Anda di halaman 1dari 7

wwwww e-ISSN: 2550-0813 | p-ISSN: 2541-657X | Vol 8 No 2 Tahun 2021 Hal.

: 47-53
-

NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial


available online http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara/index

ANALISIS NARATIF KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PILKADA SAAT


PANDEMI COVID-19 DI INDONESIA1

Maria Puput Ristyastuti, Muhammad Sya'roni Rofii


Kajian Ketahanan Nasional, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia

Abstrak

Kebijakan penyelenggaraan Pilkada di masa pandemi Covid-19 memicu pertentangan publik


karena berhubungan dengan implementasi demokrasi, namun di sisi lain perlu juga
memperhatikan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan urgensi pelaksanaan
Pilkada di masa pandemi Covid-19 dilihat dari sisi demokrasi dan kesehatan. Metode penelitian
yang digunakan adalah analisis kebijakan naratif dengan teknik pengumpulan data melalui studi
literatur. Hasil penelitian adalah bahwa kebijakan penyelenggaraan Pilkada 2020 adalah pilihan
yang tepat, sementara itu urgensi pelaksanaan terpilihnya kepala daerah yang mampu mengatasi
krisis melalui kebijakan strategis, serta mampu memacu perekonomian daerah.

Kata Kunci: Covid-19, kebijakan, Narative Policy Framework, Pilkada.

*Correspondence Address : maria.puput@ui.ac.id, muhammadsyaroni@ui.ac.id


DOI : 10.31604/jips.v8i2.2021.47-53
© 2021 UM-Tapsel Press
47
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 8 (2) (2021): 47-53

PENDAHULUAN yang terdiri dari 9 Provinsi, 224


Latar Belakang Kabupaten, dan 37 Kota.
Kasus Covid-19 untuk pertama Komisi Pemilihan Umum (KPU)
kalinya dikonfimasi di Indonesia pada sebagai penyelenggara pilkada
Bulan Maret 2020 disusul penetapan selanjutnya menindaklanjuti
status pandemic global Covid-19 oleh pelaksanaan Pilkada 2020 dalam situasi
World Health Organization (WHO). pandemi covid-19, dengan menerbitkan
Pemerintah Indonesia selanjutnya Peraturan KPU yang sampai saat ini
mertapkan Covid-19 sebagai bencana tercatat sebanyak tiga kali. Diantaranya
nasional pada 14 Maret 2020 dan PKPU No. 6 Tahun 2020, PKPU No. 10
mengeluarkan Keputusan Presiden No. Tahun 2020, dan terakhir PKPU No. 13
12 Tahun 2020 terkait Penetapan Tahun 2020, dimana dalam PKPU
Bencana Non Alam Penyebaran Corona tersebut mengatur tentang protocol
Virus Diseas 2019. Hingga 20 Oktober kesehatan dalam setiap tahapan
2020 terdapat 368.842 kasus covid-19 penyelenggaraan Pilkada Serentak
di Indonesia. (Covid.19.go.id, 2020) dan 2020, serta aturan dan sanksi terhadap
belum ada tren penurunan yang pelanggaran protokol kesehatan. Selain
signfikan. Sejumlah kebijakan itu, KPU juga terus melakukan
diterapkan pemerintah dalam rangka sosialisasi dan koordinasi untuk
mencegah perluasan penyebaran memastikan protokol kesehatan
Covid-19 di Indonesia, meliputi Physical berjalan dengan baik.
Distancing, Social Distancing, Menurut Utomo (2020),
Pembatasan Sosial Berskala Besar meskipun pemerintah dan KPU sebagai
(PSBB), dan Work From Home secara penyelenggara Pilkada telah
nasional (Ristyawati, 2020). mempersiapkan peraturan yang
Pandemi Covid-19 mengubah mengedepankan protocol kesehatan
seluruh aspek kehidupan, baik itu dalam pelaksanaan Pilkada, namun
politik, ekonomi, social, budaya, dan banyak pihak yang kontra dan bahkan
pola interaksi masyarakat di Indonesia. pesimis terhadap pelaksanaan Pilkada
Sementara itu dalam aspek politik 2020 karena menganggap bahwa masih
terutama aspek demokrasi dimana banyak hal-hal yang lebih penting
Indonesia seharusnya menggelar daripada pesta demokrasi, yaitu
Pilkada Serentak pada 2020. Pada 23 permasalahan kesehatan dan
September 2020 seharusnya menjadi perekonomian masarakat yang
momentum pelaksanaan agenda terpuruk karena Covid-19. Di sisi lain,
Pemilihan Kepala Daerah secara mendukung Pilkada beranggapan
Serentak di Indonesia, jika mengacu bahwa Pilkada merupakan amanat
pada Undang-Undang No. 19 Tahun Undang-Undang yang harus
2016 terutama pasal 201 ayat 6. Namun dilaksanakan (Sutrisno, 2017).
dikarenakan adanya pandemic Covid- Penelitan terkait Pilkada
19, maka Pemerintah Indonesia Serentak di Indonesia telah banyak
memutuskan untuk menunda dilakukan oleh peneliti lain, namun
pelaksanaan pilkada dan menjadwalkan masih sedikit penelitian yang
ulang Pilkada menjadi 9 Desember membahas Pilkada pada saat pandemic
2020 (Hergianasari, 2020) dengan Covid-19. Sehingga penilitian ini
mengeluarkan Perppu No. 2 Tahun bertujuan untuk mengetahui
2020. Menurut Bawaslu (2020) jumlah urgensitasi kebijakan penyelenggaraan
daerah yang akan menyelenggarakan Pilkada 2020 yang diselenggarakan
Pilkada Serentak 2020 yaitu 270 daerah pada masa pandemic covid-19
dikaitkan dengan permasalahan
48
Maria Puput Ristyastuti, Muhammad Sya'roni Rofii
Analisis Naratif Kebijakan Penyelenggaraan Pilkada Saat Pandemi Covid-19 Di Indonesia …….…....(Hal 47-53)

kesehatan. Tulisan ini menganalisis masalah tertentu dan mengajukan


kebijakan penyelenggaraan Pilkada solusi kebijakan yang diusulkan penulis
2020 pada masa pandemic covid-19 sebagai jawaban yang mengarah pada
yang didasarkan pada kerangka mobilisasi. Menurut McBeth (2007),
kebijakan naratif. strategi naratif berfungsi untuk
memperluas dan mempertahankan
LANDASAN TEORI ruang lingkup konflik. Strategi ini
Narative Policy Framework digunakan untuk mengumpulkan
Menurut Shanahan, Jones, dan dukungan yang ada dan potensial.
McBeth (2018), Naratif Policy Selanjutnya komponen dari Narasi
Framework (NPF) didasarkan pada Kebijakan akan dijelaskan dalam table.1
gagasan bahwa narasi kebijakan berikut :
dibangun secara strategis oleh
pemangku kepentingan untuk Tabel 1. Komponen Kebijakan Naratif
memengaruhi kebijakan publik. No Elemen Naratif Definisi
Terdapat tiga level analisis dalam NPF 1. Karatkter
yaitu, mikro, makro, dan meso. Dalam Penjahat (Villain) Penyebab masalah
level analisisi mikro, penelitian Pahlawan (Hero) Pihak yang
memecahkan
berfokus pada pertanyaan bagaimana
masalah
individu membuat narasi dan dibentuk
Korban (Victim) Pihak yang
oleh narasi. Pada level meso, penelitian
dirugikan
fokus pada bagaimana aktor kebijakan
2. Elemen Kejelasan awal,
membangun dan mengkomunikasikan
Struktural tengah, dan akhir
narasi kepada aktor yang berpengaruh Plot
terhadap proses kebijakan. Kemudian, Tipe Cerita
pada level makro, penelitian Mekanisme Kasual
mengelaborasi pertanyaan riset 3. Solusi Moral of story
bagaimana perubahan atau stabilitas Micro Solusi skala kecil
kebijakan dalam konteks budaya dan Macro Solusi skala besar
institusi politik (negara). Kendati dalam 4. Strategi Naratif Definisi
konteks NPF terdapat klasifikasi level
analisis, NPF merupakan framework Sumber: McBeth et al. (2007)
yang dinamis di mana level analisis
pada tataran tertentu memiliki Urgensi Pemilihan Kepala Daerah
keterkaitan antar level analisis. (Pilkada) 2020
McBeth (2005) menyatakan
bahwa penelitian NPF menunjukan Pemilihan Kepala Daerah secara
bahwa narasi kebijakan mengandung langsung merupakan proses dalam
elemen naratif yang berupaya rangka penguatan dan pendalaman
mendefinisikan masalah. Elemen demokrasi, serta upaya untuk
naratif memberikan makna dengan mewujudkan good government dalam
memasukkan karakter yang meliputi tata kelola pemerintahan di negara
pahwalan (hero), penjahat (villain), dan demokrasi secara efektif. Menurut
korban (victim) dengan melalui urutan Larry Diamond (1990), pemerintah
plot temporal yang logis untuk daerah berperan untuk mempercepat
membangkitkan cerita dan vitalitas demokrasi dengan cara
mengidentifikasi solusi dalam bentuk pengembangan nilai dan ketrampilan
moral. Menurut Snow dan Benford masyarakat, serta kepala daerah
(1998) tujuan elemen naratif adalah berperan dalam
untuk menggambarkan definisi mempertanggungjawabkan
49
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 8 (2) (2021): 47-53

kepentingan daerah dan meningkatkan sesuai dengan peraturan Perundang-


akuntabilitas pelaksanaan undangan, dimana warga berhak
pemerintahan. memilih pimpinan dan dipilih sebagai
Menurut Goran Hayden (1992) pemimpin. Alasan kedua adalah tidak
Pilkada merupakan sarana dalam adanya kepastian bahwa pandemic
mengimplementasikan local good akan berakhir, sehingga PIlkada harus
governance yang terdiri dari tiga tetap dilakukan dengan didukung
dimensi, meliputi (1) actor yang protocol kesehatan. Terakhir,
mementingkan kekuasaan, pemerintah telah menyiapkan protokol
kewenangan, resiprotas antara kesehatan yang diatur dalam PKPU
pemimpin, rakyat, serta pergantian untuk mengantisipasi masifnya
kekuasaan; (2) struktur merupakan penyebaran covid-19 pada tahapan
dimensi yang mementingkan sikap Pilkada 2020.
sukarela, percaya, akuntabilitas, dan
inovasi, dimana lingkungan dan METODE PENELITIAN
struktur politik diharapkan dapat Narrative Policy Framework
memberikan akses dan kesempatan adalah sebuah pendekatan atau
kepada semua orang untuk menjadi framework penelitian tentang proses
pemimpim; serta (3) dimensi empiris kebijakan publik. Sehingga analisis
yang mementingkan tanggung jawab kebijakan narasi akan dipergunakan
dan responsifitas pemimpin, warga dalam penelitian ini untuk menganalisa
negara, dan resiprositas soial. Oleh kebijakan penyelenggaraan Pilkada
karena itu, pemerintah bertanggung pada saat Pandemi Covid-19.
jawab dalam membawa Pilkada yang Pendekatak kualitatif akan
dilaksanakan pada 2020 ini menjadi dipergunakan dalam penelitian ini dan
kekuatan dalam penguatan sosial didukung dengan metode kerangka
ekonomi dan politik terutama di masa kebijakan naratif. Sementara untuk
pandemi. Sementara itu, alasan teknik pengumpulkan data adalah
pemerintah tetap melanjutkan Pilkada dengan studi literature, yang menurut
2020 meskipun ditentang oleh sejumlah Creswell (2014) merupakan sebuah
pihak adalah menghindari kekosongan ringkasan tertulis yang berkaitan
kepemimpinan di daerah, Saydiman dengan artikel dari jurnal, buku, dan
Marto (2020) mengatakan bahwa pada dokumen pendukung lainnya yang
2021 akan ada sekitar 200 dibutuhkan dalam penelitian ini.
pemimpindaerah yang berakhir masa
jabatannya dan apabila digantikan HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan pejabat sementara maka Menurut data International IDEA
mempunyai kelemahan yaitu (Institute for Democracy and Electotal
keterbatasan dalam mengambil Assistance), sejak 21 Februari s.d 18
kebijakan strategis. Sedangkan di Oktober 2020 setidaknya 73 negara
kebijakan strategis sangat dibutuhkan maupun negara bagian telah melakukan
pada masa pandemic Covid-19 karena penundaan pemilu nasional maupun
berimplikasi langsung terhadap daerah dikarenakan Covid-19.
birokrasi dan aliran dana daerah. Sementara Erik (2020) menyatakan
Menurut Mahfud (2020), bahwa terdapat 74 negara yang
terdapat 3 alasan Pilkada 2020 tidak memutuskan untuk tetap
ditunda dan dilanjutkan, yang pertama menyelenggarakan pemilu nasional dan
agar memberikan jaminan terhadap hak daerah meskipun dalam situasi
konstitusional warga untuk pandemic Covid-19, bahkan 58 negara
berpartisipasi dalam pesta demokrasi dari 74 negara tersebut telah sukses
50
Maria Puput Ristyastuti, Muhammad Sya'roni Rofii
Analisis Naratif Kebijakan Penyelenggaraan Pilkada Saat Pandemi Covid-19 Di Indonesia …….…....(Hal 47-53)

menyelenggarakan pemilu. Indonesia 2020, tercatat sebanyak 60 orangn


adalah salah satu negara yang akan calon Kepala Daerah yang terpapar
melaksanakan pemilihan umum 2020 Covid-19 sehingga tidak mampu
setalah sebelumnya dilakukan mengikuti tahapan Pilkada 2020
penundaan. Namun kebijakan (Jpnn.com, 2020). Sehingga
pemerintah terkait penyelenggaraan penyelenggaraan Pilkada pada masa
pilkada ini memicu pro kontra di pandemic Covid-19 mempunyai
kalangan masyarakat, terutama karena kerentanan dari segi kesehatan dan
pelaksanaannya di tenagh pandemi dinilai ridak mampu mengahasilkan
covid-19. pemimpin yang berkualitas karena
Pihak yang mendukung Pilkada banyaknya calon yang tereliminasi
2020 beranggapan bahwa Pilkada tetap karena Covid-19.
harus dilaksanakan agar pemerintah di Dikaji dengan kerangka
daerah berjalan optimal karena kebijakan narasi, elemen kebijakan
banyaknya kepala daerah yang habis terdiri dari elemen spesifik, meliputi
masa jabatannya. Pelaksana Harian karakter, plot, jenis cerita, solusi, dan
(Plh) atau Pelaksana Tugas (Plt) yang strategi yang apabila dikaitkan dengan
menggantikan kepala daerah dinilai kebijakan penyelenggeraan Pilkada
tidak optimal karena tidak dapat pada masa pandemi yang tertuang
mengambil kebijakan strategis bagi dalam Perppu No. 2 Tahun 2020,
daerah khususnya di masa pandemi karakter pahlawan (hero) dalam
bahkan bisa menimbulkan kebijakan ini adalah Pemerintah yang
permasalahan lain. Selain itu, belum menerbitkan Perppu dan juga
adanya kejelasan berakhirnya covid-19 penyelenggara Pilkada meliputi KPU
maka apabila Pilkada tidak dan Bawaslu. Sementara itu, karakter
dilaksanakan akan berdampak penjahatan (villain) dalam kebijakan ini
ketidakpastian dalam politik dan adalah pihak-pihak yang menolak
menghambat administrasi dan Pilkada Serentak meliputi Ormas
birokrasi pemerintahan. Selanjutnya, maupun LSM. Selanjutnya, korban
pandangan lainnya adalah Pilkada 2020 (victim) dari kebijakan ini adalah
juga dapat dimanfaatkan sebagai masyarakat atau pemilih di 270 daerah
momentum penting untuk memilih yang rentan terdampak covid-19.
pemimpin di daerah yang bisa Plot dalam kebijakan tersebut
mengatasi kritis di bidang sosial dan adalah bahwa pada awalnya
ekonomi akibat pandemic. Pemerintah menetapkan Pilkada 2020
Dari sudut pandang pihak yang pada 23 September 2020, namun
kontra terhadap Pilkada 2020 karena dikarenakan adanya wabah Covid-19 di
pertimbangan kondisi darurat seluruh dunia, tidak terkecuali
penanganan pandemi covid-19 di Indonesia, maka Pemerintah menunda
Indonesia. Pemerintah seharusnya tahapan dan penyelenggaraan Pilkada
lebih mementingkan krisis kesehatan Serentak 2020, serta melakukan
dan upaya penguatan jarring penjadwalan ulang Pilkada Serentak
pengamanan sosial dengan cara pada 9 Desember 2020 dengan payung
merealokasikan anggaran Pilkada 2020. hukum Perppu No.2 Tahun 2020 dan
Sehingga alasan utama yang juga PKPU No. 13 tahun 2020 yang
mendukung penundaan adalah masalah didalamnya juga memuat protokol
kesehatan dan kemanusiaan pada masa kesehatan dalam tahapan Pilkada 2020.
pandemi Covid-19. Selain itu, Jenis cerita yang digunakan
berdasarkan data dari Komisi dalam kebijakan tersebut adalah
Pemilihan Umum sampa September pentingnya protokol kesehatan serta
51
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 8 (2) (2021): 47-53

urgensi pelaksanaan pilkada pada masa menghindari banyaknya daerah yang


pandemi covid-19. Selain itu, Pilkada akan dipimpin oleh pejabat sementara
harus tetap dilaksanakan untuk karena banyak pemipin daerah yang
memilih pemimpin yang mampu akan habis masa jabatannya, (4) sebagai
membuat kebijakan pada masa krisis ajang pembuktian melalui pemilihan
ekonomi dan politik saat ini. kepada daerah yang dipercaya
Selanjutnya solusi yang diberikan masyarakat mampu menangani covid-
pemerintah sebagai pembuat kebijakan 19 melalui sosok dan kebijakannya, (5)
adalah dengan membuat regulasi mengembalikan perekonomian yang
protokol kesehatan untuk mendukung terdampak Covid-19.
pelaksanaan tahapan pilkada 2020 dan
mengatur mekanisme pelaksanaan SIMPULAN
Pilkada Serentak 2020. Sementara itu, Hasil penelitian menunjukan
strategi yang digunakan pemerintah Kebijakan Penyelenggaraan Pilkada
dalam menyuskseskan Kebijakan Serentak 2020 pada Masa Pandemi
Penyelenggaraan Pilkada adalah Covid-19 oleh pemerintah, Lembaga
dengan melakukan sosialisasi dan legislative, dan penyelenggara Pilkada
koordinasi urgensi Pelaksanaan Pilkada dipahami sebagai narasi kebijakan yang
2020. tepat apabila dibandingkan dengan
Dikaji dari sudut pandang menunda pelaksanaan Pilkada 2020.
developing democracy, Pilkada 2020 Hal ini dikarenakan pemerintah telah
diharapkan mampu memperkuat membuat regulasi dan
masyarakat publik, perekonomian, dan penyelenggaraan Pilkada telah
budaya, serta meningkatkan birokrasi mengacu pada protokol kesehatan.
yang netral dan profesional melalui Pemerintah juga telah menjamin
terpilihnya kepala daerah yang pelaksanaan Pilkada mengutamakan
kompeten. Selain itu, KPU sebagai keselamatan pemilih dan peserta
penyelenggara Pilkada telah membuat Pilkada. Urgensi pelaksanaa pilkada
regulasi sebagai turuan dari Perppu No. 2020 adalah agar terpilihnya kepala
02 Tahun 2020 yaitu PKPU No. 13 daerah yang mampu mengatasi krisis
Tahun 2020 yang merupakan hasil yang diakibatkan oleh pandemi covid-
perubahan ke dua terkait 19 melalui kebijakan strategisnya, dan
penyelenggaraan PIlkada di masa mampu memacu perekonomian daerah.
pandemi Covid-19. Regulasi ini
bertujuan untuk melindungi DAFTAR PUSTAKA
masyarakat dari Covid-19 selama
tahapan dan pelaksanaan Pilkada 2020. Asplund, Erik. (2020). Ikhtisar Global
Kementerian Dalam Negeri juga Covid-19: Dampak terhadap Pemilu.
menjelaskan terdapat lima urgensi International IDEA.
Pilkada 2020, (1) pelaksanaan Pilkada
Serentak 2020 yang akan Bawaslu RI. (2020) Indeks Kerawanan
diselenggarakan pada 9 Desember 2020 Pemilu Pilkada Serentak 2020.
didasarkan pada keputusan politik
antara Pemerintah, legislative, dan Burns., Danny., Hambleton, Robin., dan
penyelenggara Pilkada 2020, (2) Hogget, Paul. (1994). The Politics of
pilkada juga merupakan wujud Decentralization: Revitalizing Local Democracy.
kedewasaan demokrasi dan merupakan London: MacMilan.
momentum untuk melawan Covid-19
dengan memberlakukan protokol Creswell. (2014). Qualitatif Inquiry and
kesehatan dalam setiap tahapannya, (3) Research Design. Sage Publicatin Inc: California.
52
Maria Puput Ristyastuti, Muhammad Sya'roni Rofii
Analisis Naratif Kebijakan Penyelenggaraan Pilkada Saat Pandemi Covid-19 Di Indonesia …….…....(Hal 47-53)

Danielson, J. (2020). Developing Utomo, W. W. (2020). Kebijakan


Democracy Toward Consolidation. Political Penyelenggaraan Pilkada: enghadapi Pilkada
Science, Vol. 29 No. 2. 2020 Ditengah Covid-19 dan New Normal).
JUrnal Al-Harakah. Vol.3 No.1.
Sahdan, Gregorius. (2008). Pilkada dan
Problem Demokrasi Lokal. Yogyakarta.

Hendricks. (2005). Participatory


Storylines and Their Influences on Deliberative
Forums. Policy Sciences 38.

Hergianasari, Putri. (2020) Electoral


Distancing: Alternatif Penyelenggaraan
Pemilihan Kepala Daerah 2020 Ditegah Covid-19
di Indonesia. Jurnal Pengabdian Masyarakat,
Vol.1 No.1.

JPNN.com. 2020 Calon Kepala Daerah yang


positif Covid-19 terus bertambah. Diakses dari
<https://www.jpnn.com/news/calon-kepala-
daerah-yang-positif-covid-19-terus-bertambah
pada 11 November 2020>

McBeth, MK dan Jones, MD. (2010) A


Narative Policy Framework: Clear Enough to Be
Wrong?. Policy Studies Journal. Vol 38 No.2.

Nordholt, Henk Schulte dan Klinken, Gerry


Van. (2014). Politik Lokal Indonesia. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.

Ristyawati, A. (2020). Efektivitas


Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
Dalam Masa Pandemi Covid-19 oleh Pemerintah
Sesuai Amanat UUd NRI Tahun 1945.
Administrative Law and Governance Journal. Vol.
3 No. 2.

Schaffer, Frederic Charles. (1998).


Democracy in Translation: Understanding
Politics in an Unfamiliar Culture. New York:
Cornell University Press.

Shanahan, Jones, McBeth. (2011). Policy


Naratives dan Policy Processes. Policy Studies
Journal. Vol. 39. No 3.

Sutrisno, C. (2017). Partispasi Warga


Negara Dalam Pilkada. Jurnal Pancasila dan
Kewarganegaraan. Vol.2 No.2.

53

Anda mungkin juga menyukai