Anda di halaman 1dari 5

Judul Video : Kelakuan Rohingya ditolak d Malaysia dan di Indonesia

Judul Youtube :

Referensi Excel :1

Thumbnail :

Sumber Artikel :1

-----------jeda sedikit sebelum lanjut!

Hello Teknolovers!!!

Meskipun warga Aceh sering menolak mereka, para pengungsi Rohingya tetap mendarat ke
Indonesia. Pengungsi Rohingnya dianggap sering melakukan hal-hal yang tidak pantas di Aceh,
dan ini bukan tanpa alasan. Tidak hanya di Indonesia, tetapi kabarnya bahkan Malaysia juga
menolak kedatangan pengungsi Rohingya. Lantas apa alasan Malaysia menolak menerima
pengungsi Rohingya, dan apakah mereka benar-benar dibenci?

------------

Nah hingga akhir Oktober 2023, ada sekitar 107.030 pengungsi Rohingya di Malaysia, menurut
catatan UNHCR. Sebagian besar pengungsi adalah laki-laki, dan sisanya adalah perempuan.
Laporan Aljazeera menunjukkan bahwa Malaysia, seperti Indonesia, tidak harus menerima
pengungsi namun, Malaysia telah menerima pengungsi Rohingya sejak 2013.

Menteri Pertahanan Malaysia Ismail Sabri pernah melarang menampung pengungsi Rohingya.
Ini dilakukan karena banyak dari mereka yang melarikan diri dari kamp pengungsian. Ismail
Sabri Yaakob mengusulkan agar pengungsi yang diselamatkan dikembalikan ke tempat asalnya.

"Rohingya harus tahu, jika mereka datang ke sini, mereka tidak bisa tinggal," kata Ismail Sabri
mengutip Aljazeera.

Sabri menyatakan bahwa pemerintah Malaysia akan meminta Kementerian Luar Negeri Dhaka
untuk mengambil kembali para pengungsi yang ditahan. Pemerintah juga akan meminta
UNHCR, badan pengungsi PBB, untuk mengembalikan para pengungsi ke negara asal mereka.

UNHCR telah mendaftarkan sekitar 180.000 pengungsi di Malaysia pada Februari 2020. Sekitar
setengahnya adalah Rohingya. Pemerintah memungkinkan badan ini beroperasi di negara ini
dan mendaftarkan individu yang dianggap membutuhkan perlindungan.

Sejarah Pengungsi Rohingya di Malaysia


Malaysia adalah salah satu negara yang paling populer untuk pengungsi Rohingya karena
negara tersebut memiliki sejarah panjang menerima pengungsi dari berbagai negara yang
mengalami konflik. Hingga akhir Oktober 2023, catatan UNHCR menunjukkan bahwa terdapat
sekitar 184.220 pengungsi dan pencari suaka yang terdaftar di Malaysia.

Menurut "Security Dilemma of Rohingya Refugees in Malaysia", jurnal yang ditulis oleh Rizwan
Raffi Togo, Malaysia telah mengizinkan pengungsi Rohingya yang mencari suaka sejak tahun
2013. Saat itu, teluk Benggala memiliki sekitar empat puluh pengungsi Rohingya yang
terombang-ambing. Rizwan menulis dalam jurnalnya bahwa Malaysia menampung semua
pengungsi tersebut.

Rizwan lebih lanjut menjelaskan bahwa ada komunitas Rohingya yang telah menetap secara
informal di Malaysia selama dua hingga tiga generasi, serta pengungsi laut baru-baru ini.
Laporan dari MMC (Mixed Migration Centre) menyatakan bahwa Malaysia terus menerima
orang Rohingya selama penyebaran virus Covid-19.

Kelakuan Pengungsi Rohingya di Malaysia

Ribuan pengungsi Rohingya yang tiba di Malaysia menyebabkan kecemasan bagi warga
Malaysia, karena banyak kisah yang menunjukkan bahwa pemerintah Malaysia melarang
pengungsi Rohingya memasuki negara mereka.

Sebuah laporan menyatakan bahwa pada tahun 2020, sekitar 269 orang Rohingya diselamatkan
dari perahunya yang hancur. Mayat seorang perempuan berada di dalam perahu. Setelah
investigasi kepolisian setempat, perahu yang ditumpangi pengungsi Rohingya tidak mengalami
kerusakan. Jika sengaja dirusak sehingga perahu tidak dapat digunakan lagi,

Pengungsi Rohingya lainnya sering melarikan diri dari kamp pengungsian selain mengakali
perahu. Rizwan menulis dalam jurnalnya bahwa pengungsi Rohingya yang membawa
keluarganya melarikan diri ke pantai. Dia akhirnya ditangkap oleh penegak hukum Malaysia.

Alasan Malaysia Enggan Menampung Etnis Rohingya

Malaysia enggan menerima kelompok Rohingnya karena berbagai alasan. Salah satunya adalah
jumlah besar pengungsi dan lokasi mereka yang sangat dekat dengan Malaysia. Ini jelas salah
satu dari banyak penolakan sebelumnya. Malaysia sempat menolak pengungsi Rohingya di
tahun 2020 karena negara itu mengklaim berada di tengah kesulitan ekonomi dan sumber daya
akibat pandemi Covid-19. Meskipun demikian, ada sejumlah alasan yang disebut sebagai alasan
utama mengapa Malaysia menolak kedatangan pengungsi Rohingya.

Laman tersebut mengandung banyak ujaran kebencian yang ditujukan kepada orang Rohingya.
Selain itu, pada tahun 2018, Facebook mengakui bahwa platformnya sering digunakan untuk
mencegah kekerasan terhadap Rohingya di Myanmar. John Quinley, seorang pakar HAM senior
di Fortify Rights, mengatakan bahwa ujaran kebencian dapat menyebabkan kekerasan fisik dan
penganiayaan terhadap kelompok tertentu, terutama jika ditujukan langsung kepada pengungsi
Rohingya dari Myanmar.

Di tengah pandemi COVID-19, ujaran kebencian muncul di Malaysia, dengan tuduhan bahwa
pengungsi Rohingya menyebarkan virus COVID-19. Selain itu, pengungsi Rohingya di Malaysia
telah menjadi korban pelecehan, kekerasan, penjara, dan deportasi, menurut studi
Cambridge.org.

Regulasi yang mengatur pengungsi Rohingya dari etnis Rohingya di Malaysia

Sistem hukum Malaysia memiliki banyak kekurangan, terutama dalam hal anti-diskriminasi dan
kesetaraan. Kebijakan dan hukum Malaysia masih di bawah standar internasional. Pasal 8
Konstitusi Federal Malaysia melindungi hak non-warga negara atas kesetaraan. Hak non-
diskriminasi tidak diatur dalam pasal tersebut.

Pasal 5 Konstitusi Federal kemudian menyatakan bahwa setiap warga negara memiliki hak
untuk dihadapkan ke hadapan hakim tanpa penundaan yang tidak perlu dan dalam waktu 24
jam setelah penangkapan; namun, untuk orang yang tidak berwarga negara, masa tahanan
dapat diperpanjang hingga empat belas hari.

Selain itu, Pasal 9 berbicara tentang pengasingan, pelarangan, dan kebebasan bergerak, dan
Pasal 10 membahas lebih banyak aturan diskriminatif terhadap non-warga negara. Sejauh ini,
Malaysia belum melakukan tindakan yang diperlukan untuk mengidentifikasi, mendaftar, dan
melindungi pengungsi dan warga tanpa kewarganegaraan.

Kelakuan Pengungsi Rohingya di Indonesia

Kasus Perdagangan Orang

Terlepas dari kenyataan bahwa tujuan pengungsi Rohingya adalah untuk mendapatkan suaka di
Indonesia, individu-individu tertentu menggunakan situasi ini untuk terlibat dalam tindak
pidana perdagangan orang (TPPO).

Menurut polisi Aceh, ini terjadi dari 2015 hingga 2023. Kemudian, kasus ini diserahkan ke
UNHCR dan IOM untuk diselesaikan.

Beberapa Pengungsi Sengaja Meninggalkan Kamp

Pemerintah juga menyediakan kamp pengungsian untuk pengungsi Rohingya ini. Namun, di
awal tahun 2023 lalu, beberapa pengungsi mencoba melarikan diri dari kamp demi
mendapatkan kebebasan.
Mereka sengaja bersembunyi di perkebunan milik warga agar tidak ditangkap oleh polisi, tetapi
upaya mereka akhirnya gagal karena polisi berhasil menangkap mereka.

Mencuri Kelapa Milik Warga

Selain di kamp pengungsian, banyak pengungsi Rohingya tinggal di pinggir pantai Aceh Utara
dan Aceh Timur karena orang-orang di sana melarang mereka masuk ke daerah pemukiman.
Namun, para pengungsi ini nekat mencuri kelapa dari pohon milik penduduk yang tinggal di
pesisir pantai. Mereka mengatakan bahwa mereka perlu makan. Warga semakin mengecam
pengungsi Rohingya karena pencurian kelapa ini yang berulang.

Tindakan Asusila di Kamp

Polisi juga menemukan bahwa banyak pengungsi Rohingya yang tidak bersalah melakukan
kejahatan selama berada di kamp pengungsian. Seorang pemuda Rohingya akhirnya ditangkap
pada Juli 2023 lalu atas tuduhan pelecehan seksual dan memerkosa anak di bawah umur.

Membuang Nasi Bantuan Warga

Warga Aceh yang berusaha mengusir pengungsi Rohingya juga menunjukkan perilaku buruk
mereka.

Dilaporkan bahwa warga Aceh memberikan bantuan berupa makanan instan dan bahan
makanan pokok kepada pengungsi, tetapi karena tidak diterima, para pengungsi malah
membuang bantuan itu ke laut.

Warga Aceh menjadi semakin marah atas aksi pembuangan makanan ke laut itu, dan mereka
memutuskan untuk mengusir pengungsi Rohingya lainnya.

Sebut Porsi Nasi Terlalu Sedikit

Ketika para pengungsi Rohingya makan di salah satu balai desa, video warga Aceh lainnya
menjadi viral. Balai desa itu dikenal sebagai tempat penampungan di Aceh. Padahal porsi nasi
yang terlihat cukup besar dan melebihi porsi nasi biasa, para pengungsi Rohingya dengan berani
mengatakan bahwa porsi nasi yang diberikan terlalu sedikit.

------------

Like, komen dan share (tidak usah di baca)


LICENSE CERTIFICATE: Envato Elements Item

=================================================

This license certificate documents a license to use the item listed below

on a non-exclusive, commercial, worldwide and revokable basis, for

one Single Use for this Registered Project.

Item Title: Dramatic Trailer

Item URL: https://elements.envato.com/dramatic-trailer-YFCD7PG

Item ID: YFCD7PG

Author Username: StudioKolomna

Licensee: Daftar Populer

Registered Project Name: Teknologi Populer

License Date: January 20th, 2023

Item License Code: Y4Z9LBD8C5

The license you hold for this item is only valid if you complete your End

Product while your subscription is active. Then the license continues

for the life of the End Product (even if your subscription ends).

For any queries related to this document or license please contact

Envato Support via https://help.elements.envato.com/hc/en-us/requests/new

Envato Elements Pty Ltd (ABN 87 613 824 258)

PO Box 16122, Collins St West, VIC 8007, Australia

==== THIS IS NOT A TAX RECEIPT OR INVOICE ====

Anda mungkin juga menyukai