Anda di halaman 1dari 11

JENIS ATAU ORDO TANAH

Mata Kuliah :

Dasar Ilmu Tanah

Dosen Pengampu :

Ir.Cik Zulia,M.P

DISUSUN OLEH:

DIMAS ARYA NUGROHO


HABIB ADITYA SETIAWAN
RIKI ARDIANSYAH PUTRA

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

UNIVERSITAS ASAHAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan pada kehadirat Allah Swt yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta karunianya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan jurnal
yang berjudul “JENIS ATAU ORDO TANAH”

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu -selaku dosen pengampu mata kuliah -
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan serta
wawasan tentang bagaimana JENIS ATAU ORDO TANAH

Saya menyadari bahwa makalah yang saya selesaikan ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan
yang bersifat membangun untuk melengkapi kesempurnaan makalah kami selanjutnya,
serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………...

BAB I . PENDAHULUAN…………………………………………………….

1..1. Pengertian Dasar…………………………………………..

BAB II ISI……………………………………………………………...

2.1.Jenis Atau Ordo Tanah……………………………………...

2.2 Ciri – Ciri Ordo Tanah……………………………………...

BAB III…………………………………………………………………………

Kesimpulan……………………………………………………………..

Saran…………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….
BAB l

PENDAHULUAN
1.1. Pengertian Dasar

Klasifikasi tanah adalah cara mengumpulkan dan mengelompokkan tanah berdasarkan


kesamaan dan kemiripan sifat dan ciri morfologi, fisika dan kimia, serta mineralogi, kemudian
diberi nama agar mudah dikenal, diingat, dipahami dan digunakan serta dapat dibedakan satu
dengan lainnya. Tanah yang diklasifikasikan adalah benda alami yang terdiri dari padatan (bahan
mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang terbentuk dipermukaan bumi dari hasil
pelapukan bahan induk oleh interaksi faktor iklim, relief, organisme dan waktu, berlapis-lapis
dan mampu mendukung pertumbuhan tanaman, sedalam 2 m atau sampai batas aktivitas biologi
tanah (Soil Survey Staff 2010).

Klasifikasi tanah di Indonesia mulai dikembangkan sejak tahun 1910 melalui pendekatan
bahan induk, proses pembentukan dan warna tanah. Perkembangan pendekatan klasifikasi tanah
dan aplikasinya dalam survei dan pemetaan serta interpretasinya untuk keperluan sektor
pertanian terus dilakukan untuk memodifikasi sistem klasifikasi berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan para peneliti. Penggunaan klasifikasi dalam survei dan pemetaan tanah diharapkan
dapat memberikan informasi tentang sifat-sifat tanah untuk pengelolaan lahan pertanian yang
berkelanjutan. ndonesia adalah negara kepulauan, terdiri atas 17.508 pulau dengan lima pulau
terbesar, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua yang menyebar di nusantara.
Posisi wilayah daratan yang strategis berada di garis khatulistiwa memberikan keuntungan dari
segi iklim tropika basah dan suhu tinggi yang dapat mempercepat proses pelapukan batuan
menjadi tanah dan memberikan keragaman hayati yang tinggi. Selain itu, keragaman bahan
induk pembentuk tanah memberikan keragaman sifat dan jenis tanah yang terbentuk. Setiap jenis
tanah mempunyai sifat dan ciri tertentu dan berbeda satu dengan lainnya. Tiap jenis tanah
memiliki potensi dan kendala berbeda sehingga diperlukan input teknologi yang berbeda untuk
suatu jenis penggunaan pertanian dan atau non-pertanian. Karena alasan tersebut, penggunaan
tanah perlu dikelola dengan baik, sesuai karakteristik dan potensi, kendala dan input teknologi
spesifik lokasi yang diperlukan agar diperoleh produktivitas pertanian yang optimal dan
berkelanjutan melalui pendekatan pemahaman klasifikasi tanah.
BAB II

2.1. Jenis atau Ordo Tanah

Tanah adalah salah satu sarana tumbuh tanaman, mulai dari tanaman semusim sampai
tanaman tahunan. Unsur-unsur tanah terdiri dari 20-30% tanah, 20-30% air, 45% bahan mineral
dan 5% bahan organik. Sifat tanah ini sangat dinamis yang berarti terus menerus menghadapi
perubahan yang didorong oleh perubahan iklim (curah hujan dan suhu), bentuk wilayah (relief
atau bentuk permukaan tanah), bahan induk, waktu dan organisme.

Tak semua nutrisi untuk tanaman yang berasal dari tanah itu sendiri cocok untuk
pertumbuhan tanaman. Beralandaskan tahapan yang terbentuk dan kandungan mineralnya,
terdapat puluhan jenis tanah di dunia. Khusus di Indonesia ada sekitar 18 jenis tanah. Beberapa
karakteristik tanah yang cocok untuk pertanian dan perkebunan yaitu mengandung banyak unsur
organik, Ph <7, memiliki tingkat kelembaban yang tinggi meskipun di musim kemarau, tidak
mengalami pengerasan setelah ditanami, tidak terdapat lapisan padas. Dengan adanya beberapa
karakteristik tersebut, ada 10 jenis tanah yang cocok untuk dunia pertanian dan perkebunan,
yaitu:

1.Tanah Regosol

Tanah regosol ini termasuk dari salah satu sub jenis tanah Entisol. Tanah ini bermula dari
pelapukan material yang dikeluarkan oleh letusan gunung berapi seperti pasir, lahar, debu dan
lipili. Jenis tanah ini belum berkembang dengan sempurna..Tanah regisol memiliki tekstur yang
kasar dengan Ph 6-7 yang mengandung unsur P dan K serta sedikit unsur N. Tanah ini bersifat
sulit menampung air, sehingga tidak semua jenis tanaman cocok untuk ditanam dengan tanah ini.
Beberapa jenis tanaman yang cocok ditanam dengan tanah regosol ini adalah palawijaya,
tembakau dan jenis buah-buahan yang tidak terlalu membutuhkan unsur air. Tanah ini bisa
ditemukan di daerah yang dekat dengan gunung merapi seperti Sumatera dan Nusa Tenggara.
Tanah regosol ini termasuk dari salah satu sub jenis tanah Entisol. Tanah ini bermula dari
pelapukan material yang dikeluarkan oleh letusan gunung berapi seperti pasir, lahar, debu dan
lipili. Jenis tanah ini belum berkembang dengan sempurna..Tanah regisol memiliki tekstur yang
kasar dengan Ph 6-7 yang mengandung unsur P dan K serta sedikit unsur N. Tanah ini bersifat
sulit menampung air, sehingga tidak semua jenis tanaman cocok untuk ditanam dengan tanah ini.
Beberapa jenis tanaman yang cocok ditanam dengan tanah regosol ini adalah palawijaya,
tembakau dan jenis buah-buahan yang tidak terlalu membutuhkan unsur air. Tanah ini bisa
ditemukan di daerah yang dekat dengan gunung merapi seperti Sumatera dan Nusa Tenggara.

2.Tanah Latosol
Tanah ini terbentuk dari proses pelapukan batuan sedimen dan metamorf. Tingkat
perkembangan tanah latosol secara horizon berlangsung lambat sampai sedang. Hal ini
dikarenakan sebagian besar tanah berasa didaerah yang lembab. Tanah berwarna merah hingga
cokelat ini memiliki Ph 4,5 – 6,5. Tanah ini mengandung unsur hara yang berubah-ubah dari
sedang sampai tinggi. Namun tanah latosol ini miliki kemampuan untuk menyerap air dengan
baik sehingga dapat menahan erosi. Tanaman yang cocok untuk ditanam dengan tanah ini yaitu
tembakau, coklat, pala, tebu dan panili. Beberapa daerah yang memiliki jenis tanah ini Sumatera,
Jawa, Bali, Sulawesi.

3. Tanah Organosol

Tanah yang terbentuk dari proses pelapukan dan pembusukan bahan-bahan organic ini
dapat dijumpai di daerah rawa-rawa ataupun daerah yang banyak digenangi air. Maka jenis tanah
ini memiliki tekstur yang lembek karena tergenang air. Terdapat 2 jenis tanah organosol yaitu
tanah humus dan tanah gambut.

4.Tanah Alluvial

Tanah yang banyak ditemukan di hilir sungai ini adalah jenis tanah muda yang terbentuk
dari pengendapan material halus aliran sungai. Tanah ini memiliki struktur tanah yang lepas-
lepas dengan warna kelabu. Ph nya termasuk dalam tingkat Ph rendah yaitu sekitar 5,3-5,8.
Karena Ph yang dimilikinya, tanah ini mudah untuk dicangkul. Kadungan unsur yang ada
didalam tanah alluvial ini sangat bergantung dengan iklim wilayah. Tanah yang tersebar di
daerah Jawa, Sumatera dan Papua ini cocok untuk tamanan padi dan palawijaya.

5. Tanah Podsolik Merah Kuning (PMK)

Sesuai dengan nama yang dimilikinya, tanah ini memiliki warna merah sampai kuning
yang memiliki arti tanah ini kurang subur karena pencucian. Tanah ini terbentuk karena curah
hujan yang tinggi dan suhu yang sangat rendah, Ph tanah ini termasuk dalam tingkat Ph yang
rendah dan cukup banyak memiliki unsur Al dan Fe. Kriteria tanahnya berlempung dan mudah
basah. Tanah dengan kriteria tersebut cocok untuk persawahan, Tanah PMK ini tersebar merata
di Indonesia.

6. Tanah Laterit

Tanah yang diusung-usung serupa dengan PMK ini memiliki suhu yang jauh lebih tinggi.
Unsur hara yang terdapat di tanah ini cukup banyak dan tanah ini juga cukup subur, namun
hilang karena larut dibawa air hujan. Walaupun begitu, tanah ini banyak mengandung
seskuioksida. Sayangnya tanah ini tidak cocok untuk sebagian tanaman, hanya ada beberapa
tanaman yang cocok dengan tanah ini yaitu jambu mete dan kelapa. Tanah ini bisa dijumpai di
sebagian daerah Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.
7. Tanah Litosol

Tanah yang masih satu keluarga dengan tanah regosol ini terbentuk dari proses perubahan
iklim topografi dan aktivitas gunung merapi. Tanah ini tergabung dalam ordo tanah entisol,
itulah mengapa tanah ini masih satu keluarga dengan regosol. Struktur dari tanah ini besar-besar
dengan sedikit unsur hara didalamnya sehingga hanya bisa dimanfaatkan untuk tanaman
palawijaya. Tanah ini tersebar di daerah Sumatera, Jawa, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara.

8. Tanah Rendzina

Tanah yang memiliki tekstur lembut dan daya permeabilitas yang tinggi ini terbentuk dari
batuan basalt, batu kapur dan granit. Karena daya permeabilitas yang dimilikinya cukup tinggi
membuat tanah ini mampu untuk menikat air. Tanah ini banyak menyimpan unsur Ca, Mg dan
sedikit hara dengan tingkat Ph yang tinggi. Tanah yang dapat dijumpai di daerah Aceh, Sulawesi,
Maluku dan Papua ini cocok ditanami tanaman keras semusim dan palawijaya.

9. Tanah Mediteran

Tanah yang terbentuk dari batuan berkapur yang banyak mengandung karbonat ini
merupakan bagian dari ordo Alfisol yang banyak dijumpai didaerah beriklim lembab. Tanah ini
mengandung banyak air, Al, Fe dan bahan organik lain sehingga dapat dikatakan sebagai tanah
yang subur yang cocok untuk persawahan. Tanah ini tersebar di daerah Sumatera, Jawa,
Sulawesi dan Nusa Tenggara.

10. Tanah Grumusol

Tanah grumusol adalah tanah yang terbentuk dari batuan induk kapur dan tuffa vulkanik
yang umumnya bersifat basa sehingga tidak terdapat aktivitas didalamnya. Tanah yang memiliki
kadar lempung yang tinggi ini merupakan bagian dari ordo vertisol. Tanah ini termasuk dalam
tanah yang tidak suburm karena jika iklim sedang panas/kering tanah ini menjadi pecah-pecah
dan sangat lengket saat hujan. Tapi tanah ini masih bisa menjadi media tanam untuk pohon jati
dan rumput-rumputan. Tanah ini bisa dijumpai di Sumatera Barat, Jawa dan Nusa Tenggara
Timur.
2.2 Ciri – Ciri Ordo Tanah

1.Tanah Regosol

Ciri-ciri Tanah Regosol Merangkum dari Ilmu Geografi, berikut ciri-ciri tanah regosol:

1. Memiliki butiran yang kasar


2. Tidak menunjukkan adanya lapisan horizontal
3. Memiliki warna yang beragam, di antaranya yaitu merah, kuning, coklat kemerahan,
coklat, dan coklat kekuningan
4. Sensitif terhadap erosi
5. Mengandung banyak unsur hara yang bagus untuk tanaman
6. Bertekstur relatif gembur
7. Mengandung air yang rendah hingga tinggi.

2. Tanah Latosol

1. Bahan organik sedang


2. Berwarna merah hingga kuning
3. Bersifat asam Mudah menyerap air
4. Kadar humusnya mudah menurun
5. Tidak berlangsungnya dekomposisi kimia ataupun mekanis batuan induk karena kondisi
kelembapan serta panas
6. Hampir seluruh zat silikanya terlepas atau tercuci dari tanah
7. Zat-zat seskuioksida dari besi dan aluminium terakumulasi di tanah sebagai bahan
residual melimpah dengan sifat permanen
8. Kandungan humusnya sedikit karena aktivitas bakteri berkurang akibat suhunya yang
menghangat
9. Tanah berwarna kemerahan karena adanya zat seskuioksida dari zat besi
10. Dari sifat dan ciri tersebut, tanah latosol cocok untuk tanaman padi, palawija, kelapa,
karet, kopi, kelapa sawit, dan buah-buahan.

3.Tanah Organosol

1. Terdiri dari lapisan-lapisan yang kaya akan bahan organik yang belum terurai
sepenuhnya.
2. Warna umumnya gelap karena tingginya kandungan bahan organik.
3. Biasanya terdapat di lingkungan rawa, lahan gambut, atau hutan yang lembab.

4.Tanah Alluvial
1. Terbentuk dari endapan sungai atau aliran air yang membawa endapan berbagai ukuran
butir tanah.
2. Biasanya memiliki tekstur tanah yang bervariasi tergantung pada bahan yang terbawa
oleh aliran air.
3. Tanah alluvial seringkali subur dan cocok untuk pertanian karena kaya akan unsur hara.

5. Podsolik Merah Kuning (PMK):

1. Terbentuk dari pelapukan batuan granit atau batuan beku lainnya.


2. Horison-horison tanahnya umumnya terdiri dari horison A, E, dan B, dengan B horison
yang kaya akan zat besi dan aluminium.
3. Warna merah atau kuning berasal dari endapan besi dan aluminium yang larut dalam air
hujan dan kemudian terakumulasi pada horison B.

6.Tanah Laterit

1. Merupakan tanah merah yang kaya akan oksida besi dan aluminium.
2. Terbentuk di daerah-daerah yang memiliki iklim tropis basah dengan tingkat pelapukan
yang tinggi.
3. Karena kandungan oksida besi dan aluminium yang tinggi, tanah laterit cenderung keras
dan kurang subur.

7.Tanah Litosol

1. Tanah yang terbentuk di atas batuan dasar yang belum terurai dengan baik.
2. Kandungan organiknya rendah karena kondisi pembentukannya.
3. Tanah litosol seringkali ditemukan di daerah pegunungan atau daerah dengan topografi
yang curam.

8.Tanah Rendzina

1. Tanah yang terbentuk di atas batuan kapur atau batuan sedimen lainnya.
2. Biasanya memiliki horison A yang tipis dan horison B yang kaya akan bahan organik.
3. Cocok untuk pertanian karena kandungan haranya yang tinggi.

9.Tanah Mediteran

1. Tanah yang terbentuk di daerah dengan iklim Mediterania, yang umumnya memiliki
musim kering dan musim hujan.
2. Tanah ini seringkali gembur dan subur, karena musim kering membantu proses
pelapukan dan penguraian bahan organik.

10.Tanah Grumusol:

1. Tanah yang terbentuk di lingkungan stepa atau padang rumput yang cukup lembab.
2. Biasanya memiliki struktur yang agak gembur dan kaya akan bahan organik.
3. Setiap ordo tanah memiliki karakteristik yang unik tergantung pada lingkungan
pembentukannya. Ciri-ciri ini membantu dalam mengidentifikasi jenis tanah dan
menentukan potensi penggunaannya, misalnya untuk pertanian, pembangunan, atau
konservasi tanah.
BAB III

Kesimpulan

Sistem klasifikasi tanah dibuat dengan tujuan untuk memberikan informasi karakteristik
dan sifat-sifat fisis tanah. Kalisifikasi tanah juga berguna untuk studi yang terperinci mengenai
keadaan tanah tersebut serta kebutuhan penguji untuk menentukan sifat teknis tanah seperti
karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi dan sebagainya.

Saran

Tanah Indonesia memiliki keunggulan dari tanah-tanah di Asia, karena 10 dari 12 ordo
tanah di dunia berdasarkan taksonomi tanah yang diterbitkan oleh Amerika Serikat berada di
Indonesia.Sebaiknya kita sebagai generasi unggul Indonesia dapat memanfaatkan jenis jenis
tanah yang ada di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai