Gatau Apa Ini 40152-130317-1-PB
Gatau Apa Ini 40152-130317-1-PB
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa proses kuratorial sebagai transfer pengetahuan
seni rupa pada pameran seni rupa Kayon. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan
metode studi kasus. Dalam studi kasus selain wawancara mendalam, ada lima teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini yakni dokumentasi, observasi langsung, observasi
terlibat (participant observation), dan artifak fisik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
transfer ilmu dan pengetahuan secara informal dalam mengembangkan kemampuan menjadikan
kelompok dan komunitas seni sebagai penggerak utama pergerakan seni rupa. Metode asih,
asah dan asuh yang diterapkan dalam pelaksanaan pameran oleh Rain Rosidi sebagai kurator
merupakan pendekatan idela yang dapat dilakukan. Asih, asah dan asuh ini menjadi metode
yang memberikan tanggung jawab bersama para perupa senior untuk membantu regenerasi dan
menanamkan pentingnya berbagi ilmu lewat pendidikan informal. Hingga ke depannya bisa
melahirkan generasi perupa Kulon Progo yang memiliki karakter yang berbeda dari kabupaten-
kabupaten lain di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kata kunci: kuratorial, seni rupa, kayon
Abstract
This study aimed to analyze the curatorial process as a transfer of art knowledge at the Kayon
art exhibition. This research was a qualitative study using the case study method. In a case
study, apart from in-depth interviews, there are five data collection techniques: documentation,
direct observation, participant observation, and physical artifacts. This study indicates that the
transfer of knowledge and knowledge informally in developing the ability to make art groups
and communities the main actors of the fine arts movement. The compassion, honing, and
nurturing method applied in the exhibition by Rain Rosidi as curator was an ideal approach
that can be taken. Asih, asah, and asuh were methods that share responsibility for senior artists
to help regenerate and instill the importance of sharing knowledge through informal education.
So that in the future, it can give birth to a generation of Kulon Progo artists who have different
characters from other regencies in Yogyakarta.
Keywords: curatorial, fine arts, kayon
14
Proses Kuratorial sebagai Transfer Pengetahuan...(Permana, A. S.)
15
Jurnal Penelitian Humaniora, Volume 26, Nomor 1, April 2021: 14-25
kelompok seni rupa di Kulon Progo menjadi peserta yang terlibat dalam pameran ini.
berhenti total saat pandemi ini berlangsung. Proses ini selain juga untuk mempercepat
Kebutuhan untuk saling berbagi pengetahuan waktu diharapkan kontribusi 10 perwakilan
dalam sebuah komunitas atau kelompok tersebut mampu menentukan 30 perupa
seni menjadi terhambat pada masa pandemi yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi
ini berlangsung. Menjadi sebuah catatan kualitasnya.
tersendiri bahwa transfer pengetahuan yang Pameran ini mengusung tema “Kayon”
selama ini terbangun di perupa Kulon Progo dan diharapkan dapat menggambarkan
jauh lebih banyak berkembang melalui jalur keadaan dunia saat ini yang tengah dilanda
informal yang bertumbuh dalam kehidupan pandemi Covid-19 sesuai dengan cara
komunitas dan kelompok seni. Masih sedikit pandang dan kreativitas dari 40 perupa Kulon
perupa Kulon Progo yang menempuh jalur Progo yang menyajikan 60 karya seni lukis,
formal berupa sekolah seni dan berkecimpung patung, grafis, dan instalasi. Pameran ini
di dalamnya. Oleh karena itu, aktivitas dalam diharapkan dapat memberikan pemahaman
kelompok dan komunitas ini menjadi sangat yang lebih luas tidak sebatas pada nilai
penting bagi roda pergerakan seni rupa di keindahan dan pemaknaan karya, namun
Kulon Progo yang terhenti saat pandemi ini yang lebih dalam adalah menumbuhkan
terjadi. semangat untuk terus berkarya di masa
Hadirnya sebuah event pameran seni pandemi ini. Karya seni yang dipamerkan
rupa yang dilaksanakan oleh Pemerintah ini diharapkan dapat menyajikan karya seni
Daerah menjadi sebuah motivasi bagi para terbaik dari perupa Kulon Progo, sebagai
perupa di Kulon Progo. Di masa social upaya untuk memperkenalkan keunggulan
distancing dan new normal ini juga perlu budaya rupa sekaligus memberikan semangat
diterapkan sebuah prosdur pelaksanaan kepada para perupa untuk terus berkreasi dan
yang sesuai dengan kondisi. Mengingat berinovasi.
medan seni rupa di Kulon Progo yang Artikel ini akan lebih menyoroti pada
secara geografis membuat para perupa proses kuratorial yang dilakukan saat
terpisah jarak yang jauh. Perlunya transfer pelaksanaan Pameran Seni Rupa Kayon. Pada
pengetahuan antara perupa senior dan para pameran ini muncul sebuah pola pengasuhan
perupa pendatang yang masih baru. Sistem para perupa pilihan yang dipih dan diseleksi
kuratorial yang biasa dilakukan pada sebuah oleh perupa-perupa pilihan kurator. Proses
kegiatan pameran tidak bisa mencakup pengasuhan dengan istilah asih, asah, asuh
permasalahan yang sedang dihadapi. Perlu yang digunakan ini menjadi bagian dari
kuratorial yang bisa menjadi lebih fleksibel sistem kuratorial pameran. Pendekatan teori
dan bisa mengatasi permasalahan transfer yang digunakan pada proses ini mengacu pada
pengetahuan antarsesama perupa. teori Ki Hadjar Dewantara tentang metode
Mengatasi tantangan kondisi di atas, Pendidikan yang sejalan dengan budaya
Rain Rosidi yang pada pameran ini kembali jawa yaitu Momong, Among, dan Ngemong.
ditunjuk sebagai kurator menunjuk 10 Metode ini sangat cocok diterapkan dalam
perwakilan yang terdiri atas 9 orang perupa sistem pembelajaran informal bagi para
yang dianggap memiliki rekam jejak dan perupa Kulon Progo saat ini.
perwakilan pihak penyelenggara masing-
masing diminta menentukan 3 orang METODE
perupa. Proses kuratorial ini kemudian Penelitian ini bersifat kualitatif dengan
disebut dengan sistem Asih, Asah, dan menggunakan metode studi kasus. Menurut
Asuh. Dari proses tersebut, akan ada 40 Yin (1994, p. 1) secara umum studi kasus
16
Proses Kuratorial sebagai Transfer Pengetahuan...(Permana, A. S.)
17
Jurnal Penelitian Humaniora, Volume 26, Nomor 1, April 2021: 14-25
Kulon Progo melalui Dinas Kebudayaan seni rupa. Pameran yang mengangkat tema
(Kundha Kabudayan) secara rutin telah “Aran” in Order of Appearance ini kembali
melangsungkan kegiatan pameran seni dikuratori oleh Rain Rosidi. Pameran ini
rupa yang sudah bergulir secara bertahap menjadi sebuah perayaan tersendiri karena
sejak tahun 2016. Pameran seni rupa ini menjadi penanda hadirnya ruang pamer
dari mulai 2016-2019 telah dilaksanakan di Kulon Progo. Dilaksanakan pada 22-31
sebanyak tiga kali, yaitu pada tahun 2016, Oktober 2019 dan diikuti lebih dari 50 orang
2017 dan 2019. Pada tahun 2019, kegiatan perupa yang pada proses kurasinya tidak
pameran dilaksanakan pada bulan Oktober dibatasi pada jumlah dan seleksi.
bertepatan dengan Hari Jadi Kabupaten Pameran seni rupa merupakan salah
Kulon Progo. Tujuannya sebagai wujud satu kegiatan tahunan dari Bidang Adat
kontribusi perupa-perupa Kulon Progo dalam Tradisi Lembaga Budaya dan Seni Kundha
memeriahkan Hari Jadi Kulon Progo. Pada Kabudayan dan merupakan bagian dari
pameran tahun 2020 kegiatan ini berganti kegiatan pembinaan lembaga penggiat seni.
menjadi Kulon Progo Annual Art yang Kegiatan semacam ini tidak dimiliki semua
menandakan komitmen Kundha Kabudayan Kabupaten/Kota di DIY, tergantung dari
untuk menyelenggarakan even ini secara usulan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
berkala tiap tahun. masing-masing Pejabat Pelaksana Teknis
Menilik ke belakang, pameran seni rupa Kegiatan (PPTK) yang kemudian dirangkum
Kulon Progo telah mengangkat beberapa menjadi usulan Kundha Kabudayan kepada
tema pada tiap penyelenggaraan event. Pada Paniradya (khusus menangani DANAIS) di
tahun 2016 sebagai pameran perdana diangkat Pemprov DIY. Usulan RKA DANAIS disusun
tema “Kebangkitan Seni Rupa Kulon Progo”. N-2 (dua tahun sebelum tahun berjalan) yang
Pameran ini masih bersifat gotong royong, kemudian dilakukan penyesuaian beberapa
tidak ada kurator, kerja kurasi maupun kali hingga RKA disetujui oleh Pemprov
seleksi karya dan bersifat “jawilan” yang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan
melibatkan 40 orang perupa. Dilaksanakan di Pemerintah Pusat (dalam hal ini Kementerian
Gedung Serba Guna Balai Desa Wates pada Keuangan). Kegiatan yang didanai dengan
tanggal 21-27 Oktober 2016. Pameran ke-2 DANAIS, pada tahun berjalan bisa dilakukan
dilaksanakan dengan persiapan dan rencana Redesain dua kali dalam setahun, berbeda
lebih matang dengan menggandeng kurator dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Rain Rosidi dalam proses pelaksanaannya. Daerah (APBD) yang hanya ada satu kali
Pameran yang dilaksanakan pada tahun Perubahan (Gunawan, wawancara 8 Februari
2017 ini mengangkat tema “Maca Kahanan” 2020).
dan dilaksanakan di GOR UNY Wates pada Agar kegiatan bisa tetap berlangsung
tanggal 25-31 Agustus. Peserta pada pameran di tengah pandemi ini, maka perlu melalui
ini berjumlah 30 orang yang dipilih oleh redesain anggaran termasuk konsekuensi
kurator melalui mekanisme seleksi yang dari dimasukkannya Kulon Progo Annual Art
dilakkukan dengan sistem pengajuan aplikasi dalam proses redesain adalah pelaksanaannya
berupa foto karya. menunggu APBD Perubahan disahkan.
Pada tahun 2018 tidak terjadi kegiatan Kebijakan pemerintah menerbitkan PERPPU
pameran serupa karena kegiatan terfokus Nomor 1 Tahun 2020 menjadi landasan
pada pelaksanaan Menoreh Art Festival. baru pengganti UU Nomor 23 Tahun 2014
Exhibition Hall komplek Taman Budaya tentang Pemerintah Daerah. Aturan ini
Kulon Progo (TBK) pada 2019 menjadi tahun mendorong adanya kebijakan redesain
pertama digunakan dalam event pameran sistem anggaran di pemerintah daerah dalam
18
Proses Kuratorial sebagai Transfer Pengetahuan...(Permana, A. S.)
rangka refocusing anggaran yang merupakan Para pengunjung yang tertarik untuk datang
sebuah langkah penganggaran ulang untuk mengisi form yang sudah disiapkan melalui
mencapai efisiensi dan efektivitas anggaran akun media sosial resmi Dinbud Kabupaten
dalam masa penanganan covid-19. Setiap Kulon Progo. Para pendaftar yang telah
kegiatan yang sudah terencana pada tahun mengisi form dan memenuhi mendapatkan
2019 untuk dilaksanakan pada tahun 2020 konfirmasi ijin kunjungan berikut jadwal
ditinjau kembali dari segi penggunaan yang sudah disiapkan. Jadwal kunjungan
anggaran. Proses ini menjadi penyebab dapat dilihat melalui platform media sosial
pameran baru bisa diselenggarakan pada di Instagram dinbud-kp yang di dalamnya
akhir tahun yaitu pada tanggal 20 November terdapat keterangan sistem kunjungan
2020 sampai dengan 29 November 2020 di pameran yang dibagi dalam 4 sesi sebagai
Exhibition Hall Komplek Taman Budaya berikut: sesi 1 pukul 09:00-11:00, sesi 2
Kulon Progo. 12:00-15:00, sesi 3 15:00-17:00, dan sesi 4
Pameran Seni Rupa Kayon dilaksanakan 19:00-21:00 WIB (https://www.instagram.
dengan menggunakan sistem luring dan com/p/CH0FBldAgsi/?utm_source=ig_web_
daring dan dibuka pada tanggal 20 November copy_link diakses pada tanggal 10 Februari
2020 pukul 20:00 WIB. Pameran dibuka 2020).
langsung oleh Bupati Kulon Progo, Diberla kukannya si st em daring
didampingi oleh Kepala Kundha Kabudayan dan luring terbatas dalam pelaksanaan
beserta jajarannya dan dihadiri para perupa event Pameran Kayon ini menjadi sangat
yang terlibat dalam pameran. Pada saat banyak mendatangkan apresiasi. Tidak
dilaksanakan pembukaan tetap diberlakukan bisa dipungkiri bahwa bagi sebagian besar
mekanisme protokol pencegahan covid-19 masyarakat baik dari kalangan perupa
yang mewajibkan seluruh yang hadir maupun pecinta seni sangat merindukan
menggunakan masker. Secara daring acara melihat, menikmati, dan memamerkan karya
pembukaan disiarkan secara live streaming seni secara luring. Kekuatan visual karya seni
melalui platform YouTube dari mulai sampai rupa secara nyata belum bisa terwakili oleh
akhir acara pembukaan. moda daring. Bagaimana kekuatan artistik
Mulai tanggal 21-29 November 2020 dari goresan kuas, keindahan tekstur, dan
pukul 08:00-21:00 WIB pameran resmi daya pukau karya visual pada dasarnya tidak
bisa dikunjungi oleh para pecinta seni dari mampu tersampaikan lewat layar. Dengan
manapun. Untuk menjaga ruang pamer agar dibukanya pameran ini bisa disaksikan
tidak menyebabkan kerumunan pengunjung, oleh publik, menjadikan sebuah kelegaan
diberlakukan secara ketat pelaksanaan baik bagi perupa maupun penikmat yang
protokol. Panitia penerima yang berjaga dibuktikan dengan angka kunjungan yang
di pintu masuk menyiapkan termogun, mencapai lebih dari 700 orang pengunjung.
mengarahkan pengunjung pada tempat Hendro Wiyanto dalam buku Sesudah
cuci tangan dan selalu mengingatkan untuk Aktivisme menggarisbawahi pentingnya
penggunaan masker di dalam ruang pamer. peran seorang kurator popular dan berbobot
Dalam 1 hari terdapat 4 sesi jadwal kunjungan dalam penyelenggaraan pameran seni rupa.
dan setiap sesinya hanya bisa dihadiri oleh Kurator seperti ini juga mampu dengan
20 orang pengunjung yang sudah mendaftar cepat membangun sebuah citra kegiatan
terlebih dahulu. bagi sebuah galeri. Secara garis besar juga
Mekanisme pengunjung yang bisa hadir dipercaya mampu mengajar para perupa
untuk melihat pameran secara langsung muda, mengarahkan karya yang diproduksi
dibatasi menggunakan sistem pendaftaran. dan menjadi jembatan pemahaman akan seni
19
Jurnal Penelitian Humaniora, Volume 26, Nomor 1, April 2021: 14-25
kontemporer. Kurator juga berfungsi dalam kulit, dibuat dari pahatan lukisan berbentuk
melakukan seleksi sesuai dengan kebutuhan menyerupai gunung (KBBI). Secara umum
penyelenggara event (Supriyanto, 2015). gunungan sering dilukiskan sebagai pohon
Rain Rosidi pada pameran ini kembali hayat, kalpataru atau sering disebut sebagai
dipercaya menjadi orang di balik proses pohon kehidupan yang di dalamnya dihuni
kreatif penyelenggaraan. Pengalamannya oleh harimau, banteng, kera, dan burung
dalam menjadi seorang kurator sejak awal merak. Pada bagian bawah terdapat naga pada
2000-an dalam pameran berskala nasional sisi kanan dan kiri yang mengapit sebuah
dan art director Biennlae Jogja Equator III gerbang masuk joglo. Penggambaran di atas
2015 dengan skala internasional menjadi merupakan simbolisasi dari kehidupan tempat
penting untuk dipertimbangkan. Posisinya tinggal para dewa yang merupakan manifesto
sebagai kurator menjadi menarik dalam dari ketuhanaan yang dilambangkan dengan
menjaga ekosistem di medan seni rupa Kulon alam semesta (Susanto, 2018).
Progo yang sudah dikawal sejak menjadi Kayon pada tema pameran ini hadir
kurator pada event pameran tahun 2017 sebagai manifesto pohon kehidupan dan
dan 2019. Dua event ini paling tidak sudah menjadi simbol dari ekosistem kehidupan
memberikan gambaran jelas tentang kondisi yang menandai sistem kehidupan dari
medan seni rupa yang ada dan hal yang tanaman, binatang dan yang lainnya.
dibutuhkan untuk mendorongnya semakin Kehidupan selama ini dipahami Bersama
berkembang. Salah satunya adalah dengan sebagai hal yang tidak bisa lepas dari
merangkum sebuah tema menjadi bentuk kebutuhan akan oksigen yang selama ini
kesinambungan yang diposisikan untuk diproduksi oleh tumbuhan. Kondisi ini
membangun seni rupa di Kulon Progo. seakan berubah pada masa pandemi, dimana
Mengapa peran adanya seorang problem utama yang dihadapi bersama
kurator menjadi hal penting dalam sebuah adalah udara atau oksigen yang selama ini
pelaksanaan pameran? Tidak bisa dipungkiri, menjadi sumber kehidupan mahkluk hidup
tugas utama yang harus dilakukan seorang justru menjadi perantara virus. Melihat
kurator adalah untuk melakukan kerja fenomena ini seperti menjadi sebuah masa
kuratorial. Kerja ini merupakan sebuah usaha peralihan masa jeda antar babak dalam
untuk menyatukan karya, seniman, pasar, sebuah pewayangan yang ditandai dengan
media, publik dalam sebuah wacana dan munculnya Kayon (Rosidi, wawancara 2
ruang pameran yang bisa juga disebut kerja Februari 2020).
“menimbang ruang”. Melakukan sebuah Situasi pandemi telah merubah banyak
kajian penelitian, merumuskan konsep atau hal mulai dari perilaku, cara berinteraksi,
tema, melakukan interpretasi, membuat kehidupan sosial, cara orang bekerja sampai
perencanaan event sampai pada promosi. kesadaran masyarakat. Perilaku masyarakat
Bisa dikatakan kurasi merupakan kerja utama dalam melaksanakan interaksi pada masa
seorang kurator dalam mempersiapkan event pandemi ini yang paling mendapatkan
(Susanto, 2016). dampak dari adanya perubahan ini. Hampir
Kulon Progo Annual Art 2020 ini setiap pekerjaan yang bersifat manual
mengangkat tema besar “Kayon” Time dialihkan dengan metode daring yang
Shift. Dalam dunia pewayangan Kayon atau bergantung dengan teknologi internet.
Gunungan memiliki arti tanda yang berfungsi Kondisi ini terjadi karena adanya pembatasan
untuk mengawali, memberi batas antarbabak interaksi yang terjadi guna pencegahan
dan mengakhiri pelakonan pada pementasan penyebaran covid-19. Situasi ini merupakan
wayang baik wayang golek maupun wayang bentuk peralihan yang terjadi yang dapat
20
Proses Kuratorial sebagai Transfer Pengetahuan...(Permana, A. S.)
dimaknai dan digali sebagai gagasan formal dalam belajar seni rupa, namun
maupun ide kreatif oleh para perupa dalam memiliki semangat yang besar. Perupa-perupa
merepresentasikan keadaan menjadi karya ini hadir di tengah kehidupan komunitas dan
seni. kelompok seni yang ada.
Tema kayon ini menjadi hal yang Adanya pendemi menjadikan proses
menarik untuk diangkat, karena secara transfer ilmu ini menjadi terkendala karena
situasi tema ini benar-benar bisa mewakili prosedur social distancing yang harus
sebuah peristiwa jeda. Muncul sebagai diterapkan. Dengan pendeknya waktu yang
penanda sebuah peristiwa peralihan antar harus dikelola oleh para perupa muda yang
babak yang dalam hal ini bukan dalam dunia sebagian besar waktunya digunakan untuk
pewayangan melainkan dalam peristiwa bekerja mencari nafkah ini harus ada sebuah
nyata. Dalam dunia pewayangan, jeda antar sistem pembimbingan. Sistem kurasi pameran
babak yang ditandai dengan munculnya Kayon ini harus benar-benar mendukung
kayon merupakan sebuah peristiwa yang pola pembimbingan yang bisa mendukung
ikonik. Saat kayon muncul berarti dalang efisiensi dan efektivitas kerja di medan sosial
dan para wiyaga dapat beristirahat sejenak. seni rupa Kulon Progo. Kurator harus pandai
Kondisi saat ini tidak jauh berbeda dengan dalam meracik sebuah sistem kurasi yang
jeda dalam pewayangan, dimana ketika bisa menjembatani kehidupan kelompok,
gelombang besar lockdown dan social komunitas seni dengan proses transfer ilmu
distancing diberlakukan maka seakan dunia yang dibutuhkan untuk membangun seni
sedang melakukan istirahat besar. Tidak ada rupa bersama. Membuat perencanaan kerja
kendaraan berlalu-lalang, tidak ada anak yang baik dengan tetap mempertimbangkan
bersekolah, banyak orang bekerja dari rumah, potensi, kondisi medan seni rupa dan batas
pusat-pusat perbelanjaan tutup dan bahkan waktu pelaksanaan pameran.
rumah sakit ikut sunyi. Seakan memberikan Selain sebagai perencanaan, kurator
waktu bagi bumi untuk bernafas, tumbuhan harus mampu menemukan jalan keluar pada
tumbuh, udara menjadi bersih, laut dan sebuah permasalahan dan berkolaborasi
sungai kembali jernih. dengan banyak pihak. Kemampuan bersosial
Terdapat hal unik dalam pameran yang baik menjadi kunci dalam hal ini
Kayon yang bisa dikatakan berbeda dari dalam mengawal sebuah even pameran.
pelaksanaan pameran-pameran seni rupa Bekerja sama dengan seniman sebagai mitra
yang sebelumnya. Hal unik ini terkait dengan untuk memberikan sebuah pengarahan dan
metode seleksi yang diterapkan kurator provokasi agar terbangun kerja sama yang
dalam memilih seniman yang terlibat dalam baik merupakan tugas yang harus diemban
pameran. Terbatasnya waktu persiapan yang seorang kurator sehingga terbangun ruang-
baru dimulai tanggal 13 Oktober 2020 karena ruang kemungkinan yang baik antarpihak
harus menunggu proses refocusing sedangkan (Wisetrotomo, 2020).
pameran dibuka pada tanggal 20 November Melihat permasalahan yang dihadapi
2020. Tantangan waktu yang sangat pendek tentunya menjadikan penentuan sistem
untuk persiapan membuat karya baru menjadi kuratorial menjadi sangat penting. Selain
problem tersendiri bagi perupa. Sistem mencari bentuk paling efektif mengingat
kuratorial pameran yang fleksibel tapi tetap pendeknya waktu persiapan, juga menekankan
bisa menghadirkan kualitas karya yang layak kualitas dengan tetap mengedepankan
dipamerkan di tengah kondisi pandemi. Tidak pendidikan melalui transfer ilmu. Asih, asuh
bisa dipungkiri bahwa banyak perupa Kulon dan asah menjadi sistem kuratorial yang
Progo yang tidak mengenyam pendidikan akhirnya diterapkan dalam pelaksanaan
21
Jurnal Penelitian Humaniora, Volume 26, Nomor 1, April 2021: 14-25
pameran Kayon. Metode ini diharapkan dapat nama yang memang secara nyata memiliki
menjadi cara sah dalam sistem kuratorial kontribusi yang diukur dari jumlah pameran,
pameran untuk melakukan transfer ilmu kegiatan yang pernah dilakukan atau terlibat
antara mentor dan perupa bimbingan. Mentor di dalamnya dan yang tidak kalah penting
memiliki tanggung jawab dalam berkarya adalah pengaruhnya bagi perupa Kulon
dan membantu serta membimbing perupa Progo. Hal ini penting karena para mentor
pilihannya untuk menemukan bentuk terbaik yang dipilih haruslah mampu memberikan
dalam waktu yang singkat. teladan dalam proses berkesenian. Sehingga
Metode asih, asuh, dan asah pada diharapkan mampu menular kepada para
pelaksanaan pameran Kayon ini membawa perupa muda yang masih mencari jati diri di
sebuah nuansa Pendidikan yang tidak jauh medan seni rupa Kulon Progo.
berbeda dengan momong, among, dan Hasil riset yang dilakukan Rain Rosidi
ngemong seperti yang diungkap Ki Hadjar selaku kurator mendapati 9 perupa yang
Dewantara. Seperti yang disampaikan layak dijadikan sebagai mentor dalam
bahwa momong, among, dan ngemong proses asih, asah, dan asuh. Dari 9 nama
itu lebih sesuai dengan “opvoeding” yang ada, 3 orang merupakan perupa yang
atau “paedagogiek”. Menurut Ki Hadjar memiliki pengalaman mengikuti pameran
Dewantara, metode belajar ini adalah sebuah nasional maupun pameran internasional.
cara dalam mendidik tanpa melakukan 6 orang yang lainnya merupakan perupa-
tindakan memaksa, walaupun bertujuan perupa yang memiliki peran penting dan
untuk memimpin. Pendidik diharuskan turut kontribusi besar dalam memajukan seni rupa
andil dalam kehidupan anak didik pada saat Kulon Progo. Para perupa ini telah benyak
diperlukan, untuk membantu anak didik berkontribusi dalam seni rupa Kulon Progo
jika mereka salah melangkah. Mengamati lewat peran mereka pada kelompok dan
anak didik berkembang dan tumbuh alami komunitas seni yang selama ini menjadi roh
sesuai dengan kompetensi yang ada pada si seni rupa Kulon Progo. Meraka ini dipilih
anak tapi tetap tidak melakukan pembiaran karena dianggap mampu mewakili kebutuhan
(Dewantara, 2013). untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman
Metode pendidikan menurut Ki Hadjar kepada para perupa lainnya. Lalu satu pos
Dewantara di atas juga memiliki rangkaian tersisa diberikan kepada perwakilan Kundha
pokok yang menjadi cara-caranya yang dibagi Kabudayan. Dari 9 perupa dan 1 perwakilan
sebagai berikut: memberi contoh (voorbeeld); Kundha Kabudayan ini diberikan kebijakan
pembiasaan (pakulinan, gewoontevorming); dan kewajiban untuk memilih 3 nama perupa
pengajaran (leering, wulang-wuruk); perintah, yang akan diikutkan dalam pameran. Setelah
paksaan, dan hukuman (regeering en tucth); memutuskan ke-3 nama yang dianggap
laku (zelfbeheersching, zelfdiscipline); potensial sesuai dengan pengamatan yang
pengalaman lahir dan batin (nglakoni, sudah dimiliki dalam medan seni rupa Kulon
ngrasa, beveling). Progo.
Tahap sebelumnya dari metode asih, Para perupa yang memilih ini kemudian
asuh, dan asah ini adalah penentuan 10 orang memiliki kewajian melakukan sebuah proses
peserta yang layak. Penentuan 10 orang pendampingan dan pengasuhan yang dalam
peserta ini ditentukan dari rekam jejaknya, hal ini dipahami sebagai memberikan bantuan
baik rekam jejak dalam aktivitas pameran pada perupa pilihan untuk berkoordinasi
di luar Kulon Progo maupun orang-orang terkait teknis saat pembuatan karya di
yang dianggap berperan bagi seni rupa di studio masing-masing (Rosidi, wawancara
Kulon Progo. Kurator mengamati beberapa 2 Februari 2020).
22
Proses Kuratorial sebagai Transfer Pengetahuan...(Permana, A. S.)
Metode kuratorial yang dilakukan ini besar. Hal paling berat menurut Nyameng
diharapkan mampu menjadi proses transfer justru dalam mengarahkan perupa yang
pengetahuan yang dinamis dan lebih humanis. didampingi ini untuk mendapatkan referensi
Ada interaksi yang terbangun melalui metode yang sesuai dengan kekaryaan mereka tapi
ini yang secara intens memberikan solusi tanpa merubah gaya visual alami yang
kepada perupa yang lebih muda. Proses sudah mereka miliki. Memberikan masukan
momong, among dan ngemong tidak bisa dan arahan mengenai bahasa simbol yang
dilepaskan dalam praktik asih, asuh, dan asah benar, komposisi yang lebih menarik dan
ini. Karena yang dibimbing dan membimbing penggunaan teknis yang lebih tepat. Proses ini
kadang tidak terpaut usia yang jauh, bahkan dilakukan dengan cara berdiskusi dan tukar
mungkin mentor lebih muda secara usia. pikiran dan memantau kerja yang dilakukan
Pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh secara intens (Adhitama, wawancara 4 April
mentor menjadi alasan kurator memilih 2020).
dan memberikan tanggung jawab sebagai Proses pendampingan atau lebih tepatnya
pembimbing. Dengan jumlah bimbingan pengasuhan dan pengasahan ini jika dilihat
yang relatif terbatas juga membuat mentor sangat menyerupai beberapa poin pendidikan
dapat melakukan pembimbingan dengan among, momong, ngemong dari Ki Hadjar
lebih baik. Dengan metode tersebut proses Dewantara. Di antaranya memberi contoh
transfer ilmu bisa dilakukan dengan maksimal yang dilakukan dengan menunjukkan sikap
dan sesuai porsinya. dan totalitas Ariswan Adhitama dalam
Salah satu perupa yang menjadi mentor menggeluti dunia seni rupa dengan bukti
pada pameran ini memberikan sebuah dari bekal ilmu dan pengalaman mengikuti
pernyataan yang memperkuat peranan dari pameran. Pembiasaan yang dilakukan oleh
metode asih, asah, dan asuh dalam medan Nyameng bisa dilihat dari salah satu cara
seni rupa Kulon Progo. Ariswan Adhitama yang diberikan untuk mengatasi masalah yang
aka Nyameng mengungkapkan betapa dihadapi para perupa yang dibimbing yaitu
metode ini sangat membantu terutama bagi mengajak mereka menemukan solusi visual
para perupa yang berangkat mengenal seni secara bertahap. Pengajaran dapat dilihat
rupa dengan cara otodidak. Pada pameran ini dari dedikasinya berbagi teknik, metode, dan
perupa yang lebih dikenal dengan panggilan proses dalam mengerjakan karya.
Nyameng ini mendampingi 3 perupa yaitu Perintah dan hukuman di sini dipahami
Setiagit, Winarni, dan Himawan Ardi. Dua bahwa pada proses bekerja terkadang para
nama yang disebut diawal merupakan perupa perupa yang dimentori melakukan banyak hal
otodidak yang bahkan tidak mengenal yang tidak sesuai dengan masukan mentor.
pembelajaran sanggar, sedangkan Himawan Hal tersebut baik sebagai bentuk eksplorasi
Ardi merupakan lulusan Prodi Diskom ISI artistik. Namun, menjadi boomerang saat
Yogyakarta. proses pendampingan ini hanya berlangsung
Menurut Nyameng ilmu dan pengalaman dalam tempo pendek karena waktu pameran
yang diperolehnya selama menimba ilmu di yang dimajukan. Karya yang dibuat menjadi
Jurusan Seni Murni ISI Yogyakarta dan kurang maksimal saat dipamerkan di ruang
banyaknya pameran yang dilakukan sangat pamer. Laku ditunjukkan dengan proses
membantu dalam memberikan arahan. Peserta diskusi secara intens antara mentor dan
yang didampingi lebih menarus respek dan yang dimentori. Peengalaman lahir dan
perhatian terhadap arahan yang dilakukan batin jelas dialami oleh mentor dan perupa
karena melihat asal tempat berkuliah dan yang didampingi, karena proses yang terjadi
pengalaman mengikuti banyaknya even menjadikan sebuah simbiosis mutualisme.
23
Jurnal Penelitian Humaniora, Volume 26, Nomor 1, April 2021: 14-25
Pengalaman menjadi mentor menjadikan dalam medan seni rupa tersebut dan juga
Ariswan menjadi merasakan sebuah tanggung dibuktikan dengan hasil yang baik. Proses
jawab untuk berkontribusi kepada kemajuan ini menjadi pintu untuk bisa dilanjutkan ke
seni rupa Kulon Progo. Sedangkan bagi depan dalam pelaksanaan even serupa guna
peserta, proses pendampingan ini membuka menjembatani proses transfer ilmu berupa
jendela pengetahuan menjadi lebih luas, berbagi pengetahuan dan pengalaman para
menjadikan mereka lebih percaya diri dan perupa. Serta dapat menguatkan rasa saling
mau mengembangkan lagi potensi diri lebih memiliki dan membangun bersama seni rupa
baik. Kulon Progo yang saat ini sedang mulai
bergeliat.
SIMPULAN Asih, asah, dan asuh ini menjadi
Pameran Seni Rupa Kayon atau Kulon metode yang memberikan tanggung jawab
Progo Annual Art ini menjadi sebuah wadah bersama para perupa yang lebih dahulu
berkumpulnya perupa Kulon Progo yang sudah berkontribusi dalam dunia seni rupa
secara geografis tersebar dipenjuru tempat. untuk membantu lahirnya generasi perupa-
Dengan tema kayon yang diangkat dari perupa baru. Proses ini jika terus dilakukan
keadaan yang tejadi saat ini yaitu pandemi memungkinkan terjadinya regenerasi dan
covid-19, pameran ini merepresentasikan kesadaran akan pentingnya berbagi ilmu
keadaan yang terjadi lewat karya para lewat pendidikan informal. Mengedepankan
perupa. Berbekal dukungan penuh Kundha pendidikan informal dengan cara momong,
Kabudayan sebagai pemrakarsa kegiatan among, dan ngemong yang bisa diterapkan
mulai dari tahun 2016, pameran ini menjadi oleh kelompok dan komunitas seni yang ada.
bukti hadirnya pemerintah daerah. Berbekal Sehingga bisa melahirkan generasi perupa
penerapan protokol covid yang tepat Kulon Progo yang memiliki karakter yang
menjadikan pameran ini bisa terselenggara berbeda dari kabupaten-kabupaten lain di
baik secara luring dan juga dapat dinikmati Daerah Istimewa Yogyakarta.
secara daring. Hadirnya peran pemerintah
daerah dalam pembinaan kehidupan seni DAFTAR PUSTAKA
rupa yang ada menjadikan para perupa lebih A dh i t a m a , A . ( 2 02 0 ). P e n ga l a m a n
memiliki tempat dalam perkembangan dunia membimbing dalam metode asih
seni secara umum di Kulon Progo. asuh asah di pameran kayon. Hasil
Medan seni rupa Kulon Progo yang Wawancara Pribadi: 4 April 2020.
selama ini dibangun lewat kehidupan Yogyakarta.
kelompok dan komunitas seni. Transfer Dewantara, K. H. (2013). Pemikiran,
ilmu dan pengetahuan secara informal dalam konsepsi, keteladanan, sikap merdeka
mengembangkan kemampuan menjadikan (Edisi I Pendidikan). Yogyakarta: UST-
kelompok dan komunitas seni sebagai Press.
penggerak utama pergerakan seni rupa. Kasali, R. (2018). Distruption. Jakarta: PT
Metode asih, asah, dan asuh yang diterapkan Gramedia Pustaka Utama.
dalam pelaksanaan pameran oleh Rain Rosidi Kridalaksana, H. (Ed). (1997). Kamus
sebagai kurator merupakan pendekatan idela besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
yang dapat dilakukan. Tujuan utamanya Pustaka.
adalah pendidikan seni informal yang terus Nugroho, G. E. (2020). Redesain Kulon
bertumbuh untuk membangun seni rupa Progo Annual Art. Hasil Wawancara
Kulon Progo dalam situasi pendemi saat Pribadi: 8 Februari 2020. Yogyakarta.
ini. Metode ini menunjukkan solusi positif
24
Proses Kuratorial sebagai Transfer Pengetahuan...(Permana, A. S.)
Rosidi, R. (2020). Sistem kuratorial dan Tanama, A. (2020). Angon seni dari Sewon.
tema pameran kayon. Hasil Wawancara Yogyakarta: Penerbit SAE.
Pribadi: 2 Februari 2020. Yogyakarta. Wisesotromo, S. (2020). Kuratorial, hulu
Supriyanto, E. (2015). Sesudah aktivisme, hilir ekosistem seni. Yogyakarta: Nyala.
sepilah esai seni rupa 1994-2015. Yin, R. K. (1994). Case study research: design
Indonesia: Hyphen. and methods (Volume 5). London: Sage
Susanto, M. (2016). Menimbang ruang Publications.
menata rupa (Edisi revisi). Yogyakarta: h t t p s : / / w w w. i n s t a g r a m . c o m / p /
DictiArt Laboratory. CH0FBldAgsi/?utm_source=ig_web_
Susanto, M. (2018). Diksi rupa, kumpulan copy_link.
istilah dan gerakan seni rupa (Edisi
revisi). Yogyakarta: DictiArt Laboratory.
25