Anda di halaman 1dari 18

Peran Pemerintah Daerah dalam Menangani Wabah COVID-19 sebagai wujud Otonomi

Daerah

(Studi Kasus terhadap Pemerintah Kota Surabaya)

Jeconiah Fanuel 00000027209

I. Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Wabah Covid-19 menjadi masalah kesehatan yang telah menggemparkan


dunia. Dalam sebuah artikel berita di liputan6.com bahwa pada 12 Maret 2020
Organisasi kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi
dengan alasan penyebarannya yang mulai merambah ke seluruh dunia

Kemudian pada sebuah artikel di kompas.com bahwa pada 2 Maret 2020


pemerintah mengumumkan secara resmi terdapat dua kasus pasien positif COVID-
19 di Indonesia. Sejak saat itu pemerintah mulai melakukan berbagai himbawan
kepada masyarakat untuk menggunakan masker, mencuci tangan pakai sabun
dengan air mengalir, penggunaan hand sanitizer, dan disinfektan. Pemeritah juga
melakukan langkah antisipasi di daerah keluar masuk penerbangan seperti Health
Alert Card atau Yellow Card dan juga menyediakan Termal Scanner untuk
melakukan pengecekan suhu tubuh diatas 38,5 derajat celcius di pintu measuk dan
keluar RI.

Meskipun begitu menurut artikel berita di tribunnews.com dijelaskan


bahwa memang tetap terjadi pelonjakan kasus dari Maret hingga April yang
akhirnya membuat Presiden Joko Widodo memilih memberlakukan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB). PSBB diberlakukan di daerah yang penyebaran
berada pada zona merah sebagai wujud percepatan penanganan Covid-19.

Jika kita melihat dalam Peraturan Pemerintah, bahwa PSBB ini memang
bersifat sentralisasi. Tidak sedikit daerah di seluruh Indonesia yang mulai
mengajukan daerahnnya untuk mendapatkan izin dari Kementerian Kesehatan
menjalankan PSBB. Dalam menjalankan PSBB pemerintah daerah perlu
menyiapkan data-data pendukung. Berdasarkan artikel dari vivanews.com bahwa
Safrizal ZA selaku Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian
Dalam Negeri itu juga mengatakan bahwa pemerintah daerah perlu menyiapkan
data seperti peningkatan kasus dan waktu kurva epidemologi, menghitung
kebutuhan sarana dan prasarana penanganan Covid-19, menghitung biaya untuk
kehidupan dasar masyarakat.

Meskipun PSBB dapat dijadikan solusi oleh daerah yang berada pada zona
merah, bukan berarti menutup ruang kreatif daerah untuk turut membantu
pemerintah pusat menangani Covid-19. Hal ini juga didukung dengan adanya Surat
Edaran(SE) Kemeterian Dalam Negeri (Kemendagri) Nomor 440/2622 tentang
pembentukan Gugus Tugas percepatan Penanganan Covid-19 yang mana dalam
Surat tersebut mengarahkan Pemda memiliki kewenangan otonomi daerah dalam
penanganan wabah menurut Undang-undang No 24/2014 (Moh
Sugihariyadi,2020).

Kreatifitas tersebut ditemukan pada penanganan Covid-19 yang dilakukan


oleh Pemerintah Kota Surabaya. Oleh karena itu, makalah ini akan fokus membahas
mengenai peran Pemerintah Kota Surabaya dalam menangani wabah Covid-19 baik
dari cara dan juga wujud nyata yang dapat dilihat dan dirasakan oleh masyarakat
kota Surbaya.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan pokok dalam
makalah ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Peran Pemerintah Kota
Surabaya menangani Covid-19 sebagai wujud Otonomi Daerah?
II. Pembahasan

II.1 Kajian Teori

a. Pengertian Otonomi Daerah

Menurut Peter, R. dkk (2018: 291) bahwa otonomi daerah merupakan


esensi pemerintahan desentralisasi. Menurut Budiardjo (1997) dalam
Kurniawan (2010) bahwa Desentralisasi merupakan salah satu pilar gagasan
konstitusionalisme yaitu pembagian kekuasaan secara vertikal/spasial
(Budiardjo,1997). Otonom berasal dari dua kata Bahasa yunani, yakni autos
yang berarti sendiri dan Nomos yang berarti undang-undang otonomu yang
bermakna membuat perundang-undangan sendiri. Dalam perkembangannya
memiliki arti pemerintahan sendiri.

Otonomi daerah diatur dalam UU No.32 tahun 2004 yang merupakan


sebuah format baru dari UU No. 22 tahun 1999. Dimana Otonomi Daerah
menurut UU No. 32 tahun 2004 adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

b. Prinsip Otonomi Daerah di Indonesia.

Dalam UU No. 32 tahun 2004 bahwa otonomi daerah menggunakan


prinsip seluas-luasnya dan prinsip nyata dan bertanggung jawab. Menurut
Peter, R. dkk (2018: 321) bahwa dalam hal seluas-luasnya pemerintah daerah
memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengatur semua urusan
pemerintahan di luar urusan pemerintah seperti membuat kebijakan daerah
untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan
rakyat.

c. Kewajiban Daerah Menurut UU No.32 Tahun 2004 Pasal 22


Kemudian, Menurut UU No.32 Tahun 2004 Pasal 22 bahwa ada
kewajiban yang dimiliki daerah yakni:

1. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan, dan kerukunan


nasional, serta keutuhan NKRI.
2. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
3. Mengembangkan kehidupan demokrasi
4. Mewujudkan keadilan dan pemerataan
5. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan
6. Menyediakan fasilitas kesehatan
7. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak
8. Mengembangkan sistem jaminan sosial
9. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah
10. Melestarikan lingkungan hidup
11. Mengolah administrasi kependudukan
12. Melestarikan nilai sosial budaya
13. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-
undangan

d. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang Baik menurut Sabarno

Sabarno (2008:37) mengatakan bahwa dalam pelaksanaanya untuk


menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik seluruh elemen pemerintahan
daerah harus senantiasa mendorong penyelenggaraan pemerintahan daerah
yang transparan, partisipatif, dan akuntabel.

Sabarno (2008:38) menjelaskan mengenai penyelenggaraan


pemerintahan yang baik:

1. Transparan
Adanya keterbukaan, keterlibatan, dan kemudahan untuk
mendapatkan akses bagi masyarakat terhadap proses pengambilan
kebijakan publik.
2. Partisipatif
Adanya pemilihan yang baik, sehingga peranan masyarakat dapat
dilihat dari perwujudan peranan DPRD di dalam mengawasi
kebijakan kepala daerah. Sehingga, berbagai masalah lokal di
masyarakat lokal akan lebih mudah diidentifikasi melalui partisipasi
masyarakat.
3. Akuntabel
Pemerintahan daerah sebagai pemegang otoritas kebijakan publik di
daerah wajib mempertanggungjawabkan tindakan yang diambil
terhadap masyarakat dapat berupa pelayanan public baik kuantitaif
maupun kalitatif. Pelayanan publik merupakan kunci dari
pemerintah daerah.

e. Pemanfaatan Ruang Desentralisasi oleh Pemerintah daerah berdasarkan


Undang-Undang 24/2014

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2014 pasal 239 tentang


perencanaan ayat (7) yang berbunyi, “Bahwa dalam keadaan tertentu, DPRD
atau kepala daerah dapat mengajukan rancangan Perda di luar program
pembentukan Perda karena alasan: mengatasi keadaan luar biasa, keadaan
konflik, atau bencana alam.”
Kemudian, dalam mengatasi keadaan darurat dalam penerapan ruang
desentralisasi pemerintah dalam melawan keadaan luar biasa tidak perlu
menghawatirkan dana karena berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 tahun
2014 pasal 296 ayat (1) berbunyi, “Dana darurat dapat dialokasikan pada
Daerah dalam APBN untuk mendanai keperluan mendesak yang diakibatkan
oleh bencana yang tidak ampu ditanggulangi oleh Daerah dengan menggunakan
sumber APBD.”
II.2 Kasus

Dalam sebuah artikel di Surabaya.kompas.com pada tanggal 23 Maret 2020


Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, kota Surabaya dan
Malang Raya masuk dalam zona merah wabah virus Covid-19. Gubernur Jawa
Timur tersebut memang enggan berkomentar mengenai zona merah yang dialami
kota Surabaya dan Malang. Terlebih dari itu, Walikota Surabaya yakni Risma
mengambil langkah-langkah strategis untuk menangani merebaknya penyebaran
Covid-19 di Surabaya sebelum akhirnya di berlakukan PSBB pada tanggal 28 April
2020.

Pada 14 Maret 2020, Risma melalui Dinas Pendidikan kota Surabaya, telah
mengeluarkan surat edaran meliburkan anak sekolah PAUD-SMP, bergantian untuk
belajar di rumah (Jurnal Sosial & Budaya Syar-I, Vol.7 No.3, 2020)

Berdasarkan artikel berita di Surabaya.kompas.com berikuta adalah


beberapa langkah strategis yang dilakukan Risma sebagai wujud penanganan
Covid-19:

1. Membagikan minuman jahe dan telur rebus


Pemkot Surabaya mendirikan dapur umum dan posko pengaduan di
Taman Surya halaman balai kota Surabaya pada Rabu 18 Maret 2020.
Rencananya akan terus buka hingga Surbaya dinyatakan aman dari
Covid-19. Dapur umum tersebut dimaksudkan untuk menyediakan
minuman pokak dari olahan jahe dan rempah yang dipercaya dapat
meningkatkan daya tahan tubuh. Kemudian, menyediakan telur rebus
untuk 1.000 orang.
2. Gunakan pengeras suara, sosialisasi di jalanan

Ibu Risma juga dalam beberapa hari turun langsung ke jalan untuk
memberikan sosialisasi di jalanan kota dengan cara berkeliling kota
dengan menggunakan mobil dan pengeras suara. Pesan yang
disampaikan kepada warga yang berkerumun di ruang punlik untuk
menjaga jarak minimal satu meter.
Gambar Risma Sosialisasi di Jalanan Surabaya

Sumber: asset.kompas, Dok. Pemkot Surabaya

3. Sterilisasi 1.262 sekolah


Pemkot Suarabaya juga melakukan sterilisasi di 1.262 sekolah saat
siswa belajar di rumah. Baik dari SD-SMP. Kemudian, menambah
pemasangan wastafel portable.
4. Pelayanan Publik menggunakan media daring
Walikota Surabaya mengeluarkan surat edaran (SE) yang berisi
sejumlah langkah penanganan virus Covid-19 untuk kota Subaraya.
Salah satunya adalah layanan publik seperti administrasi kependudukan
yang dilakukan jarak jauh atau melalui media daring.
Kemudian Pemkot Surabaya juga menghimbau agar kegiatan
keagamaan, konser, hingga posyandu untuk sementara waktu
dihentikan. Begitu juga dengan seluruh pasar, pertokoan, pusat
perbelanjaan, dan toko modern untuk terus menerapkan standar
kesehatan maksimum demi mencegah penyebaran Covid-19.
5. Pesan bilik strelisasi virus Covid-19
Pemkot Surabaya juga melakukan kerjasama dengan Intitut
Teknologi Telkom Surabaya untuk mengembangkan bilik sterilisasi.
Bilik sterilisasi ini dipasang di terminal kedatangan domestic dan
internasional di Bandara Juanda.

Kemudian, menurut sebuah artikel berita di surabaya.liputan6.com bahwa


Pemkot Surabaya juga menyediakan laman layanan Lawan Covid-19
(https://lawancovid-19.surabaya.go.id/) berbasis web yang dimaksudkan untuk
memberikan informasi tentang protokol yang ditetapkan pemerintah kepada
masyarakat. Informasi juga termasuk hal yang harus dilakukan ketika memiliki
gejala Covid-19. Pemkot Surabaya juga membagikan hand sanitizer gratis,
menyediakan 675 wastafel portable di berbabagi titik Kota Surabaya, membagikan
masker secara gratis kepada warga Surabaya terutama pada wilayah kasus Covid-
19 baik orang dalam pemantauan (ODP); pasien dengan pengawasan (PDP)
maupun terkonfirmasi. Demi melindungi tenaga medis yang menangani Covid-19,
Pemkot Surabaya bersama Usaha Mikro Kecil dan Menengah bekerja sama dalam
membuat face shield, masker, serta alat pelindung diri (APD) yang kemudian di
bagikan kepada para dokter serta perawat. Tidak berhenti samapi disitu, Pemkot
Surabaya juga melakukan penyemprotan disinfektan di semua area kota Surabaya,
terutama di lingkungan dan bangunan tempat berkumpul masyarakat seperti masjid,
gereja, serta pusat perbelanjaan dan kendaraan di jalan. Agar lebih efektif Risma
juga menggunakan drone dalam penyemprotan.

Selain itu menurut CNN Indonesia dalam channel Youtube-nya pada 11


April 2020 juga menjelaskan bahwa Pemkot Surabaya menyediakan bantuan
makanan untuk ODP Covid-19 (CNN Indonesia, 2020, Pemkot Surabaya Beri
Bantuan Makanan untuk ODP Covid-19)

Pemerintah Kota Surabaya juga menyediakan 14 rumah sakit rujukan juga


telah ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan. Serta, pemeriksaan gratis untuk warga
Surabaya yang dirasa memiliki gejala Covid-19 (KOMPASTV, 2020, 14 RS
Rujukan Corona dan Pemeriksaan Gratis Untuk Warga Surabaya)

Kemudian, pada seuah artikel berita di news.detik.com bahwa selama


menjalankaan protokol Covid-19 Pemerintah Kota Surabaya akan bertindak tegas
dan selalu melakukan kontrol. Setiap kecamatan bekerjasama dengan TNI dan
Polri. Jika ada pertokoan, atau perusahaan yang melanggar maka akan ditindak
Satpol PP sesuai dengan Perda. Menurut Risma, yang melanggar akan diambil
KTP-nya dan harus diurus di pengadilan.
II.3 Analisis

Melihat kasus penanganan Covid-19 oleh Pemerintah Kota Surabaya dapat


menjadi bukti adanya peran aktif dan juga penerapan otonomi daerah dalam
menangani wabah Covid-19 ini Pada paparan kasus diatas berdasarkan Jurnal
Sosial dan Budaya Syar-i (2020) bahwa Walikota Surabaya pada 14 Maret 2020
sudah mengumumkan untuk meliburkan PAUD-SMP dan bergantian untuk
sekolah.

Selain itu, menurut artikel berita dari Surabaya.kompas.com bahwa


Pemerintah Kota Surabaya juga membuat dapur umum yang dimaksudkan untuk
membagikan minuman jahe dan telur rebus, sosialisasi di jalanan dengan pengeras
suara agar kerumunan publik di bubarkan, melakukan sterilisasi di 1.262 sekolah
saat libur dan menambahkan wastafel, menyediakan pelayanan public dengan
menggunakan media daring, dan bekerjasama dengan Istitut Teknologi Telkom
Surabaya untuk membuat bilik sterilisasi yang ditempatkan di pintu keluar masuk
penerbangan.

Kemudian, dalam artikel berita Surabaya.liputan6.com juga dijelaskan


bahwa Pemkot Surabaya juga menyediakan website mengenai protocol dan
penanganan gejala covid-19 di laman lawan covid-19, membagikan hand sanitizer
gratis, menyediakan 675 wastafel di berbagai titik kota, membagikan masker gratis
ke warga termasuk ODP dan PDP, kerjasama dengan UMKM membuat face shield;
masker; dan APD, melakukan penyemprotan disinfektan disejumlah jalanan dan
tempat berkumpul masyarakat baik secara manual atau menggunakan drone.

Tidak terhenti disitu, menurut CNN Indonesia dalam Youtube-nya juga


dijelaskan bahwa Pemkot Surabaya juga memberikan bantuan makanan pada ODP.
(CNN Indonesia, 2020, Pemkot Surabaya Beri Bantuan Makanan untuk ODP
Covid-19)

Terakhir, menurut KOMPAS TV dalam Youtube-nya juga menjelaskan


bahwa Pemerintah Kota Surabaya juga menyediakan 14 rumah sakit rujukan juga
telah ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan. Serta, pemeriksaan gratis untuk warga
Surabaya yang dirasa memiliki gejala Covid-19 (KOMPASTV, 2020, 14 RS
Rujukan Corona dan Pemeriksaan Gratis Untuk Warga Surabaya)

Jika kita analisa bahwa setiap hal yang dilakukan oleh Pemerintah Kota
Surabaya ini juga merupakan wujud nyata dari bentuk ruang desentralisasi/otonomi
daerah itu sendiri.

Seperti yang dikatakan dalam UU No. 32 tahun 2004 bahwa Otonomi


Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Di mana otonomi daerah itu juga
merupakan esensi dari desentralisasi (Peter, R. dkk, 2018: 291). Dalam hal ini dapat
kita lihat bahwa Pemerintah Kota Surabaya sudah mengurus sendiri urusan Kota
Surabaya dan kepentingan masyarakat setempat. Pemkot Surabaya memikirkan dan
bertindak secara kreatif hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran
Covid-19.

Tentunya setiap usaha yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya ini juga
merupakan wujud dari Prinsip Otonomi Daerah Indonesia sendiri. Dalam UU No.
32 tahun 2004 bahwa otonomi daerah menggunakan prinsip seluas-luasnya dan
prinsip nyata dan bertanggung jawab yang berarti bahwa dalam hal seluas-luasnya
pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengatur semua
urusan pemerintahan di luar urusan pemerintah seperti membuat kebijakan daerah
untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan
masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat (Peter, R. dkk,
2018: 321).

Prinsip Otonomi Daerah tersebut ini tercermin dari kerjasama yang


dilakukan oleh Pemkot Surabaya dengan Institut Teknologi Telkom Surabaya
dalam pembuatan bilik sterilisasi, Pemkot Surabaya juga bekerjama dengan
UMKM untuk membuat face shield; masker; dan APD. Kedua kerjasama tersebut
mencerminkan adanya peningkatan peran serta, prakarsam dan pemberdayaan
masyarakat yang akhirnya juga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selama Covid-19 ini banyak sekali usaha-usaha yang tutup, tetapi Pemkot
Surabaya mengusahakan agar melakukan kerjasana baik dengan Institut dan juga
UMKM agar bisa membuat sesuatu yang berguna untuk penanganan Covid-19 juga
bisa meningkatkan kinerja mereka sebagai wujud peran serta masyarakat yang
akhirnya juga dapat tetap mempertahankan kesejahteraan masyarakat. Kemudian,
melakukan pelayanan publik dengan media daring agar jaga jarak tetap terlaksana
pun sebagai wujud bahwa meskipun harus menjaga jarak, Pemerintah Kota
Surabaya tetap memikirkan cara agar bisa tetap memberikan pelayanan Publik
Pelayanan Publik dalam bentuk penanganan kesehatan melawan Covid-19 juga
dilakukan dengan menyediakan 14 rumah sakit rujukan juga pemeriksaan gratis
bagi warga Surabaya yang dirasa memiliki gejala Covid-19.

Usaha yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya juga sebagai wujud


pelaksanaan kewajiban daerah Menurut UU No.32 Tahun 2004 Pasal 22. Pada
kondisi wabah Covid-19 ini maka kewajiban yang dilakukan sesuai dengan ayat (6)
yang berbunyi, “Menyediakan fasilitas kesehatan” dan ayat (7) yang berbunyi,
“Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak”. Hal tersebut
tercermin dari:

1. Menyediakan dapur umum selama Covid-19 untuk membagikan


minuman jahe dan telur rebus secara gratis
2. Memesan Bilik Sterilisasi dengan kerjasama dengan Institut Teknologi
Telkom Surabaya yang dipasang di bandara untuk kedatanag domestik
dan internasional.
3. Menyediakan 675 wastafel di berbagai titik di Kota Surabaya
4. Membagikan Hand Sanitizer Gratis.
5. Membagikan masker gratis kepada ODP dan PDP
6. Membagikan gratis face shield, masker, dan APD kepada dokter dan
perawat.
7. Melakukan penyemprotan disinfektan di jalanan, masjid, gereja, pusat
perbelanjaan, dan kendaraan baik menggunakan drone atau pun manual.
8. Menyediakan bantuan makanan untuk ODP
9. Menyediakan 14 rumah sakit rujukan serta pemeriksaan gratis untuk
warga Surabaya.
10. Bentuk fasilitas lainnya selama Covid-19 adalah laman website yang
berisi protokol penanganan Covid-19 di (Lawan Covid-19
https://lawancovid-19.surabaya.go.id/)

Selain itu juga menerapkan ayat (2) yang berbunyi,”Meningkatkan kualitas


kehidupan masyarakat”. Kualitas kehidupan masyarakat masih diperhatikan selama
Covid-19 ini dengan tetap mengajak UMKM untuk bergerak dengan membuat
masker, APD, dan face shield juga mengajak institute Telkom untuk membuat bilik
sterilisasi.

Kemudian, guna menjaga kesehatan para pelajar juga Walikota Surabaya


pada 14 Maret 2020 sudah mengumumkan untuk meliburkan PAUD-SMP dan
bergantian untuk sekolah. Kemudian selama itu juga melakukan sterilisasi di 1.262
sekolah dan menambahkan penyediaan wastafel di sekolah-sekolah. Hal tersebut
dsesuai dengan kewajiban pemerintah daerah yang tercantum dalam ayat (5) yang
berbunyi, ”Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan”.

Pemkot Suarabaya selama Covid-19 ini juga tidak berhenti dalam aktifita
mengolah administrasi kependudukan karena tetap menjalankan setiap administrasi
melalui media daring. Tentunya hal tersebut sesuai dengan kewajiban daerah pada
ayat (11) yang berbunyi, “mengolah administrasi kependudukan.”

Segala yang telah dilakukan oleh Pemkot Surabaya agar terus dapat
memberikan pelayanan yanag terbaik untuk masyarakat kota Surabaya juga sudah
mencerminkan bahwa memang Pemkot Surabaya menjalankan Pemerintahan
Daerah yang baik menurut Sabarno (2008), yakni menjadi pemerintahan yang
akuntabel. Akuntabel menurut Sabarno (2008:38) yaitu pemerintahan daerah
sebagai pemegang otoritas kebijakan di daerah wajib mempertanggungjawabkan
tindakan yang diambil terhadap masyarakat dapat berupa pelayanan public. Dari
wujud yang telah dijelaskan bahwa Pemkot Surabaya telah memberikan pelayanan
publik baik secara kesehatan, sosial, umum, administrasi, dan peningkatan kualitas
hidup masyarakat.

Kemudian, seperti yang tertulis dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun


2014 bahwa Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan Ruang Desentralisasi dalam
menangani wabah. Wabah Tersebut dapat dikategorikan dalam keadaaan luar biasa
atau bencana alam seperti yang tercantum dalam Pasal 239 ayat (7) yang berbunyi,
“Bahwa dalam keadaan tertentu, DPRD atau kepala daerah dapat mengajukan
rancangan Perda di luar program pembentukan Perda karena alasan: mengatasi
keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam.” Hal tersebut juga
dilakukan oleh Pemkot Surabaya dengan memberikan sanksi kepada warga yang
masih melanggar Perda dengan bekerjasama dengan TNI dan Polri yang akan
ditindak bersama Satpol PP. Sehingga mereka yang melanggar akan disita KTP-
nya dan harus mengambil KTP tersebut di pengadilan.
III. Penutup

III.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa yang ditemukan bahwa peran Pemerintah Kota Surabaya
dalam menangani Covid-19 ini sudah mencakup sebagai wujud Otonomi Daerah.
Setiap wujud nyata yang diberikan oleh Pemkot Surabaya telah sesuai dengan
Otonomi Daerah sebagai ruang desentralisasi yakni mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan (UU No. 32 Tahun 2004). Pemkot Surabaya juga
menerapkan UU No. 24 tahun 2014 yakni Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan
Ruang Desentralisasi dalam menangani wabah yang dikategorikan sebagai keadaan
luar biasa atas bencana alam seperti yang tercatat dalam Pasal 239 ayat (7) yang
diwujudkan dalam Perda berupa sanksi terhadap warga yang melanggar protokol
Covid-19.

Peran tersebut diwujudkan dari 16 bentuk pelayanan kepada publik dalam


menangani wabah Covid-19 ini, yang mana telah sesuai dengan prinsip Otonomi
Daerah Indonesia yakni seluas-luasnya, nyata, dan bertanggung jawab (UU No. 32
Tahun 2004), Sesuai dengan kewajiban daerah Menurut UU No.32 Tahun 2004
Pasal 22 ayat (2), “Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat”; ayat (5),
“Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan”; ayat (6), “Menyediakan fasilitas
kesehatan”, ayat (7) “Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak”
dan ayat (11), “mengolah administrasi kependudukan”. Peran-peran tersebut
diantaranya:

1. Meliburkan PAUD-SMP sejak 14 Maret 2020 juga untuk bergantian


sekolah.
2. Melakukan sosialisasi dijalanan dengan menggunakan pengeras saura
untuk membubarkan kerumunan di publik.
3. Menyediakan dapur umum selama Covid-19 untuk membagikan
minuman jahe dan telur rebus secara gratis
4. Sterilisasi 1.262 sekolah
5. Menyediakan wastafel di sekolah-sekolah
6. Pelayanan Publik dengan menggunakan media daring seperti
administrasi kependudukan
7. Memesan Bilik Sterilisasi dengan kerjasama dengan Institut Teknologi
Telkom Surabaya yang dipasang di bandara untuk kedatanag domestik
dan internasional.
8. Menyediakan 675 wastafel di berbagai titik di Kota Surabaya
9. Membagikan hand sanitizer gratis
10. Membagikan masker gratis kepada ODP dan PDP
11. Bekerjasama dengan UMKM membuat dan Membagikan gratis face
shield, masker, dan APD kepada dokter dan perawat.
12. Melakukan penyemprotan disinfektan di jalanan, masjid, gereja, pusat
perbelanjaan, dan kendaraan baik menggunakan drone atau pun manual.
13. Menyediakan bantuan makanan untuk ODP
14. Menyediakan 14 rumah sakit rujukan serta pemeriksaan gratis untuk
warga Surabaya.
15. Bentuk fasilitas lainnya selama Covid-19 adalah laman website yang
berisi protokol penanganan Covid-19 di (Lawan Covid-19
https://lawancovid-19.surabaya.go.id/)
16. Membuat Perda yang akan memberi sanksi tegas bagi warga yang
melanggar protokol Covid-19 sehingga akan disita KTP-nya dan harus
diambil di pengadilan.

Dari wujud nyata yang telah dijelaskan bahwa Pemkot Surabaya telah
memberikan pelayanan publik baik secara kesehatan, sosial, umum, administrasi,
dan peningkatan kualitas hidup masyarakat maka Pemerintah Kota Surabaya
menyelenggarakan pemerintahan secara baik sesuai menurut Sabarno (2008) yakni
pemerintahan yang akuntabel, yaitu pemerintahan daerah sebagai pemegang
otoritas kebijakan di daerah wajib mempertanggungjawabkan tindakan yang
diambil terhadap masyarakat dapat berupa pelayanan public (Sabarno 2008:38).
III.2 Saran

Melihat peran yang telah diberikan oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam
menangani Covid-19 sebagai wujud Otonomi Daerah ini sudah dapat dikatakan
akuntabel dalam menyelenggarakan pemerintahan yang baik maka saran yang
diberikan adalah sebagai berikut:

1. Saran Kepada Pemerintah


Bagi Pemerintah Kota Surabaya dapat terus melakukan kajian dan
penerapan agar semakin berinovasi dan menggunakan ruang desentralisasi
untuk bisa meningkatkan seluruh sumber yang ada dalam menangani Covid-19
agar terus memiliki inovasi dalam memberikan pelayanan publik meskipun saat
ini sedang menjalankan PSBB
Bagi Pemerintah Daerah lainnya dapat menggunakan ruang desentralisasi
agar terus memberikan inovasi dalam menangani Covid-19 sesuai dengan
kebutuhan dan masalah daerah masing-masing
2. Saran Kepada Masyarakat
Bagi masyarakat kota Surbaya agar kedepannya terus menggunakan setiap
layanan yang ada dan juga peraturan dari setiap protokol yang diberikan
dijalankan dan dipatuhi dengan baik agar penyebaran Covid-19 pun tidak
semakin meluas.
3. Saran Kepada Penulis
Penulis belumlah sempurna oleh karena itu setiap kritik dan setiap saran
yang diberikan oleh pembaca sangatlah diterima.
Saran kepada penulis selanjutnya dapat menganalisis dengan data-data yang
lebih faktual yang berada di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Sabarno, H. (2008). Memandu otonomi daerah menjaga kesatuan bangsa: untaian pemikiran
otonomi daerah. Jakarta: Sinar Grafika.

Kurniawan, A. (2010). Kebijaka dan Isu Kesehatan Dalam Konteks Otonomi Daerah. Jurnal
KANUN No.51. Bandung: UIN

Suma, A, dkk. (2020). Langkah Taktis Pemerintah Daerah Dalam Pencegahan Penyebaran
Virus Corona Covid-19 di Indonesia. Jurnal Sosial & Budaya Syar-1. Vol. 7, No. 3. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah

Peter, R dkk. (2018). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi: Interelasi.


Tangerang: UMN Press

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2014 Pemerintahan Daerah. 2 Oktober


2014. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 5590. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Otonomi Daerah dan


Pemerintahan Daerah. 15 Oktober 2004. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 4437. Jakarta.

CNN Indonesia. (2020, 11 April). Pemkot Surabaya Beri Bantuan Makanan untuk ODP Covid-
19. Dilansir dari https://www.youtube.com/watch?v=LhZ10_E_SFs&t=8s

Hatta, R. T. (2020, 12 Maret). Alasan WHO Tetapkan Virus Corona COVID-19 Sebagai
Pandemi. Dilansir dari https://www.liputan6.com/global/read/4200134/alasan-who-tetapkan-
virus-corona-covid-19-sebagai-pandemi

KOMPASTV. (2020, 17 Maret). 14 RS Rujukan Corona dan Pemeriksaan Gratis Untuk Warga
Surabaya. Dilansir dari https://www.youtube.com/watch?v=R46dOx4RVBw

Kurniawan, D. (2020, 10 April). Risma Paparkan Upaya Lawan Covid-19 kepada Anggota
UCLG Aspac. Dilansir dari https://surabaya.liputan6.com/read/4224149/risma-paparkan-upaya-
lawan-covid-19-kepada-anggota-uclg-aspac
Nugraha, B. (2020, 9 April). Ini Syarat Pemberlakuan PSBB bagi Pemerintah Daerah. Dilansir
dari https://www.vivanews.com/berita/nasional/44617-ini-syarat-pemberlakuan-psbb-bagi-
pemerintah-daerah?medium=autonext

Nursastri, S. A. (2020, 11 Mei). Diumumkan Awal Maret, Ahli: Virus Corona Masuk Indonesia
dari Januari. Dilansir dari
https://www.kompas.com/sains/read/2020/05/11/130600623/diumumkan-awal-maret-ahli--virus-
corona-masuk-indonesia-dari-januari

PSBB di Surabaya Raya Berlaku 28 April 2020. (2020, 23 April). Dilansir dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200424035215-20-496777/psbb-di-surabaya-raya-
berlaku-28-april-2020

Rachmawati. (2020, 23 Maret). 5 Cara Risma Cegah Covid-19 di Surabaya, Bagikan Minuman
Jahe hingga Gunakan Pengeras Suara di Jalanan Halaman all. Dilansir dari
https://surabaya.kompas.com/read/2020/03/23/08100081/5-cara-risma-cegah-covid-19-di-
surabaya-bagikan-minuman-jahe-hingga-gunakan?page=all

Saputri, N. L. (2020, 7 April). Alasan Pemerintah Pilih PSBB daripada Karantina Wilayah:
Jangan Sampai Orang dan Ekonominya Mati. Dilansir dari
https://www.tribunnews.com/nasional/2020/04/07/alasan-pemerintah-pilih-psbb-daripada-
karantina-wilayah-jangan-sampai-orang-dan-ekonominya-mati

Smn. (2020, 31 Maret). Kreativitas Memutus Covid-19. Dilansir dari


https://suaramerdeka.news/kreativitas-memutus-covid-19/

Widiyana, E. (2020, 10 Mei). Pelanggar Protokol COVID-19 di Surabaya Harus Ambil KTP ke
Pengadilan. Dilansir dari https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5009496/pelanggar-
protokol-covid-19-di-surabaya-harus-ambil-ktp-ke-pengadilan/1

Anda mungkin juga menyukai