LAPORAN
PENDAHULUAN
PAKET PEKERJAAN :
PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR
TERANG
Kontrak Nomor :
G
GEOMETRIC, CV
Konsultan
Teknik
LAPORAN PENDAHULUAN 2015
KATA PENGANTAR
LAPORAN PENDAHULUAN
Laporan ini berisi latar belakang, ruang lingkup, sasaran, maksud dan tujuan
pekerjaan, gambaran umum daerah studi, pendekatan umum dan metodologi serta
rencana kerja. Laporan ini juga dilengkapi dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
Harapan kami, laporan ini dapat bermanfaat untuk kegiatan dan rencana kerja
selanjutnya. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada instansi-instansi terkait
yang telah banyak membantu sehingga terselesaikan laporan ini. Saran, masukan
dan koreksi/kritik yang konstruktif sangat diharapkan untuk perbaikan laporan dan
antisipasi kegiatan selanjutnya.
Naharuddin, ST
Team Leader
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk itu, diperlukan kelembagaan P3A yang kuat, mandiri, dan berdaya
sehingga pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dapat terlaksana
dengan baik dan berkelanjutan, dan pada akhirnya mampu meningkatkan
produktivitas dan produksi pertanian dalam mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan petani dan ketahanan pangan nasional.
Pemanfaatan sumber daya air pada dasa warsa terakhir ini dirasa semakin
bertambah besar, namun dibalik itu ketersediaan jumlahnya terbatas,
seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan aktivitas masyarakat
yang selalu meningkat, keterbatasan air bagi pertanian bukan saja terjadi
pada musim kemarau, namun di musim hujan pun bisa terjadi. Hal ini
disebabkan sebagian besar air hujan yang jatuh menjadi aliran permukaan dan
tidak termanfaatkan, sehingga ketersediaan air menjadi berkurang dalam skala
ruang dan waktu , keterbatasan air menyebabkan berkurangnya luas tanam,
jenis dan jumlah produksi pertanian. Untuk mengatasi masalah tersebut
Melalui kebijakan tentang pengelolaan sistem irigasi di tingkat usaha tani yaitu
UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah No. 20
Tahun 2006 tentang Irigasi, partisipasi dan peran serta petani dalam
pengelolaan irigasi dapat semakin ditingkatkan dan dilakukan dalam setiap
tahapan kegiatan sejak perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pemantauan dan evaluasi, pemanfaatan hasil, dan pembiayaannya, sehingga
petani mempunyai rasa memilki dan rasa tanggung jawab (sense
of belonging and sense of responsibility) terhadap hasil pembangunan
sarana dan prasarana irigasi tersebut. Dengan demikian, melalui
pengelolaan irigasi diharapkan mampumenciptakan petani dan P3A
yang kuat dan mandiri sekaligus menjadi penopang pembangunan
pertanian dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di wilayah
perdesaan.
Salah satu daerah Irigasi penghasil padi kabupaten Buol adalah daerah
irigasi Air Terang Kecamatan Tiloan, yang merupakan daerah transmigrasi dari
Jawa dan Bali. Guna mendukung misi terwujudnya kecukupan dan
ketahanan pangan, khususnya untuk ketahanan pangan, keperluan konsumsi
lokal dan mengimbangi peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Buol
Khususnya, Dinas Sumber Daya Air Daerah Provinsi Sulawesi
CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 3
LAPORAN PENDAHULUAN 2015
melaksanakan berbagai program antara lain melalui program Pengembangan
dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa Dan Jaringan Pengairan Lainnya.
Program tersebut
Bertitik tolak pada uraian di atas, maka perlu dilakukan suatu kegiatan
pengembangan terhadap daerah irigasi tersebut secara optimal, efektif dan
efisien dari segala aspek, sehingga dapat meningkatkan produktifitas
masyarakat sekitarnya, khususnya disektor pertanian tanaman pangan di
samping agar sumber daya air yang tersedia bisa dikelola dengan baik. Oleh
karena itu, pada tahun anggaran 2015, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
melalui Dinas Sumber Daya Air Provinsi Sulawesi Tengah pada Bidang
Perencanaan Teknik, Kegiatan Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi
bermaksud melakukan Perencanaan Tersier Daerah Irigasi Air Terang, guna
mewujudkan pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya air serta irigasi di
wilayah tersebut khususnya dalam rangka mendukung misi peningkatan
ketahanan pangan di Kabupaten Buol.
Tujuan dari pekerjaan ini adalah membuat Desain dan gambar Detail
Perencanaan Tersier dan juga meliputi Dokumen Tender dan Spesifikasi Teknis
pelaksanaan pekerjaan yang akan dipakai dalam kegiatan pelaksanaan konstruksi
nantinya.
1.3 Sasaran
Dinas Sumber Daya Air Provinsi Sulawesi Tengah pada Bidang Perencanaan
Teknik, Kegiatan Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi.
Untuk pelaksanaan kegiatan ini diperlukan biaya kurang lebih Rp. 199.725.000,
(Seratus Sembilan Puluh Sembilan Juta Tujuh Ratus Dua Puluh Lima Ribu Rupiah)
termasuk PPn dibiayai APBD Tahun Anggaran 2015.
c. Spesifikasi Teknis
1. Umum
4. Diskusi Draft Petak Tersier Dan Bangunan Bagi Bangunan Bagi Sadap/
Bangunan Bagi Sadap
1. Umum
Dimana :
Q = Debit rencana
C = Koefisien pengurangan karena adanya system golongan
NFR = Kebutuhan bersih (netto) air sawah mm/det Ha
A = Luas daerah yang diairi keseluruhan
e = Efisiensi irigasi secara keseluruhan
=
1
=
Dimana :
Q = Debit (m3/dt)
A = Luas penampang saluran (m2)
V = Kecepatan (m/dt)
R = Hidraulic Radius (m)
I = Kemiringan saluran
K = Koefisien kekasaran Strickler
n = Koefisien kekasaran Manning
3. Perencanaan Saluran
g. Penggambaran Bangunan
Kriteria desain
Debit rencana saluran
Rumus debit yang digunakan
1. Pengawasan
2. Pemeriksaan Pekerjaan
a. Tahap I :
Data hasil pengukuran polygon dan waterpass dalam buku ukur asli
dan photocopynya.
Pengecekan hasil pengukuran (cross check) polygon dan waterpass
pada beberapa seksi pengukuran oleh petugas yang ditunjuk .
Dan apabila cross check ternyata kesalahan yang ada melampaui
batas toleransi yang diijinkan, maka pengukuran harus diulang.
b. Tahap II :
c. Tahap III :
d. Tahap IV :
e. Tahap V :
a. Alat Ukur
Sebelum alat ukur dipergunakan di lapangan telebih dahulu alat –
alat tersebut ditunjukan kepada Direksi/Pengawas pemeriksa untuk
diperiksa kondisi dan persyaratannya.
Bagi alat ukur yang memenuhi persyaratan, maka alat tesebut akan
diperiksa dan dikalibrasi oleh Direksi dan dianjurkan untuk
dipergunakan di lapangan hanyalah alat yang hasil kalibrasinya baik.
b. Data Ukur
4. Syarat-syarat Umum
Data dan fasilitas yang disediakan oleh penyedia jasa yang dapat
digunakan dan harus dipelihara oleh penyedia jasa :
1. Laporan dan Data (bila ada) Kumpulan laporan dan data sebagai hasil studi
terdahulu serta photografi (bila ada).
2. Akomodasi dan Ruangan Kantor (bila ada)
3. Staf Pengawas/Pendamping.
4. Fasilitas yang disediakan oleh pengguna jasa yang dapat digunakan oleh
penyedia jasa (bila ada)
1. Team Leader
5. Surveyor
Seorang lulusan STM/PTSP dengan pengalaman kerja minimal 6 (enam)
tahun dalam melaksanakan pengukuran dan pemetaan pekerjaan irigasi dan
drainase.
6. Draftman
1.12. Proposal
Perusahaan Konsultan yang akan melaksanakan pekerjaan diharuskan
membuat dan menyerahkan suatu rencana lingkup pelaksanaan yang
menunjukan/menguraikan metoda, analisa teknis pelaksanaan,tanggapan
terhadap TOR dan urutan pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Uraian setiap aktivitas harus rinci dan waktu maksimum yang diusulkan tidak
boleh melebihi yang ditetapkan dalam Dokumen Undangan.
1. Proposal Teknis
2. Personil
3. Peralatan
4. Harga Pekerjaan
Harga yang diusulkan oleh Pihak Konsultan harus terurai secar rinci
sesuaiformat yang telah ditetapkan, meliputi biaya operasional di kantor,
lapangan dan laboratorium. Billing Rate diusulkan dengan memperhatikan
keahlian dan masa kerja untuk tiap-tiap personil. Harga pekerjaan harus
dihitung untuk tiap-tiap jenis pekerjaan dan jumlah keseluruhan. Biaya
peralatan harus dibedakan anatara jenis yang diperhitungkan terpakai dan
diperhitungkan sewa.
5. Jadwal Pelaksanaan
6. Profil Perusahaan
1.13. Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah
1. Produk gambar situasi Detail
2. Gambar-gambar Jaringan Tersier beserta bangunan pelengkapnya
3. Spesifikasi Teknis dan Nota Perhitungan Desain
4. Perkiraan Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan Konstruksi
5. Buku-buku Laporan.
1.14. Laporan
Jenis laporan yang harus diserahkan kepada pengguna jasa diantaranya
adalah sebagai berikut. :
1. Laporan Pendahuluan, berisi :
a. Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh;
b. Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya;
c. Jadual kegiatan penyedia jasa.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak SPK
diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.
2. Laporan Bulanan, berisi :
a. Prosentasae kemajuan fisik pekerjaan
b. Rencana pelaksanaan bulan berikutnya
c. Masalah yang ada dan lain-lain yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya tanggal 25 setiap bulan
sebanyak 5 (lima) buku laporan.
3. Laporan Antara/Interim Report, berisi :
Hasil sementara pelaksanaan pekerjaan baru dilaporkan selambat-
lambatnya 2 (dua) bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku
laporan.
4. Konsep Laporan Akhir (Draft Final Report), berisi :
Merupakan rangkuman dari seluruh kegiatan yang dikerjakan. Konsep
Laporan Akhir ini harus didiskusikan dan disepakati oleh pihak yang
bersangkutan, jika perlu (atas permintaan Direksi/Pemberi Pekerjaan)
BAB II
GAMBARAN UMUM
LOKASI PEKERJAAN
2.1.1 Geografis
Buol 157.987,98
2.1.2 Administratif
Tabel 2.2. Jarak Antara Ibu Kota Kecamatan Dengan Desa Di Kecamatan
Tiloan Tahun 2013
Jenis Jarak
No Desa Akses
Desa (km)
1 Jatimulya Swadaya 20 Darat
2 Panilan Jaya Swadaya 9 Darat
3 Kokobuka Swadaya 20 Darat
4 Air Terang Swadaya - Darat
5 Boilan Swadaya 3 Darat
6 Lomuli Swadaya 7 Darat
7 Balau Swadaya 1 Darat
8 Maniala Swadaya 4 Darat
9 Monggonit Swadaya 2 Darat
Sumber : BPS Kec. Tiloan Dalam Angka tahun 2014
Tabel 2.3. Bentuk Permukaan Tanah Menurut Desa di Kecamatan Tiloan Tahun 2013
Bentuk Permukaan Tanah Ketinggian dari
No Desa Pegunungan Permukaan Laut
Dataran (%) Perbukitan (%) (m)
(%)
1 Jatimulya 40 30 30 300
2 Panilan Jaya 40 40 30 300
3 Kokobuka 75 10 15 500
4 Air Terang 37 13 50 200
5 Boilan 65 5 30 190
6 Lomuli 40 30 30 400
7 Balau 65 5 5 200
8 Maniala 60 10 15 200
9 Monggonit 20 40 40 300
Sumber : BPS Kec. Tiloan Dalam Angka tahun 2014
Tabel 2.4. Nama dan Panjang Sungai di Kecamatan Tiloan Tahun 2013
Tabel 2.7 Jumlah Hari dan Curah Hujan menurut bulan di Kabupaten Buol Tahun
2013
Januari 21 131,40
Pebruari 18 140,14
Maret 19 103,83
April 19 99,83
Mei 14 66,43
Juni 9 33,43
Juli 14 97,86
Agustus 10 62,00
September 11 69,86
Oktober 12 63,86
Nopember 18 130,29
Desember 13 126,00
Jumlah 177 1.124,92
Rata-Rata 15 93,74
Sumber : BPS Kab. Buol Dalam Angka tahun 2014
Secara umum, iklim wilayah Kabupaten Buol sama dengan iklim Sulawesi
Tengah. Suhu udara berkisar antara 21,9°C sampai dengan 32,3°C.
kelembaban udara berkisar antara 81% sampai dengan 87%. Curah hujan
berkisar antara 93,74 milimeter, dimana maksimal curah hujan terjadi pada
bulan Pebruari di kecamatan bokat. kecepatan angin berkisar antara 7 knots
sampai dengan 25 knots.
2.2. Demografi
Rasio jenis kelamin di Kabupaten Buol tahun 2013 adalah sebesar 105,16
yang berarti secara rata-rata bila di suatu wilayah di Kabupaten Buol terdapat
100 penduduk perempuan maka di wilayah itu juga terdapat 105 penduduk
laki-laki atau dengan kata lain jumlah penduduk laki-laki lebih banyak 5,16
persen dari penduduk perempuan.
Dengan melihat perbandingan jumlah penduduk yang berusia non produktif dengan
penduduk usia produktif dapat diketahui besarnya angka ketergantungan pada
tahun 2013 yaitu sebesar 60,65. Artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia
produktif (15-64 tahun) menanggung sebanyak 61 orang penduduk usia tidak
produktif ( 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas).
Jalan Inspeksi
Bangunan
Persilangan Yang
Rusak/Ambrol
Pada bangunan bagi, maupun bangunan bagi sadap secara umum masih
dapat berfungsi baik, namun jika dilihat dari kondisi bangunan yang ada saat
ini maka pada beberapa bangunan tampaknya harus ditingkatkan baik itu
kondisi bangunannya maupun perawatan dari bangunan itu sendiri. Seperti
yang ditampilkan pada gambar 2.4 Sampai gambar 2.8 ada beberapa
bangunan yang membutuhkan perbaikan, bahkan penggantian bagian
bangunan seperti stang pengangkat pintu yang telah hilang/rusak, dimensi
pengangkat pintu air yang terlalu besar, dimensi pintu pada bangunan kecil
sementara daerah yang dilayani cukup luas sehingga perbandingan antara luas
areal dan debit yang ada tidak mencukupi, terjadinya retakan pada bangunan
maupun saluran eksisting serta bangunan yang kondisinya pada saat musim
penghujan, maka bangunan tersebut tenggelam sehingga selain membutuhkan
saluran pembuang bangunan ini harus diperbaiki.
Pada perencanaan ini pihak konsultan perencana diminta untuk mendesain Tersier
daerah Irigasi Air Terang dengan luasan mencapai 250 Ha, Untuk itu dengan
adanya perencanaan ini diharapkan daerah irigasi air terang ini secara bertahap
akan dilengkapi dengan jaringan saluran tersier serta perbaikan bangunan –
bangunan eksisting yang sekiranya masuk dalam areal yang telah di tentukan,
Koordinat hasil GPS Lokasi pengambilan / bendung
Kabupaten Buol
Lokasi Kegiatan
Tabel 2.8 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Saat Ini dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun
BAB III
PENDEKATAN DAN
METODOLOGI PELAKSANAAN
PEKERJAAN PENDAHULUAN
1. Persipan Pekerjaan
2. Pengumpulan Data sekunder
3. Penyusunan Laporan Pendahuluan
3. Diskusi
Tidak
DISKUSI REVISI
Ya
PEKERJAAN LAPANGAN
1. Survey Topografi
2. Survey Hidrologi&Hidrometri
3. Survey Geologi & Mektan
4. Survey sosial Ekonomi
5. Survey Budidaya Pertanian
KRITERIA KRITERIA
PENGUMPULAN
PERENCANAAN PERENCANAAN
ANALISA DAN
EVALUASI DATA
ALTERNATIF
PRADESAIN
TEKNOLOGI
(LAY OUT AWAL)
BUDIDAYA PERTANIAN
Asistensi
DETAIL DESAIN
Model Matematik Jaringan Irigasi
Desain Saluran dan Bangunan
Penggambaran Desain
a.Laporan Penunjang
Lap. Pekerjaan Detail
1. Laporan Topografi
3. Laporan Hidrologi/Hidrometri 1. Lap. Perencanaan
4. Lap. Sosek dan Budidaya 2. Gambar Perencanaan
3. Manual O & P
b.Executive Summary 4.Rencana Anggaran Biaya
c. Laporan Utama
5.Dukumen Tender
Tidak
DISKUSI REVISI
Ya
LAPORAN UTAMA
(FINAL )
SELESAI
1. Code, Standard
(Indonesia)
Standar Perencanaan Irigasi yang terdiri dari Kriteria
Perencanaan (KP-01 sampai KP-07), Bangunan Irigasi (BI-01 dan
BI-02) dan Persyaratan Teknis (PT-01 sampai PT-03).
Pedoman, pengolahan dan pengumpulan data hidrologi, Pedoman
Bendung Pengaman Banjir.
Peraturan Beton Indonesia (PBI, Concrete Code)
Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung
(Seismic Design Code)
Peta Resiko Gempa dan Penggunaannya untuk Perencanaan
Bendungan dan Bangunan Pengairan Tahan Gempa di
Indonesia
SII (Standard Industri Indonesia)
Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya, 1987, Bina Marga
SNI (Standard Nasional Indonesia) & SKSNI
PPKI
Standard lain yang relevan
2. American Concrete Institute
(ACI)
"Building Code Requirements for Reinforced Concrete" (ACI
318-83)
Manual of Concrete Pratice (ACI Manual)
Manual of Standard Practice for Detailing Reinforced Concrete
Structures (ACI 315)
3. American Society for Testing and Materials
(ASTM)
Pemboran Inti, ASTM D-2113-70
SPT, ASTMD-1586-67
Test pit, ASTm D-2937-71
Kadar air, ASTM D-2216-80
Berat Jenis, ASTM D-854-83
Grain Size Analysis, ASTM D-422-63
Bulk Density Test, ASTM D-4254-83
Consolidation Test, ASTM D-2435-80
Compaction Test, ASTM D-689-78
Triaxial Compression Test (UU), ASTM D-2850-87
Triaxial Compression Test (CU), ASTM D-4767-88
Atterberg Limit, ASTM D-4318-84
4. American Association of State Highway and Transportation
Officials
(AASHTO), Pemboran Inti, AASHO, T 225–68, SPT, AASHO, T 206-70
5. Japan Industrial Standard (JIS), Test Pit, JIS A 121 H/1971
Lingkup Pekerjaan
1. Titik Referensi
Beugel 6 - 15 DPU
BM. 01
1.0
Tulangan 4 8
0.1
Tanah Keras
0.2
Pasir dipadatkan
0.50
Anker 6 - 60 cm
0.4
PVC 3 "
Spesi beton cor 1 : 2 : 3
Pen Kuningan Level
Tempat Label CP
Catatan :
1. Bagian yang menonjol diatas muka tanah dicat dengan warna putih (BM & CP)
2. Label marmer pada BM berisi nomor BM dan koordinatnya (x,y,z)
3. Label CP berisi nomor CP dan koordinatnya (x,y,z), ditulis pada permukaan PVC diberi
cat warna hitam dengan ukuran proporsional & rapi serta jelas
Laporan Teknis
Pekerjaan Lapangan
Persiapan di lapangan
Metode Pengukuran
Catatan :
D = kedalaman sungai pada sumbu pias (m)
v 0,2; v 0,6; v 0,8 = berturut-turut adalah kecepatan aliran pada titik
yang setara dengan kedalam 0,2 D, 0,6 D dan 0,8 D.
Rambu
Waterpasss
Peilschaal
½ L ½ L ½ L ½ L
0,5
1
/3 1
/3 1
/3 1
/3 1
/3 1
/3
0,5
b. DEBIT 5 – 150
1
/4 1
/4 1
/4 1
/4 1
/4 1
/4 1
/4 1
/4
0,2
0,8
n
Q V
i 1
i . Ai
dimana :
Q = debit total pada penampang sungai
3
(m /detik)
Vi = kecepatan aliran pada masing-masing pias
(m/detik) Ai = luas penampang masing-masing pias,
untuk metode
2
ini adalah luas rerata pias hulu dan hillr (m /detik)
dimana :
Q = debit
h = elevasi permukaan
air
a,b,c = konstanta (dicari dengan metode kuadarat
terkecil)
Px 1 A
2
dx A
2
. PA
dx . 1 .
dx . C
2
. PA
1 dx . . PB . PC
dx . B A2
2
1 1
1 dx . A2
. PB . PC
dimana :
Mulai
Perhitungan Curah
Hujan Tahunan
Pemplotan Data
Hujan Tahunan
ya Gunakan
Trend
sebagian Data
tidak
Stabil tidak
ya
tidak
Stabil
ya
Selesai
Metoda rata-rata
hitung
Metoda Thiessen
Metoda Isohiet
Cs
n. X X 3
n 1 n 2. S3
Koefisien kepuncakan/curtosis (Ck) dihitung dengan
persamaan :
Ck
2
n . X X 4
n 1 n 2 n 3 . S
4
dengan :
n = jumlah data
X = rerata data hujan (mm)
S = simpangan baku (standar
deviasi) X = data hujan (mm)
Chi-Kuadrat
k ( Ej)
2
2
O
j
hitung
j 1 Ej
dengan :
2 hitung = uji statistik
Ej = frekuensi pengamatan
(observed frequency)
Oj = frekuensi teoritis kelas j
(expected frequency)
Langkah-langkah dalam memakai jenis uji
ini adalah sebagai berikut :
1. Mengurutkan data curah hujan
harian maksimum dari nilai terkecil ke terbesar.
2. Memplot harga curah hujan harian maksimum
Xt dengan harga probabilitas Weibull
(Soetopo,
1996:12):
S n x n
. 100 %
N 1
dengan :
Sn (x) = probabilitas (%)
n = nomer urut data dari seri yang telah
diurutkan
N = jumlah total data
3. Tarik garis dengan bantuan titik curah
hujan rancangan yang mempunyai periode
ulang tertentu pada kertas semi-log probabilitas
vs curah hujan.
4. Hitung harga frekuensi teoritis dari kertas semi-
log.
5. Hitung nilai 2 hitung dengan persamaan diatas.
2
6. Hitung harga xh cr dengan menentukan
tarap signifikan = 5 % dan dengan
derajat
kebebasan yang dihitung dengan persamaan :
n ( m 1)
dengan :
= derajat kebebasan
n = jumlah data
m = jumlah parameter 2 hitung
untuk
∆maks = Px x - Sn x
dengan :
∆ maks = selisih antara probabilitas empiris
dan teoritis
Sx(x) = peluang empiris
Px(x) = peluang teoritis
2
5. Membandingkan nilai xh c dan ∆maks dengan
ketentuan jika :
2
x cr > maks maka distribusi tidak diterima
2
x cr < maks maka distribusi diterima
Analisis Banjir
Pada umumnya desain banjir di Indonesia ditentukan
berdasarkan analisis hujan yang tercatat. Analisis
frekuensi debit maksimum jarang dapat diterapkan
karena keterbatasan masa pengamatan.
Langkah-
langkah yang ditempuh dalam penentuan banjir dari
data hujan untuk daerah aliran sungai adalah sebagai
berikut:
membuat analisis hubungan antara cuarh
hujan dan debit banjir yang tercatat
membuat analisis frekuensi curah hujan
harian maksimum tahunan
dari kedua analisis di atas ditentukan
besarnya banjir untuk beberapa kala ulang
tertentu. Ada beberapa metode dan persamaan
yang biasa digunakan untuk menentukan desain
banjir (flood design)
Metode yang dipakai dalam merencanakan
banjir
rencana untuk saluran pembuang ekstern (sungai
yangcukup besar) adalah sebagai berikut :
Metode Der Weduwen
Metode Melchior
Metode Haspers
Metode Rational
Modulus Pembuang
dimana :
Qd = debit rencana, l/det
Dm = modulus pembuang, l/det.ha
A = luas daerah yang akan dibuang airnya, ha
Modulus pembuang rencana, Dm adalah curah hujan
3 hari dengan periode ulang 5 tahun,
D(n)
Dm
n x 8.64
dimana :
n = jumlah hari berturut-turut
D(n) = limpasan air hujan pembuang permukaan
selama n hari, mm
R(n)T = curah hujan selama n hari berturut-turut
dengan periode ulang T tahun, mm
IR = pemberian air irigasi, mm/hari
ET = evapotranspirasi, mm/hari
P = perkolasi, mm/hari
∆s = tampungan tambahan, mm
Dengan anggapan,
IR = 0 l/det
∆s = 0 mm
P = 0 mm/hari
dan besarnya curah hujan 3 hari berturut-turut
dengan periode ulang 5 tahun adalah tertentu, maka
modulus pembuang Dm dapat diketahui yaitu dalam
satuan l/det/ha.
Pembuang Ekstern
Q d 0.116 R(1)
A 0.92
5
dimana :
Qd = debit rencana, l/det
α = koefisien limpasan air hujan
R(1)5 = curah hujan sehari dengan periode ulang 5
tahun, mm
A = luas daerah yang akan dibuang airnya, ha
Kelompok hidrologi tanah daerah studi dapat
digolongkan dalam kelompok C dengan kondisi hutan
tidak lebat, maka harga α dapat ditentukan 0.65.
Sehingga besarnya Qd untuk masing-masing
pembuang ekstern dapat diperkirakan.
Analisis sedimentasi
dengan :
3
n 2
*e = * . b
n
u *2
=
.g.d
m
d w
=
w
U2
n =
. g . dm
1/6
nb = 0,0192 . d90
h.I
* =
. dm
Qs = qb . B
dengan :
qb = angkutan dasar per unit lebar
3
(m /detik/m’)
nb = kekasaran dari kecepatan miring
n = kekasaran sesungguhnya,
dianggap dasar rata dan licin
* = tegangan geser pada dasar sungai
2
(N/m )
h = kedalaman air
(m) B = lebar sungai
(m)
3
Qs = debit aliran muatan dasar (m /detik)
Penyelidikan Geologi Teknik dan Mekanika Tanah
Pemboran Inti
4. Permeability Test
Hand Boring
Penyelidikan laboratorium
Pelaporan
Identifikasi Permasalahan
1. Saluran Pembawa
3. Kapasitas Saluran
Dimana:
Q = Debit rencana (lt/det)
NFR = Kebutuhan air irigasi di sawah (lt/det/Ha)
A = Luas daerah yang akan diairi (Ha)
= Efisiensi irigasi
V=kx
x
Q=vxA
R = A/P
dimana :
6. Kemiringan Talud
7. Saluran Pembuang/Drainase
Saluran pembuang didefinisikan sebagai saluran yang berfungsi
menampung dan sekaligus membuang kelebihan air yang sudah
tidak dipakai pada suatu sistim irigasi rencana.
Berdasarkan letak daerah tangkapannya, saluran pembuang
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
Saluran Pembuang Eksternal, yaitu Saluran pembuang yang
menampung dan mengalirkan air buangan dari luar areal irigasi
rencana.
Saluran Pembuang Internal, yaitu Saluran pembuang yang
direncanakan untuk menampung dan mengalirkan air buangan
yang berasal dari areal irigasi.
Berdasarkan fungsi saluran pembuang tersebut dalam jaringan
irigasi, dibedakan menjadi 4 (empat) yaitu :
Saluran Pembuang Primer, yaitu Saluran pembuang yang
berfungsi menampung dan mengalirkan air buangan dari
beberapa petak sekunder.
Saluran Pembuang Sekunder, yaitu Saluran pembuang yang
direncanakan untuk menampung dan mengalirkan air buangan
yang berasal dari beberapa petak tersier.
Saluran Pembuang Tersier, yaitu Saluran pembuang yang
direncanakan untuk menampung dan mengalirkan air buangan
yang berasal dari beberapa petak kuarter.
Saluran Pembuang Kuarter, yaitu Saluran pembuang yang
direncanakan untuk menampung dan mengalirkan air buangan
yang berasal dari petak kuarter.
9. Kapasitas Saluran
vmaks = vb x A x B x C x D
dimana :
Q = K x x a x B 2g x h1
Dimana :
3
Q = Debit aliran (m /det)
K = Faktor aliran tengelam
= Koefisien debit
B = Lebar pintu (m)
a = Tinggi bukaan pintu (m)
2
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/det )
h1 = Kedalaman air didepan pintu diatas ambang (m)
h2 = Kedalaman air dibelakang pintu diatas ambang (m)
Gambar 3.8. Grafik Koefisien K untuk debit tenggelam (Schmidt)
Dimana:
3
Q = Aliran debir diatas ambang boks (m /det)
Cd = Koefisien debit (0,85)
b = Lebar ambang (m)
h1 = Tinggi air di hulu ambang (m)
0.734
=
1
2/3
dc = (q²/g)
LAPORAN PENDAHULUAN 2015
a=
=2
Dimana:
vc = Kecepatan aliran (m/det)
dc = Kedalaman Kritis (m)
L = Panjang lantai olakan (m)
B = Lebar lantai olakan (m)
h1 = Kedalaman air di hulu (m)
q = Unit debit (m3/det/m1)
He = Energi spesifik di hulu (m)
Bc = Lebar kritis (m)
a = Tinggi ambang ujung lantai olak (m)
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/det2)
Q = Debit rencana (m3/det)
h' = Beda Tinggi hulu dan hilir (m)
C1 = Keofisien pelimpahan 2,15
Cb = Koefisien 2,12
L= D = L
Dimana:
3
Q = Debit rencana (m /det)
3 1
q = Unit debit (m /det/m )
hc = Tinggi energi diatas ambang (m)
L = Panjang lantai olakan (m)
a = Tinggi ambang ujung lantai olak (m)
2
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/det )
z = Beda Tinggi hulu dan hilir (m)
Posisi dasar talang harus cukup tinggi terhadap muka air banjir di
sungai agar konstruksi aman dari benda-benda hanyutan seperti
batang-batang kayu dan lain-lain.
Perhitungan hidrolis bangunan talang segi empat menggunakan
rumus pengaliran pada saluran tegak (flume). Untuk merencanakan
dimensi bagian peralihan (transisi) masuk dan keluar digunakan
persamaan berikut :
B-b
L = Ctg
2
Dimana:
L = Panjang Transisi (m)
B = Lebar muka air di hulu (m)
b = Lebar muka air di talang (m)
= Sudut penyempitan ( )
Kehilangan tinggi yang diperhitungkan dalam perencanaan
bangunan talang meliputi: Peralihan pada bagian pemasukan, pada
talang serta peralihan pada bagian keluar. Persamaan yang
digunakan untuk memprediksikan besaran kehilangan tinggi pada
masing-masing seksi tersebut adalah seperti berikut :
Peralihan di bagian masuk
Akibat kekasaran bahan : 0,50 x L1 x (I1 +I2)
2 2
Akibat Penyempitan : f1 x (v2 - v1 )/(2 x g)
Pada talang
Akibat kekasaran bahan : I2 x L 2
Peralihan di bagian keluar
Akibat kekasaran bahan : 0,50 x L3 x (I2 +I3)
2 2
Akibat Pelebaran : f0 x (v2 - v3 )/(2 x g)
19. Gorong-gorong
Q = x A x 2 x g x z
Dimana:
3
Q = Debit rencana (m /det)
= Koefisien debit (Tabel 3.11)
2
A = Luas penampang gorong-gorong (m )
2
g = Percepatan gravitasi ( 9,81 m/det )
z = Kehilangan tinggi energi pada garong-gorong (m)
20. Terowongan
Hidrolis aliran
Q=Ax
v
=
Dimana:
Q = Debit rencana (m3/det)
A = Luas penampang basah (m2)
v = Kecepatan aliran ( m/det ; v = 3,00 m/det )
I = Kemiringan dasar terowongan
R = Jari-jari hidrolis (m)
n = Koefisien kekasaran bahan
Z = hf + hi + hc + hd
2
hf = f x {(L x P)/(4 x A)} x {v /(2 x g)}
f = 1,5{0,01989 + 0,0005078/4R)}
2 2
hi = f i x {v /v /(2 x g)}
fi = (1/2) - 1
= 0,80 0,85
fc = 0,15 - 0,20
2 2
hd = fd x {(v - v2 )/(2 x g)}
fd = 0,25 - 0,30
dimana:
hf = Kehilangan tinggi tekan karena gesekan
hi = Kehilangan tinggi tekan pada bagian pemasukan
hc = Kehilangan tinggi tekan pada transisi
hd = Kehilangan tinggi tekan pada transisi
L = Panjang terowongan (m)
P = Keliling basah (m)
A = Luas penempang basah (m2)
R = Jari-jari hidrolis (m)
v = Kecepatan aliran pada terowongan (m/det)
v1 = Kecepatan aliran pada bagian pemasukan (m/det)
v2 = Kecepatan aliran pada bagian pengeluaran (m/det)
4.1 UMUM
Konsultan juga akan bekerja sama sepenuhnya dengan Pemberi Tugas dan
Instansi terkait lainnya didalam melaksanakan pekerjaan perencanaan dengan
penuh tanggung jawab sesuai dengan kebijakan dan ketentuan–ketentuan yang
telah ditentukan dalam Dokumen Kontrak.
Penanggung jawab pekerjaan adalah PPK Dinas Sumber Daya Air Provinsi
Sulawesi Tengah pada Bidang Perencanaan Teknik, sedangkan
Pengawas/Pendamping adalah petugas yang ditunjuk oleh Pemimpin/Kepala
Satuan Kerja untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan
yang dilakukan oleh pihak konsultan.
Tugas layanan keahlian terdiri dari satu tim yang menugaskan beberapa
tenaga ahli (Profesional) sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan Perencanaan Tersier D.I. Air terang di Kabupaten
Buol, terdiri atas beberapa disiplin keahlian bidang pekerjaan sebagai berikut :
JANGKA
JUMLAH
NO JABATAN WAKTU
ORANG
(Bulan)
1 Team Leader 1 3
2 Ahli Perencana Irigasi 1 3
3 Ahli Geodesi 1 2.5
4 Asisten Ahli Perencanaan 1 2
5 Asisten Ahli Geodesi 1 2
6 Surveyor 2 2
7 Draftman 1 3
8 Operator Komputer 1 3
9 Administrasi dan Keuangan 1 3
10 Tenaga Lokal 4 1
Untuk terjalinnya kerjasama yang baik diantara tenaga ahli dan tenaga
sub profesional maupun tenaga pendukung, maka perlu dimengerti sebelumnya
tugas dan tanggungjawab masing-masing personil sebagai berikut :
2. Draftman
Seorang juru gambar lulusan STM dengan pengalaman kerja
minimal 6 (enam) tahun dalam membuat gambar-gambar untuk
pekerjaan jaringan irigasi, sedangkan tugas utamanya adalah
membuat peta situasi serta trase saluran dan desain bangunan yang
telah di setujui oleh tim ahli serta pihak pengguna jasa.
Waktu yang diberikan oleh pengguna jasa yang sangat singkat yaitu
hanya 120 (seratus lima puluh) hari kalender dengan volume pekerjaan yang
cukup besar, maka diperlukan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan dan monitoring
yang sangat ketat, mengingat antara kegiatan satu dengan yang lainnya saling
terkait dan saling ketergantungan.