Anda di halaman 1dari 7

MASYARAKAT BADUY DALAM MEMPERTAHANKAN

ADAT ISTIADAT DI ERA DIGITAL


Titing Kartika1, Emron Edison2

1,2
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata Yapari
1,2
Jalan Prof. Dr.Sutami No.81-83 Bandung 40152
1
nengtiting_kartika@yahoo.co.id, 2 emron.bdg@gamil.comi

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana masyarakat Baduy dalam
mempertahankan adat istiadat di era digital saat ini. Masyarakat Baduy berada di Desa Kanekes,
Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Metode penelitian yang digunakan
adalah adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi, dan
wawancara dengan beberapa nara sumber di antaranya Kepala Adat masyarakat Baduy dan masyarakat
setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Baduy masih menjaga nilai-nilai adat
istiadat yang menolak pendidikan formal dan moderniasi yang tidak ditemukan pada masyarakat
pedalaman lainnya di Indonesia. Masyarakat Baduy Dalam adatnya melarang masyarakatnya terlibat
dalam politik, sedangkan di Baduy Luar sedikit toleransi. Namun pada prinsipnya kedua Masyarakat
Baduy tersebut sangat menjunjung tinggi adat istiadat, hukum adat, kelestarian alam, dan konsep
kehidupan yang berkelanjutan, sehingga mereka masih bertahan dalam gempuran teknologi dan era
digital saat ini.
Kata Kunci: Masyarakat Baduy, Adat Istiadat, Era Digital

ABSTRACT
The purpose of this research is to find out how the Baduy community in maintaining the local culture
in the current digital era. The Baduy are located in Kanekes Village, Leuwidamar District, Lebak
Regency, Banten Province. The research method used is qualitative descriptive. Data collection was
carried out through observation, documentation, and interviews with several informants including
the Head of Indigenous Baduy community) and the local community. The results showed that the
Baduy people still maintain the values ​​of customs that reject formal education and modernization
that are not found in other rural communities in Indonesia. The Baduy community In their custom, it
forbids the people to get involved in politics, while in Outer Baduy there is little tolerance. However,
in principle, the two Baduy Communities are highly upholding customs, customary law, nature
preservation, and the concept of sustainable life, so they still survive in the onslaught of technology
and the current digital era.
Keywords: Baduy Community, Local Culture, Digital Era

56
PENDAHULUAN yang lekat pada masyarakat Baduy. Hingga
Pada era modern dan digitalisasi saat saat ini masyarakat Baduy masih berusaha
ini, banyak desa berubah menjadi area industri tetap menjaga kesederhanaan di tengah arus
dan masyarakatnya mengikuti perubahan modernisasi” (Suparmini, setyawati, sumunar,
budaya modern, sehingga nilai-nilai kearifan 2013),[3].
lokal yang ada tergerus seiring waktu. Namun
Secara Konsep, Budaya atau kebudayaan
berbeda dengan Suku Baduy, di mana suku ini
menurut KBBI merupakan “hasil kegiatan dan
memiliki peradaban dari nenek moyang yang
penciptaan batin (akal budi) manusia seperti
masih bertahan sampai saat ini, bahkan mereka
kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat”
menolak perubahan.
dengan demikian dapat diartikan bahwa
Baduy berada di Desa Kanekes, Kecamatan budaya bisa dimaknai sama dengan adat
Leuwidamar, Kabupaten Lebak Provinsi istiadat, [4]
Banten. Secara keseluruhan luas wilayah area
Menurut Ritchie dan Zien (dalam Yoeti,
Baduy saat ini adalah 5.101,85 Hektar , hal
2006), [5] bahwa terdapat 12 (dua belas)
ini merujuk pada Peraturan Daerah (Perda)
kebudayaan yang dapat menarik kedatangan
No. 32 Tahun 2001 tentang Perlindungan
penunjung atau wisatawan yakni:
Hak Ulayat Masyarakat Baduy[1]. Terdapat
beberapa potensi yang ada di Desa Kanekes 1. Bahasa (Language)
ini di antaranya wisata alam (alam Baduy dan 2. Kebiasan masyarakat (Traditions)
wisata religi), potensi budaya (Upacara Adat 3. Kerajinan Tangan (Handicrafts)
Seba Budaya Baduy, dan Kawalu, Ngalaksa, 4. Makanan dan kebiasan makan (Food
dan Ngaseuk) dan potensi pendukung lainnya, and eating habits)
seperti hasil kerajinan tenun, penmpailan seni 5. Musik dan Kesenian (Art and music)
dan budaya kacapi, karinding dan angklung 6. Sejarah suatu tempat (History of the
(Profil Desa Wisata, Pemerintahan Provinsi region: oral, written, and landscape)
Banten, 2014) [2]. 7. Cara kerja dan teknologi (Work and
Technology)
Disis lain, terdapat beberapa keunikan yang
8. Agama (religion) yang dinyatakan
ada di Masyarakat Baduy di antaranya mencakup
dalam bentuk cerita dan sesuatu yang
pola hidup, sistem kemasyarakatan, sistem
dapat disaksikan
pertanian dan lainnya yang tidak ditemukan
9. Bentuk dan karakteristik arsitektur di
pada masyarakat lain di Indonesia. Karena
masing-masing DTW (Architectural
keunikannya tersebut, penelitian ini dilakukan
characteristics in the area)
untuk mengetahui bagaimana masyarakat
10. Tata cara berpakaian penduduk
Adat Baduy dalam mempertahankan adat
setempat (Dress and Clothes)
istidat di era digital saat ini. “Adat, budaya,
11. Sistem Pendidikan (Educational
dan tradisi masih kental mewarnai kehidupan
Systems)
masyarakat Baduy. Ada tiga hal utama yang
12. Aktivitas pada waktu senggang
mewarnai keseharian mereka, yaitu sikap
(Lesiure activities).
hidup sederhana, bersahabat dengan alam
yang alami, dan spirit kemandirian. Sederhana
Lebih lanjut, menurut Schien (2004),
dan kesederhanaan merupakan titik pesona
57
ada tiga tingkatan budaya, yaitu: Artefak; assumptions), adalah keyakinan anggotanya
Keyakinan dan nilai-nilai yang dianut, dan; yang cenderung tidak dikonfrontasi dan tidak
asumsi dasar, seperti diuraikan dalam gambar diperdebatkan sehingga sangat sulit untuk
berikut ini.[6] berubah (Schien dalam Edison, et.al, 2017).
[6].

Metode yang digunakan dalam penelitian ini


adalah metode deskriptif kualitatif. Sementara
itu pengumpulan data dilakukan melalui
observasi, wawancara dan studi literatur. Data
yang diperoleh lalu dianalisis secara kualitatif
meliputi: pengumpulan data, reduksi data,
display data, dan penarikan kesimpulan atau
Gambar 1: Tingkatan Budaya verifikasi (Milles dan Huberman, 1992), [7].
Wawancara dilakukan terhadap Jaro (Kepala
Sumber gambar: Schien, (2004)
Adat) baik yang ada di Baduy Dalam dan
Artefak (artifact), adalah hal-hal Baduy Luar, serta masyarakat setempat untuk
yang mencakup semua fenomena yang bisa menggali informasi mengenai kehidupan
dilihat, didengar, dan dirasakan ketika Anda mereka sehari-hari terutama dalam menjaga
menemukan kelompok baru dengan budaya nilai budaya dan adat istiadat setempat.
asing. Artefak meliputi produk yang terlihat,
seperti arsitektur lingkungan fisik, bahasa, PEMBAHASAN
teknologi dan produk, kreasi artistik, gaya, Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
sebagaimana tercantum dalam pakaian, tata kepada tokoh masyarakat Baduy diketahui
krama, dan menampilkan emosional, mitos dan bahwa, masyarakat Baduy terbagi kedalam 3
cerita tentang budaya, serta ritual dan perayaan (tiga) kelompok yaitu:
yang dapat diamati. Keyakinan dan nilai-nilai
yang dianut (espoused values), Pimpinan 1. Tangtu (yang paling ketat mengikuti
meyakinkan kelompok untuk bertindak atas adat yaitu warga yang tinggal di
keyakinannya, solusi bekerja, dan kelompok Cibeo,Cikertawarna da Cikeusik)
ini memiliki persepsi yang sama tentang 2. Panamping (yang tinggal di
keberhasilan tersebut, nilai yang dirasakan berbagai kampung yang tersebar
adalah ‘promosi yang bagus’ secara bertahap mengelilingi wilayah Baduy
menjadi berubah: pertama, akan menjadi nilai Dalam,seperti Cikadu, Kaduketuk,
atau keyakinan bersama dan akhirnya menjadi Kadukolot,Gajeboh,Cisagu dsb)
asumsi bersama (jika tindakan tersebut
terus-menerus menjadi berhasil). Jika proses 3. Dangka (apabila kenekes dalam dan
transformasi ini terjadi, anggota kelompok Kenekes Luar tinggal di wilayah
akan cenderung lupa bahwa awalnya mereka Kenekes maka “Kenekes Dangka”
tidak yakin dan usul wacana ini pada awalnya tinggal diluar wilayah Kenekes,dan
hanya proposal untuk diperdebatkan dan pada saat ini tinggal 2 kampung yang
dihadapi. Asumsi Dasar (basic underlying tersisa yaitu Padawara(cibengkung)

58
dan Sirahdayeuh (cihandam). Jika terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap
adat istiadat berarti telah siap menerima hukum
Dalam sistem pemerintahannya, pemimpin
berupa hukuman adat misalnya pengusiran
adat tertinggi dalam masyarakat Kanekes
dari daerahnya.
adalah “Pu’un” tangtu. Tangtu menurut
pengertian masyarakat Baduy dapat diartikan Terdapat nilai dan norma yang menjadi
sebagai masyarakat pendahulu atau cikal bakal, landasan hidup bagi masyarakat Baduy. Hal ini
terdiri atas tiga kampung, yaitu: 1.Cikeusik termaktub dalam pedoman suku Baduy yaitu:
atau disebut juga tangtu Para Ageung, 2.Cibeo “Lojor teu meunang dipotong, pondok teu
atau disebut juga tangtu Parahiyang, dan 3. meunang disambung” (Panjang tidak boleh
Cikartawana atau disebut juga tangtu Kujang. dipotong, pendek tidak boleh disambung).
Prinsip ini mengajarkan bagiamana
Pu’un memiliki peran penting dalam
menciptakan keseimbangan dan melindungi
menjalankan roda pemerintahan adat. Ia
alam agar terjaga kelestariannya. Prinsip lain
memiliki kekuasaan dan kewibawaan yang
yang dianut oleh masyarakat Baduy adalah
sangat besar, sehingga hal ini menjadikan
“Rak-rak, Rik-rik, Ruk-ruk”. “Rak-rak” yang
masyarakat Baduy taat terhadap setiap
artinya dimasa muda kita harus bekerja keras,
perkataan dan laranganya. Dalam memimpin
“Rik-rik” di masa kita sudah dapat hasil
MAsyarakat Baduy, Pu’un dibantu oleh
tidak boleh berlebihan atau hidup sederhana,
seorang Jaro (Ketua Adat) yang bertugas untuk
sedangkan “Ruk-ruk” yang artinya dimasa
melaksanakan pemerintahan sehari-hari. Jaro
tua nanti tidak menyusahkan orang lain dan
terbagi ke dalam beberapa jabatan yaitu jaro
sebagai warisan anak-anaknya dan proses
Tangtu bertanggung jawab untuk melaksankan
tersebut terus-menerus berulang sampai 7
hokum adat pada warga Tangtu dan berbagai
turunan.
macam urusan lainnya, Jaro Dangka yang
memiliki tugas untuk menjaga, mengurus dan Berikut adalah table hasil observasi dan
memelihara tanah titipin leleuhur yang ada di wawncara menegnai kehidupan masyarakat di
dlam dan di luar Desa Kanekes. Jaro Dangka Baduy Dalam dan Baduy Luar.
ini berjumlah sembilan orang, yang apabila
Tabel 1 Kehidupan Masyarakat Baduy Luar
ditambah dengan tiga orang Jaro Tangtu
dan Baduy Dalam Sumber: Olahan Tim
disebut Jaro Dua Belas. Pimpinan dari Jaro
Peneliti, 2019
duabelas ini disebut dengan Jaro Tanggungan.
Dengan kata lain, Pu’un berperan dalam No. Aspek Baduy Luar Baduy
Luar
membangun hubungan dengan dunia sakral,
1. Peme- 1. Mengiku- 1. Me-
sementara Jaro berhubungan dengan duniawi.
rintahan ti Kegia- nolak
tan Politik Ke-
Sementara itu dalam kehidupan sehari-
Pemerina- giatan
harinya, masyarakat Baduy masih memegang than Pusat Politik
teguh nilai adat istiadat lokal yang dijalankan 2. Hukum Pemer-
secara turun temurun. Masyarakat dituntut Adat & intah
Hukum Pusat
untuk patuh dalam memenuhi ketentuan dan Pemer- 2. Hu-
menjalani kehidupan sesuai dengan ketentuan- intahan kum
ketentuan leluhurnya yang telah digariskan. Nasional Adat

59
2. Pendi- Menolak Menolak 10. Pe- Diperboleh- Tidak
dikan Pendidikan Pendidikan makaian kan menggu- diperbo-
Formal Formal Produk nakan produklehkan
3. Te- Sebagian Tidak Kimia kimia seperti
meng-
knologi Masyarakat meng- sampo, sabungunakan
menggu- gunakan dan deterjenproduk
nakan alat teknologi, kimia
komunikasi, alat makan 11. Pengo- Menggunakan Menggu-
mengenal ter uat dari batan Pengobatan nakan Pen-
media sosial, kayu dan tradisional gobatan
alat makan bamboo Tradisional
sebagain su-
dah berbahan Masyarakat Baduy dan Era Digital
palstik
Diketahui bahwa, masyarakat Baduy
4. Pakaian warna hitam Menggu-
atau biru, se- nakan kain Dalam masih memegang teguh adat istiadat.
bagian sudah berwarna di mana adatnya melarang keras penggunaan
beralas kaki putih, ti- listrik, teknologi dan alat komunikasi maupun
dak beralas
kaki lainnya. Termasuk penggunaan bahan kimia
pada kegiatan mandi maupun cuci pakaian,
mereka menggunakan bahan alami. Untuk
5. Ke- Tidak semua Nyepah
biasaan nyepah menggosok gigi mereka menggunakan
Se- sabut kelapa, untuk keramas menggunakan
hari-hari
jeruk nipis, sedangkan membersihkan badan
Mata Bertani Bertani
Pencah- (Berhuma), (Ber- menggunakan batu sebab penggunaan sabun
arian berladang, huma), dilarang. Sementara uttuk mencuci peralatan
menenun berladang, makan dan masak (panci, seeng), piring
6. Struktur Ada sedikit Total bah- dan tempat minum (dari bambu) cukup
Ban- campuran an alami,
gunan seperti paku, tidak ada menggunakan abu dari hasil pembakaran.
Rumah kamar
mandi Sementara itu pada masyarakat Baduy Luar,
yang pada prinsipnya adatnya melarang penggunaan
menyatu
dengan listrik, teknologi dan alat komunikasi.
bangunan Namun, sedikit terjadi pergeseran, di mana
utama sebagian kecil masyarakatnya menggunakan
rumah
telepon seluler, dan penggunaan aki untuk
kebutuhan energi. Pergeseran ini bukanlah
7. Peter- Hanya boleh Hanya bentuk toleransi adat, sebab jika terjadi razia
nakan Ayam boleh
Ayam (gabungan Baduy Dalam dan Baduy Luar),
8. Sistem Sunda Wiwi- Sunda maka alat teknologi dan komunikasi tersebut
Keper- tan Wiwitan dihancurkan. Hasil wawancara menunjukkan
cayaan
bahwa pergeseran ini didasarkan atas
9. Keber- Penyimpanan Penyim-
langsun- Padi di Leuit panan Padi kebutuhan mereka untuk mengetahui dunia
gan di Leuit luar dan alat komunikasi sesama mereka.
Pangan Disisi lain, hal ini terjadi karena pada lokasi-
lokasi ada sinyal seluler yang masuk ke Baduy
60
Luar. Dari sini tergambar bahwa, pergeseran Nilai Budaya yang dikuatkan dengan pemetaan
di Baduy Luar karena adanya kebutuhan dan Kebudayaan Daerah dan Pembangunan
adanya sarana pendukung (sinyal seluler). Kawasan Budaya, [10].

Hal ini menunjukkan kondisi yang cukup


PENUTUP
berbeda, walaupun pada dasarnya mereka tetap
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
memahami bahwa menjaga lingkungan, sungai
disimpulkan bahwa pada dasarnya Masyarakat
dan hutan menjadi penting dalam kehidupan
Baduy sangat mempertahankan budaya (adat
mereka. Begitu juga pada aspek pengobatan,
istiadat), di mana Budaya adalah bagian dari
Masyarakat Baduy Luar maupun Dalam ketika
keyakinan yang sulit untuk diubah. Baduy
sakit maka pengobatan yang dipakai adalah
Dalam merupakan pengendali utama dari
secara tradisional dengan memanfaatkan
sistem adat yang berlaku di Baduy, di mana
tanaman-tanaman yang ada disekitarnya
tiga Puun dari Baduy Dalam sebagai penentu
dengan pengetahuan yang sifatnya turun
Jaro (Kepala Adat). Keturunan Baduy yang
temurun (Permana, 2009), [8].
menetap di Baduy merupakan suku asli Baduy,
Jika dilihat dari perspektif Schien, maka sebab perkawinan diluar suku Baduy harus
Suku Baduy dalam menjalankan budaya keluar dari wilayah Baduy. Baduy Dalam
leluhurnya, masuk dalam katagori Asumsi sangat kuat mempertahankan adat, sedangkan
Dasar (basic underlying assumptions), adalah Baduy Luar sedikit terjadi pergeseran dari
keyakinan anggotanya yang cenderung nilai-nilai adat.
tidak dikonfrontasi dan tidak diperdebatkan
Terkait dengan perkembangan di
sehingga sangat sulit untuk berubah. Bahkan
era digital, masyarakat adat Baduy pada
menurut Edison, et.al. (2017),[9] terkait
prinsipnya masih memegang adat istiadat dan
dengan Asumsi Dasar ini menyatakan bahwa,
nilai-nilai kearifan lokalnya. Namun terdapat
“ini sangat sulit untuk diubah, pendekatan
perbedaan yang terjadi pada dua kelompok
apapun yang dilakukan cenderung dapat
masyarakat tersebut yaitu pada masyarakat
diartikan lain atau menimbulkan persepsi
Baduy luar, sudah adanya pengaruh modernisai
negatif bagi yang menerimanya”. Kalau pun
misal penggunaan alat komunikasi seluler,
terjadi sedikit pergeseran di Baduy Luar,
mengenal sosial media, melibatkan diri dalam
namun Suku Baduy secara keseluruhan masih
politik pemerintahan pusat, sedangkan pada
kuat mempertahankan budaya atau adat istiadat
masyarakat Baduy dalam, lebih terjaga kuat
di era digital saat ini, karena budaya atau adat
nilai adat istiadat dan menolak total modernisasi
istiadat merupakan dari keyakinan mereka
(tidak terlibat dalam politik nasional dan tidak
yang semestinya harus dijaga, jika tidak maka
menerima sistem pendidikan formal).
alam akan menghukumnya.

Upaya Masyarakat Baduy dalam menjaga REFERENSI


nilai-nilai Adat Istiadat juga menjadi bagian Peraturan Daerah (Perda) No. 32
dari Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Tahun2001 tentang Perlindungan Hak Ulayat
Daerah (RIPKD) Provinsi Banten 2013-2027 Masyarakat Baduy
yakni tertuang dalam Program Pengelolaan ,
Profil Desa Wisata, 2014 Pemerintah
Pengembangan, Keragaman, Kekayaan, dan
Provinsi Banten, Dinas dan Kebudayaan dan
61
Pariwisata

Suparmini, setyawati, sumunar, Pelestarian


Lingkungan Masyarakat Baduy Berbasis
Kearifan Lokal Jurnal Penelitian Humaniora,
Vol. 18, No.1, April 2013: 8-22

KBBI dalam https://kbbi.kemdikbud.


go.id/entri/kebudayaan (diakses tanggal 20
Desember 2019)

Yoeti, Oka A. 2006. Pariwisata Budaya


Masalah dan Solusinya. Pradnya Paramita:
Jakarta

Schien, E. H. (2004), Organization Culture


and Leadership. Amerika Serikat: Jossey-Bass
Publisher

Miles M.B. dan Huberman, A.B 1992.


Analisis Data Kualitatif. (Terjemahan).
Jakarta: UI Press.

Permana, R.C.E. 2009, Masyarakat


Baduy dan Pengobatan Tradisional Berbasis
Tanaman, Wacana, Vol. 11 No.1 (April 2009):
81-94

Edison, E., Anwar, Y., & Komariyah, I.


(2017). Manajemen Sumber Daya Manusia:
Strategi dan Perubahan Dalam Rangka
Meningkatkan Kinerja Pegawai dan
Organisasi. Bandung: Alfabeta.

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan


Daerah (RIPKD) Provinsi Banten 2013-2027,
2012, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Banten, Bantenologi.

62

Anda mungkin juga menyukai