Anda di halaman 1dari 10

BIOFARMASI DAN FARMAKOKINETIKA

PHYSIOLOGIC CONSIDERATIONS IN DRUG ABSORPTION


FROM THE GASTROINTESTINAL TRACT

DOSEN PENGAMPU :
Dr. apt. Wiwin Herdwiani, S.Si., M.Sc.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK :3
ANGGOTA : 1. Moh. Djidan Putra Pratama Djibran (A28227142)
2. Febriana De Jesus Maia (A28227145)
3. Katharina Martha Sadipun (A28227154)
4. Talitha Habibah (A28227155)
5. Keysa Salsabila (A28227165)
6. Maria Aprilia Elecsia Kaza Poto (A28227166)
7. Yesa Saputri (A28227167)
8. Adilla Diah Wanda Pithaloka (A28227175)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2024
Review Dari Jurnal Terkait

“PHYSIOLOGIC CONSIDERATIONS IN DRUG ABSORPTION


Judul Jurnal
FROM THE GASTROINTESTINAL TRACT”
Nama Jurnal Journal of Allergy and Clinical Immunology.
Penulis A L Golub, R W Frost, D C I Betlach, MA Gonzalez, dan Miami Fla.
Vol & Hal Volume 78 Halaman 688-694.
Tahun 1986
1. Moh. Djidan Putra Pratama Djibran

2. Febriana De Jesus Maia

3. Katharina Martha Sadipun

4. Talitha Habibah
Reviewer
5. Keysa Salsabila

6. Maria Aprilia Elecsia Kaza Poto

7. Yesa Saputri

8. Adilla Diah Wanda Pithaloka


Tanggal 12 Maret 2024

Abstrak Jurnal yang berjudul “PHYSIOLOGIC CONSIDERATIONS IN


DRUG ABSORPTION FROM THE GASTROINTESTINAL
TRACT” ini mengulas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
penyerapan obat yang diminum. Interaksi dinamis antara variabel
fisiologis dalam saluran pencernaan dan sifat fisika-kimia obat dalam
sistem penghantaran menentukan kecepatan dan tingkat penyerapan
obat tersebut. Variabel fisiologis utama meliputi pH lambung, waktu
pengosongan lambung, dan waktu transit usus. Sementara sifat fisika-
kimia yang penting mencakup kelarutan, ukuran partikel, dan bentuk
kimia obat. Selain itu, karakteristik formulasi seperti mekanisme lepas
lambat, sensitivitas pH, serta ukuran, bentuk, dan densitas produk obat
juga dapat memengaruhi penyerapan. Makanan dilaporkan dapat
mempengaruhi penyerapan beberapa produk lepas lambat, tetapi tidak
untuk semua. Dengan pemahaman yang lebih menyeluruh tentang
berbagai faktor yang berperan dalam penyerapan obat, formulasi sistem
penghantaran obat oral yang lebih canggih dapat dikembangkan. (J
ALLERGY CLIN IMMUNOL 1986;78:689-94.)
Pengantar Interaksi antara produk farmasi dan saluran pencernaan manusia
merupakan suatu hal yang sangat kompleks dan dinamis. Ketika obat
melewati saluran pencernaan, bentuk sediaan dan formulasi obat
tersebut bertujuan untuk mengendalikan pelepasan obat serta
penyerapan yang akan terjadi selanjutnya. Namun, proses ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor fisiologis seperti perubahan pH,
aktivitas enzim, dan keberadaan garam empedu. Faktor-faktor ini dapat
memiliki dampak signifikan terhadap kinerja terapeutik suatu obat.
Meskipun beberapa variabel dalam proses penyerapan obat sudah
dipahami dengan baik, masih ada beberapa yang belum sepenuhnya
dipahami. Kurangnya pemahaman terhadap hal ini dapat mengakibatkan
hasil yang tidak diharapkan, yang pada gilirannya dapat merugikan
dalam praktek klinis.

Lebih lanjut, memberikan obat bersamaan dengan makanan juga dapat


memengaruhi kondisi lingkungan di dalam saluran pencernaan, karena
terjadi perubahan relatif terhadap kondisi ketika dalam keadaan puasa,
serta peningkatan jumlah zat yang berpotensi mengganggu.

Dalam konteks ini, pembahasan ini bertujuan untuk mengidentifikasi


dan secara ringkas membahas faktor-faktor fisiologis utama yang
diketahui memengaruhi penyerapan obat dari saluran pencernaan.
Meskipun tidak mempertimbangkan semua variabel yang mungkin
terlibat, pembahasan ini akan memberikan gambaran komprehensif
mengenai topik ini.
Tujuan Tujuan jurnal "PHYSIOLOGIC CONSIDERATIONS IN DRUG
ABSORPTION FROM THE GASTROINTESTINAL TRACT"

Jurnal ini bertujuan untuk menjelaskan interaksi kompleks antara saluran


pencernaan (GI) dan obat yang diminum (oral).

Penulis menekankan bagaimana berbagai faktor fisiologis dan sifat


fisikokimia obat mempengaruhi kecepatan dan tingkat penyerapan obat
tersebut.

Dengan memahami interaksi ini, ilmuwan farmasi dapat


mengembangkan sistem pemberian obat oral yang lebih canggih. Sistem
pemberian obat yang canggih ini dapat mengoptimalkan efektivitas obat
sekaligus meminimalkan efek samping yang potensial.
Hipotesis Penelitian Hipotesis Penelitian dari Jurnal ini, yaitu:

Interaksi dinamis antara berbagai variabel di dalam saluran pencernaan


(GI) dan sifat fisiko-kimia obat dalam suatu sistem pemberian obat
menentukan kecepatan dan tingkat penyerapan obat tersebut.

Beberapa variabel fisiologis utama yang mempengaruhi antara lain pH


lambung, waktu pengosongan lambung, dan waktu transit usus.
Sementara beberapa sifat fisiko-kimia yang penting meliputi kelarutan,
ukuran partikel, dan bentuk kimia obat.

Selain itu, atribut dari bentuk sediaan obat seperti mekanisme lepas
lambat, sensitivitas terhadap pH, ukuran, bentuk, dan densitas produk
juga dapat mempengaruhi penyerapan. Makanan juga dilaporkan dapat
mempengaruhi penyerapan dari beberapa produk lepas lambat, namun
tidak untuk semua.

Dengan pengembangan pemahaman yang lebih menyeluruh tentang


banyak faktor yang terlibat dalam penyerapan obat, formulasi sistem
pemberian obat oral yang lebih canggih akan menjadi mungkin.
Sampel Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

Faktor-faktor Traktus Gastrointestinal:


pH lambung, waktu pengosongan lambung, dan motilitas GI secara
keseluruhan secara signifikan mempengaruhi bagaimana obat-obatan
larut dan bergerak melalui sistem.

Properti Obat:
Kelarutan obat, ukuran partikel, dan bentuk kimia obat memainkan peran
penting dalam penyerapan obat. Misalnya, bentuk non-ion tertentu
cenderung diserap lebih mudah.

Desain Formulasi:
Mekanisme pelepasan terkontrol, sensitivitas terhadap pH, serta ukuran,
bentuk, dan kerapatan bentuk dosis semua dapat memengaruhi
penyerapan. Asupan makanan juga dapat memengaruhi faktor-faktor ini.
Metode Penelitian Artikel penelitian ini membahas interaksi kompleks antara variabel
fisiologis dalam saluran pencernaan (gastrointestinal, GI) dan sifat
fisika-kimia obat yang diberikan secara oral. Penulis menekankan
bagaimana faktor-faktor ini secara signifikan memengaruhi kecepatan
dan tingkat penyerapan obat, yang pada akhirnya memengaruhi
efektivitas pengobatan.

Temuan Utama:
 Faktor Saluran Pencernaan: pH lambung, motilitas (waktu
pengosongan dan pergerakan keseluruhan), dan aktivitas enzimatik
secara signifikan memengaruhi bagaimana obat larut dan bergerak
melalui sistem pencernaan.
 Sifat Obat: Kelarutan, ukuran partikel, dan bentuk kimia obat
(keadaan terionisasi vs non-terionisasi) memainkan peran penting
dalam penyerapannya. Umumnya, bentuk non-terionisasi lebih
mudah diserap.
 Desain Formulasi: Mekanisme lepas lambat, sensitivitas terhadap
variasi pH, serta ukuran, bentuk, dan densitas bentuk sediaan obat
semuanya dapat memengaruhi pola penyerapan. Asupan makanan
dapat lebih lanjut memengaruhi faktor-faktor ini.

Studi Kasus: Teofilin


Teofilin, obat yang digunakan untuk kondisi pernapasan, menjadi contoh
utama. Penyerapannya yang cepat dan jendela terapeutik yang sempit
menegaskan pentingnya desain formulasi. Formulasi yang berbeda dapat
menunjukkan kerentanan yang bervariasi terhadap faktor-faktor seperti
pengosongan lambung dan keberadaan makanan, yang pada akhirnya
memengaruhi konsistensi penyerapan obat.
Implikasi Klinis

Memahami interaksi antara sifat obat, desain formulasi, dan fisiologi GI


sangat penting untuk pengembangan sistem pemberian obat oral yang
lebih canggih. Pengetahuan ini memungkinkan para ilmuwan farmasi
untuk mengoptimalkan efektivitas obat sekaligus meminimalkan efek
samping potensial, yang pada akhirnya mengarah pada peningkatan hasil
pengobatan pasien.

Arah Penelitian Selanjutnya


Para penulis mengakui adanya eksplorasi lanjutan terhadap berbagai
variabel yang terlibat dalam penyerapan obat. Penelitian lebih lanjut di
bidang ini tidak diragukan lagi akan mengarah pada pengembangan
sistem pemberian obat oral yang lebih canggih dan andal, yang
selanjutnya meningkatkan efektivitas terapeutik dalam praktik klinis.
Artikel ini merupakan tinjauan yang merangkum temuan dari berbagai
penelitian sebelumnya tentang bagaimana faktor fisiologis dalam saluran
pencernaan memengaruhi penyerapan obat. Penulis tidak menyebutkan
metode penelitian tertentu karena mereka sedang mengumpulkan
pengetahuan dari penelitian sebelumnya.
Tinjauan ini membahas variabel fisiologis dan sifat obat yang
memengaruhi penyerapan, serta bagaimana desain formulasi dapat
berperan. Tinjauan ini menyimpulkan bahwa pemahaman yang lebih
mendalam tentang interaksi ini sangat penting untuk pengembangan
sistem pemberian obat oral yang lebih canggih, yang pada akhirnya
mengarah pada hasil pengobatan yang lebih baik.
Hasil dan Pembahasan Pembahasan mengenai variabel fisiologis yang memengaruhi
penyerapan obat dari saluran pencernaan manusia, seperti pH lambung,
pengosongan lambung, motilitas saluran pencernaan, dan transit usus,
menjadi fokus perhatian dalam merancang formulasi obat yang efektif.
Awalnya, pH lambung dianggap asam saat istirahat, namun penelitian
terbaru menunjukkan bahwa pH lambung dapat bervariasi dan tidak
selalu berada dalam kisaran asam yang diasumsikan. Variabilitas ini
memiliki dampak penting, terutama pada formulasi obat yang sensitif
terhadap perubahan pH lingkungan.

Pelarutan obat dalam cairan saluran pencernaan menjadi langkah awal


yang signifikan dalam penyerapan obat, dengan pengosongan lambung
memainkan peran penting dalam proses ini. Motilitas saluran
pencernaan, baik saat berpuasa maupun tidak, juga mempengaruhi
pengosongan lambung, dan akibatnya, penyerapan obat. Selain itu,
kehadiran bahan makanan dapat memperlambat pengosongan lambung,
yang pada gilirannya memengaruhi ketersediaan obat.

Transit usus, khususnya di usus halus, menjadi tempat utama penyerapan


obat. Faktor-faktor seperti volume cairan, pH, dan aktivitas peristaltik di
sini juga memiliki peran penting dalam proses penyerapan. Berbagai
pertimbangan fisikokimia, termasuk kelarutan, ukuran partikel, dan
bentuk kimia obat, juga turut memengaruhi penyerapan obat. Atribut
formulasi, termasuk mekanisme pengendalian pelepasan obat dan sifat
fisikokimia formulasi, berkontribusi pada kinetika penyerapan obat.
Dalam pengujian kinetika pelepasan obat secara in vitro, digunakan dua
jenis cairan simulasi, yakni cairan lambung dengan pH 1,2, dan cairan
usus dengan pH 7,5. Hasilnya menunjukkan perbedaan signifikan dalam
pelepasan obat. Pelet yang sensitif terhadap pH tertentu melepaskan obat
dengan lambat dalam simulasi cairan gastrik, sementara pelepasan
teofilin terjadi relatif cepat dalam cairan usus. Transisi dari lingkungan
pH lambung ke lingkungan usus, mirip dengan proses pengosongan
lambung, memengaruhi pola pelepasan obat dan dapat diperkirakan
dengan menggunakan karakteristik pelepasan obat yang peka terhadap
pH.

Dalam formulasi tablet dua fase, pelet dilepaskan secara bertahap saat
matriks tablet mengalami disintegrasi. Pengamatan in vitro menunjukkan
bahwa pelet yang paling dekat dengan permukaan yang terkikis
dilepaskan terlebih dahulu, dan obat dilepaskan secara bertahap melalui
lapisan matriks. Selama proses ini, sebagian besar tablet tetap di dalam
perut, dan pelet yang lebih dalam dalam matriks tablet dilepaskan secara
berurutan hingga tablet terdisintegrasi sepenuhnya, dimana partikel-
partikel tersebut seharusnya masuk ke dalam usus kecil.
Kesimpulan Variabel fisiologis dan fisikokimia memainkan peran penting dalam
proses penyerapan obat dari saluran pencernaan, yang menjadi kunci
dalam merancang formulasi obat yang efektif dan dapat diandalkan.
Perkembangan dalam bidang biofarmasetika telah didorong oleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana obat berinteraksi
dengan sistem biologis tubuh dan formulasi yang dirancang khusus.
Dengan menerapkan metode formulasi yang sesuai dengan karakteristik
fisiologis individu, dampak dari variasi respons fisiologis terhadap
penyerapan obat dapat diminimalkan. Ini membuka peluang bagi
pengembangan terapi obat yang lebih efektif dalam penggunaannya di
praktik klinis.

Kapsul yang rentan terhadap perubahan pH, terutama jika berisi pelet,
dapat menghadapi tantangan dalam pelepasan obat yang konsisten
selama transit saluran pencernaan, terutama jika terjadi fluktuasi pH.
Faktor seperti penundaan pengosongan lambung akibat makanan
berlemak juga dapat memperkuat dampak pH terhadap pelepasan obat.
Sementara beberapa jenis pelet mungkin tidak terpengaruh oleh
perubahan pH, mereka mungkin menunjukkan penurunan signifikan
dalam ketersediaan obat saat dikonsumsi bersama makanan, mungkin
karena perubahan volume cairan di saluran pencernaan.

Pengembangan formulasi teofilin yang dapat menahan variasi fisiologis


dalam saluran pencernaan, seperti tablet terkompresi dua fase,
menunjukkan bahwa efek dari variabilitas fisiologis pada penyerapan
obat dapat dikelola dengan baik melalui pemilihan formulasi yang tepat.
Kemajuan yang telah dicapai dalam bidang biofarmasetika telah
meningkatkan pemahaman tentang variabel yang terlibat dalam
penyerapan obat, memberikan potensi bagi pengembangan formulasi
obat yang lebih maju dan dapat diandalkan oleh industri farmasi. Sebagai
akibatnya, terapi obat yang lebih efektif dalam pengaturan klinis dapat
diwujudkan.
Daftar Pustaka Golub AL, Frost RW, Betlach CJ & Gonzalez MA. (1986). Physiologic
considerations in drug absorption from the gastrointestinal tract.
Journal of Allergy and Clinical Immunology, 78(4): 689-694.

Hendradi E, Hariyadi DM, Purwanti T, Rijal MAS, Miatmoko A &


Retnowati D. (2023). Teknologi Penghantaran Obat. Surabaya:
Airlangga University Press.

Labibah L & Rusdiana T. (2022). Hubungan Jenis Kelamin terhadap


Eksipien Farmasi dalam Mempengaruhi Bioavailabilitas Obat.
Majalah Farmasetika, 7(3): 176-188.

Martien R, Adhyatmika A, Irianto ID, Farida V & Sari DP. (2012).


Perkembangan teknologi nanopartikel sebagai sistem
penghantaran obat. Majalah Farmaseutik, 8(1): 133-144.
Natalijah N. (2017). Optimalisasi Penggunaan Hewan Uji Tikus (Rattus
norvegicus) dalam Uji In Vitro Absorpsi Obat Peroral
Menggunakan Metode Usus Terbalik. Indonesian Journal of
Laboratory, 3(1): 15-19.

Ramadon D & Mun’im A. (2017). Pemanfaatan nanoteknologi dalam


sistem penghantaran obat baru untuk produk bahan alam. Jurnal
ilmu kefarmasian Indonesia, 14(2): 118-127.

Sari DP & Abdaassah M. (2017). Efek Kitosan Terhadap Kontrol


Pelepasan Obat. Farmaka, 15(2): 53-66.

Sinaga FA. (2010). Interaksi Farmakokinetika Pada Distribusi Obat.


Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 16(60): 47-58.

Anda mungkin juga menyukai