gambar 13.Kumpulan yang mampat dari bola identik, masing-masing


bola dalam bersentuhan dengan 12 bola lainnya.

Sebenarnya tentu saja, beberapa nukleon harus terdapat pada


permukaan tiap inti, sehingga memiliki tetangga kurang dari 12.
Pendahuluan Fisika Inti 34
Susilawati

Gambar 14. Sebuah nukleon pada permukaan sebuah inti berinteraksi dengan
nukleon yang kurang jumlahnya dibandingkan dengan pada bagian dalam
inti,sehingga energi ikatnya kurang. Lebih besar intinya, lebih sedikit proporsi
nukleon yang berada pada permukaan.

Banyaknya tetangga nukleon seperti itu bergantung pada luas


permukaan yang ditinjau. Inti berjejari R mempunyai luas
2

4 πR 2=4 πR20 A 3

Jadi jumlah nukleon yang jumlah interaksinya kurang dari maksimum


2
3
berbanding-lurus dengan A , mereduksi energi ikat total dengan
2/3
Es =−a2 A (energi permukaan)

Energi negatif Es disebut energi permukaan inti. Energi ini sangat


penting untuk inti ringan karena sebagian besar dari nukleon berada
pada permukaan. Karena sistem alamiah selalu cenderung untuk
berevolusi menjadi konfigurasi dengan energi potensial minimum, inti
cenderung mengambil konfigurasi dengan energi ikat maksimum. Jadi
inti harus menunjukkan efek tegangan permukaan seperti tetesan cairan
dalam ruang tana gaya ekternal bentuknya harus seperti bola, karena
bola memiliki luas permukaan minimum untuk suatu volume tertentu.

Gaya tolak listrik antara setiap pasang proton dalam inti memberi
pasang proton dalam inti memberi kontribusi pada pengurangan energi
ikat. Energi coulomb EC sebuah inti sama dengan kerja yang harus
dilakukan untuk membawa Z proton dari tak terhingga ke suatu tempat
menjadi kumpulan berbentuk bola yang ukurannya sama dengan ukuran
sebuah inti. Energi potensial sepasang proon yang berjarak r sama
dengan
2
e
V =−
4 πε 0 r
Pendahuluan Fisika Inti 35
Susilawati

Karena terdapat Z(Z-1)/2 pasangan proton.


2
Ec =
Z (Z −1)
2
V =−
Z (Z−1 )e 1
8 πε 0 r () av

dengan
( 1r )
av ialah harga rata-rata 1/r terhadap semua pasangan proton.

Jika proton terdistribusi serbasama ke seluruh bagian sebuha inti

berjejari R,
( 1r ) av berbanding lurus dengan 1/R sehingga berbanding
1
1

lurus dengan A , jadi


3

Z ( Z−1 )
Ec =−a 3
A 1/3 (energi coulomb)

Energi coulomb negatif karena energi ini timbul dari efek yang
menentang kemantapan inti.

Sampai disinilah model tetesan cairan ini dapat dibawa. Energi ikat
total Eb sebuah inti harus merupakan jumlahan dari energi volume
permukaan, dan coulomb:
2
Z ( Z−1)
Eb = E r + E s + E c= a1 A−a2 A 3−a 3 1

A 3

Jadi energi ikat per nukleon adalah


Eb a2 Z ( Z−1 )
=a1 − −a3
A 1 4

A 3
A 3
Pendahuluan Fisika Inti 36
Susilawati

Gambar 15 Energi ikat per nukleon ialah jumlah dari energi volume,
permukaan, dan coulomb.
Energi ikat pernukleon dalam grafik:

Rumus energi ikat di atas dapat diperbaiki dengan memasukkan dua


efek yang tidak cocok dengan model tetesan cairan sederhana tetapi
bisa diterangkan dalam model yang menghasilkan tingkat energi. Salah
satu efek ini terjadi karena jika jumlah netron dalam inti melebihi
jumlah proton (atau sebaliknya), ini berarti tingkat energi yang lebih
tinggi harus terisi, sedangkan hal itu tak terjadi jika Z dan N sama.
Marilah kita anggap tingkat energi neutron dan proton yang paling atas
yang isinya dibatasi oleh prinsip eksklusi hanya dua partikel masing-
masing, memiliki jarak sama є. Supaya menghasilkan kelebihan
neutron katakan, N – Z =8 tanpa merubah A, ½(N – Z) = 4 proton harus
diganti neutron dalam inti asal yang memiliki N = Z. Neutron yang
baru harus menempati tingkat energi yang lebih tinggi dengan 2є = 4є/2
dibandingkan dengan proton yang digantikannya. Pada umumnya ½(N
– Z) proton harus digeser, masing-masing harus ditambah energinya
dengan ½(N – Z)є/2, dan kerja total yang diperlukan ialah

pertambahan energi
ΔE=banyaknya netron baru x
netron baru
Pendahuluan Fisika Inti 37
Susilawati

1 1 ε ε
= ( N −Z )x ( N−Z ) = ( N−Z )2
2 2 2 8
Rumus yang sama berlaku juga jika Z>N, karena (N – Z)2 selalu positif.
ε
ΔE= ( A−2 Z )2
Karena N=A – Z, (N – Z)2 = (A – 2Z)2, dan 8

Lebih besar jumlah nukleon dalam inti, lebih kecil jarak selang energi
є, dengan є berbanding lurus dengan 1/A. Ini berarti energi asimetri Ea
yang timbul dari perbedaan antara N dan Z dapat dinyatakan sebagai
berikut:
2
( A−2 Z )
Ea =− ΔE=−a 4
A (energi asimetri)

Energi asimetri negatif karena energi ini mereduksi energi ikat inti.

Suku koreksi terakhir dari kecendrungan terjadinya pasangan proton


dan pasangan netron, sehingga inti genap-genap merupakan inti
termantap, sehingga mempunyai energi ikat yang tertinggi daripada
4 12 16
yang diharapkan. Jadi inti seperti 2 He , 6 C, dan 8 O muncul sebagai
puncak dalam kurva empiris energi ikat per nukleon. Pada ekstrim
lainnya, inti ganjil-ganjil memiliki proton tak berpasangan dan netron
tak berpasangan dan memiliki energi ikat yang relatif rendah. Energi
pasangan Ep positif untuk inti genap-genap dan inti genap-ganjil, dan
−3
negatif untuk inti ganjil-ganjil, dan berubah terhadap A menurut A 4
,
jadi energi pasangan adalah
a5
E p =(±,0 ) 3

A 4
(energi pasangan)

Rumus final untuk menyatakan energi ikat sebuah inti bernomor atomik
Z dan bernomor massa A yang pertama kali dikemukakan oleh C. F.
von Weizsacker pada tahun 1935 yaitu
Pendahuluan Fisika Inti 38
Susilawati

2
2
Z ( Z −1) ( A−2 Z ) a
Eb =a1 A−a2 A 3 −a3 −a4 (±, 0 ) 35
1
A
A 3
A 4

Kumpulan koefisien dengan harga yang sedikit berbeda telah pula


dikemukakan. Persamaana di atas lebih baik kesesuaiannya dengan
hasil eksperimental dibandingkan dengan persamaan sebelumnya yang
menunjukkan bahwa model nuklir tetesan cairan, walaupun memadai
pada aproksimasi pertama, namun bukan sesuatu yang menutup
pembahasan lebih lanjut dari persoalan ini.

MODEL KULIT

Anggapan dasar model tetesan cairan adalah masing-masing nukleon


dalam inti hanya berinteraksi dengan tetangga dekatnya saja. Pada
keadaan ekstrem lain, hipotesis yang menyatakan bahwa setiap nukleon
berinteraksi terutama dengan medan gaya umum yang ditimbulkan oleh
nukleon lainnya, hal ini menyerupai kondisi elektron dalam atom.

Di dalam mempelajari atom (yang berkaitan dengan elektron), dalam


menentukan aspek kelakuan atom adalah dengan melihat derajat
pengisian kulit terluar. Atom yang memiliki kulit yang terisi penuh
dengan elektron akan memiliki kemantapan yang luar biasa. Jumlah
elektron 2, 10, 18, 36, 54, dan 86 pada kulit atom akan lebih mantap
jika dibandingkan dengan jumlah yang lainnya.

Kondisi kulit yang ditempati oleh elektron tersebut dapat dianalogikan


dengan kondisi inti atom yang memiliki proton dan neutron. Peng-
analogian inilah yang disebut dengan Model Kulit. Suatu inti atom yang
memiliki jumlah proton atau neutron sebanyak 2, 8, 20, 28, 50, 82, dan
126 menunjukkan bahwa inti tersebut merupakan inti yang mantap.

Bilangan 2, 8, 20, 28, 50, 82, dan 126 ini disebut dengan Bilangan
Ajaib atau Magic Number. Bukti-bukti yang menunjukkan bahwa inti
dengan jumlah Z (proton) dan N(netron) yang sama dengan Magic
Number akan memiliki kestabilan yang lebih besar dengan inti-inti
yang lain adalah:
Pendahuluan Fisika Inti 39
Susilawati

1. Inti-inti 42He (Z=2, N=2) dan 168O (Z=8, N=8) adalah inti-inti
yang sangat stabil. Angka-angka 2 dan 8 menunjukkan
kestabilan inti.
2. Kelompok Isotone (Inti-inti dengan Neutron yang sama) yang
anggotanya terbanyak jadi juga paling stabil, adalah N=82.
Kelompok Isotone berikutnya adalah N = 50 dan 20.
Jadi cacah neutron 20, 50, dan 82 menunjukkan keadaan stabil
yang tinggi.
3. Inti 50Sn mempunyai 10 isotop stabil, lebih banyak dari inti
yang lain, Inti 20Ca memiliki isotop stabil sebanyak 6 buah. Hal
ini menunjukkan bahwa Z=50 dan Z=20 memiliki kestabilan
yang lebih besar daripada nilai-nilai Z yang lain.
4. Tiga deret radioaktif alam yang ada semua meluruh menuju
inti timbal 82Pb dan isotop 209Pb92 adalah paling stabil diantara
isotop yang ada. Dengan demikian N=82 dan Z=126 adalah
angka-angka yang juga menunjukkan kestabilan inti.
5. Beberapa inti hasil peluruhan Beta merupakan pemancar
neutron spontan. Hal ini menunjukkan bahwa inti tersebut
memiliki energi ikat yang lemah terhadap neutron. Inti-inti
tersebut adalah 178O, 8736Kr, dan 13754Xe dengan N berturut-turut
adalah 9, 51, dan 53 yang dapat dituliskan sebagai 8+1, 50+1,
dan 82+1

Dari kumpulan bukti-bukti di atas maka angka-angka 2, 8, 20, 50, 82,


dan 126 baik untuk Z dan N menggambarkan kestabilan sistem nukleon
yang lebih dibandingkan dengan angka-angka lainnya. Karena Bilangan
ajaib di atas didapatkan dari hasil pengamatan dan percobaan, maka
para ilmuwan mencoba meramalkan perumusan yang dapat mendukung
fakta ditemukannya bilangan tersebut. Di dalam inti, bentuk yang tepat
dari energi potensial tidak diketahui, maka harus ada anggapan bentuk
fungsi V(r) yang memadai.

Penjelasan teoritis yang pertama mengasumsikan bahwa nucleon-


nukleon bergerak di dalam suatu rata-rata potensial harmonik:
Pendahuluan Fisika Inti 40
Susilawati

Setelah dihitung dengan mekanika kuantum, maka tingkat-tingkat


energinya diberikan oleh:

Dengan N=2(n-1)+l. Besaran l adalah bilangan kuantum momentum


orbital dan nilainya adalah 0, 1, 2, 3... serta berhubungan dengan vektor
momentum anguler orbital dalam bentuk biasa|l|=√ ❑. Besaran n adalah
bilangan bulat yang nilainya adalah 1, 2 ,3... namun, berbeda dengan
solusi atom hidrogen, nilai l inti tidak dibatasi oleh n.

Keadaan momentum anguler orbital nukleon ditunjukkan dalam notasi


spektroskopik:

Bila nilai n di depan simbol huruf, akan menunjukkan orde (terhadap


kenaikan energi) dari suatu keadaan l tertentu. Dengan demikian 2d
adalah keadaan l = 2 setelah keadaan yang paling rendah.

Perumusan di atas akan menghasulkan cacah nukleon sebagai berikut

N 0 1 2 3 4 5

Cacah
Nukleon 2 6 12 20 30 42
(N+1)(N+2)

Isi kulit 2 8 20 40 70 112

Dari tabel di atas, didapatkan bahwa penggunaan potensial osilator


harmonis hanya mendapatkan 3 angka ajaib pada awalnya saja.
Pendahuluan Fisika Inti 41
Susilawati
Pendahuluan Fisika Inti 42
Susilawati

Bentuk potensial lain yang ditawarkan untuk menyelesaikan


permasalahan tersebut adalah bentuk potensial sumur dengan bentuk
analitis sebagai berikut:

V(r) = 0 untuk r > R


V(r) = -V0 untuk r > R

Namun penggunaan bentuk potensial ini juga tidak memberikan harga


yang memuaskan. Hasil perhitungan cacah nucleon yang didapatkan
adalah 2, 8, 20, 34, 58, 92, dan 138. Hanya tiga angka pertama yang
sesuai dengan angka ajaib.
Pendahuluan Fisika Inti 43
Susilawati

Pada tahun 1949, Mayer, Haxel, Suess, dan Jensen berhasil


menunjukkan angka-angka ajaib. Mereka mempertimbangkan adanya
interaksi spin orbit, urutan tingkat energi, dan pemisahan kulit menjadi
bergeser dan menghasilkan angka ajaib yang diharapkan.

Mereka menyadari bahwa interaksi spin-orbit yang besarnya


sedemikian sehingga menyebabkan pemecahan tingkat energi menjadi
subtingkat. Dalam bagian ini, momentum sudut Spin Intrinsik (Si) dari
partikel yang ditinjau terkopel bersama menjadi momentum spin total
S. Momentum sudut orbital yang terkopel secara terpisah menjadi
momentum orbital total L. Kemudian L dan S terkopel membentuk

momentum sudut total J yang besarnya √ J (J+1) ħ.


Inti yang lebih berat membentuk kopling jj. Hal ini berlaku untuk
sebagian besar inti-inti. Dalam kasus ini, Si dan Li untuk masing
partikel terkopel awalnya membentuk Ji untuk partikel itu yang

besarnya j( j+1) ħ dan berbagai Ji terkopel membentuk momentum
sudut total J.
Pendahuluan Fisika Inti 44
Susilawati

Interaksi spin orbit juga menyebabkan pecahnya suatu keadaan l


menjadi 2 keadaan yang dicirikan oleh bilangan kuantum J = l + ½ dan
J = l - ½. Interaksi spin-orbit juga memecah masing-masing tingkat
untukk j tertentu menjadi 2j+1 sub-keadaan.

Jurang energi yang cukup besar muncul antara tingkat energi, jurang
energi ini konsisten dengan pengertian kulit terpisah. Energi
interaksinya E = Vso(r) L.S dengan Vso(r) adalah potensial interaksi
spin-orbit.

E = Vso(r) L.S
E = Vso(r) ½ [j(j+1)-l(l+1)-s(s+1)] ħ
Pendahuluan Fisika Inti 45
Susilawati

Selisih energi antara kedua nilai j di muka adalah

ΔE=Ej=l+ ½ - E j=1- ½

Dengan demikian semakin besar l, jarak pemisahan tingkat energinya


semakin besar. Di samping itu untuk menyesuaikan dengan hasil-hasil
yang teramati, nilai Vso(r) dipilih negative, akibatnya untuk suatu nilai
l, tingkat energi dengan j besar berada di bawah. Selain itu, semakin
besar nilai j semakin ke bawah pula penggeseran tingkat energinya.

Contoh Soal

1. Apakah yang akan terjadi pada nukleus-nukleus yang stabil jika


nukleon meningkat?

Jawab

Dalam nukleus ringan, jumlah neutronnya kira-kira sama dengan


jumlah protonnya (N≈Z). Manakala jumlah nukleon meningkat,
didapati bahwa untuk nukleus-nukleus yang stabil, jumlah neutronnya
menjadi lebih besar daripada jumlah protonnya (N > Z). Kelebihan
neutron terjadi karena gaya Coulomb repulsif proton menjaganya tetap
terpisah jauh. Oleh karena itu, materi neutron menjadi lebih rapat
ketimbang materi proton dan ketika jmlah nukleon bertmbah, terdapat
lebih banyak neutron daripada proton di dalam suatu volume inti
tertentu.

2. Bagaimanakah cara untuk mengatasi gaya tolak-menolak antar


muatan positif inti sehingga inti atom tidak berantakan?

Jawab

Sebuah muatan positif pada permukaan inti atom mengalami gaya tolak
elektrik dari inti atom yang memberikannya energi potensial sekitar
100 MeV. Karena itu, untuk dapat mempertahankan muatan positif
tersebut di dalam inti atom, gaya inti harus memberikan jumlah energi
ikat yang melebihi 100MeV atau ribuan kali lebih besar daripada energi
ikat atom yang khas.
Pendahuluan Fisika Inti 46
Susilawati

3. Apa yang akan terjadi ketika nilai “A” semakin besar dan ketika
nilai “A” kecil?

Jawab

Ketika nilai “A” semakin besar jumlah proton semakin banyak. Maka
gaya tolak Coulomb antar proton makin kuat, sehingga mengurangi
ikatan dan energi ikat per nukleon berkurang.

Untuk nilai “A” kecil, energi ikat per nukleon mengecil dikarenakan
efek permukaan yaitu terdapat relatif banyak nukleon di permukaan
inti, yang tentu saja kurang terikat dibandingkan nukleon-nuklleon
yang berada di dalam inti, sehinggga energi ikat rata-rata per nukleon
berkurang.

4. Berapakah energi ikat dari suatu atom 126


52 Te ?

Jawab
Diket: N = 74
Z = 52
mp = 1,007825u
mn = 1,008665u
mnuk = 125,903322u
1 sma = 1u = 1,67 x 10-27 kg = 931,5 MeV/c2
Penyelesaian
2
BE=(Z m p+ N mn−M nuk )c
MeV
BE=( 52 x 1,007825 u+74 x 1,008665 u−125,903322u ) 931,5
u
MeV
BE=( 52 x 1,007825+74 x 1,008665−125,903322 ) ux 931,5
u
BE=( 52,4069+74,64121−125,903322 ) 931,5 MeV
BE=( 1,144788 ) 931,5 MeV
3
BE=1,066 x 10 MeV
BE=1,066 GeV

5. Hitunglah energi ikat deuterium!


Pendahuluan Fisika Inti 47
Susilawati

Jawab:

Diketahui:
Z=1
A=2
N = A – Z = 2-1 = 1
mp= 1,007825 u
mn= 1,008665 u
mnuk= 2,014102 u
1 sma = 1 u = 1 x 1,66 x 10-27kg
1 u = 931,5 MeV/ c2
c2 = 931,5 MeV/ u
Ditanyakan: BE = …?

Penyelesaian:
2
BE=( Z m P + N mn −M nuk ) c
MeV
BE=( 1 ×1,007825 u+1× 1,008665−2,014102 u ) 931,5
u
MeV
BE=( 0,002388 u ) 931,5
u
BE=2,224 MeV

6. Carilah energi ikat total B suatu atom 56


26 Fe !

Jawab

Diketahui N = 30
Z = 26

mp = 1,007825u
mn = 1,008665u
mnuk = 55,934939u
1 sma = 1u = 1,67 x 10-27 kg = 931,5 MeV/c2
Penyelesaian
2
B=( Z m p + N m n−M nuk ) c
Pendahuluan Fisika Inti 48
Susilawati

B=( 26 x 1,007825u+30 x 1,008665u−55,934939u ) 931,5 MeV /u


B=( 26,20345 u+30,25995 u−55,934939 u ) 931,5 MeV /u
B=( 56,4634 u−55,934939u ) 931,5 MeV /u
B=( 0,528461 u ) 931,5 MeV /u
B=492,26 MeV

7. Mengapa gaya inti dikatakan gaya yang paling kuat daripada


gaya yang lain?

Jawab Gaya inti dikatakan gaya yang paling kuat dibandingkan gaya-
gaya yang lain disebabkan gaya ini memiliki jangkauan kerja yang
sangat pendek, di mana rentang daerah kerjanya terbatas hingga ukuran
inti atom sekitar 10-15 m.

8. Hitunglah energi ikat per satuan nukleon dari atom 56Fe 26 dan
238U92 . Bandingkan kedua energi ikat per satuan nukleon. Massa
Pendahuluan Fisika Inti 49
Susilawati

atom besi 55,934939 u. Massa hidrogen 1,007825 u dan massa


netron 1,008665u. Massa atom uranium 238,050786 u
Jawab
E ikat besi = {(26x1,007825)+(30x1,008665)-(55,934939)} x u
x c2
= 0,5285 x u x c2
= 0,5285 x 931,5 MeV
= 492,3 MeV
Energi ikat besi per nukleon = 492,3 MeV / 56
= 8,790 MeV/nukleon
E ikat uranium = {(92x1,007825)+(146x1,008665)-
(238,050786)} x u x c2
= 1,9342 x u x c2
= 1,9342 x 931,5 MeV
= 1801,7 MeV
Energi ikat uranium per nukleon = 1801,7 MeV / 238 = 7,57
MeV/nukleon

9. Hitung energi yang dilepaskan pada reaksi penggabungan 2


detron 2H 1 + 2H1 3H1 + 1H1
massa 1H1 = 1,007825 umassa 2H1 = 2,014102 u massa
3H1 = 3,016049 u

Jawab.. m = (2x2,014102)-{(3,016049)+1,007825)}
= 0,00433 u
Besarnya energi ini
E = m. c2 = 0,00433 .u. c2 = 0,00433. 931,5 MeV = 4 MeV

Anda mungkin juga menyukai