Anda di halaman 1dari 7

1. Rasa takut merupakan suatu mekanisme perlindungan diri dan bukan merupakan 2.

Peran orang tua :


gejalaabnormal, karena secara naluriah seorang anak merasa takut terhadap sesuatu yang
asingbaginya. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pengertian 1.Orangtua yang sangat memanjakan anak : semua keinginan anak dikabulkan, akibatnyaanak
jugakepercayaan yang kurang terhadap dirinya sendiri serta anak sering memutarbalikkan akan sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Bila tuntutan anaktidak
danmembesar-besarkan kenyataan, sehingga ia melihat bentuk-bentuk bahaya yang dipenuhi, anak menunjukkan sikap yang tidak senang atau marah.
sebenarnyatidak ada. 2. Orangtua yang terlalu dominan terhadap anak : Akibatnya anak biasanya akanmenunjukkan
sikap pemalu, penakut, mudah cemas.
Rasa takut anak terhadap kunjungan ke dokter gigi terbagi dalam 2 kategori, yakni : 3. Kekhawatiran orangtua : dalam menghadapi pengobatan gigi, mempengaruhi sikap
anakdalam menjalani perawatan giginya. Pada umumnya kaum ibulah yang
1. Rasa takut yang obyektif. mempunyaiperanan cukup besar, ibu yang khawatir mempunyai pengaruh negatif terhadap
sang anak.
Merupakan rasa takut yang disebabkan rangsangan fisik secara langsungpada alat perasa.
4. Secara umum orangtua yang berasal dari tingkat sosial menengah ke atas cenderunglebih
Rasa takut ini adalah jawaban terhadap rangsangan yangdirasakan, dilihat, didengar, dibaui
siap dan bekerja sama dalam menghadapi masalah – masalah perawatan gigi,karena
atau dirasakan dengan lidah dan tidakmenyenangkan.
menganggap perawatan gigi adalah suatu hal yang lumrah.Selain faktor orangtua, faktor
Seorang anak yang mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan padasaat kunjungan pergaulan anak dapat mempengaruhi tingkah laku anak diklinik gigi, yaitu bila teman-
pertamanya ke dokter gigi akan merasa takut pada kunjungan yangkedua kalinya dan juga dia temannya menceritakan hal-hal yang menakutkan, sehinggamenimbulkan rasa takut pada si
akan merasa takut terhadap orang yang berpakaianputih-putih yang biasanya dikenakan oleh anak.
petugas kesehatan. Bau dari suatu obatyang sebelumnya menimbulkan rasa tidak
menyenangkandapat menimbulkan rasatakut.
3. Pasien anak berada dipuncak segitiga : sebagai fokus perhatian orangtua dan doktergigi/
2. Rasa takut subyektif. staff.
Keberhasilan perawatan gigi pada pasien anak tergantung pada ketelitianpemeriksaan,
Adalah rasa sakit yang disebabkan oleh perasaan dan sikap yang dibisikkan ataudidengar dari diagnosa yang tepat dan perawatan yang tepat. Untuk mencapai haltersebut harus ada kerja
orang lain tanpa mengalami sendiri sebelumnya. Baik pada anak-anakmaupun orang dewasa, sama yang merupakan segi tiga yangsaling berhubungan satusama lain (Segi tiga Pedodontik).
penyebab utama rasa takut adalah mendengar pengalamanyang kurang menyenangkan dari Segi tiga tersebutmerupakan rangkaian tiga unsuryaitu dokter gigi beserta stafnya, anak
teman atau orang tuanya waktu dirawat giginya.Anak mempunyai rasa takut yang hebat sebagaipasien dan orang tua/wali pasien. Kerjasama diantara ketiga unsur tersebutharus
terhadap suatu yang tidak dikenal. Tiap-tiappengalaman yang baru dan tidak dikenal dapat dibina dengan baik demi keberhasilanperawatan yang akan dilakukan
menimbulkan rasa takut sampai anakdapat membuktikan bahwa tidak ada ancaman atau
yang perlu ditakuti. rasa takutini biasanya lebih sulit dihilangkan karena anak tidak Untuk mencapai keberhasilan dalam perawatan gigi maka hendaknya
merasakannya sendiri. dokter gigi memahami konsep “Pedodontic Treatment Triangle”
Pedodontic Treatment Triangle adalah gambaran hubungan antar komponen dalam
3. Rasa takut sugestiAdalah rasa takut diperoleh dengan meniru dari orang lain yang
segitiga perawatan pedodontik dimana setiap komponen saling berhubungan erat,
diteruskan secarahalus tanpa disadari oleh kedua belah pihak. Rasa takut karena sugesti
posisi anak pada puncak segitiga dan posisi orang tua serta dokter gigi pada masing-
dapatdiperoleh dari teman atau media lain seperti : film, tv, radio, majalah yang
masing sudut kaki segitiga.Garis menunjukan komunikasi berjalan dua arah antar
berupakomentar atau karikatur yang tak dapat dipertanggung jawabkan. Rasa takut
masing komponen dan merupakan hubungan timbal balik.Anak menjadi fokus dari
yangterbesar pada anak-anak merupakan benda-benda khayalan; oleh karena
ketakutanmenghayal. dokter gigi dan dibantu oleh orang tua. Perawatan gigi anak akan dipusatkan pada
orientasi anak sebagai pasien dan orangtuanya, dokter gigi akan bertindak untuk
Ada berbagai macam tingkah laku anak terhadap perawatan giginya. Mungkin akan mengarahkan orang tua pada perawatan yang diindikasikan kepada anaknya. Pada
terjadisatu atau lebih reaksi yang mengakibatkan masalah menjadi kompleks, reaksi tersebut usia bayi sampai dengan 18 tahun diperlukan komunikasi dan kerja sama dari dokter
bisaberupa sikap rendah diri, malu, cemas, takut, bahkan sikap melawan. gigi dengan anak dan orang tua dalam perawatan gigi anak. 1 (Soeparmin S. Pedodontic
treatment tringle berperan dalam proses keberhasilan perawatan gigi anak.
Interdental JKG; 2011: 8(2):37-41. )
Adapun Kriteria Pemulangan pasca penggunaan sedasi, adalah:
Parameter bahwa perawatan gigi dan mulut pada anak telah berhasil 1. Fungsi kardiovaskular yang stabil dan memuaskan.
dilakukan, antara lain: anak tidak mengalami keluhan fisik setelah perawatan,
perawatan yang diberikan efektif dan tepat, anak memahami cara merawat gigi dan 2. Saluran nafas tidak terganggu dan memuaskan.
pencegahan dari penyakit serta kerusakan pada gigi, anak tidak merasa takut pada 3. Pasien dapat dibangunkan dengan mudah dan reflek protektif masih intak.
perawatan gigi, menjadi pasien yang kooperatif dan dapat diajak bekerjasama, secara
umum keadaan gigi geligi anak menjadi sehat, gigi terawatt dan jaringan lunak sehat. 1
4. Status hidrasi pasien yang adekuat.

(Soeparmin S. Pedodontic treatment tringle berperan dalam proses keberhasilan 5. Pasien dapat berbicara, jika memungkinkan.
perawatan gigi anak. Interdental JKG; 2011: 8(2):37-41. )
6. Pasien dapat berjalan, jika memungkinkan, dengan bantuan minimal.

Berikut ini adalah beberapa teknik manajemen perilaku yang umum digunakan. Pemilihan 7. Jika anak masih sangat kecil atau mengalami cacat, tidak mampu memberi respon yang
teknik manajemen prilaku tergantung pada individu pasien. Beberapa teknik manajemen biasanya diharapkan, dapat dibandingkan dengan tingkat responsivitas pre-sedasi apakah
perilaku juga dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan pasien. Secara garis besar, ada sama atau mendekati tingkat tersebut.
dua teknik manajemen perilaku anak dalam kedokteran gigi yaitu : secara famakologik dan 8. Terdapat individu yang dapat bertanggung jawab terhadap pasien
non farmakologik.

Secara farmakologik artinya dokter gigi menggunakan obat-obatan sebagai alat pembantu Sedasi dapat diberikan secara :
utama dalam menangani tingkah laku anak selama tindakan akan dilakukan, sedangkan non -oral
farmakologik yaitu dokter tidak menggunakan obat-obatan sama sekali tetapi lebih kepada -intra vena
penanganan sejarah subjektif atau menggunakan teknik-teknik sebagai alat bantu dalam -intra muskular
menangani tingkah laku anak selama tindakan akan dilakukan. -inhalasi
(Dean, Avery, McDonald, 2011, Dentistry for the Child and Adolescent, 9th ed., Mosby inc.,
1.Farmakologik London, hal. 52, 260-261.)

Sedasi
Pada umumnya sedasi sangat efektif pada anak-anak yang benar-benar penakut 2. Non Farmakologik.
tetapi mengerti pentingnya perawatan gigi dan mau ditolong. Sedasi berarti menghilangkan 1. Komunikasi
rasa cemas. Oleh karena itu penggunaan lokal anastesi wajar diperlukan, tetapi biasanya tidak Tanda keberhasilan dokter gigi mengelola pasien anak adalah
menimbulkan masalah bila pasien sudah diberi penenang. Perlu diketahui bahwa pasien yang kesanggupannya berkomunikasi dengan anak dan memperoleh rasa percaya dari anak,
diberi penenang sadar dan mempunyai refleks normal seperti refleks batuk. Pemberian sedasi sehingga anak berperilaku kooperatif. Komunikasi adalah suatu proses dimana setiap
hendak dilakukan pada pasien yang tidak diberikan anastesi. orang dapat saling berbagi informasi, bertukar pikiran, berbagi rasa dan memecahkan
Tujuan teknik sedasi yaitu menghasilkan pasien yang tenang untuk kualitas permasalahan yang dihadapi 30 ( Chadwik BL, Hosey MT. Child taming: how to manage
pengobatan terbaik, mencapai rencana pengobatan yang lebih kompleks atau lebih panjang child in dental practice. London: Quintessence publishing; 2003. p.16-20. )
dalam periode singkat dengan memperpanjang periode pertemuan dan mengurangi jumlah
kunjungan ulangan. Berkurangnya kecemasan dapat mengurangi jumlah analgesia yang Untuk mengurangi rasa takut perlu dipakai bahasa kedua atau
dibutuhkan. Sedasi juga dapat memberikan suasana pengobatan yang nyaman dan lebih menghaluskan bahasa yang disebut cufemism.
diterima bagi pasien dengan gangguan fisik maupun kognitif. Walaupun adanya gangguan
Misalnya :
kesehatan tertentu merupakan kontraindikasi sedasi, beberapa pasien mendapatkan manfaat
- Ro poto : kamera
dari penggunaan sedasi. Tentu saja hal ini dapat menimbulkan risiko untuk mengalami
-Sonde : Penghitung gigi
komplikasi, sehingga harus dipantau ketat oleh dokter yang biasa menangani mereka (Dean,
-Tambalan amalgam : Solder perak
Avery, McDonald, 2011, Dentistry for the Child and Adolescent, 9th ed., Mosby inc., London,
hal. 52, 260-261.)
Komunikasi yang efektif dengan anak merupakan prinsip terhadap teknik menunjukkan perilaku kooperatif yang secara statistik lebih baik pada anak-anak. Kurangnya
penanggulangan tingkah laku anak yang lain. Komunikasi dengan anak akan bertambah baik replikasi mungkin disebabkan oleh perbedaan dalam desain eksperimental, tim dokter gigi,
apabila dokter gigi mengetahui tingkah laku perkembangan psikologi anak. kaset video dan film. Ini menunjukkan perlunya rekaman video atau pemilihan film yang
digunakan pada kantor dokter gigi (Dean dkk., 2011; Koch dan Pulsen, 2009)
Komunikasi dengan anak dapat dilakukan dengan 2 cara :
1. Komunikasi eksplisit (objektif) (Dean, Avery, McDonald, 2011, Dentistry for the Child and Adolescent, 9th ed., Mosby inc.,
London, hal. 52, 260-261. & Koch, G., dan Poulsen, S., 2009, Pediatric dentistry : a clinical
Adalah komunikasi yang informasinya disampaikan secara verbal yaitu melalui bahasa lisan,
approach, 2nd ed,)
misalnya dokter menanyakan tentang pakaian baru, kakak, adik, benda atau binatang
kesayangannya.Berbicara pada anak harus disesuaikan dengan tingkat pemahamannya.
Kadang diperlukan second language terutama untuk anak kecil misalnya untuk melakukan
anastesi pada gigi sebelum pencabutan dapat digunakan istilah menidurkan gigi. Modifikasi perilaku dapat juga dilakukan pada pasien seperti saudara kandung, anak-
anak lainnya, atau orangtua. Banyak dokter gigi mengijinkan anak untuk mengajak orang
2. Komunikasi implisit (subjektif) tuanya masuk keruang operator untuk melihat riwayat medis gigi. Karena anak yang sedang
Adalah informasi yang disampaikan secara non verbal seperti : ekspresi wajah, tekanan suara, mengamati kemungkinan akan diperkenalkan perawatan gigi, dimulai dengan pemeriksaan
sentuhan tangan, ruang tunggu, melakukan kontak mata dengan anak, menjabat tangan anak, gigi. Kunjungan kembali orang tua dapat dijadikan kesempatan modeling yang baik. Pada
tersenyum dengan penuh kehangatan, menggandeng tangan anak sebelum mendudukkan ke kesempatan ini banyak anak yang langsung menaiki dental chair setelah kunjungan kembali.
kursi perawatan gigi, dan lain- lain. Umumnya pasien anak-anak yang merasa cemas, bentuk Pada saat anak menaiki dental chair, dokter gigi harus berhati-hati. Pasien anak biasanya
komunikasi non verbal pada pasien anak-anak berhubungan dengan banyaknya pengalaman takut dengan suara yang keras seperti suara pada high-speed handpiece (Dean, Avery,
selama melakukan perawatan gigi anak akan meningkat komunikasi non verbal. McDonald, 2011, Dentistry for the Child and Adolescent, 9th ed., Mosby inc., London, hal. 52,
Adapun cara membuka komunikasi: 260-261.)
1. Abaikan segala gejala yang tidak koperatif yang mula-mula ditunjukkan anak.
2. Mulai dengan prosedur yang paling mudah dan cepat dikerjakan dengan yang sulit. Bandura (1969) mengemukakan 4 komponen dalam proses belajar melalui model :
3. Hindarkan selalu hal yang membuat anak takut, mis :
-alat / obat
a. Memperhatikan. Sebelum melakukan anak akan memperhatikan model yang akan ditiru.
Keinginan ini timbul karena model memperlihatkan sifat dan kualitas yang baik
-kata-kata yang menakutkan.
-Persiapan yang berlebihan, banyak bertanya hingga sempat menimbulkan rasa takut. b. Mencekam. Setelah memperhatikan dan mengamati model maka pada saat lain anak akan
( pedodonsia dasar , tingkah laku anak pada masa perkembangan ) memperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model yang dilihat. Dalam hal ini anak sudah
2. Modelling merekam dan menyimpan hal-hal yang dilakukan model.
Modelling merupakan prinsip psikolgis yaitu belajar dari pengamatan c. Memproduksi gerak motorik untuk menghasilkan sesuai apa yang dilakukan model atau
model. Anak diajak mengamati anak lain sebayanya yang sedang dirawat giginya yang mengulang apa yang dilihatnya terhadap model.
berperilaku kooperatif, baik secara langsung atau melalui film dan video demonstrasi
d. Ulangan penguatan dan motivasi sehingga anak dapat mengulangi dan mempertahankan
tentang perawatan gigi. Pengamatan terhadap model yang diamati dapat memberikan
tingkah laku model yang dilihatnya. Dokter gigi juga dapat bertindak sebagai model yang
pengaruh positif terhadap perilaku anak. Teknik ini sangat memberikan efek pada
menunjukkan sifat tenang, tidak ragu, rapi.
anak-anak yang berumur 3-5 tahun dan sangat baik digunakan pada saat kunjungan
( pedodonsia dasar , tingkah laku anak pada masa perkembangan )
pertama anak ke dokter gigi.30 (Chadwik BL, Hosey MT. Child taming: how to manage
child in dental practice. London: Quintessence publishing; 2003. p.16-20. )
3. Tell – show – do
Video klip dari anak-anak lain yang sedang menjalani perawatan gigi yang diputar di
•TSD
monitor TV salah satu contoh yang dapat dijadikan sebagai model saat mereka menjalani
Addelston (1959) pertama sekali mencoba cara T.S.D. untuk merawat gigi anak dan cara ini
prosedur perawatan gigi. Sebagian besar studi modeling menunjukkan bahwa ada baiknya
sangat sederhana dan cukup efektif. Cara ini baik untuk anak yang takut.
memperkenalkan anak ke dokter gigi dengan cara ini, namun tidak semua penelitian
Tell : Anak diberitahu apa yang akan dilakukan pada dirinya dengan bahasa yang dapat dimengerti
oleh anak. 4. Desensitisasi
Desensitisasi adalah jenis manajemen perilaku yang diperkenalkan oleh Joseph Wolpe
Sho : Menunjukkan objek sesuai dengan yang diterangkan sebelumnya tanpa menimbulkan rasa
(1969) berdasarkan pemahaman bahwa relaksasi dan kecemasan tidak dapat ada pada
w takut. Dalam hal ini dapat dipergunakan model gigi, menunjukkan alat yang akan
individu di saat yang bersamaan. Dalam prakteknya, untuk manajemen kecemasan dental,
dipergunakan misalnya bur dan kalau perlu dipegang pasien.
stimulus penghasil rasa takut dibangun, dimulai dengan stimulus dengan ancaman terendah.
Do : Melakukan tindakan pada anak sesuai dengan yang dikatakan dan ditunjukkan pada anak. Namun, sebelum ini dilakukan, pasien diajarkan untuk rileks. Jika keadaan relaksasi sudah
tercapai, stimulus yang menimbulkan rasa takut mulai diperkenalkan diawali dengan stimulus
yang tidak menimbulkan kecemasan kemudian dapat dilanjutkan dengan stimulus yang mulai
Teknik ini secara luas digunakan untuk membiasakan pasien dengan prosedur menimbulkan rasa takut. (Duggal, M., Cameron, A., Toumba, J., 2013, Paediatric Dentistry at a
baru, sambil meminimalkan rasa takut. Dokter gigi menjelaskan kepada pasien apa yang akan Glance, 1st ed., Blackwell Pub., Oxford, hal.21.)
dilakukan (memperhitungkan usia pasien menggunakan bahasa yang mudah dipahami). Desensitisasi membantu seseorang untuk menangani ketakutan atau phobia yang
Memberikan demontrasi prosedur misalnya gerakan handpiece yang lambat pada jari) spesifik melalui kontak yang berulang. Stimulus penghasil rasa takut diciptakan dan
kemudian lakukan tindakan yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Tell-show-do diterapkan pada pasein secara berurutan, dimulai dengan yang paling sedikit menimbulkan
dapat mengurangi kecemasan pada pasien anak yang baru pertama ke dokter gigi (Gupta, A., rasa takut. Teknik ini berguna untuk menangani ketakutan yang spesifik, contohnya anastesi
dkk., 2014, Behaviour management of an anxious child, Stomatologija, Baltic Dental and gigi pada anak. (Gupta, A., dkk., 2014, Behaviour management of an anxious child,
Maxillofacial Journal; Vol. 16, No 1. ) Stomatologija, Baltic Dental and Maxillofacial Journal; Vol. 16, No 1.)
Pada waktu melakukan TSD harus sesuai dengan yang diceritakan atau Desensitisasi juga merupakan teknik yang paling sering digunakan oleh psikolog dalam
ditunjukkan, jadi jangan sampai anak merasa dibohongi. Pendekatan dengan cara TSD dapat merawat pasien untuk mengatasi rasa takut. Diperkenalkan pertama sekali tahun 1969 oleh
dilakukan bersama-sama dengan cara modeling. Cara pendekatan dengan TSD dapat Gale dan Ayers sedangkan Machen dan Jhonson tahun 1975 memperkenalkan Preventive
diterapkan untuk semua jenis perawatan pada anak kecuali melakukan suntikan. Desensization yang banyak digunakan pada kunjungan pertama anak ke dokter gigi misalnya
untuk tindakan profilaksis, perawatan dengan pemberian fluor atau menyikat gigi.
Peraturan :
Wolp dan Lazarus memperkenalkan teknik dari desensitisasi yang terdiri dari 3
Anak perlu mengetahui apa yang akan dilakukan selama perawatan gigi, dalam hal ini :
tahap, yaitu:
- Meletakkan tangan di pangkuan
a. Melatih pasien untuk rileks.
- Tetap diam di kursi
b. Menyusun secara berurutan rangsangan yang menyebabkan pasien merasa takut atau cemas
- Jangan ribut yaitu dari hal yang paling menakutkan sampai hal yang tidak menakutkan.
*Tujuan
c. Mulailah memberikan rangsangan secara berurutan pada pasien yang rileks tersebut. Dimulai
Untuk memungkinkan anak untuk mempelajari dan memahami prosedur
dengan rangsangan yang menyebabkan rasa takut yang paling ringan dan berlanjut ke
perawatan gigi dengan cara yang meminimalkan kecemasan. Digunakan dengan imbalan,
rangsangan yang berikutnya, bila pasien tidak takut lagi pada rangsangan sebelumnya.
secara bertahap membentuk perilaku anak terhadap penerimaan prosedur invasif lebih.
Rangsangan ini ditingkatkan menurut urutan yang telah disusun.
*Indikasi
Desensitisasi yang dilakukan di klinik pada anak yang takut atau cemas. Caranya dengan
Bisa digunakan dengan semua pasien. Dapat digunakan untukberurusan dengan
memperkenalkan anak pada hal-hal yang menimbulkan rasa takut/cemas misalnya :
yang sudah ada kecemasan dan ketakutan, atau dengan pasienmenghadapi kedokteran gigi
untuk pertama kalinya.22,31 (Arapostathis KN, Coolidge T, Emmanouil D, Kotsanos N. - ruang tunggu
Reliability and validity of the Greek version of the children’s fear survey schedule dental - dokter gigi dan perawat
subscale. Int J Pediatr Dent; 2008:18:374-9 & Welbury RR, Duggal MS, Hosey MT. Paediatric
- kursi
dentistry 3th. New York: Oxford University Press; 2005. p.31-7)
- pengeboran yang perlu diperhatikan, anak harus rileks, untuk itu kemungkinan
diperlukan beberapa kali kunjungan atau mengulangi rangsangan beberapa kali sampai anak
tidak takut. (pedodonsia dasar , tingkah laku anak pada masa perkembangan )
5. Behavior shaping Pembentukan perilaku mengharuskan untuk selalu mengawasi “perilaku yang diinginkan”.
Pembentukan perilaku (Behavior shaping) merupakan salah satu teknik Jika dokter gigi melanjutkan langkahlangkah berikutnya dan mulai melakukan perawatan
nonfarmakologik Teknik ini merupakan bentuk modifikasi perilaku yang didasarkan pada ketika perilaku yang diinginkan belum terbentuk, maka terjadi penyimpangan dari model
pembelajaran dan kemungkinan terjadinya perilaku yang tidak diinginkan akan lebih tinggi.
prinsipprinsip pembelajaran sosial. Prosedur ini secara bertahap akan mengembangkan
(Dean, Avery, McDonald, 2011, Dentistry for the Child and Adolescent, 9th ed., Mosby inc.,
perilaku dan memperkuat perilaku sosial. Behavior shaping terjadi saat perawat gigi atau London, hal. 52, 260-261 )
dokter gigi mengajarkan anak bagaimana cara berperilaku. Anak-anak diajarkan melalui
prosedur ini secara bertahap. Berikut ini adalah outline untuk behavior shaping model:

1. Pada tahap pertama, jelaskan sejak awal tujuan atau tugas anak 6. Reinforcement
2. Jelaskan pentingnya prosedur yang akan dilakukan. Seorang anak akan mengerti alasan dan Didefenisikan sebagai motivasi atau hal yang memperkuat pola tingkah laku,
dapat bekerja sama. sehingga memungkinkan tingkah laku tersebut menjadi panutan dikemudian hari..Dapat juga
dikatakan sebagai tindakan untuk menghargai prestasi yang telah dicapai, agar prestasi
3. Jelaskan prosedur dengan sederhana. Seorang anak sulit memahami prosedur dengan satu
tersebut diulang. Pada umumnya anak akan senang jika prestasi yang telahditunjukkan
penjelasan, sehingga harus dijelaskan secara perlahan dan bertahap.
dihargai dan diberi hadiah. Hal ini dapat meningkatkan keberaniananak dan dipertahankan
4. Perhatikan tingkat pemahaman anak. Gunakan ungkapan yang lebih halus dan sederhana. untuk perawatan dikemudian hari. Reinforcement mempunyai keuntungan karena dokter gigi
5. Gunakan perkiraan dalam keberhasilan. Sejak tahun 1959, teknik TellShow-Do merupakan secara langsung dapat mengontrol pemberian hadiah yang akan diberikan dipraktek untuk
meningkatkan frekwensi tingkah laku yang diinginkan. 29,30 (American Academy Of Pediatric
acuan dalam panduan berperilaku.
Dentistry. Guideline on behavior guidance for the pediatric dental patient. Pediatr Dent;
6. Memperkuat/membentuk perilaku yang tepat. Sespesifik mungkin, karena memperkuat 2011:35(6):187-75 &Chadwik BL, Hosey MT. Child taming: how to manage child in dental
perilaku dengan spesifik lebih efektif daripada pendekatan umum. Saran ini didukung oleh practice. London: Quintessence publishing; 2003. p.16-20)
penelitian klinis Weinstein dan rekanrekannya, yang meneliti respon dokter gigi terhadap Ada 2 tipe reinforcement yang dijumpai sebagai penuntun tingkah laku anak yaitu :
perilaku anak-anak dan menemukan bahwa penguatan perilaku secara langsung dan spesifik
paling konsisten diikuti oleh penurunan perilaku terkait rasa takut pada anak-anak.
1. Reinforcement positif.
Reinforcement dapat diberikan setelah anak menunjukkan tingkah laku yang positif dalam
7. Mengabaikan perilaku yang tidak pantas. Perilaku buruk yang diabaikan cenderung perawatan gigi misalnya :
akan hilang sendiri ketika dilakukan pembentukan perilaku -Ungkapan kata yang menyatakan bahwa pasien berprilaku manis hari ini waktu dirawat
(Dean, Avery, McDonald, 2011, Dentistry for the Child and Adolescent, 9th ed., Mosby inc., (setiap akhir dari perawatan)
London, hal. 52, 260-261 ) -Untuk hadiah yang lain diberikan pada akhir perawatan sebagai tanda senang atas tingkah
laku yang baik misalnya dengan memberikan notes, gambar tempel dll tetapi tidak boleh
Pembentukan perilaku dianggap sebagai model pembelalajaran. Aturan umum mengenai terlalu sering diberikan hadiah (Akhir dari perawatan)
model pembelajaran bahwa model pemebelajaran yang paling efektif adalah yang paling 2. Reinforcement negatif.
mendekati teori model pembelajaran. Penyimpangan dari model pembelajaran akan Reinforcement diberikan hanya jika anak menunjukkan tingkah laku yang positif. Dokter gigi
mengurangi efisensi dalam proses pembelajaran. Salah satu cara untuk meningkatkan menguatkan tingkah laku yang tidak diinginkan dengan menunda perawatan gigi anak karena
konsistensi di bidang ini adalah dengan merekam berbagai sesi klinis dengan pasien anak, tingkah lakunya tidak kooperatif sampai anak mempunyai keinginan dirawat. Walaupun anak
menggunakan alat perekam atau sistem rekaman video dan kemudian meninjau rekaman tidak menunjukkan sikap yang baik tetapi anak menerima hadiah dari dokter gigi dengan
dengan mengingat dasar-dasar model pembelajaran pembentukan perilaku. Meskipun tell- harapan meningkatkan hubungan yang positif pada waktu berkunjung berikutnya. Sebaliknya
show-do (ceritakan-perlihatkan-lakukan) mirip dengan pembentukan perilaku (behavior anak merasa dapat bebas dengan taktik tersebut dan cenderung mengulanginya pada
shaping), keduanya berbeda. Selain memerlukan penguatan perilaku kooperatif, kunjungan berikutnya. Dengan reinforcement negatif berarti dokter gigi menguatkan tingkah
pembentukan perilaku memerlukan penelusuran/pengulangan kembali langkahlangkah yang laku yang tidak diinginkan . ( pedodonsia dasar , tingkah laku anak pada masa perkembangan )
dilakukan bila terjadi perilaku yang tidak diinginkan. Misalnya, jika anak diperlihatkan
instrumen dan berpaling, dokter gigi harus kembali ke langkah penjelasan prosedur.
7.Distraksi (Pengalihan Perhatian) • Izin orang tua
Teknik distraksi adalah suatu proses pengalihan dari fokus atau perhatian Cara melakukan HOME :
pada nyeri ke stimulus yang lain. Distraksi digunakan untuk memusatkan perhatian
anak agar menghiraukan rasa nyeri. Beberapa teknik distraksi yang dikenal dalam
- Orang tua diminta meninggalkan ruangan dan sebelumnya diberitahu mengenai tindakan
pendekatan pada anak antara lain distraksi visual seperti melihat gambar di buku,
yang akan dilakukan terhadap anak untuk menghindari salah paham.
bermain video games, distraksi pendengaran dengan mendengarkan musik atau
bercerita juga sangat efektif. Dokter gigi yang berbicara selagi mengaplikan pasta - Anak didudukkan di kursi dan tangan kiri dokter menutup mulut anak, dijaga hidung jangan
topical ataupun anastesi local juga menggunakan distraksi verbal. 30 (Chadwik BL, Hosey sampai tertutup.
MT. Child taming: how to manage child in dental practice. London: Quintessence - Tangan kanan memegang badan anak, dengan kata-kata lembut anak dibujuk agar berhenti
publishing; 2003. p.16-20. ) menangis atau berteriak sehingga setelah perawatan anak akan bertemu dengan ibunya
Beberapa jenis kegiatan dapat digunakan untuk mengalihkan perhatian kembali.
anak, seperti memainkan film yang sesuai usia anak, bermain video game, dan lainnya - Membisikkan kata-kata lembut dengan instruksi : Tangan harus tetap berada dipangkuan.
bisa bermanfaat untuk mengalihkan perhatian anak. Namun, berbicara dengan anak
Biasanya bila anak mengikuti instruksi yang diberikan pada langkah pertama ini, mereka
selama perawatan adalah metode yang efektif untuk mengalihkan perhatian anak.
menjadi lebih cepat bersifat koperatif. Jika anak tersebut menangis, ingatkan anak agar tetap
(Duggal, M., Cameron, A., Toumba, J., 2013, Paediatric Dentistry at a Glance, 1st ed.,
meletakkan tangannya dipangkuan.
Blackwell Pub., Oxford, hal.21.)
- Bila anak berhenti menangis dokter akan melepaskan tangannya, diberi pujian, kemudian
dilakukan perawatan.
8. Hand Over Mouth Exercise (HOME) - Setelah anak dikuasai biasanya perawatan dapat dilakukan dan setelah selesai kita memberi
Hand Over Mouth Exercise(HOME) adalah suatu teknik manajemen perilaku pujian dan anak dikembalikan ke orang tua.
digunakan pada kasus yang selektif misalnya pada anak yang agresif dan histeris pada
kelompok umur 3 – 6 tahun yang tidak dapat ditangani secara langsung. Teknik ini juga sering
Penting untuk diperhatikan, bahwa untuk membuat pasien merasa rileks sebelum rasa
digunakan bersama teknik sedasi inhalasi.Tujuannya ialah untuk mendapatkan perhatian dari
takutnya timbul adalah lebih baik mengulangi stimulasi itu berkali kali dari pada langsung
anak sehingga komunikasi dapat dijalin dan diperoleh kerjasama dalam melakukan perawatan
menghilangkan rasa takut.
yang aman. Teknik ini hanya digunakan sebagai upaya terakhir dan tidak boleh digunakan
secara rutin.31 (Welbury RR, Duggal MS, Hosey MT. Paediatric dentistry 3th. New York: Oxford
Teknik ini ditujukan pada waktu tertentu, misalnya bila :
University Press; 2005. p.31-7.)
- si anak menjadi tidak koperatif
Tujuan dari H O M E :
- menangis histeris
1. Untuk mencegah respon menolak terhadap perawatan gigi.
- bila komunikasi antara dokter gigi dan pasien sudah tidak berguna lagi. ( pedodonsia dasar ,
2. Menyadarkan anak bahwa yang mencemaskan anak sebenarnya tidak begitu menakutkan tingkah laku anak pada masa perkembangan )
seperti yang dibayangkan.
3. Mendapatkan perhatian anak agar dia mendengar apa yang dikatakan dokter dan menerima
perawatan.
Tindakan ini dilakukan dengan syarat sebagai berikut :
• Usia anak 3 – 6 tahun
• Anak dalam keadaan sehat
• Anak tidak dibawah pengaruh obat
• Telah dicoba dengan cara lain tetapi tidak berhasil.
DAFTAR PUSTAKA

Chadwick, B.L. dan Hosey, M.T., 2003, Child Taming : How To Manage in Dental Prectice, 1st
ed., Quintessence Publishing Co. Ltd., London, hal.9-11, 19-20, 27-28.

Dean, Avery, McDonald, 2011, Dentistry for the Child and Adolescent, 9th ed., Mosby inc.,
London, hal. 52, 260-261.

Duggal, M., Cameron, A., Toumba, J., 2013, Paediatric Dentistry at a Glance, 1st ed.,
Blackwell Pub., Oxford, hal.21.

Gupta, A., dkk., 2014, Behaviour management of an anxious child, Stomatologija,


Baltic Dental and Maxillofacial Journal; Vol. 16, No 1.

Kawiya, H. M , Mbawalla, H. S., Kahabuka, F. K., 2015, Application of Behavior Management


Techniques for Paediatric Dental Patients by Tanzanian Dental Practitioners, The Open
Dentistry Journal.,9:455-461.

Robert, J.F., dkk., Review: Behaviour Management Techniques in Paediatric


Dentistry, European Archives of Paediatric Dentistry.

Singh, H., Rehman, R., Kadtane, S., Dalai, D. R., Dev Jain, D. C., 2014, Techniques for the
Behaviors Management in Pediatric Dentistry, International Journal of
Scientific Study., 2(7):269-272.

Koch, G., dan Poulsen, S., 2009, Pediatric dentistry : a clinical approach, 2nd ed,
Blackwell Publishing Ltd United Kingdom, hal. 33.

1,3,5

2,4,6

Anda mungkin juga menyukai