Anda di halaman 1dari 162

DINAS SUMBER DAYA AIR

PROVINSI SULAWESI TENGAH BIDANG


PERENCANAAN TEKNIK, KEGIATAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI.
Jalan : Prof Moh Yamin NO. 40 Palu – Sulteng, Telp (0451) 482 459 FAX. 482459

LAPORAN
PENDAHULUAN

PAKET PEKERJAAN :
PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR
TERANG

Kontrak Nomor :

02/SP/PPJI-BDSA/2015 Tanggal 18 Mei 2015

TAHUN ANGGARAN 2015

G
GEOMETRIC, CV

Konsultan
Teknik
LAPORAN PENDAHULUAN 2015

KATA PENGANTAR

Sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan “Perencanaan Tersier D.I. Air


Terang” berdasarkan Surat Perjanjian Kerja (Kontrak) No. 02/SP/PPJI-
BSDA/2015, tanggal 18 Mei 2015 antara Dinas Sumber Daya Air Provinsi
Sulawesi dengan CV. Geometric Konsultant Teknik. Maka bersama ini kami
sampaikan

LAPORAN PENDAHULUAN

Laporan ini berisi latar belakang, ruang lingkup, sasaran, maksud dan tujuan
pekerjaan, gambaran umum daerah studi, pendekatan umum dan metodologi serta
rencana kerja. Laporan ini juga dilengkapi dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
Harapan kami, laporan ini dapat bermanfaat untuk kegiatan dan rencana kerja
selanjutnya. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada instansi-instansi terkait
yang telah banyak membantu sehingga terselesaikan laporan ini. Saran, masukan
dan koreksi/kritik yang konstruktif sangat diharapkan untuk perbaikan laporan dan
antisipasi kegiatan selanjutnya.

Palu, Mei 2015

Naharuddin, ST
Team Leader

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG i


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv

BAB I : PENDAHULUAN I-1


1.1. Latar Belakang I-1
1.2. Maksud Dan Tujuan I-5
1.3. Sasaran I-5
1.4. Lokasi Kegiatan I-5
1.5. Nama Dan Organisasi Pengguna Jasa I-5
1.6. Sumber Pendanaan I-5
1.7. Lingkup Kegiatan I-6
1.8. Data Dan Fasilitas Penunjang I-17
1.9. Penyediaan oleh penyedia jasa I-17
1.10. Jangka Waktu Pelaksanaan I-17
1.11. Tenaga Ahli I-17
1.12. Proposal I-19
1.13. Keluaran I-21
1.14. Laporan I-21
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI KEGIATAN II-1
2.1. Geografis Administratif, dan Kondisi Fisik II-1
2.2. Demografi II-7
2.3. Sosial Dan Budaya II-10
2.4. Rencana Lokasi Kegiatan II-10
BAB III : PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN III-1
3.1. Pendekatan Teknis III-1
3.2 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan III-6
3.2.1 Kegiatan Persiapan III-6
3.2.2 Kegiatan Survey Lapangan III-8
3.2.3 Kegiatan Desain Rinci Jaringan Irigasi III-58
BAB IV : RENCANA PELAKSANAAN PEKERJAAN IV-1
4.1. Umum IV-1
4.2. Struktur Organisasi IV-2
4.3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan IV-7

LAMPIRAN

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I AIR TERANG


ii
LAPORAN PENDAHULUAN 2015

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kab. Buol II-1


Tabel 2.2. Jarak Antara Ibu Kota Kecamatan Dengan
Desa Di Kecamatan Tiloan Tahun 2013 II-4
Tabel 2.3. Bentuk Permukaan Tanah Menurut Desa
di Kecamatan Tiloan Tahun 2013 II-4
Tabel 2.4. Nama dan Panjang Sungai di Kecamatan Tiloan
Tahun 2013 II-5
Tabel 2.5. Nama dan Luas Waduk Menurut Desa di
Kecamatan Tiloan Tahun 2013 II-5
Tabel 2.6. Nama, luas wilayah perkecamatan dan jumlah
Kelurahan II-6
Tabel 2.7 Jumlah Hari dan Curah Hujan menurut bulan di
Kabupaten Buol Tahun 2013 II-6
Tabel 2.8 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Saat Ini dan
Proyeksinya Untuk 5 Tahun II-9
Tabel 2.9 Jumlah Fasilitas Pendidikan yang tersedia di
Kabupaten Buol II-10
Tabel 3.5. Harga Koefisien Kekasaran Bahan untuk
saluran tanah III-61
Tabel 3.6. Harga Koefisien Kekasaran Bahan untuk
saluran pasangan III-62
Tabel 3.7. Tinggi Jagaan dan lebar tanggul Minimum III-62
Tabel 3.8. Kemiringan Talud Minimum Untuk Saluran
Tanah saluran dipotong secara teratur. III-63
Tabel 3.9. Koefisien Kekasaran Strickler Untuk Saluran
Pembuang III-65
Tabel 3.10. Kemiringan Talud Untuk Saluran Pembuang III-66
Tabel 3.11. Koefisien  Untuk gorong-gorong pendek
(L < 20,00 m) III-74
Tabel 4.1 Susunan Tim Tenaga Ahli IV-3

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG


iiiiiiiii
LAPORAN PENDAHULUAN 2015

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Peta Kabupaten Buol II-2


Gambar 2.2 : Jumlah Penduduk Kabupaten Buol Menurut
Kecamatan Tahun 2013 II-8
Gambar 2.3 : Skema Jaringan Irigasi Eksisting II-9
Gambar 2.4 : Kondisi Bendung Air Terang Saat ini II-12
Gambar 2.5 : Bangunan Silang Yang Rusak II-13
Gambar 2.6 : Kondisi Bangunan Bagi / Bagi Sadap II-14
Gambar 2.7 : Kondisi Bangunan Tersier II-15
Gambar 2.8 : Kondisi Saluran Induk II-16
Gambar 2.9 : Luas Catchment Area II-17
Gambar 2.10: Saat Pengukuran Berlangsung II-17

Gambar 3. 1 : Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan III-2


Gambar 3.2 : Bagan Alir Pekerjaan Persiapan III-7

Gambar 3.3 : Konstruksi Bech Mark (BM) III-11

Gambar 3.4 : Sketsa Pengikatan ke titik tetap / levelling III-27

Gambar 3.5 : Titik pengambilan contoh air sungai III-27


Gambar 3.6 : Bagan Alir Pemeriksaan Data III-32

Gambar 3.7 : Bentuk dan Ukuran Core Box III-49

Gambar 3.8 : Grafik Koefisien K untuk debit tenggelam III-68


Gambar 3.9 : (Schmidt) Grafik Koefisien debit  masuk III-68
Gambar 3.10: permukaan pintu Grafik Koefisien debit untuk
aliran diatas III-69
Gambar 4.1 : skot balok
Struktur (Cv  1,0)Penyedia Jasa
Organisasi IV-3

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG


iviv
LAPORAN PENDAHULUAN 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk melaksanakan program Pemerintah disektor Ketahanan Pangan Nasional


dan Menindaklanjuti koordinasi antara Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat dengan Menteri Pertanian dalam rangka Sinkronisasi Program Pembangunan
1 (satu) juta Hektar dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi 3 (tiga) juta Hektar tahun 2015
s/d
2019. Maka perlu adanya upaya untuk mengantisipasi alih fungsi lahan pertanian
dan sekaligus meningkatkan produksi pertanian tanaman pangan dengan cara
memperluas lahan irigasi baru (ekstensifikasi) yang berada di Kawasan Timur
Indonesia khususnya Provinsi Sulawesi Tengah. Maka untuk itu daerah - daerah
yang mempunyai sumber daya alam yang berpotensi untuk daerah irigasi selalu
dievaluasi dan dikembangkan untuk lahan pertanian, guna pencapaian program
Pemerintah di sektor Ketahanan Pangan Nasional.

Irigasi merupakan komponen penting bagi kegiatan pertanian di


Indonesia yang sebagian besar berada di wilayah perdesaan. Indonesia
adalah negara yang sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian
dengan makanan pokoknya beras, sagu, dan ubi hasil produksi pertanian.
Kebijakan pemerintah dalam pembangunan sangat diperlukan untuk mendukung
sektor tersebut antara lain tentang pengelolaan sistem irigasi di tingkat usaha
tani telah ditetapkan dalam
2 (dua) landasan hukum yaitu UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air dan Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2006 tentang Irigasi.

Kedua landasan hukum tersebut, ditekankan bahwa pengelolaan sistem


CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 1
LAPORAN PENDAHULUAN 2015
irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab perkumpulan petani pemakai air
Artinya, segala tanggung jawab pengembangan dan pengelolaan
sistem

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 2


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

irigasi di tingkat tersier menjadi tanggung jawab lembaga perkumpulan


petani pemakai air (pada beberapa daerah dikenal dengan Mitra Cai, Subak,
HIPPA, Dharma Tirta) termasuk perkumpulan petani pemakai air tanah/P3AT.

Untuk itu, diperlukan kelembagaan P3A yang kuat, mandiri, dan berdaya
sehingga pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dapat terlaksana
dengan baik dan berkelanjutan, dan pada akhirnya mampu meningkatkan
produktivitas dan produksi pertanian dalam mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan petani dan ketahanan pangan nasional.

Irigasi menjadi pendukung keberhasilan pembangunan pertanian dan


merupakan kebijakan Pemerintah yang sangat strategis dalam pertumbuhan
perekonomian nasional guna mempertahankan produksi swasembada beras.
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2006 tentang irigasi pada
ketentuan umum bab I pasal 1 berbunyi irigasi adalah usaha
penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang
pertanian yang jenisnya adalah irigasi permukaan, rawa, air bawah
tanah, pompa, dan tambak. Untuk mengalirkan air sampai pada areal
persawahan diperlukan jaringan irigasi, dan air irigasi diperlukan untuk
mengairi persawahan, oleh sebab itu kegiatan pertanian tidak dapat terlepas dari
air. Menurut Mawardi dan Memed (2004) irigasi sebagai suatu cara mengambil
air dari sumbernya guna keperluan pertanian, dengan mengalirkan dan
membagikan air secara teratur dalam usaha pemanfaatan air untuk mengairi
tanaman.

Pemanfaatan sumber daya air pada dasa warsa terakhir ini dirasa semakin
bertambah besar, namun dibalik itu ketersediaan jumlahnya terbatas,
seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan aktivitas masyarakat
yang selalu meningkat, keterbatasan air bagi pertanian bukan saja terjadi
pada musim kemarau, namun di musim hujan pun bisa terjadi. Hal ini
disebabkan sebagian besar air hujan yang jatuh menjadi aliran permukaan dan
tidak termanfaatkan, sehingga ketersediaan air menjadi berkurang dalam skala
ruang dan waktu , keterbatasan air menyebabkan berkurangnya luas tanam,
jenis dan jumlah produksi pertanian. Untuk mengatasi masalah tersebut

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 3


LAPORAN PENDAHULUAN 2015
diperlukan prioritas dan efisiensi penggunaan air. Efisiensi penggunaan air
yang tinggi dalam hal

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 4


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

ini irigasi dapat terlaksana apabila manajemen operasional yang


ditetapkan tepat pada sasaran dan sarana jaringan irigasi yang mewadahi
baik jumlah maupun kualitasnya. Sarana yang dimaksud meliputi:
saluran air, bangunan penangkap air, bangunan sadap, bangunan bagi,
alat ukur debit dan bangunan-bangunan lainnya. Bangunan ukur debit memegang
peranan yang sangat penting dalam mendistribusikan air, sehingga diperoleh
jumlah air yang diberikan akan sama jumlah air yang dibutuhkan. Apabila
jumlah air yang diberikan lebih besar yang diminta, maka efisiensinya rendah
sehingga penggunaan air boros, terbuang secara percuma. Demikian juga
sebaliknya, jika jumlah air yang tidak mencukupi untuk kebutuhan tanaman
pertanian akan berakibat produktifitas hasil pertanian menurun. Dengan demikian
bangunan ukur debit harus tepat dalam memberikan jumlah air sesuai yang
dibutuhkan.

Melalui kebijakan tentang pengelolaan sistem irigasi di tingkat usaha tani yaitu
UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah No. 20
Tahun 2006 tentang Irigasi, partisipasi dan peran serta petani dalam
pengelolaan irigasi dapat semakin ditingkatkan dan dilakukan dalam setiap
tahapan kegiatan sejak perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pemantauan dan evaluasi, pemanfaatan hasil, dan pembiayaannya, sehingga
petani mempunyai rasa memilki dan rasa tanggung jawab (sense
of belonging and sense of responsibility) terhadap hasil pembangunan
sarana dan prasarana irigasi tersebut. Dengan demikian, melalui
pengelolaan irigasi diharapkan mampumenciptakan petani dan P3A
yang kuat dan mandiri sekaligus menjadi penopang pembangunan
pertanian dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di wilayah
perdesaan.

Salah satu daerah Irigasi penghasil padi kabupaten Buol adalah daerah
irigasi Air Terang Kecamatan Tiloan, yang merupakan daerah transmigrasi dari
Jawa dan Bali. Guna mendukung misi terwujudnya kecukupan dan
ketahanan pangan, khususnya untuk ketahanan pangan, keperluan konsumsi
lokal dan mengimbangi peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Buol
Khususnya, Dinas Sumber Daya Air Daerah Provinsi Sulawesi
CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 3
LAPORAN PENDAHULUAN 2015
melaksanakan berbagai program antara lain melalui program Pengembangan
dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa Dan Jaringan Pengairan Lainnya.
Program tersebut

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 4


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

selain diarahkan untuk menunjang misi pemantapan ketahanan pangan juga


diarahkan untuk mendukung upaya- upaya pemerintah dalam rangka
peningkatan kesejahteraan petani, meningkatkan ketahanan pangan, penciptaan
lapangan kerja, peningkatan kualitas lingkungan hidup khususnya di daerah
perdesaan dan pengentasan kemiskinan. Agar pengelolaan irigasi bisa menjadi
efektif maka pemanfaatannya harus diatur sedemikian rupa agar sumber daya
air yang ada bisa terjaga kuantitas dan kualitasnya. Untuk itu diperlukan
suatu pengelolaan dan perawatan terhadap bangunan utama (headworks) beserta
bangunan - bangunan pelengkapnya dengan mempertimbangkan hal- hal sebagai
berikut :
1. Bangunan yang direncanakan harus memperhatikan kesesuaian dengan
fungsi yang diharapkan.
2. Kemudahan perencanaan dan
pelaksanaannya.
3. Kemudahan eksploitasi dan pemeliharaan.
4. Bangunan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi
5. Bangunan harus memperhatikan lingkungan dan kearifan
lokal

Bertitik tolak pada uraian di atas, maka perlu dilakukan suatu kegiatan
pengembangan terhadap daerah irigasi tersebut secara optimal, efektif dan
efisien dari segala aspek, sehingga dapat meningkatkan produktifitas
masyarakat sekitarnya, khususnya disektor pertanian tanaman pangan di
samping agar sumber daya air yang tersedia bisa dikelola dengan baik. Oleh
karena itu, pada tahun anggaran 2015, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
melalui Dinas Sumber Daya Air Provinsi Sulawesi Tengah pada Bidang
Perencanaan Teknik, Kegiatan Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi
bermaksud melakukan Perencanaan Tersier Daerah Irigasi Air Terang, guna
mewujudkan pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya air serta irigasi di
wilayah tersebut khususnya dalam rangka mendukung misi peningkatan
ketahanan pangan di Kabupaten Buol.

Pengembangan lahan pertanian secara terpadu dan menyeluruh dilakukan


dengan perencanaan detail desain daerah irigasi. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini
konsultan diharapkan melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait untuk
mendapatkan hasil perencanaan yang baik sehingga dapat berhasil tepat guna
CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 4
LAPORAN PENDAHULUAN 2015
ekonomis dan efisien.

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 5


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

1.2 Maksud Dan Tujuan

Maksud dari pekerjaan ini adalah mengadakan penyusunan Perencanaan


Tersier Daerah Irigasi Air Terang.

Tujuan dari pekerjaan ini adalah membuat Desain dan gambar Detail
Perencanaan Tersier dan juga meliputi Dokumen Tender dan Spesifikasi Teknis
pelaksanaan pekerjaan yang akan dipakai dalam kegiatan pelaksanaan konstruksi
nantinya.

1.3 Sasaran

Sasaran dari pekerjaan ini adalah pengembangan daerah irigasi yang


berpotensi untuk dikembangkan Petak Petak tersier yang dapat menambah luas
fungsional di daerah irigasi dan Atau Petak Tersier Yang belum Lengkap Sesuai
Perencanaan Desain Tersier seluas 250 Ha. Hal ini guna peningkatan produksi
pertanian tanaman pangan dan peningkatan pendapatan masyarakat petani di
daerah tersebut.

1.4 Lokasi Kegiatan

Kegiatan jasa konsultansi ini dilaksanakan di wilayah Desa Air Terang,


Kecamatan Tiloan, Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Tengah.

1.5 Nama dan Organisasi Pengguna Jasa

Dinas Sumber Daya Air Provinsi Sulawesi Tengah pada Bidang Perencanaan
Teknik, Kegiatan Perencanaan Pembangunan Jaringan Irigasi.

1.6 Sumber Pendanaan

Untuk pelaksanaan kegiatan ini diperlukan biaya kurang lebih Rp. 199.725.000,
(Seratus Sembilan Puluh Sembilan Juta Tujuh Ratus Dua Puluh Lima Ribu Rupiah)
termasuk PPn dibiayai APBD Tahun Anggaran 2015.

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 6


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

1.7 Lingkup Kegiatan

Secara umum ruang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah


seluruh kegiatan / pekerjaan pengumpulan data meliputi :
1. Pengukuran dan Perencanaan Jaringan Tersier
2. Layout Petak tersier
Untuk menentukan layout, aspek-aspek berikut :
 luas petak tersier
 batas-batas petak tersier
 bentuk yang optimal
 kondisi medan
 jaringan irigasi yang ada
 operasi jaringan.
3. Perencanaan Saluran Tersier
4. Perencanaan Box Tersier
5. Perencanaan bangunan Pelengkap
Untuk mencapai maksud dan tujuan pekerjaan tersebut maka perlu dilakukan
tahapan kegiatan sebagai berikut :
1.7.1 Pengukuran dan Perencanaan Jaringan Tersier
1. Kegiatan persiapan
a. Pengumpulan data sekunder dan program kerja meliputi :
 Pengakajian tata letak jaringan irigasi (bilamana sudah ada)
 Pengakajian desain jaringan utama/tersier (bilamana sudah ada)
 Pengakajian peta kesesuaian lahan (bilamana sudah ada)
 Pengakajian peta tata guna lahan (bilamana sudah ada)
 Pengakajian data hidrologi, ketersediaan air dan genangan banjir
 Penyiapan program kerja
b. Pengumpulan data sekunder dan program kerja meliputi :
 Program kerja survey (jadwal kerja dan personil)
 Pembuatan peta kerja
 Pemeriksaan alat survey
c. Pembuatan Laporan Pendahuluan

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 7


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

2. Kegiatan Survey Lapangan


3. Pembuatan Peta Petak

Menyusun peta petak berdasarkan system planning untuk


keseluruhan areal yang akan diairi yang akan mengintegrasikan rencana
perluasan jaringan irigasi dengan jaringan irigasi yang sudah ada.

a. Perkiraan volume dan estimasi biaya

Konsultan harus menghitung perkiraan volume dari pekerjaan


secara keseluruhan, berikut perhitungan unit price tiap-tiap komponen
dan menyusun engineering estimate seluruh komponen. Dalam
menghitung unit price harus mempertimbangkan metoda kerja,
peralatan dan tenaga yang digunakan. Uraian terperinci mengenai
metoda kerja, alat dan bahan yang digunakan untuk tiap komponen
harus dilampirkan.

b.Saran Operasional dan Pemeliharaan

Konsultasi diwajibkan untuk membuat saran yang berkaitan


dengan Operasional dan Pemeliharaan komponen bangunan-bangunan
sesuai dengan konsep rencana yang telah disusun dengan
memperhatikan kondisi dan situasi proyek yang bersangkutan.

c. Spesifikasi Teknis

Bangunan-bangunan yag sudah didesain harus dilengkapi dengan


Spesifikasi Teknis untk dipakai sebagai pedoman pelaksanaan lapangan.

1.7.2 Perencanaan Petak Petak

1. Umum

Faktor-faktor yang perlu diperhitungkan dalam pembuatan petak -


petak, antaranya ialah:

a. Keadaan topografi rencana daerah irigasi


b. Pengaturan sistem pemberi dan sistem drainase serta notasi-notasi
yang jelas
CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 8
LAPORAN PENDAHULUAN 2015

c. Luas daerah irigasi yang dikembangkan sesuai dengan areal potensial


yang ada serta mempertimbangkan perhitungan water balance dan
tanah pertaniannya
d. Pemanfaatan system irigasi yang ada, kalau memungkinkan
e. Sisem tata guna tanah yang ada dan peningkatan pemanfaatannya di
kemudian hari
f. Keadaan geologi dan sifat serta jenis tanah di lokasi rencana daerah
irigasi
g. Rencana pengembangan areal irigasi secara keseluruhan.

Dalam pembuatan petak-petak perlu dipaerhatikan pemanfaatan


jalan inspeksi yang efisien. Demikian juga mengenai tanda/symbol yang
dipakai, misalnya untuk system pembagian petak, system pemberi dan
pembuang serta jalan inspeksinya, supaya disesuaikan dengan pedoman
yang telah diberikan oleh Direktorat Irigasi dalam hal ini Standar
Perencanaan Irigasi KP.05.

2. Analisa Hydrologi dan Water Balance

Untuk menetapkan/mengetahui seberapa jauh besarnya (luasnya)


daerah irigasi yang dapat dikembangkan, perlu adanya perhitungan
kemampuan air tersedia untuk daerah bersangkutan. Kebutuhan air untuk
tanaman yang diperhitungkan disini adalah kebutuhan air untuk tanaman
padi. Dalam point ini perlindungan harus meliputi :

a. Perhitungan water requiretment


b. Water Avalability
c. Water Balance

3. Kegiatan Inspeksi Lapangan Terinci

a. Rencana lokasi bangunan pengambilan yang akan dijadikan dasar


dalam penyusunan skema jaringan pendahuluan
b. Peta DI. Pendahuluan skema jaringan pendahuluan dan inventarisasi
jaringan harus diperiksa dengan berjalan kaki sepanjang semua
saluran bersama dengan harus dibuat catatan terinci dan sketsa serta

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 9


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

pemotretan dari setiap bangunan permanent dan ruas saluran yang


kritis
c. Batas petak tersier yang ada diusulkan pada peta DI. harus diperiksa di
lapangan dan dikoreksi seperlunya
d. Beberapa hal yang penting diperlukan untuk diidentifikasi, bagian yang
kritis dari saluran yang perlu diberi pasangan atau diperbaiki.

Konsep daftar pekerjaan untuk perbaikan atau pembuatan saluran


dan bangunan harus disusun dilapangan dengan mempergunakan formulir
standar.

a. Laporan Kegiatan Inspeksi Lapangan akan menjadi dasar kesempatan


seluruh pihak yang bersangkutan terhadap segala perubahan pada
jaringan irigasi oleh karena itu perlu diuraikan secara jelas seluruh usulan
perubahan pada jaringan, petak tersier, pembagian penjelasan mengenai
pekerjaan baru yang diusulkan
b. Dari hasil inspeksi lapangan terinci, dipersiapkan gambar skema jaringan
yang ada yang sudah diperbaiki dan peta DI yang sudah diperbaiki
dengan memperlihatkan jaringan yang sesungguhnya dilapangan
c. Berdasarkan hasil studi dan jaringan yang ada untuk menentukan
dimana distribusi dan pengaturan air serta pengukuran debit dapat
ditinggalkan, harus dibuat suatu peta DI yang memperlihatkan jaringan
irigasi yang diusulkan dan didiskusikan dengan staf Dinas Pengairan dan
aparat desa setempat
d. Luas petak-petak tersier yang ada dan diusulkan harus diukur dari peta
yang sudah diperbaiki dengan menggunakan planimeter, dan diberi
penjelasan untuk setiap perbedaan tersebut
e. Skema jaringan irigasi yang diusulkan harus disiapkan dengan
memperlihatkan saluran.

4. Diskusi Draft Petak Tersier Dan Bangunan Bagi Bangunan Bagi Sadap/
Bangunan Bagi Sadap

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 10


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

Usulan-usulan dalam konsep laporan system planning akan didiskusikan


pada pertemuan khusus, terutama penerimaan atau perubahan konsep
laporan secara resmi akan disetujui oleh Dinas Pengairan. Notulen rapat
akan dibuat dan dibagikan kepada seluruh pihak yang berkepentingan.

7.1.3 Perencanaan Detail Jaringan Tersier:

1. Umum

Dalam merencanakan Perencanaan Tersier hendaknya


memperhatikan, mencermati dan menganalisa jaringan utama
diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Saluran utama, sekunder dan saluran muka


b. Bangunan bagi/sadap
c. Bangunan silang (gorong-gorong, siphon, talang dan atau lainnya)
d. Jembatan dan jalan inspeksi

Untuk merencanakan saluran dan bangunan-bangunan tersebut


diperlukan data-data :

a. Data Cathment area alur-alur yang ada


b. Data curah hujan
c. Struktur yang akan dilalui saluran
d. Data vegetasi commending area
e. Debit rencana saluran dihitung dengan mus :
ru
.
=

Dimana :

Q = Debit rencana
C = Koefisien pengurangan karena adanya system golongan
NFR = Kebutuhan bersih (netto) air sawah mm/det Ha
A = Luas daerah yang diairi keseluruhan
e = Efisiensi irigasi secara keseluruhan

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 11


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

Efisiensi lengkung kapas itas k apasitas tegal keseluruhan tidak lagi


digunakan perumusan Strickler dapa diuraikan sebagai berikut :
t
= .

=
1
=

Dimana :

Q = Debit (m3/dt)
A = Luas penampang saluran (m2)
V = Kecepatan (m/dt)
R = Hidraulic Radius (m)
I = Kemiringan saluran
K = Koefisien kekasaran Strickler
n = Koefisien kekasaran Manning

2. Skope Pekerjaan Perencanaan Tersier :

a. Perhitungan saluran (normal atau pasangan)


b. Perhitungan bangunan Box Tersier , Box Kuarter
c. Perhitungan bangunan-bangunan pelengkap
d. Perhitungan pintu-pintu air Penggambaran dan rencana bangunan dan
saluran Spesifikasi teknis dan program pelaksanaan (metode
pelaksanaan)
e. Rencana Anggaran Biaya.

3. Perencanaan Saluran

Sistem pembagian air yang akan diterapkan merupakan masalah


pokok sebelum jaringan tersier dapat direncana. Ada tiga sistem
pembagian air, yakni :

a. pengaliran secara terus-menerus


b. rotasi permanen
c. kombinasi antara pengaliran secara terus-menerusdan rotasi.

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 12


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

Perhitungan dan perencanaan saluran harus mengikuti standar


perencanaan irigasi KP.05 untuk menetapkan dimensi saluran tersier
tetapi bila memang keadaan medan tidak memungkinkan untuk
ditetapkan rumus Strikler tersebut, dapat dipakai perumusan lainnya
yang sesuai dan yang berlaku dalam perencanaan saluran irigasi. Pada
saluran utama/sekunder perlu dilengkapi dengan jalan inspeksi dengan
ukuran lebar 5,00 dan perkerasan 3,00 m. Perkerasan jalan inspeksi
tersebut dibuat dari komposisi tanah dan pasir dengan ketebalan antara
0,15 m s/d 0,20 m, dengan melihat keadaan setempat, jika
memungkinkan dapat direncanakan adanya gebalan untuk saluran
utama.

d. Perencanaan Bangunan Box

 Bangunan Box direncanakan dengan konstrusi yang permanent,


dilengkapi dengan pintu-pintu air dan kalau perlu dilengkapi dengan
skimingwall
 Pintu-pintu yang mempunyai fungsi-fungsi untuk membagi air ke
sawah
e. Perencanaan Bangunan Terjun dan Got Miring

 Pada keadaan medan miring, sehingga kecepatan air menjadi


sangat tinggi, maka salah satu alternative untuk mematahkan energi
air adalah dengan membuat bangunan-bangunan terjun
 Bangunan terjun tegak dibuat dengan perbedaan tinggi energi
maksimum (Z) = 1,50 m. dan bila terlalu banyak terjunan yang
digunakan maka perlu dipertimbangkan dengan Bangunan Got
Miring.
 Pemilihan alternative harus didasarkan pada keadaan yang secar
teknis dipertanggungjawabkan dan dalam segi pembiayaan lebih
ekonomis.

f. Perencanaan Bangunan Silang

 Bangunan-bangunan silang yang direncanakan harus permanent

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 13


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

 Pemilihan type bangunan silang tergantung pada :


 Catchment area alur/lembah yang menyilang saluran
 Bahan konstruksi
 Sejauh mungkin, kecuali tidak bisa dihindari lagi, dihindari
pemakaian bangunan siphon.

g. Penggambaran Bangunan

 Gambar denah dengan skala 1 : 100, 1 : 200


 Gambar memanjang dan melintang skala 1 : 100, 1 : 200
 Gambar detail dengan skala 1 : 5, 1 : 10, 1 : 50
Catatan :
 Pada gambar harus dicantumkan elevasi-elevasi medan dan
bangunan- bangunan dengan jelas dan demikian juga legenda
harus tercantum.

h. Desain Saluran Pembuang

Sebagai kelanjutan dari hasil pengukuran situasi dan trace saluran,


dilakukan pekerjaan desain saluran pembuang, beserta bangunan
airnya, dengan memperhatikan :

 Kriteria desain
 Debit rencana saluran
 Rumus debit yang digunakan

1.7.4 Pengawasan dan Pemeriksaan Pekerjaan

1. Pengawasan

Pengawasan pekerjaan pengukuran adalah Direksi/Pengawas yang


bersangkutan atau petugas yang ditunjuk. Informasi yang harus
diserahkan/diperiksa oleh Konsultan kepada Direksi adalah sebagai
berikut:

a. Sebelum pekerjaan dimulai :

 Daftar nama Team/Surveyor yang melaksanakan pekerjaan


pengukuran besert orang-orangnya.

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 14


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

 Daftar alat ukur serta alat lainnya yang dipergunakan dalam


melaksanakan pekerjaan untuk diperiksa jenis /tipe dan ketelitian
alat ukur tersebut.

b. Pada saat pekerjaan berlangsung :

 Photo copy buku ukur/data hasil pengukuran diserahkan secara


periodik

2. Pemeriksaan Pekerjaan

Pemeriksaaan pekerjaan pengukuran adalah Direksi


Pekerjaan/Pengawasan Pekerjaan yang ditunjuk oleh Pemberi Pekerjaan.
Informasi yang harus diserahkan/diperiksakan oleh konsultan kepada
pemeriksa pekerjaan ialah :

a. Tahap I :

Setelah pekejaan pengukuran kerangka polygon dan waterpass


selesai 100% atau setelah pekerjaan pengukuran seluruhnya selesai
50% :

 Data hasil pengukuran polygon dan waterpass dalam buku ukur asli
dan photocopynya.
 Pengecekan hasil pengukuran (cross check) polygon dan waterpass
pada beberapa seksi pengukuran oleh petugas yang ditunjuk .
 Dan apabila cross check ternyata kesalahan yang ada melampaui
batas toleransi yang diijinkan, maka pengukuran harus diulang.

b. Tahap II :

Setelah pekerjaan pengukuran seluruhnya telah selesai 100%


yang harus diserahkan/diperiksa ialah seluruh data hasil pengukuran
dan perhitungan polygon ,waterpasss, titik-titik detail dan lain-laindalam
buku ukur asli dan photo copynya diserahkan kepada pemeriksa.

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 15


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

c. Tahap III :

1. Setelah gambar – gambar sementara hasil pengukuran selesai 100%


maka gambar-gambar tersebut harus diserahkan/diperiksa untuk
mendapatkan persetujuan dari pengawas dan pemeriksa.
2. Diadakan pengecekan lapangan untuk melihat dan memeriksa
kebenaran antar peta situasi dengan keadaan lapangan.

d. Tahap IV :

Setelah gambar/peta situasi selesai 100%, maka untuk


memudahkan dan mempercepat waktu pemeriksaan, sebaiknya
konsultan menyerahkan gambar situasi secara periodic (tidak ditumpuk
dan ditunggu selesai semua).

e. Tahap V :

Pemeriksaan ulang dilakukan oleh pemeriksa setelah gambar-


gambar yang terdapat kesalahan atau kekurangan diperbaiki kembali
oleh konsultan.

3. Pemeriksaan Peralatan dan Data Ukur

a. Alat Ukur
 Sebelum alat ukur dipergunakan di lapangan telebih dahulu alat –
alat tersebut ditunjukan kepada Direksi/Pengawas pemeriksa untuk
diperiksa kondisi dan persyaratannya.
 Bagi alat ukur yang memenuhi persyaratan, maka alat tesebut akan
diperiksa dan dikalibrasi oleh Direksi dan dianjurkan untuk
dipergunakan di lapangan hanyalah alat yang hasil kalibrasinya baik.

b. Data Ukur

 Data ukur di lapangan sinyatakan syah apabila disaksikan dan di


paraf oleh Pengawas Pekerjaan, serta data ukur yang telah diparaf
oleh pengawas pekerjaan tidak diperbolehkan untuk dirubah,
ditambah atau dikurangi lagi.

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 16


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

 Sehubungan dengan hal tersebutdiatas maka sebelum memulai


pekerjaan, terlebih dahulu Konsulan harus menghubungi pengawas
pekerjaan masing-masing daerah irigasinya.
 Penulisan data ukur harus menggunakan ballpoint bertinta hitam,
kesalahan harus dicoret satu kali sehingga masih bias dibaca dan
penimpahan angka serta penghapusan tidak dibenarkan.
 Pada saat pelaksanaan pekerjaan pengukuran tiap - tiap lembar
formulir yang digunakan harus dilengkapi dengan data : nama juru
ukur, tanggal, halaman, merk, nomor dan type alat, tinggi alat dan
penjelasan lainnya.
 Sehubungan dengan ketentuan diatas, maka Konsultan harus
menunjukan salah satu stafnya yang ditugaskan untuk menyerahkan
data-data tersebut dan nama petugasnya harus diserahkan kepada
Pengawas Lapangan.

4. Syarat-syarat Umum

a. Dalam hal terdapat syarat-syarat teknis yang belum tercakup dalam


syarat-syarat teknis ini atau terjadi keraguan atau perbedaan pendapat
dalam menafsirkannya, maka Konsultan harus berpedoman pada
STANDAR PERENCANAAN IRIGASI yang dikeluarkan oleh Dirjen
Pengairan Departemen PU utamanya KP. 05 dan Harus
mempertimbangankan KP.01, KP.01, KP.01, Dll. Kriteria dan
standar perencanaan yang digunakan dalam perencanaan harus sesuai
dengan standar yang berlaku di Indonesia. Standar dari Negara lain
dapat digunakan dengan persetujuan pemberi pekerjaan.
b. Kriteria dan standar perencanaan tersebut tidak mengurangi
pertimbangan professional seorang Perencan. Seorang Perencana dapat
menyimpang dari standar yang ada jika penyimpangan tersebut dapat
dibuktikan dari tanggung jawab terhadap hasil perencanaan secara
keseluruhan.

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 17


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

c. Penggunaan Standar-standar perencanaan dalam pekerjaan ini, tidak


mengurangi dan tidakakan membebaskan Perencana dari tanggung
jawab terhadap hasil perencanaan secara keseluruhan.

1.8. Data Dan Fasilitas Penunjang

Data dan fasilitas yang disediakan oleh penyedia jasa yang dapat
digunakan dan harus dipelihara oleh penyedia jasa :
1. Laporan dan Data (bila ada) Kumpulan laporan dan data sebagai hasil studi
terdahulu serta photografi (bila ada).
2. Akomodasi dan Ruangan Kantor (bila ada)
3. Staf Pengawas/Pendamping.
4. Fasilitas yang disediakan oleh pengguna jasa yang dapat digunakan oleh
penyedia jasa (bila ada)

1.9. Penyediaan oleh penyedia jasa

Penyedia jasa harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas dan


peralatan yang dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan.

1.10. Jangka Waktu Pelaksanaan

Jangka waktu pelaksanaan pekejaan penyusunan Perencanaan tersier


DI. Air Terang ini adalah 120 (seratus dua puluh) hari kalender,
terhitungsejak Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan.

1.11. Tenaga Ahli


Tenaga Ahli yang ditugaskan oleh konsultan dalam pekerjaan ini harus
mampu didalam tugasnya masing-masing. Seluruh pekerjaan yang
dilaksanakan berada dibawah tanggung jawab seorang Insinyur yang
ditugaskan sebagai Team Leader. Syarat yang harus dipenuhi masing-masing
dijelaskan sebagai berikut :

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 18


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

1. Team Leader

Seorang Sarjana Teknik Sipil dengan pengalaman kerja minimal 6


(enam) tahun dalam pekerjaan perencanaan dan desain jaringan irigasi
termasuk pengalaman sebagai Team Leader minimal 2 (dua) tahun. Staf yang
direkomendasikan untuk memenuhi kedudukan ini harus bermotifasi tinggi,
memiliki kemampuan memimpin dan dapat bekerja sama dengan pihak lain.
Ia juga harus dapat memecahkan persoalan yang mungkin timbul dan
memiliki serta menunjukan ; Lulus perguruan tinggi PTN/PTS (yang telah
diakreditasi dibuktikan dengan salinan ijazah), Tanda keanggotaan profesi ,
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan bukti bayar pajak pribadi, Copy Kartu
Tanda Penduduk, Sertifikat Keahlian (SKA) pengalaman dibidangnya dengan
referensi pengguna jasa dan Kursus.

2. Tenaga Ahli Perencanaan Irigasi

Seorang Sarjan Teknik Sipil dengan pengalaman kerja minimal 4


(empat) tahun dalam pekerjaan perencanaan desain jaringan irigasi dan
drainase. Ia harus mampu mempersiapkan dan mengawasi semua aspek dari
pekerjaan desain, dan memiliki serta menunjukan ; Lulus perguruan tinggi
PTN/PTS (yang telah diakreditasi dibuktikan dengan salinan ijazah), Tanda
keanggotaan profesi, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan bukti bayar pajak
pribadi, Copy Kartu Tanda Penduduk, Sertifikat Keahlian (SKA) pengalaman
dibidangnya dengan referensi pengguna jasa dan Kursus.

3. Tenaga Ahli Geodesi

Seorang Sarjana Teknik Geodesi dengan pengalaman kerja minimal 6


(enam) tahun dibidang perencanaan irigasi, mampu mengatasi hambatan -
hambatan yang berhubungan dengan pengukuran serta menyiapkan peta
topografi berdasarkan criteria dan petunjuk-petunjuk yang diberikan. Dan
memiliki serta menunjukan ; Lulus perguruan tinggi PTN/PTS (yang telah
diakreditasi dibuktikan dengan salinan ijazah), Tanda keanggotaan profesi,
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan bukti bayar pajak pribadi, Copy Kartu

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 19


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

Tanda Penduduk, Sertifikat Keahlian (SKA) pengalaman dibidangnya dengan


referensi pengguna jasa dan Kursus.

4. Tenaga Asisten Perencana Irigasi

Seorang Sarjana Teknik Sipil dengan pengalaman kerja sekurang-


kurangnya 6 (enam) tahun dalam pekerjaan perencanaan dan jaringan
irigasi. Dan memiliki serta menunjukan ; Lulus perguruan tinggi PTN/PTS
(yang telahdiakreditasi dibuktikan dengan salinan ijazah), Tanda keanggotaan
profesi , Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan bukti bayar pajak pribadi,
Copy Kartu Tanda Penduduk, Sertifikat Keahlian (SKA) pengalaman
dibidangnya dengan referensi pengguna jasa dan Kursus.

5. Surveyor
Seorang lulusan STM/PTSP dengan pengalaman kerja minimal 6 (enam)
tahun dalam melaksanakan pengukuran dan pemetaan pekerjaan irigasi dan
drainase.

6. Draftman

Seorang juru gambar lulusan STM dengan pengalaman kerja minimal 6


(enam) tahun dalam membuat gambar-gambar untuk pekerjaan jaringan
irigasi.

1.12. Proposal
Perusahaan Konsultan yang akan melaksanakan pekerjaan diharuskan
membuat dan menyerahkan suatu rencana lingkup pelaksanaan yang
menunjukan/menguraikan metoda, analisa teknis pelaksanaan,tanggapan
terhadap TOR dan urutan pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Uraian setiap aktivitas harus rinci dan waktu maksimum yang diusulkan tidak
boleh melebihi yang ditetapkan dalam Dokumen Undangan.

1. Proposal Teknis

Proposal yang dibuat harus khusus untuk pekerjaan yang


dilelangkan. Uraian membahas antara lain :

a. Pengertian terhadap TOR

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 20


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

b. Tanggapan terhadap TOR


c. Metode pelaksanaan

2. Personil

Personil yang diusulkan harus mempunyai kapasitas kerja yang


cukup untuk melaksanakan tugas dalam paket pekerjaan ini, suatu keahlian
dan pengalaman harus sesuaidengan yang disyaratkan dalam TOR. Jadwal
yang diusulkan harus mencakup seluruh aktivitas yang dilakukan baik
dilapangan, dikantor maupun dilaboratorium, sesuai dengan man-month
yang ditetapkan.

3. Peralatan

Konsultan harus mencantumkan daftar peralatan yang akan


digunakan sesuai dengan persyaratan tiap jenis pekerjaan yang diminta
oleh Direksi. Jumlah peralatan harus diperhitungkan teradap waktu yang
tersedia.

4. Harga Pekerjaan

Harga yang diusulkan oleh Pihak Konsultan harus terurai secar rinci
sesuaiformat yang telah ditetapkan, meliputi biaya operasional di kantor,
lapangan dan laboratorium. Billing Rate diusulkan dengan memperhatikan
keahlian dan masa kerja untuk tiap-tiap personil. Harga pekerjaan harus
dihitung untuk tiap-tiap jenis pekerjaan dan jumlah keseluruhan. Biaya
peralatan harus dibedakan anatara jenis yang diperhitungkan terpakai dan
diperhitungkan sewa.

5. Jadwal Pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan yang menggambarkan macam pekerjaan dan


waktu yang diperlukan. Waktu maksimum yang diajukan sesuai dengan
maksimum yang ditentukan oleh Direksi.

6. Profil Perusahaan

Misi dan Visi dari perusahaan serta pengalaman dan dukungan


peralatan yang dibuktikan dengan bukti pembelian.

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 21


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

1.13. Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah
1. Produk gambar situasi Detail
2. Gambar-gambar Jaringan Tersier beserta bangunan pelengkapnya
3. Spesifikasi Teknis dan Nota Perhitungan Desain
4. Perkiraan Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan Konstruksi
5. Buku-buku Laporan.

1.14. Laporan
Jenis laporan yang harus diserahkan kepada pengguna jasa diantaranya
adalah sebagai berikut. :
1. Laporan Pendahuluan, berisi :
a. Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh;
b. Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya;
c. Jadual kegiatan penyedia jasa.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak SPK
diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.
2. Laporan Bulanan, berisi :
a. Prosentasae kemajuan fisik pekerjaan
b. Rencana pelaksanaan bulan berikutnya
c. Masalah yang ada dan lain-lain yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya tanggal 25 setiap bulan
sebanyak 5 (lima) buku laporan.
3. Laporan Antara/Interim Report, berisi :
Hasil sementara pelaksanaan pekerjaan baru dilaporkan selambat-
lambatnya 2 (dua) bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku
laporan.
4. Konsep Laporan Akhir (Draft Final Report), berisi :
Merupakan rangkuman dari seluruh kegiatan yang dikerjakan. Konsep
Laporan Akhir ini harus didiskusikan dan disepakati oleh pihak yang
bersangkutan, jika perlu (atas permintaan Direksi/Pemberi Pekerjaan)

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 22


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

diadakan ekspose agar mendapatkan koreksi dan masukan-masukan,


sebagai dasar pembuatan Laporan Akhir (Final Report sebanyak 5 (lima)
buku laporan.

5. Laporan Akhir (Final Report), berisi :

Laporan ini harus merangkum tanggapan serta perubahan yang


disepakati dan meliputi :

a. Kesimpulan dan Saran (Executive Summary) sebanyak 5 (lima) buku


laporan. Kesimpulan dan saran ini harus didahului dengan penyerahan
laporan yang menyatakan pokok-pokok kesimpulan dan saran. Laporan
akhir ini merupakan sari/inti dari laporan utama (Main Report) secara
ringkas beserta biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
konstruksinya.
b. Laporan Utama (Main Report) sebanyak 5 (lima) buku laporan Berisi
rangkaian seluruh kegiatan survey dan perencanaan yang telah
dilaksnakan, desain jaringan utama yang diusulkan beserta metoda dan
hasil-hasil perhitungannya.

6. Laporan Pengukuran dan Gambar Laporan pengukuran dan gambar yang


harus diserahkan meliputi :
a. Gambar situasi detail desain .
b. Gambar situasi detail trase jaringan tersier.
c. Buku Ukur; 1 (satu) set asli, 3 (tiga) set copy.

7. Laporan Nota Desain

Laporan Perhitungan dan Nota Desain Perencanaan tersier DI.Air


Terang sebanyak 5 (lima) buku laporan. Laporan ini berisi perhitungan
hidraulik saluran dan bangunan dalam saluran, perhitungan struktur
bangunan serta dasar-dasar konsep.

perencanaannya yang dilengkapi nota desain. Perhitungan volume


pekerjaan dan perkiraan biayasebanyak 5 (lima) buku laporan. Gambar
perencanaan :

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 23


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

a. Kalkir asli (1 rangkap)


b. Cetakbiru/blueprint ukuran A3 (5 rangkap)

8. Dokumen Tender sebanyak 5 (lima) rangkap buku laporan terdiri dari :

Volume 1 : Syarat Administrasi


Volume 2 : Syarat Teknis (Spesifikasi Teknis)
Volume 3 : Bill Of Quantity
Volume 4 : Gambar Rencana ukuran A3

9. Buku Pedoman Operasi dan Pemeliharaan sebanyak 5 (lima) buku laporan


dan Laporan Lain nya. Sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya ( RAB ).

10.Diskusi dan Sosialisasi

Diskusi / Sosialisasi Pekerjaan meliputi diskusi persiapan pekerjaan


lapangan (dengan Direksi dan Pengawas ) dilanjutkan dengan Diskusi
Laporan Pendahuluan, Diskusi Laporan Antara, Diskusi draft laporan akhir
dan Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM).

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG I - 24


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

BAB II
GAMBARAN UMUM
LOKASI PEKERJAAN

2.1. Geografis Administratif, dan Kondisi Fisik

2.1.1 Geografis

Secara geografis wilayah Kabupaten Buol terletak di ujung utara


Provinsi Sulawesi Tengah dengan letak astronomisnya 0,35° - 1,20° lintang
utara dan 120,12° - 122,09° bujur timur, da Secara fisiografi, wilayah
Kabupaten Buol berada di antara jajaran vulkanik lengan utara (northern
volcanic ranges) dengan wilayah pegunungan bagian tengah (central
mountains) dari Pulau Sulawesi.

Morfologi wilayah ini sebagian merupakan perbukitan dengan relief


sedang, sebagian besar yang berelief tinggi terutama pada bagian selatan.
Sebagian lagi berelief rendah yang umumnya berupa dataran alluvial dan
wilayah-wilayah pesisir pantai, atau bagian utara Kabupaten Buol.

Wilayah bertopografi tinggi terdiri dari deretan perbukitan dan


pegunungan dengan puncak tertinggi lebih dari 2.000 m di atas permukaan laut
(dpl). Selain itu terdapat pula perbukitan yang sebagian berupa karst, ada yang
menjorok hingga kebatas garis pantai dengan elevasi antara 100 – 300 m, yaitu
Tanjung Dako di Kecamatan Karamat dan beberapa pulau yang termasuk
dalam wilayah Kabupaten Buol berupa pulau kecil dengan morfologi yang tidak
rumit. Berikut penjelasan tabel 2.1 mengenai Daerah Aliran Sungai (DAS)
diKabupaten buol dibawah ini:

Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kab. Buol


Nama Sungai Luas (Ha)

Buol 157.987,98

Sumber: Dokumen RTRW 2011

CV. GEOMETRIC |PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG II - 1


[LAPORAN PENDAHULUAN] 2015

CV. GEOMETRIC PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG II - 2


[LAPORAN PENDAHULUAN] 2015

2.1.2 Administratif

Secara administrasi Kabupaten Buol terletak di wilayah Sulawesi


Tengah. Adapun batas-batas administratif Koabupaten Buol, sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Laut Sulawesi sekaligus berbatan dengan Negara Filipina.
2. Sebelah Selatan : Propinsi Gorontalo dan Kabupaten Parigi Moutong.
3. Sebelah Timur : Kabupaten Gorontalo, Propinsi Gorontalo
4. Sebelah Barat : Kabupaten Toli-Toli.

Kabupaten Buol yang secara yuridis formal dibentuk melalui Undang-


Undang Nomor 51 tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Buol,
Kabupaten Morowali, dan Kabupaten Kepulauan, sebagaimana telah telah di
ubah atas Undang-Undang Nomor 11 tahun 2000 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 51 tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Buol,
Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai Kepulauan. Kabupaten Buol terdiri
dari 11 Kecamatan dan 115 Desa/Kelurahan dengan luas mencapai 4.043,57
km² atau sekitar 5,94 dari luas daratan Propinsi Sulawesi Tengah.

Sedangkan lokasi pekerjaan terletak di Desa Air Terang kecamatan


Tiloan Kecamatan Tiloan, merupakan salah satu dari 11 (sebelas) kecamatan di
Kabupaten Buol. Dalam peta Kabupaten Buol, tampak memanjang dari timur ke
barat terletak di sebelah utara garis khatulistiwa dengan mempunyai batas-
batas sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Momunu


2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bukal.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong dan Propinsi
Gorontalo
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Toli-toli

2.1.3 Kondisi Fisik

Secara topografi wilayah Kabupaten Buol berada pada topografi tinggi


terdiri dari deretan perbukitan dan pegunungan dengan puncak tertinggi lebih
dari 2.000 m di atas permukaan laut (dpl). Selain itu terdapat pula perbukitan
yang sebagian berupa karst, ada yang menjorok hingga kebatas garis pantai

CV. GEOMETRIC PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG II - 3


[LAPORAN PENDAHULUAN] 2015

dengan elevasi antara 100-300 m , yaitu tanjung dako di Kecamatan Karamat


dan beberapa pulau yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Buol.

Kecamatan Tiloan beribukota di Desa Air Terang. Keadaan


geografisnya seperti jarak antara ibukota kecamatan dengan desa, bentuk
permukaan tanah, sungai, dan waduk, Luas wilayah perkecamatan, serta curah
hujan perkecamatan dan yang terdapat diKecamatan Tiloan dapat dilihat pada
Tabel 2.2 sampai 2.7 berikut:

Tabel 2.2. Jarak Antara Ibu Kota Kecamatan Dengan Desa Di Kecamatan
Tiloan Tahun 2013
Jenis Jarak
No Desa Akses
Desa (km)
1 Jatimulya Swadaya 20 Darat
2 Panilan Jaya Swadaya 9 Darat
3 Kokobuka Swadaya 20 Darat
4 Air Terang Swadaya - Darat
5 Boilan Swadaya 3 Darat
6 Lomuli Swadaya 7 Darat
7 Balau Swadaya 1 Darat
8 Maniala Swadaya 4 Darat
9 Monggonit Swadaya 2 Darat
Sumber : BPS Kec. Tiloan Dalam Angka tahun 2014

Tabel 2.3. Bentuk Permukaan Tanah Menurut Desa di Kecamatan Tiloan Tahun 2013
Bentuk Permukaan Tanah Ketinggian dari
No Desa Pegunungan Permukaan Laut
Dataran (%) Perbukitan (%) (m)
(%)
1 Jatimulya 40 30 30 300
2 Panilan Jaya 40 40 30 300
3 Kokobuka 75 10 15 500
4 Air Terang 37 13 50 200
5 Boilan 65 5 30 190
6 Lomuli 40 30 30 400
7 Balau 65 5 5 200
8 Maniala 60 10 15 200
9 Monggonit 20 40 40 300
Sumber : BPS Kec. Tiloan Dalam Angka tahun 2014

CV. GEOMETRIC PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG II - 4


[LAPORAN PENDAHULUAN] 2015

Tabel 2.4. Nama dan Panjang Sungai di Kecamatan Tiloan Tahun 2013

No Desa Sungai 1 Sungai 2 Sungai 3

1 Jatimulya Tanah Merah (12 km) - -


2 Panilan Jaya Sungai Buol (8 km) - -
3 Kokobuka Buol (7 km) Tiloan (6 km) Kokobuka (3 km)
4 Air Terang Air Terang (7 km) - -
5 Boilan Buol (3 km) - -
6 Lomuli Buol (5 km) - -
7 Balau - Buol (2 km) -
8 Maniala Buol (6 km) Taluan (15 km) -
9 Monggonit Gialio (6 km) Bindonu (3 km) Taluan (6 km)
Sumber : BPS Kec. Tiloan Dalam Angka tahun 2014
Tabel 2.5. Nama dan Luas Waduk Menurut Desa di Kecamatan Tiloan Tahun 2013

No Desa Waduk 1 Waduk 2 Waduk 3

1 Jatimulya Irigasi (600 Ha) - -


2 Panilan Jaya - - -
3 Kokobuka - - -
4 Air Terang Bendungan (9,5 km) - -
5 Boilan - - -
6 Lomuli - - -
7 Balau - - -
8 Maniala - - -
9 Monggonit - - -

Sumber : BPS Kec. Tiloan Dalam Angka tahun 2014

CV. GEOMETRIC PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG II - 5


[LAPORAN PENDAHULUAN] 2015

Tabel 2.6. Nama, luas wilayah perkecamatan dan jumlah kelurahan


Luas
Jumlah
Kecamatan Administrasi Terbangun
Desa/Kelurahan
Ha % Ha %
Lakea 7 208,55 5,16 105,97 48,11
Biau 7 217,80 5,39 105,65 135,18
Karamat 7 153,10 3,79 107,48 55,77
Momunu 16 400,40 9,90 104,80 35,62
Tiloan 9 1437,70 35,55 108,55 7,33
Bokat 5 196,10 4,85 103,16 65,15
Bukal 14 355,52 8,79 109,45 39,15
Bunobogu 10 327,15 8,09 106,41 27,64
Gadung 11 160,38 3,97 105,49 72,57
Paleleh 12 386,19 9,55 105,88 30,03
Palele Barat 7 200,68 4,96 107,64 27,65
Total 4043,57 100,00 1170,48 105,80
Sumber : BPS Kab. Buol Dalam Angka tahun 2014

Tabel 2.7 Jumlah Hari dan Curah Hujan menurut bulan di Kabupaten Buol Tahun
2013

Jumlah Hari Hujan


Bulan Curah Hujan (mm)
(Hari)

Januari 21 131,40
Pebruari 18 140,14
Maret 19 103,83
April 19 99,83
Mei 14 66,43
Juni 9 33,43
Juli 14 97,86
Agustus 10 62,00
September 11 69,86
Oktober 12 63,86
Nopember 18 130,29
Desember 13 126,00
Jumlah 177 1.124,92
Rata-Rata 15 93,74
Sumber : BPS Kab. Buol Dalam Angka tahun 2014

CV. GEOMETRIC PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG II - 6


[LAPORAN PENDAHULUAN] 2015

Secara regional, wilayah Kabupaten Buol terletak pada mandala geologi


Sulawesi Barat. Stratigafi batuan wilayah ini disusun berdasarkan umur dari tua
ke muda sebagai beriku : (1) Formasi Tinombo, litologi penyusun formasi
berupa lava basal, lava splitan, lava andesit, (2) Batuan Vulkanik, merupakan
batuan gunung api, yang tersebar dibanyak tempat namun tidak meluas.(3)
Diorit Bone, merupakan batuan beku menengah, penyebaran relative sempit.
(4) Diorit Baliohuto, tergolong kedalam jenis batuan beku dalam yang bersifat
menengah sampai asam dan hanya terdapat disekitar gunung Tentolomatika.
(5) Formasi Dolakapa, terdiri dari batu pasir Wake, batu Lanau, batu Lumpur,
konglomerattufa, tufa lapili, aglomerat.

Secara umum, iklim wilayah Kabupaten Buol sama dengan iklim Sulawesi
Tengah. Suhu udara berkisar antara 21,9°C sampai dengan 32,3°C.
kelembaban udara berkisar antara 81% sampai dengan 87%. Curah hujan
berkisar antara 93,74 milimeter, dimana maksimal curah hujan terjadi pada
bulan Pebruari di kecamatan bokat. kecepatan angin berkisar antara 7 knots
sampai dengan 25 knots.

2.2. Demografi

Berdasarkan estimasi, pada tahun 2013 penduduk Kabupaten Buol


mencapai 142.585 jiwa, terdiri dari 73.087 jiwa laki-laki dan 69.498 jiwa
perempuan. Penduduk terbanyak berada di Kecamatan Biau dengan jumlah
32.315 jiwa. Kabupaten Buol dengan luas wilayah 4.043,57 km2 memiliki
kepadatan penduduk 35 jiwa/km². Bila dilihat penyebaran penduduk pada
tingkat kecamatan, ternyata Kecamatan Biau merupakan wilayah dengan
kepadatan tertinggi yaitu 148 jiwa/km². sedangkan Kecamatan Tiloan
merupakan wilayah yang terjarang penduduknya yaitu sebanyak 8 jiwa/km².

Rasio jenis kelamin di Kabupaten Buol tahun 2013 adalah sebesar 105,16
yang berarti secara rata-rata bila di suatu wilayah di Kabupaten Buol terdapat
100 penduduk perempuan maka di wilayah itu juga terdapat 105 penduduk
laki-laki atau dengan kata lain jumlah penduduk laki-laki lebih banyak 5,16
persen dari penduduk perempuan.

CV. GEOMETRIC PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG II - 7


[LAPORAN PENDAHULUAN] 2015

Komposisi atau struktur umur penduduk di Kabupaten Buol menunjukkan


bahwa terdapat 53.832 penduduk usia tidak produktif (0-14 tahun dan 65 tahun
ke atas) dan 88.753 penduduk usia produktif (15-64 tahun).

Dengan melihat perbandingan jumlah penduduk yang berusia non produktif dengan
penduduk usia produktif dapat diketahui besarnya angka ketergantungan pada
tahun 2013 yaitu sebesar 60,65. Artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia
produktif (15-64 tahun) menanggung sebanyak 61 orang penduduk usia tidak
produktif ( 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas).

Gambar 2.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Buol Menurut Kecamatan


Tahun 2013

Sumber : Buol Dalam angka 2014

CV. GEOMETRIC PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG II - 8


[LAPORAN PENDAHULUAN] 2015

CV. GEOMETRIC PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG II - 9


[LAPORAN PENDAHULUAN] 2015

2.3. Sosial Dan Budaya

Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu daerah


adalah tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas.Dimana sumber
daya tersebut tercipta melalui tingkat pendidikan yang memadai. Di Kabupaten
Buol jumlah sarana pendidikan tahun 2013 terdiri dari Sekolah Dasar Negeri
sebanyak 180 unit yang terdiri dari 162 unit sekolah dasar, SLTP Negeri 63
buah, SMU Negeri 9 buah. (Lihat tabel 2.9).

Tabel 2.9 Jumlah Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kabupaten Buol


Jumlah Fasilitas Pendidikan
Nama Umum Dan Swasta
Kecamatan
SD SLTP SMA SMK
Lakea 11 5 1 -
Biau 29 8 2 -
Karamat 11 5 - 3
Momunu 21 6 1 -
Tiloan 13 4 - 1
Bokat 19 8 1 1
Bukal 20 7 1 -
Bunobogu 15 6 1 -
Gadung 14 5 - 1
Paleleh 17 5 1 -
Paleleh Barat 10 4 1 -
Jumlah 180 63 9 7

2.4. Rencana Lokasi Kegiatan

2.4.1. Kondisi Eksisting


Sumber air irigasi berasal dari Sungai Air Terang yang digunakan untuk mengairi
lokasi perencanaan. Dimana pada lokasi ini telah terdapat jaringan irigasi teknis
yang telah dilengkapi dengan saluran primer serta pintu-pintu air eksisting, namum
demikian sebagian besar saluran tersier yang mensuplai air langsung ke saluran
kwarter dan sawah masih menggunakan saluran tanah dan saluran buatan masyarat
serta bantuan dari dinas pertanian, namun demikian saluran tersebut belum
semuanya terintegrasi dengan baik terhadap jaringan irigasi yang ada, dibawah ini
disajikan skema jaringan eksisting (Gambar 2.3).

CV. GEOMETRIC PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG II - 10


[LAPORAN PENDAHULUAN] 2015

CV. GEOMETRIC PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG II - 11


[LAPORAN PENDAHULUAN] 2015

Secara umum kondisi terkini untuk bendung eksisting masih dapat


dipergunakan secara baik, namun demikian pada tubuh bendung telah tedapat
retakan, selebar ± 2-3 cm yang tampak dari atas bendung.

Gambar 2.4: Kondisi Bendung Air Terang Saat ini


Sementara itu pada bagian ujung kantong lumpur yaitu setelah Pintu air bangunan
bagi dan saluran induk tepatnya bangunan BAT.1, terdapat bangunan persilangan
yaitu gorong-gorong yang saat ini telah terjadi kerusakan yang cukup berat akibat
terjadinya pengikisan air yang berasal dari celah-celah / retakan saluran induk yang
mengakibatkan adanya gerusan dibelakang saluran induk sehingga tanah yang
berada dibawah bangunan silang terbawa oleh air yang dimana volume air
bertambah pada saat terjadinya hujan sehingga menyebabkan bangunan silang ini
menjadi rusak, sehingga di butuhkan penangan segera dikarenakan pada atas
bangunan silang ini terdapat jalan inspeksi yang merupakan akses masyarakat
menuju sawah dan kebun serta merupakan akses bagi petugas penjaga bendung
dalam

CV. GEOMETRIC PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG II - 12


melaksanakan tugasnya. kondisinya seperti di tampilkan dalam gambar
2.5 dibawah ini.

Jalan Inspeksi

Bangunan
Persilangan Yang
Rusak/Ambrol

Gambar 2.5: Bangunan Silang Yang Rusak

Pada bangunan bagi, maupun bangunan bagi sadap secara umum masih
dapat berfungsi baik, namun jika dilihat dari kondisi bangunan yang ada saat
ini maka pada beberapa bangunan tampaknya harus ditingkatkan baik itu
kondisi bangunannya maupun perawatan dari bangunan itu sendiri. Seperti
yang ditampilkan pada gambar 2.4 Sampai gambar 2.8 ada beberapa
bangunan yang membutuhkan perbaikan, bahkan penggantian bagian
bangunan seperti stang pengangkat pintu yang telah hilang/rusak, dimensi
pengangkat pintu air yang terlalu besar, dimensi pintu pada bangunan kecil
sementara daerah yang dilayani cukup luas sehingga perbandingan antara luas
areal dan debit yang ada tidak mencukupi, terjadinya retakan pada bangunan
maupun saluran eksisting serta bangunan yang kondisinya pada saat musim
penghujan, maka bangunan tersebut tenggelam sehingga selain membutuhkan
saluran pembuang bangunan ini harus diperbaiki.

CV. GEOMETRIC PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG II -


13
[LAPORAN PENDAHULUAN] 2015

Gambar 2.6: Kondisi Bangunan Bagi / Bagi Sadap

CV. GEOMETRIC PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG II - 14


[LAPORAN PENDAHULUAN] 2015

2.4.1. Rencana Desain

Gambar 2.7: Kondisi Bangunan Tersier

CV. GEOMETRIC PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG II - 15


[LAPORAN PENDAHULUAN] 2015

Gambar 2.8: Kondisi Saluran Induk

Pada perencanaan ini pihak konsultan perencana diminta untuk mendesain Tersier
daerah Irigasi Air Terang dengan luasan mencapai 250 Ha, Untuk itu dengan
adanya perencanaan ini diharapkan daerah irigasi air terang ini secara bertahap
akan dilengkapi dengan jaringan saluran tersier serta perbaikan bangunan –
bangunan eksisting yang sekiranya masuk dalam areal yang telah di tentukan,
Koordinat hasil GPS Lokasi pengambilan / bendung

CV. GEOMETRIC PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG II - 16


adalah: N = 1° 03’ 58.2’’ ; E = 121° 15’ 21.6’’ ; Z = 33 m dengan luas
tangkakapan air 62,536 km² (lihat gambar 2.9).

Gambar 2.9: Luas Catchment Area

Gambar 2.10: Saat Pengukuran Berlangsung


[LAPORAN PENDAHULUAN] 2015

Kabupaten Buol

Lokasi Kegiatan

Gambar 2.1: Peta Kabupaten Buol

CV. GEOMETRIC |PERENCANAAN TERSIER D.I AIR TERANG II - 2


[LAPORAN PENDAHULUAN] 2015

Tabel 2.8 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Saat Ini dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun

Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Buol

CV. GEOMETRIC |PERENCANAAN TERSIER D.I AIR TERANG II - 9


Gambar 2.3: Skema Jaringan Irigasi Eksisting

CV. GEOMETRIC |PERENCANAAN TERSIER D.I AIR TERANG II - 11


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

BAB III
PENDEKATAN DAN
METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1 Pendekatan Teknis

Pendekatan Teknis akan dilaksanakan dengan cara :


1. menetapkan tahap pekerjaan
2. menerapkan pedoman, standar dan ketentuan-ketentuan formal yang
berlaku dan umum dipakai
3. memanfaatkan pengalaman yang diperoleh dari proyek sejenis
4. menggunakan pertimbangan teknis yang sesuai dengan kondisi lapangan
serta studi perbandingan untuk menghemat biaya.

3.1.1 Standar dan Peraturan Teknis

Standard dan peraturan teknis yang dipergunakan tim Konsultan dalam


pelaksanaan pekerjaan studi ini pada dasarnya adalah menggunakan
standard yang berlaku di Indonesia.

3.1.2 Tahapan Pekerjaan

Dengan berpedoman pada Kerangka Acuan Kerja (KAK) maka


urutan kegiatan ditetapkan sebagai berikut :
1. Kegiatan Persiapan
 Pengumpulan data sekunder dan program kerja
 Pembuatan Laporan Pendahuluan
2. Kegiatan Survey Lapangan, yang meliputi
:
 Survey Topografi
 Survey Hidrologi dan Hidrometri
 Survey Geologi dan Mekanika Tanah
3. Kegiatan Pembuatan Peta
Petak

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 1


LAPORAN PENDAHULUAN 2015
4. Kegiatan Desain
Tersier

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 2


LAPORAN PENDAHULUAN 2015

5. Kegiatan Diskusi dan Pelaporan

Bagan alir pekerjaan Perencanaan Tersier D.I. Air Terang Kabupaten


Buol ini dapat dilihat pada Gambar 3-1 dibawah ini.
Mulai

PEKERJAAN PENDAHULUAN
1. Persipan Pekerjaan
2. Pengumpulan Data sekunder
3. Penyusunan Laporan Pendahuluan
3. Diskusi

Tidak
DISKUSI REVISI

Ya

PEKERJAAN LAPANGAN
1. Survey Topografi
2. Survey Hidrologi&Hidrometri
3. Survey Geologi & Mektan
4. Survey sosial Ekonomi
5. Survey Budidaya Pertanian

KRITERIA KRITERIA
PENGUMPULAN
PERENCANAAN PERENCANAAN
ANALISA DAN
EVALUASI DATA

ALTERNATIF
PRADESAIN
TEKNOLOGI
(LAY OUT AWAL)
BUDIDAYA PERTANIAN

Asistensi

DETAIL DESAIN
 Model Matematik Jaringan Irigasi
 Desain Saluran dan Bangunan
 Penggambaran Desain

a.Laporan Penunjang
Lap. Pekerjaan Detail
1. Laporan Topografi
3. Laporan Hidrologi/Hidrometri 1. Lap. Perencanaan
4. Lap. Sosek dan Budidaya 2. Gambar Perencanaan
3. Manual O & P
b.Executive Summary 4.Rencana Anggaran Biaya
c. Laporan Utama
5.Dukumen Tender

Tidak
DISKUSI REVISI

Ya

LAPORAN UTAMA
(FINAL )

SELESAI

Gambar 3. 1 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan


CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 3
3.1.3 Kegiatan Persiapan

Kegiatan Persiapan dalam hal ini merupakan pekerjaan pengumpulan


data sekunder yang meliputi data klimatologi, hidrologi/hidrometri,
studi terdahulu, peta-peta (topografi, geologi) dan lain-lain. Serta juga
termasuk pekerjaan persiapan survey yang meliputi penyusunan
program kerja, pembuatan peta kerja, pemerikasaan peralatan survey,
penyiapan perlengkapan survey, penyiapan surat ijin survey, dan lain-
lain.

Evaluasi dan identifikasi terhadap data-data yang sudah ada


(terkumpul), berdasarkan hasil evaluasi data-data inilah Konsultan akan
mendapatkan suatu pertimbangan-pertimbangan dalam merencanakan
petak-petak tersier, trase saluran, bangunan-bangunan serta
drainasenya.

3.1.4 Kegiatan Survey Lapangan

Melaksanakan survey topografi (pemetaan daerah irigasi, pengukuran


trase saluran dan pengukuran situasi bangunan khusus), survey
hidrologi dan hidrometri, pemetaan geologi permukaan dan
penyelidikan mekanika tanah serta penyelidikan laboratorium,
identifikasi permasahan, analisa hasil survey.

3.1.5 Kegiatan System Planning

Kegiatan System Planning ini meliputi penyiapan pra lay-out jaringan


irigasi, pembuatan lay-out jaringan irigasi definitif, penyusunan system
planning (analisa hidrologi dan hidrometri, pola tata tanam, penyiapan
skema jaringan dan skema bangunan, Penyiapan Peta D.I.) termasuk
diskusi konsep system planning.

3.1.6 Kegiatan Desain Rinci Jaringan Utama

Sedangkan yang termasuk kegiatan ini meliputi pembuatan detail


desain jaringan irigasi (saluran pembawa/pembuang, bangunan,
tanggul dan jalan), penggambaran desain, perhitungan volume (Bill of
Quantity), rencana anggaran biaya (RAB), analisa ekonomi, dan
spesifikasi teknis, serta penyusunan pedoman O&P.

3.1.7 Kegiatan Diskusi dan Pelaporan

Kegiatan ini meliputi penyusunan semua laporan yang dibutuhkan serta


diskusi pembahasan laporan tersebut. Jenis pelaporan yang diminta
oleh pihak proyek dapat dilihat di bawah ini :
1. Laporan Pendahuluan.
2. Laporan Bulanan
3. Laporan Antara/Interim Report.
4. Konsep Laporan Akhir (Draft Final
Report).
5. Laporan Akhir (Final Report), Laporan ini harus merangkum
tanggapan serta perubahan yang disepakati dan meliputi:
 Kesimpulan dan Saran (Executive Summary).
 Laporan Utama (Main Report)
Berisi rangkaian seluruh kegiatan survey dan perencanaan yang
telah dilaksanakan, desain tersier yang diusulkan beserta metoda
dan hasil-hasil perhitungannya.
6. Laporan Topografi
 Buku Ukur
 Topografi
7. Laporan Evluasi Sistem Planning
8. Laporan Nota Desain
9. Laporan Pedoman O&P
10. Laporan Dokumen
 Volume 1 : Syarat Administrasi
 Volume 2 : Spesifikasi Teknis
 Volume 3 : Bill Of Quantity
 Volume 4 : Gambar Rencana A3
11. Laporan Nota Desain, Laporan perhitungan dan Nota desain
3.1.8 Penerapan Pedoman dan Standar

Pelaksanaan pekerjaan Survai dan Investigasi Lapangan dan Detail


Desain akan mengacu kepada Pedoman (Codes) dan Standar yang
telah diterbitkan dan umum dipakai serta mengacu pada hasil studi atau
formulasi kondisi proyek yang telah mendapat persetujuan Pemberi
Tugas. Peraturan-peraturan dan standar-standar yang umum dipakai
antara lain adalah sebagai berikut :

1. Code, Standard
(Indonesia)
 Standar Perencanaan Irigasi yang terdiri dari Kriteria
Perencanaan (KP-01 sampai KP-07), Bangunan Irigasi (BI-01 dan
BI-02) dan Persyaratan Teknis (PT-01 sampai PT-03).
 Pedoman, pengolahan dan pengumpulan data hidrologi, Pedoman
Bendung Pengaman Banjir.
 Peraturan Beton Indonesia (PBI, Concrete Code)
 Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung
(Seismic Design Code)
 Peta Resiko Gempa dan Penggunaannya untuk Perencanaan
Bendungan dan Bangunan Pengairan Tahan Gempa di
Indonesia
 SII (Standard Industri Indonesia)
 Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya, 1987, Bina Marga
 SNI (Standard Nasional Indonesia) & SKSNI
 PPKI
 Standard lain yang relevan
2. American Concrete Institute
(ACI)
 "Building Code Requirements for Reinforced Concrete" (ACI
318-83)
 Manual of Concrete Pratice (ACI Manual)
 Manual of Standard Practice for Detailing Reinforced Concrete
Structures (ACI 315)
3. American Society for Testing and Materials
(ASTM)
 Pemboran Inti, ASTM D-2113-70
 SPT, ASTMD-1586-67
 Test pit, ASTm D-2937-71
 Kadar air, ASTM D-2216-80
 Berat Jenis, ASTM D-854-83
 Grain Size Analysis, ASTM D-422-63
 Bulk Density Test, ASTM D-4254-83
 Consolidation Test, ASTM D-2435-80
 Compaction Test, ASTM D-689-78
 Triaxial Compression Test (UU), ASTM D-2850-87
 Triaxial Compression Test (CU), ASTM D-4767-88
 Atterberg Limit, ASTM D-4318-84
4. American Association of State Highway and Transportation
Officials
(AASHTO), Pemboran Inti, AASHO, T 225–68, SPT, AASHO, T 206-70
5. Japan Industrial Standard (JIS), Test Pit, JIS A 121 H/1971

3.2 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Adapun penjabaran tahap kegiatan tersebut di atas adalah sebagai berikut :

3.2.1 Kegiatan Persiapan

Pekerjaan persiapan ini meliputi penyelesaian administrasi, mobilisasi


personil dan peralatan, persiapan pekerjaan lapangan, dan
pengumpulan data sekunder. Persiapan pekerjaan lapangan ini meliputi
penyiapan kantor di lokasi proyek dan pekerjaan persiapan untuk
Survey - Survey. Sedangkan pekerjaan persiapan untuk Survey meliputi
pembuatan program kerja (jadwal kerja lebih rinci) dan penugasan
personil, pembuatan peta kerja, penyiapan peralatan Survey dan
personil, penyiapan surat-surat ijin/surat keterangan, dan pemeriksaan
alat-alat Survey. Dengan demikian, laporan usulan teknis yang dibuat
oleh konsultan akan menjadi acuan konsultan dan pemilik pekerjaan
(pengguna jasa) dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Bagan alir pekerjaan
persiapan disajikan pada Gambar 3.2 di bawah ini.
Gambar 3.2. Bagan Alir Pekerjaan Persiapan

Adapun rincian pekerjaan persiapan adalah sebagai berikut :


1. Pengumpulan data sekunder dan program kerja meliputi :
 Pengkajian tata letak jaringan irigasi (bilamana sudah ada)
 Pengkajian desain jaringan utama/tersier (bilamana sudah ada)
 Pengkajian peta kesesuaian lahan (bilamana sudah ada)
 Pengkajian peta tata guna lahan (bilamana sudah ada)
 Pengkajian data hidrologi, ketersediaan air dan genangan banjir
 Penyiapan program kerja
2. Pengumpulan data sekunder dan program kerja meliputi :
 Program kerja survey (jadual kerja dan personil)
 Pembuatan peta kerja
 Pemeriksaan alat survey
3. Pembuatan Laporan Pendahuluan
3.2.2 Kegiatan Survey Lapangan

1. Survey Topografi (Situasi Detail dan Trase)

Pengukuran situasi detail dimaksudkan untuk mendapatkan data-


data/detail lapangan sesuai dengan fungsi, kegunaan dan
kebutuhan yang diperlukan dalam survey dan pemetaan ini. Data-
data /detail lapangan tersebut dihitung dan diproses melalui
persyaratan dan tingkat ketelitian yang dikehendaki untuk dapat
disajikan dalam bentuk suatu peta /gambar-gambar yang
memenuhi syarat dengan tingkat ketelitian yang tertentu juga,
sehingga peta dan gambar-gambar tersebut mewakili keadaan
lapangan sesuai fungsi dan kegunaannya. Skala peta/gambar-
gambar merupakan produk akhir dari kegiatan ini.

 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan Pemetaan dan Pengukuran yang akan dilakukan oleh


Konsultan adalah sebagai berikut :
1. Inventarisasi dan pemasangan patok Bench Mark (BM) dan
Control Point (CP) serta Penentuan Titik Referensi Pengukuran
2. Pemetaan situasi detail Daerah Irigasi seluas 250 Ha, skala
1:5000
3. Pengukuran situasi trase saluran pembawa dan pembuang
(jaringan utama), skala 1:2000
4. Pengukuran profil melintang dan memanjang saluran
pembawa dan pembuang dengan jarak maksimum 50 m pada
bagian lurus dan 25 meter pada bagian tikungan.
5. Pengukuran situasi bangunan pada setiap rencana bangunan
bagi/sadap, gorong-gorong, talang, siphon dan bangunan
pelengkap lain yang dibutuhkan, skala 1:100

 Jenis-jenis kegiatan lapangan

1. Penentuan titik referensi


2. Inventarisasi / pemasangan Bench Mark (BM) dan CP
3. Pengukuran kerangka dasar pemetaan
4. Pengukuran situasi detail
5. Pengukuran Trase berikut penampang-penampang
6. Pengukuran situasi bangunan/rencana tapak bangunan
7. Perhitungan dan penggambaran draf sementara dilapangan

 Prosedur Pelaksanaan dan Persyaratan Teknis

1. Titik Referensi

Referensi pengukuran ditentukan dari titik tetap yang ada


disekitar lokasi pengukuran, mempunyai identitas (code) serta
harga atau dimensi koordinat yang jelas dan dapat
dipertanggung jawabkan ataupun titik referensi ditentukan/
ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan.

2. Inventarisasi BM Existing dan Pemasangan BM Baru

Melakukan inventarisasi BM existing dan memasang Bench


Mark yang telah ditentukan.
 Jika BM existing kondisinya memungkinkan dapat
dipergunakan sesuai fungsinya, kalau perlu direnovasi
supaya dapat dipakai.
 BM baru dipasang pada lokasi yang diperlukan dan
ditentukan direksi sehingga merata dan memenuhi syarat
pemasangannya.
 BM dipasang pada tempat yang aman dari jalur/rencana
galian/timbunan, dan dihindari dari kelongsoran dengan
membuat jarak terhadap sungai, saluran, tanggul/jalan
sesuai dengan ketentuan.
 BM dipasang harus stabil (tidak digoyang) dan
memasangnya pada tanah rawa/lembek diberi cerucuk
(sesuai gambar)
 BM diberi nomor/code, dibuatkan deskripsinya sesuai
dengan contoh pada standar perencanaan pengairan.

3. Pengukuran Kerangka Pemetaan


 Penentuan arah / azimuth, Arah/ Azimuth ditentukan
dengan pengamatan astronomi atau menentukan azimuth
metode gyro dengan memakai alat Theodolith, T2 dan Gyro
Attachman atau sederajat. Pengamatan astronomi
dilakukan pagi hari dan sore hari pada satu stasiun
pengamatan ketelitian relatif sama sesuai dengan
persyaratkan ketelitian yaitu 15 “.
 Pengukuran Sudut Polygon, Setiap sudut diukur dua
kali(double seri) memakai alat ukur Theodolith T2 atau
sederajat dengan ketelitian 8” setiap sudut polygon dan
maksimum 15” salah penutup sudut antar dua kontrol
azimuth.
 Pengukuran jarak polygon diukur memakai alat ukur
elektronik EDM minimum dua kali (kemuka dan
kebelakang) dengan ketelitian 1 : 7500 setelah perataan
beberapa set pembacaan setiap sisi tersebut.
 Salah penutup koordinat (kesalahan linier) polygon 1 :
5000
 Pengukuran sipat datar dilakukan memakai alat ukur
waterpas Ni2 atau sederajat. Jarak pengukuran dibagi
dengan seksi-seksi, setiap seksi ± 1 – 2 km. Jarak setiap

patok sipat datar max. 100 m. Ketelitian sipat datar 10 D


= jarak dalam Km.
 Pengukuran situasi detail/rincian dilakukan dengan metode
Trigonometri / Tachimetri dimana ujung dan pangkal jalur
pengukuran terikat/terkontrol terhadap kerangka dasar
pengukuran/pemetaan. Dari titik tersebut diukur detail-
detail lapangan dengan rincian
 Detail yang diambil di lapangan adalah bangunan-
bangunan alam (sungai, lembah, gundukan tanah/bukit-
bukit/tebing serta batas-batas tanah dan kalau perlu
genangan) dan bangunan-bangunan air, batas-batas tata
guna tanah, kuburan dan lain-lain), perubahan permukaan
tanah serta vegetasi yang ada dalam areal pengukuran
titik-titik rincian/detail-detail diukur dengan kerapatan titik
yang disesuaikan dengan skala peta yang digunakan dan
tersebar dengan kerapatan titik maksimum 1 cm pada peta.
Peralatan yang digunakan Theodolite T0 dengan ketelitian
detail pengukuran 10 cm diatas kontrol rangka pemetaan
yang diratakan ke setiap titik.

Marmer 12 X 12 Beugel  6 - 15 Pen Kuningan Level


0.3 Baut  5/ 8 cm
Tulangan 4  8 DPU Marmer 12 X 12

0.10 0.30 0.10

Pen Kuningan Level


Baut  5/ 8 cm
Anker  6 - 60 cm
0.4

Muka Tanah Asli DETAIL MARMER


UKURAN 12 X 12

Beugel  6 - 15 DPU
BM. 01
1.0

DCT & BPE


Beton 1 : 2 : 3
0.4

Tulangan 4  8
0.1

Tanah Keras
0.2

Pasir dipadatkan

0.50

GAMBAR . KONSTRUKSI CONTROL POINT (CP)


Pen Kuningan Level
Baut  5/ 8 cm

Anker  6 - 60 cm
0.4

Muka Tanah Asli

PVC  3 " isi beton cor 1 : 2 : 3


0.6

PVC  3 "
Spesi beton cor 1 : 2 : 3
Pen Kuningan Level
Tempat Label CP

Catatan :
1. Bagian yang menonjol diatas muka tanah dicat dengan warna putih (BM & CP)
2. Label marmer pada BM berisi nomor BM dan koordinatnya (x,y,z)
3. Label CP berisi nomor CP dan koordinatnya (x,y,z), ditulis pada permukaan PVC diberi
cat warna hitam dengan ukuran proporsional & rapi serta jelas

Gambar 3.3. Konstruksi Bech Mark (BM)


CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 11
 Pengukuran trase sungai saluran tanggul/jalan existing dan
trase saluran tanggul/jalan baru terdiri dari :
a. Uitzet trase yang dikontrol dengan pengukuran polygon
terikat terhadap titik konrol (x,y) kerangka pemetaan
dengan ketelitian sudut dalam satuan menit dimana
ketelitian antara dua konrol kerangka pemetaan 10
N" dimana N = jumlah titik polygon. Polygon trase
diukur dengan alat ukur Theodolite T0, dengan interval
jarak atau sisi polygon maksimum 100 m pada trase
lurus 50 s/d 25 meter pada tikungan, dimana jarak
diukur 2 kali (kemuka Kebelakang) dengan ketelitian
ukuran jarak 1 : 2.500 yang dikur dengan pita ukur
(kapasitas 100m).
b. Pengukuran sipat datar yang berfungsi sebagai dasar
penampang memanjang trase terikat terhadap (z)
kerangka pemetaan dengan ketelitian 15 D mm
dimana D = jarak dalam km. Semua titik polygon
diukur ketinggiannya.
c. Pengukuran penampang melintang trase diukur dengan
metode Tachimetri/Trigonometri memakai alat ukur
Theodolite T0 dengan ketelitian 10 cm dengan interval
jarak 100 m (untuk saluran primer) tepat pada titik
trase. Detail-detail yang diambil as trase. Titik dasar
saluran, perbedaan bentuk di saluran, pinggir atas
saluran, kali tanggul/jalan pinggir atas tanggul/jalan
sampai tanah asli.
d. Pengukuran situasi / detail sepanjang saluran dengan
lebar strip pengukuran 10 m ke kiri dan 10 m ke kanan
as trace atau secukupnya untuk dapat didesain. Diukur
dengan metode Trigonometri/Tachimetri memakai
peralatan Theodolite T0 dengan ketelitian 10 cm. Detail
yang diambil sama dengan detail-detail yang tercantum
dalam detail pengukuran situasi detail yang ada
disepanjang trase.
 Pengukuran lokasi situasi bangunan/tapak rencana
bangunan (situasi Khusus).
a. Pengukuran situasi tapak bangunan diukur dengan
metode Trigonometri/Tachimetri dengan dasar
pengikatan kerangka pemetaan, dimana detail-
detailnya diambil dengan teliti kalau perlu pengukuran
jarak memakai metband dan ketinggian yang penting
memakai waterpas dengan ketelitian 1 cm. Detail-detail
yang diambil adalah setiap perubahan permukaan
tanah dengan kerapatan ± 2 s/d 10 meter. Luas lokasi
disesuaikan dengan bangunan dan rencana tapak
bangunan sekitar 25 m x 25 m s/d 100 x 100 meter
sesuai dengan kebutuhan desain.
b. Perhitungan sementara dan penggambaran sementara
(draft) di lapangan. semua pengukuran yang
memenuhi syarat akan dihitung sementara untuk
mengetahui syarat ketelitian dan dilangsungkan pada
draft penggambaran yang dilakukan pada kertas
milimeter.

 Jenis Kegiatan / Kantor / Laboratorium

1. Pembuatan Laporan Lapangan


2. Analisa Data / Perhitungan dan Penggambaran definitif
3. Pembuatan Laporan penunjang Pengukuran Topografi
4. Reproduksi

 Proses data - data Perhitungan dan Penggambaran

Perhitungan definitif dibuat dengan persyaratan penggambaran


sebagai berikut dimana ketelitian Peta atau gambar-gambar :

1. Minimum 90% dari titik-titik detail posisi mendatar (x,y) yang


dikenal dilapangan digambar dengan benar dengan toleransi
kesalahan planimetri 0,8 milimeter pada peta yang sudah
diskalakan dan akurat terhadap lapangan yang diwakili.
2. Minimum 90% dari titik detail posisi tinggi (z) yang dikenal
dilapangan digambar dengan ketinggian dan penarikan garis
kontur yang benar dan relatif akurat dengan keadaan di

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 13


lapangan. Toleransi maksimum kesalahan tidak melebihi
setengah interval garis kontur.
3. Semua perhitungan harus dilakukan di lapangan, sehingga
apabila ada kesalahan dapat langsung diukur kembali
4. Semua titik poligon harus dihitung koordinatnya dan
merupakan satu sistem yaitu sistem UTM
5. Jarak dan ketinggian titik detail dihitung dengan cara
Tachimetri
6. Seluruh hasil hitungan harus di diskusikan dengan Direksi
Pekerjaan
 Peta / gambar-gambar dalam 2 (dua) warna hitam/putih.

1. Peta situasi detail dibuat pada kertas Kalkir 90/95 gram


antara lain :
 Peta situasi detail dibuat skala 1 : 5.000 lengkap titik
tinggi/kontur interval 1,0 m.
 Peta ikhtisar (dalam 1 lembar) skala 1 : 20.000 dilengkapi
titik-titik dan garis kontur interval 1 meter.
 Peta indek/posisi BM skala 1:10.000 atau 1:20.000
Penggunaan skala harus disesuaiakan dengan luas area
pengukuran dan format peta. Kedua peta (ikhtisar dan
index) harus ditampilkan dalam satu lembar.
2. Peta situasi tapak bangunan (khusus) skala 1 : 200 . Pada
transparan kalkir 90/95 gram.
3. Gambar-gambar penampang memanjang yang dilengkapi
situasi trace skala 1 : 2.000 diatas trasfaran kalkir 90/95
gram. Skala panjang 1 : 2.000 dan Skala tinggi 1 : 100
4. Gambar-gambar penampang melintang trace diatas
transparan kalkir 90/95 gram, Skala panjang (Horizontal)
1:100; Skala Tinggi (Vertikal) 1:100. Peta/gambar
diserahkan dalam bentuk transparan asli :
 Peta Situasi Detail

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 14


 Peta Ikhtisar
 Peta Indek
 Gambar-gambar penampang trace (memanjang dan
melintang)
 Gambar-gambar bangunan
5. Garis silang untuk grid dibuat setiap 10 cm
6. Semua BM dan titik ikat di gambar dengan legenda yang
ditentukan dan dilengkapi dengan elevasi dan koordinat
7. Semua titik detail digambar dan dituliskan elevasinya
8. Pada setiap lima garis kontur, garis kontur dibuat tebal
9. Sebelum mengerjakan penggambaran, pelaksana harus
minta persetujuan dahulu, mengenai tatacara
penggambaran kepada Direksi
10. Ukuran gambar A1 dan penggambaran dilakukan dengan
system koordinat (tidak boleh grafis)
11. Gambar trase saluran skala 1 : 2000 harus sama dengan
gambar lay out pada peta 1 : 5000, dalam arti bahwa
kenampakan detail dan kontur tidak jauh berbeda
12. Penggambaran harus dilakukan dengan menggunakan
plotter.

 Laporan Teknis

Laporan teknis ditulis secara sistematis sesuai kaidah-kaidah


penyusunan laporan, yang isinya antara lain :
1. Keadaan umum daerah survey
2. Urutan teknis pelaksanaan lapangan
3. Personil/bagan Organisasi Pelaksana
4. Program/Progres (Barchart dan Time Schedule)
5. Dasar-dasar pemetaan
 Referensi
 Proyeksi peta
 Koreksi yang diberikan

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 15


5. Metode setiap jenis pengukuran
6. Ketelitian setiap jenis pengukuran
7. Daftar koordinat benchmark
8. Deskripsi benchmark
10 Peta ikhtisar dengan posisi BM
Buku ukur asli harus diserahkan, berikut perhitungannya.

2. Survey Hidrologi dan Hidrometri

Pengukuran hidrometri harus dilakukan di sungai yang mengalir di


lokasi kajian. Pekerjaan ini dimaksudkan guna memperoleh data
lapangan (primer dan sekunder) dari kondisi hidrologi dan
hidrometri daerah survey melalui kegiatan-kegiatan :
 Pengumpulan data curah hujan (terbaru) minimum selama 10
tahun dari stasiun terdekat.
 Pengumpulan data klimatologi lainnya(terbaru) minimum selama
5 tahun dari stasiun terdekat.
 Pengumpulan data informasi banjir (tinggi, lamanya, perkiraan
Luas genangan dan dampaknya) evaluasi banjir.
 Pengukuran tinggi/fluktuasi muka air, kecepatan arus, salinitas
(bergerak dan setempat) dan keasaman pada titik-titik
pengukuran yang disesuaikan dengan rencana skematisasi dari
model matematik.
 Pengukuran penampang melintang sungai / saluran pada setiap
lokasi pengukuran muka air.
 Pengamatan karakteristik sungai (antara lain
morfologi, sedimentasi, keasaman).
 Pengukuran sipat datar (levelling) untuk mengikat papan
duga
(peilschaal) terhadap BM terdekat.

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 16


1. Survey Hidrometri
 Pekerjaan Persiapan

Sebelum tim survey hidrometri dan hidrologi


diberangkatkan ke lapangan, dilakukan beberapa
pekerjaan persiapan yaitu :
mempelajari laporan dan data yang tersedia serta
membuat rencana dan jadwal kegiatan survey
menyiapkan peta lokasi rencana pengukuran dan
penempatan titik-titik pengukuran untuk menetapkan
volume pekerjaan
menyiapkan formulir pengukuran, bahan dan alat
yang akan digunakan
menyiapkan peralatan yang akan dibawa ke lapangan,
antara lain peilschaal, currentmeter, theodolite,
waterpass, pH-meter, pH-paper, botol sample, kompas,
stopwatch, tali, baterai, jam dan lain-lain
menyiapkan tim survey yang akan berangkat semua
kegiatan persiapan di atas akan dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan Direksi atau Supervisor yang ditunjuk.

 Pekerjaan Lapangan

Pekerjaan lapangan meliputi kegiatan


:

Persiapan di lapangan

Kegiatan persiapan di lapangan meliputi :


 Penyiapan sarana survey seperti perahu baik untuk
pengukuran muka air maupun kecepatan air
 Penyiapan tenaga lokal
 Pengenalan lapangan dan pemasangan tanda-tanda
pengukuran sesuai dengan peta pengukuran
 Pemasangan peralatan pengukur, antara lain
peilschaal ditempat-tempat yang sudah ditentukan

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 17


sesuai dengan rencana pengukuran

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 18


 Pengamatan lapangan, antara lain mencari bekas
tinggi muka air maksimum yang pernah terjadi,
tanggul, jembatan, pintu air, gorong-gorong dan
sebagainya untuk dicatat di peta.

Pekerjaan pengukuran hidrometri

Kegiatan pekerjaan pengukuran di lapangan meliputi :


 Pengukuran tinggi muka air dilakukan setiap 1 jam
sekali selama 16 hari pada pos I dan IV sedangkan
untuk pengukuran simultan akan dilakukan juga pada
pos II dan III selama 26 Jam.
 Pengukuran kecepatan arus akan dilakukan setiap
jam selama 16 hari dan pada saat pengukuran
simultan pada semua pos. Bila lebar sungai > 20 m.
pengukuran dilakukan secara berpindah dalam satu
lokasi ke lokasi yang lain, yaitu bagian demi bagian
(tepi, tengah, tepi). Pengukuran kecepatan ini
dilakukan sesuai tata cara yang ditentukan oleh
Direksi yang didasarkan pada standar metode
Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka
(SK.SNI.M-17-1989-F) Departemen Pekerjaan Umum
.
 Pengukuran penampang melintang sungai atau
saluran sungai dilakukan pada setiap lokasi
pengukuran kecepatan dan pada tempat-tempat lain
yang ditentukan Direksi.
 Pengukuran sipat datar (levelling) untuk mengikat
papan duga (peilschaal) terhadap benchmark
dilakukan di setiap lokasi pengukuran tinggi muka air
(minimum ada 2 data pengikatan).
 Pengukuran tingkat keasaman air (pH) akan
dilakukan di lokasi pengukuran daya hantar listrik
(DHL) dan
CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 19
temperatur air atau di lokasi lain yang dipandang
perlu.
 Pengukuran contoh air akan dilakukan di beberapa
tempat yang dianggap perlu dan dapat mewakili
kualitas air di lokasi proyek, misalnya di muara, anak
sungai, genangan dan saluran
 Jumlah lokasi/titik pengukuran disesuaikan kondisi
lokasi pekerjaan.

Metode Pengukuran

 Pengukuran Tinggi Muka Air


Pembacaan muka air dengan peilschaal dilakukan
oleh operator yang sebelumnya telah terdidik untuk
mengerti skala yang ada pada peilschaal dengan
benar. Pengukuran muka air ini dilakukan di lokasi -
lokasi yang disesuaikan dengan rencana skematisasi
dari model matematika, yaitu :
 lokasi pengukuran kecepatan
arus
 inlet / oulet saluran
 anak sungai / saluran yang mempengaruhi
perubahan tinggi muka air pada sungai atau
saluran
 lokasi lain yang dianggap
perlu
Pemasangan peilscal dilakukan untuk mengamati
muka air yang ada di sungai. Kondisi dan posisi
pemasangan akan memenuhi kriteria sebagai berikut
:
 ditempatkan pada bagian sungai yang
lurus
 tidak terjadi aliran balik (back
water)
 di bagian penampang sungai yang stabil baik
CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 19
dasar maupun tebingnya
 bebas dari sampah yang dapat mengganggu hasil
pembacaan muka air

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 20


 dapat teramati pada saat muka air terendah dan
muka air tertinggi
 mudah terjangkau sehingga mudah dalam
melakukan pengamatan
 diusahakan agar lokasi penempatan peilschaal
tidak akan terganggu selama tahap pelaksanaan
konstruksi nantinya.
 Pengukuran Kecepatan Arus
Apabila lebar saluran yang akan diukur lebih dari 20
meter, maka pengukuran dilakukan secara
berpindah- pindah bagian demi bagian pada satu
lokasi yang disesuaikan dengan rencana skematisasi
dari model matematika dan dilakukan pada
kedalaman 0,20 m dari atas, tengah 0,30 m dan dari
dasar disesuaikan dengan kedalaman sungai. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui penyebaran
kecepatan dalam satu penampang sungai, untuk
kemudian dirata-ratakan. (mengikuti standar metode
Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka
(SK.SNI.M-17-1989-F) Departemen Pekerjaan Umum
). Langkah pengukuran kecepatan arus adalah
sebagai berikut:
 pengukuran dengan current meter yang telah
dikalibrasi
 dilakukan pada lokasi dimana potongan melintang
sungai di lokasi peilschaal
 dibuat pada berbagai level muka air sungai,
meliputi air rendah, menengah dan tinggi yang
terjadi selama periode pengukuran.
 staff gauge dibaca sebelum dan sesudah
setiap pengukuran kecepatan
 lebar penampang dibagi dlm pias-pias vertikal dan

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 21


disesuaikan dengan lebar sungai.

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 22


Tabel 3.1. Interval Pias Pengukuran
Interval garis-garis Interval garis-garis
Lebar permukaan pengukuran dalamnya air pengukuran kecepatan
air, B (m) (m) aliran (m)

< 10 0,1 B – 0,15 B –


10 – 20 1 2
20 – 40 2 4
40 – 60 03-Apr 6
60 – 80 4 8
80 – 100 5 10
100 – 150 6 12
150 – 200 10 20
> 200 15 30

 jumlah dan kedalaman titik pengukuran kecepatan


serta perhitungan kecepatan rata-rata aliran pada
pias dihitung sbb :

Tabel 3.2. Jumlah dan Titik Pengukuran


Jumlah Kedalaman alat ukur
D Kecepatan rerata
titik
(m) 0,2 D 0,6 D 0,8 D (m/detik)
ukur

< 0,6 1 – x – v 0,6


0,6 – 0,8 2 x – x 0,5 (v 0,2 + v 0,8)
> 0,8 3 x x x 0,25 (v 0,2 + 2 v 0,6 + v 0,8)

Catatan :
D = kedalaman sungai pada sumbu pias (m)
v 0,2; v 0,6; v 0,8 = berturut-turut adalah kecepatan aliran pada titik
yang setara dengan kedalam 0,2 D, 0,6 D dan 0,8 D.

 untuk kondisi dimana tidak memungkinkan


dilakukannya pengukuran kecepatan dengan alat
current meter, maka dengan persetujuan
Direksi

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 23


Pekerjaan dapat dilakukan pengukuran
kecepatan menggunakan metode pelampung
 berdasarkan kedalaman aliran, maka digunakan
tipe pelampung dan faktor penyetara sbb :

Tabel 3.3. Tipe Pelampung dan Faktor Penyetara


Panjang tangkai
Pelampung Kedalaman air Faktor
pelampung
tipe no. (m) penyetara, f
(m)
1 < 0,7 Pelampung permukaan 0,85
2 0,7 – 1,3 0,5 0,86
3 1,3 – 2,6 1,0 0,91
4 2,6 – 5,2 2,0 0,94
5 > 5,2 4,0 0,96

kecepatan aliran pada pias dihitung sbb. :


L
V=f .
T
dimana :
V = kecepatan aliran pada pias
f = faktor penyetara dari pelampung
L = panjang lintasan yang ditempuh pelampung
T = travelling time

 Pengukuran Penampang Melintang Sungai/Saluran

Pengukuran ini dilakukan pada tempat-tempat


pengukuran kecepatan arus dan tempat lain yang
dianggap perlu. Pengukuran penampang di saluran
dapat dilakukan dengan sistim colok (dengan tongkat
atau tali), sedangkan di sungai yang lebar dan dalam
dilakukan dengan alat echosounder. (mengikuti
standart metode Pengukuran Debit Sungai
dan Saluran Terbuka (SK.SNI.M-17-1989-F)

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 24


Departemen

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 25


Pekerjaan Umum ). Tata Cara Pengukuranan dengan
cara manual (colok) adalah sebagai berikut :
 dibuat tegak lurus arah aliran dari tepi/tanggul
kiri
sampai tepi/tanggul kanan
 interval pengukuran potongan melintang harus
diambil tidak lebih dari 2 meter pada arah lebar
sungai serta bentuk profil sungai dapat
digambarkan dengan cukup jelas
 pengukuran luas penampang aliran dilakukan
dengan mengukur kedalaman aliran pada masing-
masing pias penampang sungai. Luas penampang
dihitung dengan metoda trapezoidal
 skala gambar potongan melintang 1 :
100

 Pengukuran Sipat Datar

Pengukuran ini dilakukan untuk mengikat peilschaal


ke benchmark terdekat sehingga dapat diketahui
ketinggian muka air dan muka tanah dengan datum
yang sama. Pengukuran dilakukan di semua lokasi
pengukuran tinggi muka air dengan menggunakan
waterpass atau theodolit. Pengikatan nol peilschaal
terhadap benchmark dimaksudkan untuk mengetahui
elevasi muka air terhadap lahan atau benchmark
proyek.

 Pengukuran Keasaman Air

Pengukuran ini terutama dilakukan pada lokasi


pengukuran muka air dan kecepatan arus yang
disesuaikan dengan rencana skematisasi dari model
matematika. Selain tempat-tempat tersebut,
pengukuran ini dilakukan pada tempat-tempat lain
yang dianggap perlu seperti anak sungai, sumur
CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 23
penduduk, genangan dan kolam-kolam yang
ada,

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 24


dengan selalu berkonsultasi dengan Direksi.
Pengukuran dilakukan dengan pH-meter atau pH-
paper.
 Pengambilan Contoh Air
Pengambilan contoh air dilakukan baik untuk air
sungai, saluran yang disesuaikan dengan rencana
skematisasi dari model matematika. Selain itu juga
dilakukan pada air sumur atau kolam penduduk.
Jumlah dan lokasinya akan disesuaikan dengan
kepentingannya dan akan dikonsultasikan dahulu
dengan Direksi. Contoh air ini kemudian dibawa ke
laboratorium untuk dianalisis sesuai dengan
kepentingannya (pertanian dan air minum).
(mengikuti standar Metode Pengambilan Contoh Uji
Kualitas Air (SK.SNI.M-02-1989-F) Departemen
Pekerjaan Umum )
 Pengambilan Contoh Sedimen
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan
sumber sedimen, kandungannya, serta sistim
pengendapannya. (bedload dan suspended load)
(mengikuti standart Metode Pengambilan Contoh Uji
Kualitas Air (SK.SNI.M-02-1989-F) Departemen
Pekerjaan Umum)
 Sedimen layang
Pada prinsipnya lebar sungai dibagi menjadi
beberapa segmen. Tiap segmen dibagi lagi menjadi
beberapa titik vertikal. Karena distribusi sedimen
layang semakin mengecil ke arah permukaan air
maka jarak antara vertikal semakin mengecil ke arah
dasar sungai. Pada setiap titik vertikal dilakukan
pengukuran selama 3 menit, kemudian sedimen yang
tertangkap diukur volume dan beratnya.
CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 24
Pengambilan contoh dilakukan di lokasi pengukuran
debit dengan alat depth integrating water
sampler. Posisi pengambilan sekurang-kurangnya 3
titik pada arah melintang lebar sungai (1/4 L; ½ L;
¾ L). pengambilan dilakukan secara simultan dengan
pengukuran kecepatan aliran,. Staff gauge akan
dibaca sebelum dan sesudah pengambilan contoh.
Informasi di bawah ini akan dicantumkan pada botol
sampler :
 nomor contoh lokasi
 tanggal / jam
 pembacaan staff gauge
 jarak dari titik awal (tanggul
dsb)
Item-item tersebut juga akan ditulis pada lembar
laporan harian dan laporan bulanan,
dilengkapi dengan kecepatan aliran pada tempat
pengukuran. Botol yang berisi contoh akan tertutup
dan terjaga dengan baik hingga dibawa ke
laboratorium. Masing- masing contoh air akan
diperiksa di laboratorium untuk mengetahui
konsentrasi sedimen suspensinya. Hasil pemeriksaan
tersebut dianalisis untuk mendapatkan hubungan
antara besarnya debit dengan kandungan
sedimen suspensi, yang dinyatakan dalam kurva
persamaan laju sedimen (ton per hari) terhadap
3
fungsi debit (m /detik).
 Sedimen dasar
Pengambilan material dasar sungai dilakukan dengan
alat bed material sampler. Pengambilan contoh
dilakukan sesuiai kebutuhan masing-masing pada
titik pada arah lebar sungai sesuai pengambilan

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 25


contoh air. Pemeriksaan laboratorium dari contoh
material dasar tersebut meliputi gradasi butir, specific
gravity.

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 26


Pengolahan dan Analisis Data

Kegiatan pengolahan dan analisis data


hidrometri meliputi :
 Pengolahan atas data lapangan yang meliputi :
 Perhitungan kecepatan air rata-rata pada tiap
lokasi pengukuran
 Perhitungan tinggi muka air rata-rata, maksimum,
minimum, serta tinggi muka air banjir (jika ada).
Tinggi muka air ini sudah diikatkan dengan elevasi
topografi lahan (BM).
 Perhitungan luas dan tinggi genangan
 Perhitungan luas penampang basah pada tiap
lokasi pengukuran kecepatan
 Perhitungan luas penampang basah pada tiap
lokasi pengukuran kecepatan
 Perhitungan debit run-off
 Perhitungan kemiringan dasar sungai
 Perhitungan tingkat keasaman, dan sedimen
transport (konsentrasi sedimen)
 Pekerjaan grafik dari hasil pengolahan data
yang menyatakan hubungan antara:
 Tinggi muka air dan waktu
 Kecepatan arus dan waktu
 Debit dan waktu
 Debit dan kedalaman (rating curve)
 Juga sebagai hasil pengolahan data, didapatkan :
 Pengikatan pengukuran profil sungai/saluran ke BM
terdekat
 Pengikatan peilschaal pengamatan tinggi muka
air ke BM terdekat

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 27


Rambu

Rambu

Waterpasss

Peilschaal

Gambar 3.4. Sketsa Pengikatan ke titik tetap / levelling

½ L ½ L ½ L ½ L

0,5

a. DEBIT < 5 m3/detik

1
/3 1
/3 1
/3 1
/3 1
/3 1
/3

0,5

b. DEBIT 5 – 150

1
/4 1
/4 1
/4 1
/4 1
/4 1
/4 1
/4 1
/4
0,2

0,8

c. DEBIT > 150


Keterangan :
= Titik pengambilan contoh air dengan alat tipe tegak terpadu
= Titik pengambilan contoh air dengan alat tipe mendatar
D = Kedalaman air
L = Lebar sungai

Gambar 3.5. Titik pengambilan contoh air sungai

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 28


2. Studi Hidrologi
 Pengumpulan data hidrologi
Pengumpulan data dalam hal ini meliputi
pengumpulan semua data hidrometeorologi di sekitar
daerah proyek seperti data curah hujan, data iklim, data
evaporasi, data aliran sungai serta informasi dari
masyarakat sekitar mengenai banjir atau kekeringan
yang pernah terjadi. Kegiatan pengumpulan data
hidrologi di lapangan meliputi: Pengumpulan data
curah hujan (terbaru) selama
minimum 10 tahun berturut-turut dari stasiun
pencatat hujan terdekat.
Pengumpulan data klimatolgi lainnya (terbaru) selama
minimum 5 tahun berturut-turut dari stasiun terdekat.
Pengumpulan data debit sungai selama minimum
10 tahun (stasiun AWLR yang rencana diperlukan, bila
ada).
Pengumpulan data/informasi banjir (tinggi, lamanya
perkirakan luas daerah genangan, saat terjadinya dan
dampaknya), baik dengan pengamatan langsung
dengan memperhatikan bekas-bekas tanda-tanda banjir
di pohon atau rumah, maupun melalui wawancara
dengan penduduk setempat. Data tersebut bila
memungkinkan akan diikatkan ke BM terdekat.
Pengolahan atas data lapangan yang meliputi :
 Pengolahan data klimatologi
 Pengolahan data ini meliputi analisis suhu,
kelembaban relatif, lama penyinaran matahari,
kecepatan angin, curah hujan dan penguapan
(evapotranspirasi). Data yang akan diolah diambil
dari stasiun pencatat iklim yang berada di wilayah
studi atau yang berada dalam regieme iklim yang
sama selama minimum 10 tahun berturut-turut.
 Analisis frekuensi hujan harian ekstrim
 Perhitungan run-off akibat hujan harian esktrim
 Perhitungan distribusi frekuensi curah hujan
bulanan dan curah hujan efektif
 Perhitungan curah hujan rencana
 Perhitungan banjir rencana kala ulang 2, 5, 10, 20, 25,
50.
 Perhitungan curah hujan maksimum
 Perhitungan drainage module untuk curah hujan
1 dan 3 harian dengan kala ulang (return period) 3
dan
5 tahun.

 Perhitungan Debit Sungai

Kegiatan ini ditujukan untuk mendapatkan hubungan


antara tingi muka air dan besarnya debit. Hubungan ini
disebut rating curve. Debit sungai dihitung berdasarkan
persamaan kontinuitas:

n
Q   V
i 1
i . Ai 

dimana :
Q = debit total pada penampang sungai
3
(m /detik)
Vi = kecepatan aliran pada masing-masing pias
(m/detik) Ai = luas penampang masing-masing pias,
untuk metode
2
ini adalah luas rerata pias hulu dan hillr (m /detik)

 Pembuatan lengkung debit (rating curve)

Berdasarkan hasil pengukuran debit yang telah dibahas di


depan maka dibuat lengkung debit (rating curve), yaitu
suatu lengkung hubungan antara elevasi permukaan air
dan besarnya debit. Dilakukan dengan dua cara, yaitu :
Cara grafis, menggambarkan posisi titik pada kertas
grafik (skala normal atau skala logaritma), kemudian
ditarik suatu garis yang mewakili titik-titik tersebut.
Cara analitis, hubungan antara elevasi permukaan air
dan debit diperoleh dengan cara analitis. Umumnya
merupakan persamaan logaritma yang dapat
didekati dengan
persamaan :
2
Q = ah + bh + c

dimana :
Q = debit
h = elevasi permukaan
air
a,b,c = konstanta (dicari dengan metode kuadarat
terkecil)

Sering terjadi bahwa hubungan tidak dapat dinyatakan


dengan persamaan seperti di atas. Dalam kondisi ini
penerapan persamaan dibuat bagian demi bagian dengan
membaginya menjadi beberapa bagian, misalnya bagian
keadaan air tertinggi dan keadaan air terendah. Dengan
lengkung debit ini maka besar debit aliran setiap saat
dapat diperkirakan jika elevasi muka air diketahui.
 Analisis Curah Hujan

Pengisian data hujan yang


kosong

Sering terjadi bahwa curah hujan yang tercatat pada


suatu pos hujan tidak lengkap. Hal ini terjadi karena
beberapa faktor, antara lain alat pencatat hujan rusak
ataupun kelalaian petugas pencatat. Untuk mengisi
kekosongan data ini akan dilakukan dengan
metode
“inversed square distance”.

Px  1 A
2
dx A
2
. PA 
dx . 1 .
dx . C 
2

. PA 
1 dx . . PB  . PC
dx . B  A2
2
1 1

1  dx . A2
. PB . PC

dimana :

PX = tinggi hujan yang dipertanyakan (mm)


PA, PB, PC = tinggi hujan pada saat yang
sama dengan stasiun X dari stasiun di
A, B dan C (mm)
dXA,dXB,dXC = jarak stasiun X terhadap masing -
masing stasiun A, B dan C (km).
Pemeriksaan Data

Dalam suatu studi pengembangan sumber daya air


sangat tergantung sekali pada keberadaan data
hidrologi. Data hidrologi tersebut haruslah stationary,
consistent dan homogeneous sebelum digunakan
untuk analisa frekuensi atau untuk suatu simulasi
hidrologi. Sebelum data hujan digunakan dalam
analisa hidrologi, terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan data hujan (data screening). Prosedur
pemeriksaan data hujan yang dilakukan dapat dilihat
pada Gambar sebagai berikut.
Gambar. Bagan Alir Pemeriksaan Data

Mulai

Pemerikasaan Kasar thd


Data Hujan Harian

Perhitungan Curah
Hujan Tahunan

Pemplotan Data
Hujan Tahunan

Uji thd. adanya Trend / Menyiapkan Sebagian


Absence Linear Trend Seri Data
(Spearman)
mungkin

ya Gunakan
Trend
sebagian Data
tidak

Uji thd. stabilitas tidak mungkin


variance
(F - Test)
ya
Berhenti

Stabil tidak

ya

Uji thd. stabilitas


rata-rata
(t - Test)
ya

tidak
Stabil

ya

Data cukup baik


untuk digunakan

Selesai

Gambar 3.6. Bagan Alir Pemeriksaan Data

Curah hujan wilayah

Curah hujan yang diperlukan untuk analisa banjir


rencana (dalam hal ini pembuang ekstern) sebagai
dasar untuk menentukan dimensi dari suatu bangunan
air adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah
yang ditinjau, bukan curah hujan pada suatu titik
tertentu. Curah hujan ini disebut curah hujan
wilayah / daerah
yang dinyatakan dalam "mm". Untuk mendapatkan
curah hujan wilayah ini, ada tiga cara yang disarankan
SK SNI M – 18 – 1989 – F untuk digunakan yaitu :

 Metoda rata-rata
hitung
 Metoda Thiessen
 Metoda Isohiet

Dalam kajian ini kemungkinan akan digunakan metode


poligon Thiessen, cara ini dipandang cukup baik
karena memberikan koreksi terhadap hujan sebagai
fungsi luas daerah yang diwakili. Metode ini dipakai
bila letak stasiun penakar hujan di dalam sistem DPS
yang ditinjau tersebut tidak merata.

Curah hujan rencana

Metode yang dapat digunakan untuk menganalisa


curah hujan rancangan antara lain metode E. J.
Gumbel, Log Pearson III, Log Normal dan lain-
lain. Studi ini menggunakan metode Log Pearson III
dengan alasan dapat dipakai untuk hampir semua
macam sebaran data (Harto,1985:179). Metode Log
Pearson III memperhitungkan 3 parameter, yakni:
 Simpangan baku (standart
deviation)
 Harga rata-rata (mean
rate)
 Koefisian kepencengan

(skewnesss) Pemilihan jenis sebaran

Metode yang dapat digunakan untuk menganalisa


curah hujan rancangan antara lain metode E. J.
Gumbel, Log Pearson III, Log Normal dan lain-lain.
Untuk mendapatkan suatu agihan frekuensi yang
sesuai dengan data yang tersedia untuk
perhitungan curah
hujan rancangan perlu dikaji terlebih dahulu
ketentuan- ketentuan yang ada, yaitu :
 Hitung parameter-parameter statistik Cs dan
Ck, untuk menentukan macam analisis frekuensi
yang dipakai.
 Koefisien kepencengan/skewness (Cs) dihitung
dengan persamaan :

Cs 

n. X  X 3 
n 1 n 2. S3
 Koefisien kepuncakan/curtosis (Ck) dihitung dengan
persamaan :

Ck 
2
n . X X   4

 n  1  n  2  n  3 . S
4

dengan :
n = jumlah data
X = rerata data hujan (mm)
S = simpangan baku (standar
deviasi) X = data hujan (mm)

Tabel 3.4. Syarat pemilihan agihan


frekuensi
Jenis Agihan Ck Cs
Gumbel 5,40 1,14
Normal 3,00 0,00
Log Pearson III Bebas Bebas

Uji kesesuaian distribusi

Metode yang dapat digunakan untuk menganalisa


curah hujan rancangan antara lain metode E. J.
Gumbel, Log Pearson III, Log Normal dan lain-lain.
Untuk mendapatkan suatu agihan frekuensi yang
sesuai dengan data yang tersedia untuk
perhitungan curah
hujan rancangan perlu dikaji terlebih dahulu
ketentuan- ketentuan yang ada, yaitu :
Pemeriksaan uji kesesuaian ini dimaksudkan untuk
:

 Mengetahui apakah data tersebut benar


sesuai dengan agihan teoritis yang dipakai
 Mengetahui apakah hipotesa tersebut
dapat digunakan atau tidak untuk perhitungan
selanjutnya.
Dalam studi ini digunakan dua macam uji agihan, yaitu
Uji Chi-Kuadrat dan Uji Smirnov-Kolmogorov sebagai
berikut :

 Chi-Kuadrat

Uji ini mengkaji ukuran perbedaan yang terdapat


di antara frekuensi yang diobservasi dengan yang
diharapkan dan digunakan untuk menguji
simpangan secara vertikal, yang ditentukan
dengan persamaan (Soetopo, 1996:10) :

k (  Ej)
2

 2

O

j
hitung
j 1 Ej

dengan :
2 hitung = uji statistik

Ej = frekuensi pengamatan
(observed frequency)
Oj = frekuensi teoritis kelas j
(expected frequency)
Langkah-langkah dalam memakai jenis uji
ini adalah sebagai berikut :
1. Mengurutkan data curah hujan
harian maksimum dari nilai terkecil ke terbesar.
2. Memplot harga curah hujan harian maksimum
Xt dengan harga probabilitas Weibull
(Soetopo,
1996:12):

S n x   n
. 100 %
N 1

dengan :
Sn (x) = probabilitas (%)
n = nomer urut data dari seri yang telah
diurutkan
N = jumlah total data
3. Tarik garis dengan bantuan titik curah
hujan rancangan yang mempunyai periode
ulang tertentu pada kertas semi-log probabilitas
vs curah hujan.
4. Hitung harga frekuensi teoritis dari kertas semi-
log.
5. Hitung nilai  2 hitung dengan persamaan diatas.
2
6. Hitung harga xh cr dengan menentukan
tarap signifikan = 5 % dan dengan

derajat
kebebasan yang dihitung dengan persamaan :

  n  ( m  1)

dengan :

 = derajat kebebasan
n = jumlah data
m = jumlah parameter 2 hitung
untuk

7. Dengan nilai ini dan nilai tingkat kepercayaan


/

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 36


2
level significant  maka didapatkan nilai xh c
2
yang akan dibandingkan dengan nilai xhitung .
Data
2 akan diterima jika dari uji nilai <
x hitung
2
x cr.

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 37


 Uji Smirnov-Kolmogorov
Uji kesesuaian ini digunakan untuk menguji
simpangan secara horisontal. Uji ini dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut :
1. Mengurutkan data curah hujan harian
maksimum dari nilai terkecil ke terbesar.
2. Memplot harga curah hujan harian maksimum
Xt dengan harga probabilitas, Sn(x) seperti
pada persamaan diatas.
3. Pengujian terhadap kesesuaian data dengan
menggunakan tabel diatas dengan parameter
banyaknya data (n), tingkat
kepercayaan
2
/significan level ( ), dan xhcr
4. Hitung nilai selisih maksimum antara distribusi
teoritis dan distribusi empiris dengan
persamaan (Soetopo, 1996:12):

∆maks = Px x  - Sn x 

dengan :
∆ maks = selisih antara probabilitas empiris
dan teoritis
Sx(x) = peluang empiris
Px(x) = peluang teoritis
2
5. Membandingkan nilai xh c dan ∆maks dengan
ketentuan jika :
2
x cr > maks maka distribusi tidak diterima
2
x cr < maks maka distribusi diterima

Analisis Banjir
Pada umumnya desain banjir di Indonesia ditentukan
berdasarkan analisis hujan yang tercatat. Analisis
frekuensi debit maksimum jarang dapat diterapkan
karena keterbatasan masa pengamatan.
Langkah-
langkah yang ditempuh dalam penentuan banjir dari
data hujan untuk daerah aliran sungai adalah sebagai
berikut:
 membuat analisis hubungan antara cuarh
hujan dan debit banjir yang tercatat
 membuat analisis frekuensi curah hujan
harian maksimum tahunan
 dari kedua analisis di atas ditentukan
besarnya banjir untuk beberapa kala ulang
tertentu. Ada beberapa metode dan persamaan
yang biasa digunakan untuk menentukan desain
banjir (flood design)
Metode yang dipakai dalam merencanakan
banjir
rencana untuk saluran pembuang ekstern (sungai
yangcukup besar) adalah sebagai berikut :
 Metode Der Weduwen
 Metode Melchior
 Metode Haspers
 Metode Rational

Modulus Pembuang

Metode yang dipakai dalam merencanakan banjir


rencana untuk saluran pembuang intern adalah
menggunakan Modulus Pembuang. Untuk menentukan
kapasitas rencana jaringan pembuang intern untuk
sawah dihitung dengan rumus berikut :
Q d  1.62 Dm A 0.92

dimana :
Qd = debit rencana, l/det
Dm = modulus pembuang, l/det.ha
A = luas daerah yang akan dibuang airnya, ha
Modulus pembuang rencana, Dm adalah curah hujan
3 hari dengan periode ulang 5 tahun,

D(n)
Dm 
n x 8.64

Sedangkan D(n) adalah pembuang permukaan untuk


satuan luas dan dinyatakan sebagai :

D(n)  R(n) T  n(IR  ET  P)  s

dimana :
n = jumlah hari berturut-turut
D(n) = limpasan air hujan pembuang permukaan
selama n hari, mm
R(n)T = curah hujan selama n hari berturut-turut
dengan periode ulang T tahun, mm
IR = pemberian air irigasi, mm/hari
ET = evapotranspirasi, mm/hari
P = perkolasi, mm/hari
∆s = tampungan tambahan, mm
Dengan anggapan,
IR = 0 l/det
∆s = 0 mm
P = 0 mm/hari
dan besarnya curah hujan 3 hari berturut-turut
dengan periode ulang 5 tahun adalah tertentu, maka
modulus pembuang Dm dapat diketahui yaitu dalam
satuan l/det/ha.

Pembuang Ekstern

Kapasiatas pembuang ekstern diperkirakan dengan


menggunakan rumus sebagai berikut :

Q d  0.116  R(1)
A 0.92
5
dimana :
Qd = debit rencana, l/det
α = koefisien limpasan air hujan
R(1)5 = curah hujan sehari dengan periode ulang 5
tahun, mm
A = luas daerah yang akan dibuang airnya, ha
Kelompok hidrologi tanah daerah studi dapat
digolongkan dalam kelompok C dengan kondisi hutan
tidak lebat, maka harga α dapat ditentukan 0.65.
Sehingga besarnya Qd untuk masing-masing
pembuang ekstern dapat diperkirakan.

Analisis sedimentasi

Inflow sedimen dapat diperkirakan atas dasar :


1. Perbandingan luas daerah pengaliran sungai
Metode ini dapat digunakan dengan cara
mengamati dan memperkirakan laju erosi yang
2
terjadi pada DAS sungai per km per tahun
sehingga didapatkan laju erosi dalam satuan
2
ton/km /tahun. Dari hasil uji laboratorium terhadap
sedimen akan diketahui berat jenis sedimen dalam
3
ton/m . Selanjutnya laju erosi sedimen dapat
3 2
ditransformasikan ke dalam satuan m /km /tahun.
2. Perbandingan debit sedimen dan debit air
Atas dasar pengukuran dan pengamatan terhadap
laju sedimen dan debit air di lapangan, maka akan
didapatkan hubungan persamaan debit sedimen
dengan debit air.
Qs = f (Qair)  dicari persamaan yang paling
sesuai Selanjutnya dengan mengetahui debit air,
maka debit sedimen dapat ditentukan.
3. Atas dasar persamaan empiris
Persamaan empiris yang dapat dipergunakan untuk
menentukan transformasi sedimen dan
pengendapannya di waduk adalah metode MPM
(Meyer – Peter – Muller) (Anonim, 1985:58)
sebagai
berikut :
3
q
 8 .  e  0,047  2
3
 . g . dm

dengan :
3
n 2
*e = * .  b 
 n 

u *2
=
.g.d
m

d   w
=
w

U2
n =
 . g . dm

1/6
nb = 0,0192 . d90

h.I
* =
 . dm

Qs = qb . B

dengan :
qb = angkutan dasar per unit lebar
3
(m /detik/m’)
nb = kekasaran dari kecepatan miring
n = kekasaran sesungguhnya,
dianggap dasar rata dan licin
* = tegangan geser pada dasar sungai
2
(N/m )
h = kedalaman air
(m) B = lebar sungai
(m)
3
Qs = debit aliran muatan dasar (m /detik)
Penyelidikan Geologi Teknik dan Mekanika Tanah

Penyelidikan geologi teknik bertujuan untuk


menyelidiki dan menentukan secara pasti sifat,
susunan, tebal, tipe dan tekstur berbagai lapisan
tanah bawah dan luas serta keadaaan bermacam-
macam bahan yang ada di dalam kedalaman lokasi
yang dimaksud untuk digunakan dalam pekerjaan
detail desain. Ruang lingkup pekerjaan penyelidikan
geologi dan mekanika tanah meliputi :
1. Pemetaan geologi permukaan
2. Pemboran Inti
a. Tes penetrasi standar (SPT)
b. Permeability test
c. Pengambilan contoh-contoh tanah
3. Sondir
4. Hand Boring
5. Test Pit
6. Penyelidikan laboratorium mekanika tanah
7. Pelaporan
Metoda pelaksanaan serta ketentuan-ketentuan
daripada penyelidikan geologi teknik ini adalah
sebagai berikut :

Pemetaan Geologi Permukaan

1. Peta geologi permukaan akan memperlihatkan


semua keadaan geologi di daerah proyek
termasuk lokasi-lokasi bangunan, lokasi bahan
batu dan timbunan.
2. Pemetaan geologi digambar di atas kertas kalkir
85/90 ukuran standar A1 dan hasil cetakannya
dibuat berwarna.
3. Peta tersebut juga akan menunjukkan tipe
batuan, tanah penutup, tampakan-tamapakan
(feature) geologis, seperti kekar, daerah geser,
sesar, pecahan, jurus dan kemiringan lapisan.

Pemboran Inti

1. Pemboran yang disyaratkan untuk penyelidikan


geologi teknik adalah pemboran dengan cara
Pemboran Inti Bermesin (Rotary Core Drilling).
2. Lokasi pengeboran disesuaikan dengan kebutuhan
dan kondisi lapangan dengan total kedalaman 100
meter.
3. Bor yang akan digunakan adalah bor dengan
ukuran “NX” berdasarkan DCDMA (Diamond Core
Drilling Manufactures Association) dengan :
a. Diameter teras (core) 54,7 mm
b. Diameter lubang 75,7 mm
4. Tabung penginti yang digunakan disyaratkan
tabung penginti rangkap (double tube core barrel)
atau untuk hal-hal khusus dapat dipergunakan
tabung penginti rangkap tiga (tripple tube core
barrel)
5. Mata bor yang dipakai tergantung keadaan
batuannya (mata bor tungsten atau mata bor
intan)
6. Pembuatan lubang bor dilakukan untuk
memperoleh contoh dan inti. Pusaran air lumpur
tidak boleh terjadi selama pemboran berlangsung,
agar dinding lubang bor tidak runtuh.
7. Pada waktu membor formasi batuan akan
memakai reaming shell guna mencegah
menyempitnya diameter lubang.
8. Bahan yang dianggap sebagai contoh inti hanya
yang diambil dari tabung penginti saja, selain itu
tidak perlu, untuk itu akan digunakan “metode
pemboran kering”. Pada formasi batuan akan
diambil formasi menerus (continuos core).
9. Setiap kali pemboran selesai, lubang bor akan
ditandai dan tanda ini akan diplot pada gambar.
10. Konsultan akan mengukur lokasi dan elevasi
lubang bor yang telah selesai. BM dan koordinat-
koordinat serta elevasinya akan ditunjukkan oleh
Direksi Pekerjaan.
11. Apabila pada lapisan tanah liat yang lembek atau
batuan yang mudah longsor sehingga dinding
lubang bor tersebut selalu runtuh, disarankan
agar digunakan pipa lindung (casing), sehingga
jenis tanah tersebut dapat diambil.
12. Pada lapisan keras yang sulit ditembus alat bor,
misalnya dijumpai bongkahan batu, maka akan
diadakan pemboran ulang pada jarak 1-3 meter di
sisi lokasi pemboran pertama.

Test Penetrasi Standar (SPT)


1. Umum
a. Tes penetrasi standar dilakukan untuk
memperoleh “harga-N” dan ciontoh terganggu
yang refresentatif dari lapisan tanah.
b. Harga N dipakai untuk membuat perkiraan
kondisi lapisan tanah bawah sehubungan
dengan daya dukung untuk perhitungan
perencanaan pondasi.
c. Harga N didefinisikan sebagai jumlah pukulan
dengan palu seberat 63,3 kg yang jatuh bebas
dari ketinggian 75 cm, untuk memasukkan
alat pengambilan contoh 30 cm ke dalam
tanah.
d. Tes dilakukan dengan interval kedalaman 2
meter dan/atau di tiap-tiap penggantian
bahan pada lapisan tanah.
2. Peralatan yang digunakan :
a. Drive Hammer Assembly, Palu : seberat 63,5
kg, Pipa pemandu : panjang secukupnya
untuk memungkinkan palu jatuh bebas dari
ketinggian 75 cm, Topi lindung (knocking
head), Tali kawat, dsb.
b. Batang Bor, Diameter : 40,5 mm atau 42 mm
c. Alat Pengambil Contoh Split Spoon, Diameter
luar : 2” dan diameter dalam 1 3/8”
d. Lain-lain, Alat pengambil contoh transparan
yang kedap udara, lembar data, dll.
3. Metode
a. Setelah pemboran mencapai kedalaman yang
direncanakan, lubang bor perlu dibersihkan
hingga ke dasarnya dengan mata bor, atau
alat-alat lainnya untuk menjamin agar tanah
yang akan dites tidak terganggu.
b. Alat pengambil contoh (bersih dan sedikit
dilumasi) dipasang pada batang bor dan
semua sambungan dibuat kuat. Alat
pengambil contoh di turunkan ke dasar
lubang, dan topi lindung, pipa pemandu
dipasang di bagian atas batang bor.
c. Kemudian palu di jatuhkan pada topi lindung
sampai alat pengambil contoh masuk sedalam
15 cm ke dalam tanah sebagai pancangan
posisi awal (seating drive). Tinggi jatuh palu
tidak lebih dari 75 cm
d. Setelah itu, dimulai pancangan uji (testing
drive). Jumlah pukulan (tinggi jatuh 75 cm,
dan berat palu 63,5 kg) dan kedalaman
penetrasi untuk tiap pukulan akan diukur dan
dicatat. Penguji akan diteruskan sampai alat
pengambil contoh masuk 30 cm ke dalam
tanah, atau sampai jumlah pukulan mencapai
50 kali, jika kedalaman penetrasi masih belum
mencapai 30 cm.
e. Pada pancangan posisi awal, jika jumlah
pukulan yang dijatuhkan kurang dari 75 cm
lebih dari 8 kali untuk penetrasi 5 cm
pertama, maka pancangan posisi awal ini
akan diteruskan sampai pancangan uji hingga
jumlah pukulan mencapai 50 kali.
f. “Keadaan jatuh bebas” dari ketinggian 75 cm,
akan dilakukan dengan hati-hati. Batang bor
di atas lubang bor akan dipegangi dalam
posisi vertikal untuk mencegah perpindahan
energi akibat tekukan dan sebagainya.
g. Setelah pengujian selesai, alat pengambil
contoh akan dikeluarkan dari lubang bor dan
dibuka. Kemudian contoh yang diambil akan
dimasukkan ke dalam peti contoh kedap
udara dan disegel. Pada peti itu ditempelkan
label yang berisi nomor, tanggal tes,
kedalaman contoh, klasifikasi tanah dan
jumlah pukulan/kedalaman penetrasi.
h. Hasil-hasil pengujian dan contoh akan
diserahkan kepada Direksi Pekerjaan.
i. Metode penyelidikan akan mengikuti standar
prosedur : ASTM, D 1586-67, AASHO, T 206-
70, BS1377, JIS, A 1219-1968

4. Permeability Test

a. Tes permeabilitas akan dilakukan disetiap


lubang bor, mencakup seluruh kedalaman
lubang, kecuali 1½ meter di bawah
permukaan tanah.
b. Metode yang akan dipakai bisa dipilih dari
metode-metode yang ada (seperti tes packer,
tes tekanan/lugeon atau tes open end) sesuai
dengan karakteristik formasi yang akan dites.
Metode tes dan analisis hasil-hasilnya akan
disetujui oleh Direksi sebelum pekerjaan
dimulai.
c. Tes akan dilakukan sekali per (1½ m – 3 m)
dari kedalaman lubang, dengan metode tahap
turun (descending stage method). Sebagai
prinsip, panjang masing-masing tahap akan
kurang dari 5 meter dan tahap-tahap
selanjutnya akan dibor setelah tes
sebelumnya selesai.
d. Peralatan yang akan digunakan perlu disetujui
Direksi sebelum dipakai.
e. Pada tahap dimana dinding lubang mudah
runtuh, lubang itu akan diberi pipa lindung
dan akan dipakai metode tes open end seperti
falling head atau constant head.
f. Tes dilakukan berdasarkan metode tahap. Air
injeksi berkualitas bersih tanpa mengandung
bahan-bahan halus. Tidak diperbolehkan
menggunakan bahan-bahan tambahan dalam
pembuatan lubang bor.
g. Untuk menghindari terjadinya kerenggangan
(clearance) antara lubang bor dan pipa
lindung tanpa mengganggu tekstur lapisan
asli, tidak diperkenankan menggali sedalam 1
meter dari bagian dasar pipa lindung dengan
cara pemukulan dengan palu. Bagian ini akan
dibor dengan cara mendongkrak atau
menekan.

5. Pengambilan contoh-contoh tanah

a. Pengambilan contoh tanah yang dimaksud


adalah contoh tanah tak terganggu asli
(undisturbed sample)
b. Lokasi dan kedalaman dimana contoh akan
diambil selanjutnya akan ditentukan oleh
pihak Direksi.
c. Pengambilan contoh tanah akan dilakukan
secara hati-hati, agar data parameter dan
sifat-sifat tanahnya masih dapat digunakan.
d. Contoh tanah akan disimpan di dalam peti
kayu serta disusun sesuai dengan urutan
kemajuan pemboran. Bentuk dan ukuran Core
Box dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.
Gambar 3.7. Bentuk dan Ukuran Core Box

e. Ukuran peti penyimpanan contoh adalah :


panjang 1,00 meter dan lebar 0,50 meter.
Tiap peti contoh untuk menyimpan contoh
tiap-tiap 5 (lima) meter kemajuan pemboran,
terdiri dari 5 (lima) jalur dan tiap jalur
panjangnya 1 (satu) meter.
f. Pada tutup dan bagian depan peti akan
tercantum Nama proyek, Nama lokasi, Jumlah
lubang bor, Inisial dan kedalaman terakhir
dimana inti dan contoh diambil.
g. Semua peti dan intinya akan disimpan
ditempat yang memenuhi persyaratan dan
diperiksa oleh Direksi.
h. Pengangkutan contoh-contoh tanah hasil
pengeboran inti (core samples) akan
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Struktur tanahnya tidak terlalu terganggu
dan berubah, agar tetap mendekati
keadaan yang sama dengan keadaan
lapangan.
CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 49
2. Kadar air aslinya masih dapat dianggap
sesuai dengan keadaan lapangan.
3. Cara-cara pengambilan contoh tanah dan
cara penyimpanan dalam tabung atau peti
penyimpanan contoh serta ukurannya, dan
cara pengangkutan contoh yang belum
tercantum dalam uraian di atas akan
mengikuti Standar Perencanaan Irigasi.
6. Deskripsi :
a. Konsultan (Ahli Geologi) akan memeriksa
semua inti yang diperoleh dan membuat
deskripsi mengenai sifat-sifat litologi dan
mekanika dari contoh tersebut serta membuat
log bor yang dihimpun dari hasil-hasil uji
ditempat dan menyerahkan semua informasi
yang diperoleh selama pemboran.
b. Deskripsi contoh-contoh batuan hasil
pemboran akan dimasukkan ke dalam kolom
tertentu dan memuat tanggal, elevasi,
deskripsi, satuan batuan, perolehan inti, RQD,
koefisien permeabilitas, SPT, air pembilas, dan
lain-lain.
c. Penamaan satuan batuan akan mengikuti
standar/klarifikasi yang sudah ditentukan
sebagai berikut :
1. TANAH : Unvied soil classification
2. BATUAN : Tekstur, Komposisi,
Mineral, Nama Batuan.
3. PELAPUKAN : Derajat pelapukan
(Bieniawski, 1973), Skala
kekerasan batuan
(Nespak, 1975)

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 50


7. Metode Penyelidikan sebagai berikut :
a. ASTM, D.2113 – 70
b. AASHO, T.225 – 68
c. BS, 4019
Sondir
Uji penetrasi (hand penetration test) sampai batas
2
maksimum tekanan ujung P = 100 kg/cm atau sampai
kedalaman 8 m dengan pembacaan ujung stiap
kedalaman 0.,20 m. Sondir dilakukan pada
rencana bangunan, 20 titik. Sondir akan dilakukan
sampai batas maksimum tekanan ujung p=100
2
kg/cm atau sampai kedalaman 8 s/d 10 m dengan
pembacaan tekanan ujung setiap kedalaman 0,20 m.
Pekerjaan ini akan dilakukan dengan alat sondir tipe
bikonus yang mempunyai kapasitas 2 ton
yang diikatkan pada jangkar yang telah ditanam
dengan baik ke dalam tanah. Pembacaan nilai tekanan
bikonus dilakukan setiap interval 20 cm penetrasi,
kecepatan penetrasi adalah 1 – 2 cm/detik.
Penyondiran ini dilakukan sampai mencapai lapisan
2
tanah dengan tekanan lebih besar dari 100 kg/cm
atau sampai kedalaman + 10 m apabila dijumpai
lapisan dengan tegangan konus yang lebih kecil dari
2
100 kg/cm . dari hasil sondir ini diperoleh grafik yang
menggambarkan perlawanan konus, local shear dan
jumlah lekatan terhadap kedalaman tanah.

Hand Boring

Pemboran tanah (hand boring) sampai kedalaman 8 m


atau sampai pada suatu lapisan keras guna
pengambilan contoh tanah tidak terganggu
(undisturbed sample) pada kedalaman 3 m dan 6

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 51


m.

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 52


Bor tangan (Iwan Auger Bor) dilakukan pada rencana
trase saluran dan bangunan, 20 titik. Pekerjaan ini
mempergunakan hand auger, type Iwan Auger,
dengan mata bor berdiameter 4”. Pemerian
tanah/batuan lunak harus dilakukan pada hasil
pemboran setiap 35 cm. Kedalaman maksimum dari
tiap-tiap lubang adalah 8 meter, juga harus dilakukan
pengambilan contoh tanah asli.

Sumuran Uji / Test Pit

Pembuatan uji (test pit) guna pengambilan contoh


tanah tidak terganggu pada perubahan setiap lapisan
tanah. Sumuran Uji pada rencana lokasi borrow area
(sumber material bahan timbunan), 10 titik. Pekerjaan
ini dimaksudkan untuk mengetahui ketebalan lapisan
tanah dan pengambilan contoh lapisan tanah timbunan
(asli terganggu) di lokasi borrow area. Ukuran lubang
test pit adalah 1.5 x 1.5 x 2.0 m.

Pengambilan Contoh Tanah

Untuk mengadakan penelitian tanah di laboratorium


pengambilan contoh tanah harus dilakukan, hal ini
diperlukan untuk mengetahui sifat fisik dan parameter
tanahnya. Contoh Tanah Asli Tak Terganggu (Undisturbed
Sample)

1. Struktur tanahnya dan sifat-sifat tanahnya tidak


berubah, sehingga mendekati keadaan yang sama
dengan keadaan lapangan
2. Kadar air asli masih dianggap sesuai dengan
keadaan lapangan, mata tabung berdiameter 6.8
cm dan panjang 50 cm
3. Segera setelah pengambilan contoh selesai, kedua
ujung tabung contoh harus ditutup dengan

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 53


paraffin guna melindungi dari getaran dan lain-
lain.
4. Pada saat mengambil contoh, harus diberikan
tekanan sentries agar struktur tanah tetap serupa
dengan kondisinya di lapangan.
Contoh Tanah Terganggu (Disturbed Sample)
1. Bila masing-masing lapisan tanah cukup tebal,
maka contoh harus diambil dari masing-masing
lapisan dengan pengambilan vertikal.
2. Bila lapisan-lapisanya tipis (0.5 m) maka
pengambilan contoh tanah tersebut diambil secara
keseluruhan dengan pengambilan vertikal.

Penyelidikan laboratorium

1. Penyelidikan laboratorium yang dimaksudkan


adalah pengujian bahan tanah, guna memberikan
lebih banyak masukan data yang akan dipakai
dalam detail desain yang sesuai dengan kondisi
bangunannya
2. Percobaan laboratorium diusahakan memberikan
hasil yang andal
3. Metode dan Persyaratan Uji Tanah
Pengujian tanah akan dilakukan sesuai dengan
prosedur standar berikut :
1. Berat jenis (ASTM D. 854-83)
2. Kadar air (ASTM D. 2216-80)
3. Analisa ukuran butir (ASTM D. 422-63 (72))
4. Batas-batas atterberg (ASTM D. 4318-84)
5. Triaxial Compression Test, CU (ASTM D. 4767-88)
& UU (ASTM D. 2850-87)
6. Unconfined Compression Test (ASTM D.2166)
7. Consolidation Test (ASTM D.2435-80)

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 54


8. Compaction (ASTM D. 689-79)
9. Permeability Test

Pelaporan

Laporan akhir penyelidikan geologi dan mekanika


tanah akan dibuat tersendiri yang memuat hal-hal
sebagai berikut :
1. Isi Pelaporan, Isi laporan Penyelidikan Geologi dan
Mekanika Tanah akan merupakan keseluruhan
hasil kegiatan lapangan, laboratorium, analisis dan
evaluasi data.
2. Kesimpulan dan Saran, Kesimpulan dan saran
akan memuat hal-hal yang penting secara ringkas
dan jelas mengenai :
a. Keadaan geologi permukaan
b. Pembagian perlapisan permukaan
tanah/batuan yang terinci dan akan memuat
harga-harga parameter untuk keperluan
perencanaan
c. Saran untuk mendapatkan hasil perencanaan
yang baik, maupun hal-hal yang perlu
diperhatikan pada saat pelaksanaan.
3. Lampiran
Lampiran-lampiran yang akan disertakan dengan
laporan adalah sebagai berikut :
a. Peta lokasi daerah proyek dengan skala
1:50.000 atau skala 1:25.000 .
b. Peta geologi regional dengan skala 1:100.000,
jika tidak tersedia dengan skala yang lebih
besar.
c. Peta gologi lokal daerah proyek dan peta lokasi
titik penyelidikan.

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 55


d. Gambar penampang-penampang geologi,
dengan skala vertikal maksimal 2 × skala
horizontal
e. Peta lokasi bahan timbunan atau bahan batu.
f. Peta kegempaan
g. Hasil lapangan yang berhubungan dengan
pekerjaan.
h. Hasil laboratorium yang berhubungan dengan
pekerjaan.
i. Foto-foto yang memuat keadaan lokasi dan
kegiatan pekerjaan lapangan.
4. Lain-lain
a. Hal-hal yang belum tercantum dalam syarat-
syarat pekerjaan ini bilamana diperlukan akan
diadakan pembicaraan antara Pemberi
Pekerjaan sebagai pihak pertama dengan
Konsultan sebagai pihak kedua.
b. Segala kerusakan, hilang atas contoh-contoh
yang telah diambil dari lapangan, sehingga
tidak dapat melaksanakan pekerjaan pengujian,
Rekanan (Konsultan) akan melaksanakan
pekerjaan ulang dengan biaya tanggung jawab
Rekanan.
c. Segala kerusakan data, hilang, tulisan tidak
jelas dan lain-lain, Rekanan akan bersedia
memperbaiki atau mengadakan pengujian
ulang dengan biaya tanggung jawab Rekanan.
d. Sebelum penyerahan hasil pekerjaan terlebih
dahulu dibahas bersama Direksi untuk
mendapatkan pengesahan.

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 56


e. Data hasil pengujian yang telah dicetak,
disusun dengan rapi serta dijilid berbentuk
laporan.
f. Segala kerusakan tanaman, jalan-jalan logistik
atau kerugian lain-lain yang diakibatkan oleh
pekerjaan ini menjadi tanggung jawab
Rekanan.
g. Hal-hal lain yang belum tercantum dalam
spesifikasi ini akan ditentukan kemudian oleh
Direksi.

Identifikasi Permasalahan

1. Stabilitas/masalah longsor lereng tanggul


2. Stabilitas bangunan pintu air dan bangunan
pelengkap lainnya (apa bila ada) antara lain ;
settlement, leakage, seepage, dan kerusakan
lainnya
3. Banjir tahunan dan periode ulang yang lebih besar
berupa tinggi dan lama genangan
4. Kecepatan sedimentasi di drainase alam
5. Kendala-kendala non teknis pada lokasi ini.

Kegiatan System Planning

Kegiatan ini meliputi antara lain :


1. Elaborasi dan analisa data lapangan
2. Perumusan rencana pengembangan lokasi,
berdasarkan hidro topografi, kondisi tanah,
kesesuaian lahan, water management zoning,
pemecahan permasalahan yang ada baik aspek
teknis maupun non teknis
3. Merencanakan lay out jaringan untuk kegiatan
pengembangan menunjang hasil/rumusan pada
butir b. dan mengevaluasi jaringan reklamasi yang
CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 57
ada. Perencanaan lay out harus
mempertimbangkan pembebasan tanah yang
minimal, kebutuhan jalur hijau, aspek sosial, dan
budaya setempat serta berwawasan lingkungan.
Bidang-bidang yang tercakup dalan System
Planning adalah :
a. Pembuatan lay-out jaringan irigasi, termasuk
skema jaringan dan skema bangunan
b. Prakiraan debit andalan sungai / sumber air
dengan menganalisa catatan data yang
lampau.
c. Penegasan areal irigasi di daerah persawahan
maupun pemukiman
d. Penetapan efisiensi irigasi
e. Penetapan sistem golongan
f. Penentuan Pola Tata Tanam serta analisa
kebutuhan air tanaman baik di sawah, saluran
tersier, sekunder, primer sampai di pintu
pengambilan
g. Peninjauan dan penyusunan data tentang cara
operasi dengan memperhatkan atas hal-hal
sebagai berikut :
 Identifikasi masalah operasioanl dan kendala
untuk mendapatkan konsep desain yang
cocok.
 Menjajaki kinerja jaringan irigasi masa
lampau dalam mencari tipe bangunan yang
tepat.
 Identifikasi masalah pemeliharaan, sebab-
sebab kerusakan bangunan yang berulang-
ulang dan sebagainya guna mendapatkan
pemecahan hidrolik yang tepat.
CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 58
 Identifikasi masalah personil (tenaga
operasional) dan fasilitas Operasi dan
Pemeliharaan (perumahan karayawan,
komunikasi, transportasi).
h. Persiapan rencana operasi jaringan.
i. Persiapan rencana pemeliharaan termasuk
pemakaian peralatan.
j. Penyusunan anggaran khusus operasi dan
pemeliharaan di tingkat Cabang Dinas yang
bersangkutan.

3.2.3 Kegiatan Desain Rinci Jaringan Irigasi

1. Saluran Pembawa

Saluran pembawa adalah saluran yang berfungsi membawa air


irigasi dari bangunan utama sampai ke areal rencana yang akan
diairi. Berdasarkan fungsinya dalam jaringan irigasi, saluran
pembawa dibedakan menjadi 4 (empat) bagian yaitu :
 Saluran pembawa primer/Induk
Saluran pembawa yang berfungsi membawa air irigasi dari
bangunan utama sampai bangunan bagi/sadap pertama.
 Saluran pembawa sekunder
Saluran pembawa yang berfungsi membawa air irigasi dari
bangunan bagi/sadap pertama sampai bangunan sadap
terakhir.
 Saluran pembawa tersier
Saluran pembawa yang berfungsi membawa air irigasi dari
bangunan bagi/sadap ke petak-petak tersier (sampai boks bagi
tersier).
 Saluran pembawa kuarter
Saluran pembawa yang berfungsi membawa air dari boks bagi
untuk kemudian didistribusikan langsung ke petak-petak
sawah.

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 59


2. Trase Saluran Pembawa
Pada umumnya trase (alignment) dari saluran pembawa dipilih
pada bagian punggung ( elevasi tertinggi ) agar jangkauan
pelayanannya mencapai maksimal. Namun demikian, dalam
pelaksanaannya seringkali letak trase tersebut baru dapat
ditetapkan setelah dilakukan perbandingan terhadap beberapa
alternatif. Karenanya, peta situasi proyek skala 1 : 2.000 (hasil
pengukuran topografi) dapat digunakan sebagai tahap
pendahuluan dalam meninjau trase saluran, yang kemudian
dilanjutkan dengan peninjauan/ pengecekan dilapangan untuk
mendapatkan posisi aktual trase saluran.
Pada saat pengukuran trase saluran, jika dijumpai kondisi lapangan
yang ekstrim seperti perubahan tinggi yang menyolok segera
dilakukan perubahan jalur trase. Dimana dalam hal melakukan
perubahan jalur trase tersebut perlu juga dipikirkan mengenai
posisi titik belok dan sudut belokan terhadap kondisi medan
lapangan dan rencana trase saluran secara keseluruhan.

3. Kapasitas Saluran

Kapasitas saluran adalah kemampuan suatu saluran untuk


membawa sejumlah air yang harus dialirkan, dimana dalam
merencanakannya dipengaruhi :

 Kuantitas pemberian air irigasi


 Luas arel rencana yang akan diairi
 Besarnya kebutuhan air irigasi di sawah
 Cara penanaman, yaitu dengan sistim golongan dengan rotasi
atau tidak

Kapasitas rencana dari saluran pembawa direncanakan dengan


menggunakan persamaan seperti berikut :

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 60


Q = A x NFR / 

Dimana:
Q = Debit rencana (lt/det)
NFR = Kebutuhan air irigasi di sawah (lt/det/Ha)
A = Luas daerah yang akan diairi (Ha)
 = Efisiensi irigasi

Apabila air yang dialirkan juga diperuntukkan bagi keperluan selain


irigasi, maka debit rencana harus ditambah dengan jumlah
kebutuhan tersebut dan dengan memperhitungkan efisiensi
pengaliran.

4. Hidrolis Saluran Pembawa

Pada jaringan irigasi dengan sistim gravitasi, berfungsi tidaknya


saluran tersebut menjatahkan air ke areal rencana sangat
dipengaruhi oleh tinggi muka air rencana di tempat penyadapan
(bangunan sadap/boks bagi). Sehingga apabila terjadi elevasi muka
air rencana lebih rendah dari elevasi sawah rencana praktis saluran
tersebut tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya. Karenanya,
dalam merencanakan dimensi saluran harus selalu dibarengi
dengan pengontrolan elevasi muka air rencana (pada bangunan
sadap/boks) terhadap elevasi sawah tertinggi. Penetapan muka air
rencana pada masing-masing tempat penyadapan didasarkan atas
penetapan tinggi genangan di areal persawahan ditambah
kehilangan tinggi disepanjang saluran dan bangunan-bangunan
yang ada.
Dimensi saluran pembawa direncanakan dengan menggunakan
persamaan rumus Strickler ngan bentuk persamaan seperti
de
berikut:

V=kx
x
Q=vxA
R = A/P

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 61


Dimana:
3
Q = Debit rencana (m /det)
v = Kecepatan aliran (m/det)
2
A = Luas penampang basah (m )
R = Jari-jari hidrolis (m)
P = Keliling basah (m)
I = Kemiringan rencana dasar saluran
k = Koefisien kekasaran
Harga koefisien kekasaran bahan untuk saluran tanah dan saluran
pasangan adalah sebagaimana yang terdapat pada Tabel - Tabel
berikut.

Tabel 3.5. Harga Koefisien Kekasaran Bahan untuk


saluran tanah
Debit Rencana
No 3 Koefisien (k)
(m /det)
1 Q > 10 45
2 5 < Q < 10 42,5
3 1<Q<5 40
4 Q<1 35

Tabel 3.6. Harga Koefisien Kekasaran Bahan untuk


saluran pasangan
Konstruksi Koefisien
No
Saluran (k)

1 Pasangan batu kali 60


2 Pasangan beton 70

Kecepatan maksimum yang diijinkan untuk saluran pembawa tanpa


pasangan ditinjau dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
vmaks = vb x A x B x C

dimana :

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 62


vmaks = Kecepatan maksimum yang diijinkan (m/det)
vb = Kecepatan dasar (m/det)
A = Faktor koreksi angka pori
B = Faktor koreksi kedalaman air
C = Faktor koreksi pada belokan
Sedangkan untuk saluran pembawa dengan pasangan, kecepatan
maksimum yang diijinkan adalah : Untuk pasangan batu kali vmaks =
2,00 m/det, dan untuk Untuk beton vmaks = 3,00 m/det

5. Tinggi jagaan dan Lebar tanggul minimum

Batasan tinggi jagaan (w) minimum dan lebar tanggul minimum


untuk saluran tanah dan pasangan dalam kaitannya dengan debit
rencana ditetapkan sebagaimana yang tercantum pada Tabel
berikut.

Tabel 3.7. Tinggi Jagaan dan lebar tanggul Minimum


Tinggi Jagaan Lebar tanggul
Debit Minimum Minimum
No Rencana Salura Tanpa Dengan
3 Saluran
(m /det) n jalan jalan
Pasangan
Tanah Insppeksi Insppeksi

1 < 0.50 1,00 3,00


0.40 0.20
2 0.50 1.50 1,50 3,00
0.50 0.20
3 1.50  5.00 1,50 5,00
0.60 0.25
4 5.00 10.00 2,00 5,00
0.75 0.30
5 10.00  15.00 3,50 5,00
0.85 0.40
6 > 15.00 3,50  5,00
1.00 0.50

6. Kemiringan Talud

Perencanaan kemiringan lereng saluran dipertimbangkan terhadap


stabilitas lereng dan ditinjau dari aspek ekonomis. Dimana
kemiringan lereng yang landai adalah yang paling menguntungkan
bila ditinjau dari stabilitasnya akan tetapi tidak menguntungkan
menurut tinjauan aspek ekonomis. Karena itu, kemiringan talud
CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 62
minimum untuk saluran tanah diambil seperti pada Tabel dibawah
ini.

Tabel 3.8. Kemiringan Talud Minimum Untuk Saluran Tanah


Debit Rencana Kemiringan
No 3
(m /det) Talud (1 : m)
1 < 1,50 1,00
2 1,50  10,00 1,50
3 > 10 2,00

7. Saluran Pembuang/Drainase
Saluran pembuang didefinisikan sebagai saluran yang berfungsi
menampung dan sekaligus membuang kelebihan air yang sudah
tidak dipakai pada suatu sistim irigasi rencana.
Berdasarkan letak daerah tangkapannya, saluran pembuang
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
 Saluran Pembuang Eksternal, yaitu Saluran pembuang yang
menampung dan mengalirkan air buangan dari luar areal irigasi
rencana.
 Saluran Pembuang Internal, yaitu Saluran pembuang yang
direncanakan untuk menampung dan mengalirkan air buangan
yang berasal dari areal irigasi.
Berdasarkan fungsi saluran pembuang tersebut dalam jaringan
irigasi, dibedakan menjadi 4 (empat) yaitu :
 Saluran Pembuang Primer, yaitu Saluran pembuang yang
berfungsi menampung dan mengalirkan air buangan dari
beberapa petak sekunder.
 Saluran Pembuang Sekunder, yaitu Saluran pembuang yang
direncanakan untuk menampung dan mengalirkan air buangan
yang berasal dari beberapa petak tersier.
 Saluran Pembuang Tersier, yaitu Saluran pembuang yang
direncanakan untuk menampung dan mengalirkan air buangan
yang berasal dari beberapa petak kuarter.
 Saluran Pembuang Kuarter, yaitu Saluran pembuang yang
direncanakan untuk menampung dan mengalirkan air buangan
yang berasal dari petak kuarter.

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 63


8. Trase Saluran Pembuang

Trase saluran pembuang terutama untuk pembuang primer dan


sekunder, sedapat mungkin memanfaatkan saluran alam atau
sungai yang ada dengan tetap memperhatikan kondisi
topografinya. Untuk trase saluran pembuang tersier dan kuarter
dipilih pada daerah lembah (elevasi terendah), agar dapat
menampung kelebihan air buangan dari daerah irigasi tersebut
secara efektif tanpa menimbulkan genangan yang dapat
mengganggu jaringan.

9. Kapasitas Saluran

Desain kapasitas saluran pebuang didasarkan pada luas daerah


tangkapan, modulus drainase serta fungsi dari saluran pembuang
tersebut, yaitu sebagai saluran pembuang eksternal atau saluran
pembuang internal. Kapasitas rencana saluran ekternal
direncanakan berdasarkan debit rencana buangan. (periksa Sub
Bab – Hidrologi diatas).

10. Hidrolis Saluran Pembuang

Hidrolis saluran pembuang direncanakan dengan menggunakan


persamaan Strickler dengan ben uk amaan seperti berikut :
t pers
V=kx
x
Q=vxA
R = A/P
Dimana:

Q = Debit rencana (m3/det)


v = Kecepatan aliran (m/det)
A = Luas penampang basah (m2)
R = Jari-jari hidrolis (m)

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 64


P = Keliling basah (m)
I = Kemiringan rencana dasar saluran
k = Koefisien kekasaran bahan

Harga dari koefisien kekasaran Strickler sangat tergantung pada


beberapa faktor seperti berikut :
 Kekasaran dasar dan talud saluran
 Lebatnya vegetasi yang ada
 Panjang batang dari vegetasi yang ada
 Ketidak teraturan dan trase saluran
 Jari-jari hidrolis dan kedalaman saluran

Akan tetapi dalam perencanaan hidrolis saluran pembuang dipakai


harga koefisien kekasaran Strickler seperti pada Tabel berikut,
dimana harga tersebut di dasarkan pada asumsi bahwa vegetasi di
saluran dipotong secara teratur.

Tabel 3.9. Koefisien Kekasaran Strickler Untuk Saluran Pembuang


Kedalaman air Kekasaran
No 1/3
(H) (m /det)
1 H > 1,50 30
2 H  1,50 25

Penetapan kecepatan maksimum yang diijinkan untuk saluran


pembuang ditinjau dengan menggunakan persamaan :

vmaks = vb x A x B x C x D

dimana :

vmaks = Kecepatan maksimum yang diijinkan (m/det)


v b = Kecepatan dasar (m/det)
A = Faktor koreksi angka pori
B = Faktor koreksi kedalaman air
C = Faktor koreksi pada belokan
D = Faktor koreksi bila digunakan banjir rencana dengan kala
ulang tinggi.

11. Kemiringan Talud

Perbandingan talud pada saluran pembuang didasarkan terhadap


stabilitas saluran rencana dan pertimbangan ekonomis, dimana
harga perbandingan yang digunakan adalah seperti Tabel berikut.

Tabel 3.10. Kemiringan Talud Untuk Saluran Pembuang


Kedalaman Galian Kemiringan
No
D (m) Talud (1 : m)
1 D < 1,00 1,0
2 1,00  D  2,00 1,5
3 D > 2,00 2,0

12. Tinggi Jagaan

Tinggi jagaan (w) pada saluran pembuang dimaksudkan untuk


memberikan perlindungan secara penuh terhadap areal rencana
dari bahaya banjir, dimana harga tinggi jagaan minimum yang
diperlukan dalam kaitannya dengan debit rencana buangan
diperoleh dari grafik (KP-03).

13. Bangunan Bagi/Sadap

Bangunan Bagi/Sadap direncanakan pada saluran induk dengan


maksud untuk membagi aliran air antara dua saluran atau lebih.
Sedangkan bangunan sadap direncanakan pada saluran induk dan
saluran sekunder dengan maksud untuk membagi aliran air ke
petak-petak tersier.
Salah satu aspek penting dalam perencanaan bangunan bagi/sadap
adalah kepekaannya terhadap fluktuasi muka air, karenanya untuk
menjaga agar muka air rencana pada bangunan bagi atau
bangunan sadap dapat terkendali perlu dilengkapi dengan pintu
pengatur muka air (regulating gate) pada bagian penerus. Untuk
pintu pengatur muka air bisa digunakan pintu sorong ulir yang
dilengkapi dengan balok sekat (untuk pemeliharaan) dan papan
duga muka air.
Sehubungan dengan fungsi dari bangunan bagi/sadap yaitu untuk
membagi aliran air, maka pada bagian penyadapan dilengkapi pula
dengan bangunan ukur (measurement structure). Dalam hal
pemilihan jenis bangunan ukur yang akan digunakan harus
dipertimbangkan terhadap aspek teknis (akurasi pengukuran),
ekonomis serta kemudahan dalam operasi dan pemeliharaannya.

14. Pintu Pengatur (Regulating Gate)

Dengan mempertimbangkan keuntungan dan kekurangan masing-


masing bangunan pengatur muka air, maka pada bangunan
sadap/bagi disarankan menggunakan pintu sorong. Yang mana
pintu sorong mempunyai akurasi yang paling baik dalam hal
mengatur muka air dibanding dengan pintu pengatur muka air
yang lainnya.
Pintu pengatur (regulating gate) direncanakan sebagai aliran
tenggelam, dimana dalam perhitungan hidrolisnya digunakan
persamaan seperti berikut :

Q = K x  x a x B 2g x h1

Dimana :
3
Q = Debit aliran (m /det)
K = Faktor aliran tengelam
 = Koefisien debit
B = Lebar pintu (m)
a = Tinggi bukaan pintu (m)
2
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/det )
h1 = Kedalaman air didepan pintu diatas ambang (m)
h2 = Kedalaman air dibelakang pintu diatas ambang (m)
Gambar 3.8. Grafik Koefisien K untuk debit tenggelam (Schmidt)

Gambar 3.9. Grafik Koefisien debit  masuk permukaan pintu

15. Pintu Skot Balok

Konstruksi pintu skot balok merupakan peralatan yang sederhana.


Balok-balok profil segi empat itu ditempatkan tegak lurus terhadap
saluran, balok-balok tersebut disangga didalam sponeng/alur yang
lebih lebar 0,03 - 0,05 m dari tebal balok itu sendiri. Dalam
bangunan-bangunan saluran irigasi, dengan lebar bukaan
pengontrol 1,20 m  2,00 m. Untuk aliran pada skot balok dapat
diperkirakan dengan menggunakan persamaan berikut :
2 1,5
Q = /3 x Cd x Cv x b x h1  2/3 x g
Dimana :
3
Q = Debit aliran (m /det)
L = Panjang mercu (m)
2
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/det )
h1 = Kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur (m)
H1 = Tinggi energi di hulu ambang (m)
Cd = Koefisien debit
Cv = Keofisien kecepatan datang
b = Lebar Mercu (m)

Koefisien debit Cd untuk potongan segi empat dengan tepi hulu


yang tajam 90 (derajat), sudah diketahui untuk nilai banding H 1/L
kurang dari 1,5 (lihat Gambar berikut).

Gambar 3.10 Grafik Koefisien debit untuk aliran diatas


skot balok (Cv  1,0)
16. Boks Bagi

Untuk membagi air keseluruh petak tersier dan kuarter diperlukan


boks bagi yang dibangun diantara saluran tersier dengan kuarter.
Boks bagi ini direncanakan dapat membagi air secara proposional
dan secara rotasi, karenya lebar bukaan ambang disesuaikan
dengan luas areal yang akan diairi dan kebutuhan air di sawah
(NFR).
Elevasi ambang dan muka air di atas ambang direncanakan sama
untuk semua bukaan pada boks, tetepi bila dijumpai kondisi yang
tidak memungkinkan maka pada bagian yang menerus elevasi
ambangnya bisa dibuat lebih rendah. Dan untuk keperluan operasi
dimana air dibagi secara rotasi, boks perlu dilengkapi dengan pintu
yang dapat ditutup dan dibuka sesuai dengan keperluan.
Boks bagi biasanya direncanakan dari pasangan batu kali, dimana
pada setiap lubang aliran adalah merupakan ambang lebar.
Perhitungan debit yang mengalir diatas ambang boks dilakukan
dengan menggunakan persamaan seperti berikut :
1,5
Q = 1.70 x Cd x b x h1

Dimana:
3
Q = Aliran debir diatas ambang boks (m /det)
Cd = Koefisien debit (0,85)
b = Lebar ambang (m)
h1 = Tinggi air di hulu ambang (m)

17. Bangunan Terjun

Guna mengatasi kemiringan medan yang lebih tajam daripada


kemiringan dasar saluran rencana, digunakan bangunan terjun.
Pada saluran dengan perbedaan tinggi yang tidak terlalu besar
(sama dengan atau kurang dari 1,00 m), cukup direncanakan
bangunan terjun tegak. Perencanaan bangunan terjun akan
meliputi panjang kolam olakan, kedalaman kritis, tinggi terjun serta
hidrolis alirannya, dimana hal tersebut didasarkan pada persamaan
Etcheverry dengan bentuk persa maan se erti berikut :
p
= 2

0.734
=
1
2/3
dc = (q²/g)
LAPORAN PENDAHULUAN 2015

a=

=2

Dimana:
vc = Kecepatan aliran (m/det)
dc = Kedalaman Kritis (m)
L = Panjang lantai olakan (m)
B = Lebar lantai olakan (m)
h1 = Kedalaman air di hulu (m)
q = Unit debit (m3/det/m1)
He = Energi spesifik di hulu (m)
Bc = Lebar kritis (m)
a = Tinggi ambang ujung lantai olak (m)
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/det2)
Q = Debit rencana (m3/det)
h' = Beda Tinggi hulu dan hilir (m)
C1 = Keofisien pelimpahan  2,15
Cb = Koefisien  2,12

Pada saluran dengan perbedaan tinggi yang cukup besar diatas


1,50 m direncanakan bangunan terjun miring dengan kolam Vlugter
dengan bentuk persamaan seperti berikut :
2 2/3
hc = (q /g)

Jika 0,5  z/hc  2,00 ; t = 2,4 hc + 0,40 z

2,0  z/hc  15,0 ; t = 3,0 hc + 0,10 z


1/2
a = 0,28 x hc x (hc/z)

L= D = L

Dimana:

H1 = Tinggi energi di hulu (m)


D = Kedalaman Kritis (m)
R = Jari-jari (m)
LAPORAN P HULUAN 2015
B = Lebar bukaan (m)
LAPORAN PENDAHULUAN 2015

3
Q = Debit rencana (m /det)
3 1
q = Unit debit (m /det/m )
hc = Tinggi energi diatas ambang (m)
L = Panjang lantai olakan (m)
a = Tinggi ambang ujung lantai olak (m)
2
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/det )
z = Beda Tinggi hulu dan hilir (m)

18. Bangunan Talang

Bangunan talang (aquaduct) direncanakan kerena saluran rencana


memotong alur alam (sungai) dan untuk konstruksinya dapat
terbuat dari beton bertulang dan baja. Bentuk penampangnya
dapat direncanakan berupa segi empat maupun setengah
lingkaran. Batasan kecepatan aliran yang diijinkan pada bangunan
talang sesuai dengan materi konstruksinya adalah :

 Beton bertulang : v = (1,5  2,0) m/det


 Besi baja : v = (2,5  3,0) m/det

Posisi dasar talang harus cukup tinggi terhadap muka air banjir di
sungai agar konstruksi aman dari benda-benda hanyutan seperti
batang-batang kayu dan lain-lain.
Perhitungan hidrolis bangunan talang segi empat menggunakan
rumus pengaliran pada saluran tegak (flume). Untuk merencanakan
dimensi bagian peralihan (transisi) masuk dan keluar digunakan
persamaan berikut :

B-b
L = Ctg 
2
Dimana:
L = Panjang Transisi (m)
B = Lebar muka air di hulu (m)
b = Lebar muka air di talang (m)
 = Sudut penyempitan (  )
Kehilangan tinggi yang diperhitungkan dalam perencanaan
bangunan talang meliputi: Peralihan pada bagian pemasukan, pada
talang serta peralihan pada bagian keluar. Persamaan yang
digunakan untuk memprediksikan besaran kehilangan tinggi pada
masing-masing seksi tersebut adalah seperti berikut :
 Peralihan di bagian masuk
Akibat kekasaran bahan : 0,50 x L1 x (I1 +I2)
2 2
Akibat Penyempitan : f1 x (v2 - v1 )/(2 x g)
 Pada talang
Akibat kekasaran bahan : I2 x L 2
 Peralihan di bagian keluar
Akibat kekasaran bahan : 0,50 x L3 x (I2 +I3)
2 2
Akibat Pelebaran : f0 x (v2 - v3 )/(2 x g)

19. Gorong-gorong

Bangunan gorong-gorong direncanakan pada bagian saluran


rencana (pembawa maupun pembuang) yang melintasi jalan raya,
jalan desa, saluran maupun jalan kereta api. Hidrolis alirannya bisa
merupakan aliran terbuka atau aliran tertutup, sedang
konstruksinya bisa dibuat dari dari pasangan batu kali atau buis
beton.
Tinggi timbunan tanah diatas bangunan gorong-gorong diusahakan
tidak kurang dari 0,60 m, dan kehilangan tinggi tekan diusahakan
diusahakan sekecil mungkin dengan kecepatan aliran berkisar
antara 1,50  2,00 m/det (untuk saluran pembawa) dan pada
saluran pembuang berkisar 3,0 m/det.
Penampang dari gorong-gorong bisa direncanakan berbentuk bulat
maupun segi empat. Perhitungan hidrolisnya didasarkan atas
persamaan berikut :

Q =  x A x 2 x g x z

Dimana:
3
Q = Debit rencana (m /det)
 = Koefisien debit (Tabel 3.11)
2
A = Luas penampang gorong-gorong (m )
2
g = Percepatan gravitasi ( 9,81 m/det )
z = Kehilangan tinggi energi pada garong-gorong (m)

Tabel 3.11. Koefisien  Untuk gorong-gorong pendek (L < 20,00 m)


Tinggi dasar di
Tinggi dasar di bangunan lebih
bangunan sama
No tinggi daripada saluran
dengan saluran
Sisi  Ambang Sisi 
1 Segi empat 0.80 Segi empat Segi empat 0,72
2 Bulat 0,90 Bulat Segi empat 0,76
3 Bulat Bulat 0,85

20. Terowongan

Terowongan direncanakan pada jalur saluran yang melalui daerah


tinggi (bukit) sehingga memerlukan penggalian yang terlalu dalam
( 15,00 m). Penampang terowongan yang biasa digunakan adalah
berbentuk tapal kuda, portal bulat dan bulat, dimana perencanaan
dimensinya didasarkan pada perhitungan hidrolis dan stabilitas.
Hal hal penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan
perencanaan terowongan antara lain adalah :
 Hidrolis alirannya merupakan aliran bebas
 Penampang terowongan bisa berbentuk tapal kuda, portal bulat
atau bulat.
 Kanstruksi bisa terbuat dari pasangan batu (untuk dinding),
beton dan baja.
 Diperlukan bagian transisi pada bagian masuk dan keluar.
 Bila penggalian dilakukan dengan ledakan hendaknya
digunakan penampang berbentuk tapal kuda, bila tidak dengan
ledakan dipakai profil bundar.
 Apabial material galian pada terowongan mudah longsor, maka
sebelum pelaksanaan konstruksi dinding terowongan dimulai
terlebih dahulu dibuat konstruksi penyangga.
 Untuk mengurangi tekanan air tanah, pada jarak tertentu
dibuat lobang drainase.
 Kecepatan aliran tidak boleh lebih besar dari 3,00 m/det.
 Ukuran minimum (1,8  2,0) m dan disesuaikan dengan
panjang terowongan untuk kemungkinan penempatan alat-alat.
 Bila dibuat belokan mendatar, maka jari-jari lengkungan dibuat
sebesar mungkin agar gerak bebas alat tidak terganggu.

Perhitungan hidrolis untuk perencanaan terowongan meliputi :

 Hidrolis aliran
Q=Ax
v
=

Dimana:
Q = Debit rencana (m3/det)
A = Luas penampang basah (m2)
v = Kecepatan aliran ( m/det ; v =  3,00 m/det )
I = Kemiringan dasar terowongan
R = Jari-jari hidrolis (m)
n = Koefisien kekasaran bahan

 Kehilangan tinggi tekan pada terowongan

Z = hf + hi + hc + hd
2
hf = f x {(L x P)/(4 x A)} x {v /(2 x g)}

f = 1,5{0,01989 + 0,0005078/4R)}
2 2
hi = f i x {v /v /(2 x g)}

fi = (1/2) - 1

 = 0,80 0,85

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 75


2 2
hc = fc x {(v -v1 )/(2 x g)}

fc = 0,15 - 0,20
2 2
hd = fd x {(v - v2 )/(2 x g)}

fd = 0,25 - 0,30

dimana:
hf = Kehilangan tinggi tekan karena gesekan
hi = Kehilangan tinggi tekan pada bagian pemasukan
hc = Kehilangan tinggi tekan pada transisi
hd = Kehilangan tinggi tekan pada transisi
L = Panjang terowongan (m)
P = Keliling basah (m)
A = Luas penempang basah (m2)
R = Jari-jari hidrolis (m)
v = Kecepatan aliran pada terowongan (m/det)
v1 = Kecepatan aliran pada bagian pemasukan (m/det)
v2 = Kecepatan aliran pada bagian pengeluaran (m/det)

21. Bangunan Pintu Klep

Untuk mengendalikan agar air banjir pada sungai tidak masuk ke


jaringan irigasi, maka dibagian hilir dari saluran pembuang tertentu
dipasang pintu klep. Dimensi dari pintu klep ini disesuaikan dengan
dimensi saluran. Mekanisme membuka dan menutupnya pintu klep
didasarkan atas prinsip keseimbangan antara konstruksi pintu,
muka air di sungai serta muka air di saluran, dimana kondisi
seimbang dicapai pada saat muka air sungai sama dengan muka air
di saluran (pintu tertutup).

22. Penyiapan Dokumen-Dokumen Lain


 Spesifikasi teknis
Bangunan-bangunan yang sudah didesain (saluran, bangunan
air dan bangunan pelengkap lainnya) harus dilengkapi dengan

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 76


spesifikasi tewknis untuk dipaki sebagai pedoman pelaksanaan
konstruksi lapangan
 Gambar-gambar
Gambar-gambar desain, berikut peta dasar yang dipakai dalam
perencanaan harus dibuat dengan jelas dan rinci sesuai dengan
tingkat ketelitian yang diperlukan untuk pelaksanaan, yang
meliputi :
1. Peta dasar
 Peta ikhtisar skala 1 : 20.000
 Peta situasi detail skala 1 : 5.000
 Peta situasi trace dan penampang memanjang skala
panjang 1 : 2.000 ; Skala tinggi 1 : 100
2. Gambar penampang melintang :
 Skala panjang 1 : 200 ; Skala tinggi 1 : 100
3. Gambar desain jaringan-jaringan irigasi
 Gambar rencana jaringan irigasi skala 1 : 2.000
 Gambar zoning water management skala 1 : 20.000
 Gambar situasi trace dan penampang memanjang saluran
skala panjang 1 : 2.000 ; Skala tinggi 1 : 100
 Gambar situasi/daerah rencana bangunan, skala 1 : 200
 Gambar potongan bangunan, skala 1 : 100
4. Perkiraan Volume dan Estimasi Biaya
Konsultan harus menghitung perkiraan volume dari
pekerjaan secara keseluruhan, berikut perhitungan unit price
tiap-tiap komponen, dan menyusun Engineering Cost
Estimate keseluruhan komponen.
5. Pedoman Operasional dan Pemeliharaan
Konsultan diwajibkan untuk membuat buku yang memuat
saran O&P Jaringan Irigasi mencakup petunjuk pelaksanaan
O&P Jaringan Tata Air, perencanaan kebutuhan
organisasi/personil, peralatan, perlengkapan dan fasilitas
O&P serta rencana pembiayaannya.
CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 77
23. Analisa Ekonomi

Setelah semua komponen diketahui biayanya dan dari analisa


pertanian juga diketahui kenaikan produksi pertanian, bersama
data lainnya, konsultan diminta untuk melakukan analisa ekonomi
proyek dengan output B/C ratio, NPV, EIRR disertai dengan analisa
sesitivitasnya.

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG III - 78


BAB IV
RENCANA PELAKSANAAN
PEKERJAAN

4.1 UMUM

Rencana kerja sangat diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan


“Perencanaan Tersier D.I. Air terang di Kabupaten Buol”, Propinsi Sulawesi
Tengah, agar pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu serta ekonomis.

Dalam melaksanakan pekerjaan ini juga diperlukan hubungan kerja yang


baik antara Ketua Tim, Tenaga Ahli, Tenaga Sub-Profesional dan Tenaga
Pendukung, oleh sebab itu diperlukan struktur organisasi, uraian tugas dari
masing-masing Tenaga Ahli dan Staf Pendukung Lainnya, Rencana Kerja yang
didukung pula dengan peralatan yang cukup dari masing-masing kegiatan.
Dengan rencana kerja yang baik, keterlambatan pekerjaan dapat segera
diketahui dengan melihat schedule pelaksanaan (kurva S) dan segera membuat
langkah-langkah untuk mengatasinya.

Konsultan juga akan bekerja sama sepenuhnya dengan Pemberi Tugas dan
Instansi terkait lainnya didalam melaksanakan pekerjaan perencanaan dengan
penuh tanggung jawab sesuai dengan kebijakan dan ketentuan–ketentuan yang
telah ditentukan dalam Dokumen Kontrak.

Agar kegiatan pekerjaan dapat berjalan lancar sesuai dengan yang


diharapkan dalam KAK/TOR, maka perlu perhatian terhadap beberapa berikut :
a) Persiapan pelaksanaan pekerjaan dilakukan secara teliti dan cermat sebelum
pekerjaan dilaksanakan, seperti halnya melengkapi persyaratan administrsi
kantor, lapangan, persiapan personil, peralatan, keuangan dan sebagainya.
b) Para petugas yang akan ditugaskan ke lapangan dibekali dengan
pemahaman tentang tugas dan tanggung jawab masing-masing selama
melaksanakan pekerjaan di lapangan.

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG IV - 1


Data-data yang akan digunakan untuk merumuskan suatu bahan/konsep
perencanaan yang terpadu dan menyeluruh bagi pengelolaan Jaringan Irigasi
sumber daya air adalah data yang merupakan hasil seleksi dan mewakili kondisi
daerah pekerjaan yang sebenarnya.

4.2 Struktur Organisasi

Untuk menjamin terselenggaranya kelancaran pekerjaan, diperlukan suatu


organisasi kerja dan tata hubungan kerja diantara semua personil/tenaga ahli
termasuk dengan pihak direksi atau pengguna jasa.

Penanggung jawab pekerjaan adalah PPK Dinas Sumber Daya Air Provinsi
Sulawesi Tengah pada Bidang Perencanaan Teknik, sedangkan
Pengawas/Pendamping adalah petugas yang ditunjuk oleh Pemimpin/Kepala
Satuan Kerja untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan
yang dilakukan oleh pihak konsultan.

Penanggung jawab pelaksanaan adalah Pemimpin Konsultan CV.


Geometric Konsultant Teknik dan pelaksana operasionalnya adalah suatu Tim
Tenaga Ahli yang ditunjuk oleh Pihak Konsultan dengan kualifikasi yang sesuai
dengan yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja dan dipimpin oleh
seorang Ketua Tim. Selanjutnya Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan
untuk menangani pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 4.1 dibawah ini:

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG IV - 2


Gambar 4.1: Struktur Organisasi Penyedia Jasa

Tugas layanan keahlian terdiri dari satu tim yang menugaskan beberapa
tenaga ahli (Profesional) sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan Perencanaan Tersier D.I. Air terang di Kabupaten
Buol, terdiri atas beberapa disiplin keahlian bidang pekerjaan sebagai berikut :

Tabel 4.1 : Susunan Tim Tenaga Ahli

JANGKA
JUMLAH
NO JABATAN WAKTU
ORANG
(Bulan)
1 Team Leader 1 3
2 Ahli Perencana Irigasi 1 3
3 Ahli Geodesi 1 2.5
4 Asisten Ahli Perencanaan 1 2
5 Asisten Ahli Geodesi 1 2
6 Surveyor 2 2
7 Draftman 1 3
8 Operator Komputer 1 3
9 Administrasi dan Keuangan 1 3
10 Tenaga Lokal 4 1

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG IV - 3


Tim dibantu oleh beberapa tenaga sub-profesional dan tenaga pendukung
sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan pekerjaan ini. Seluruh pekerjaan
akan dilaksanakan dibawah tanggung jawab langsung tenaga –tenaga ahli yang
sesuai dengan latar belakang pendidikan, latihan/kursus, pengalaman,
wawasannya yang berpengetahuan luas dan ahli dalam melakukan
perencanaan sejenis, serta para tenaga ahli tersebut akan bertanggung jawab
atas hasil pekerjaannya.

Untuk terjalinnya kerjasama yang baik diantara tenaga ahli dan tenaga
sub profesional maupun tenaga pendukung, maka perlu dimengerti sebelumnya
tugas dan tanggungjawab masing-masing personil sebagai berikut :

4.2.1 Tenaga Ahli/Profesional

1. Team Leader / Ketua Tim


Seorang Sarjana Teknik Sipil dengan pengalaman kerja minimal 6
(enam) tahun dalam pekerjaan perencanaan dan desain jaringan irigasi
termasuk pengalaman sebagai Team Leader minimal 2 (dua) tahun. Staf
yang direkomendasikan untuk memenuhi kedudukan ini harus bermotifasi
tinggi, memiliki kemampuan memimpin dan dapat bekerja sama dengan
pihak lain. Ia juga harus dapat memecahkan persoalan yang mungkin
timbul. Adapun tugas – tugas ketua tim adalah sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab terhadap jalannya pekerjaan ini, baik secara


teknis dan administrasi.
b. Mengkoordinasikan pekerjaan-pekerjaan lapangan yang diperlukan
dan survey-survey lainnya.
c. Bertanggung jawab terhadap kualitas pekerjaan perencanaan
system planning ini secara keseluruhan.
d. Menyiapkan laporan-laporaan yang diperlukan seperti Inception
Report, laporan bulanan, konsep laporan akhir dan laporan lainnya
yang berkaitan sebagai penunjang laporan utama.
e. Menjadi penghubung antara perusahaan dengan pemberi pekerjaan

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG IV - 4


2. Ahli Perencanaan Irigasi

Seorang Sarjan Teknik Sipil dengan pengalaman kerja minimal 4


(empat) tahun dalam pekerjaan perencanaan desain jaringan irigasi
dan drainase. Ia harus mampu mempersiapkan dan mengawasi semua
aspek dari pekerjaan desain, adapun tugas-tugasnya adalah sebagai
berikut:

a. Bertanggung jawab terhadap hasil desain pekerjaan perencanaan


irigasi maupun analisa hidrologi dan hasil survey hidrometri.
b. Bertanggung jawab terhadap evaluasi dan analisa data
hidroklimatologi di daerah studi.
c. Memperkirakan dan menghitung debit rendah, kebutuhan air irigasi,
debit andalan, debit rencana dan sebagainya.
d. Menghitung water balance di daerah studi.
e. Bertanggung jawab terhadap seluruh analisa hidrolis bangunan
maupun saluran
f. Bersama-sama dengan tenaga ahli lainnya menyusun rencana detail
desain bangunan

3. Ahli Geodesi / Topografi


Seorang Sarjana Teknik Geodesi dengan pengalaman kerja
minimal 6 (enam) tahun dibidang perencanaan irigasi, mampu
mengatasi hambatan -hambatan yang berhubungan dengan
pengukuran serta menyiapkan peta topografi berdasarkan kriteria dan
petunjuk-petunjuk yang diberikan. Secara rinci tugas dan tanggung
jawabnya adalah sebagai berikut :

a. Mengkoordinir Pekerjaan survey pengukuran


b. Memberikan masukan tentang kondisi topografi dikaitkan dengan
rencana pengembangan Daerah Irigasi di daerah perencanaan.
c. Melaksanakan identifikasi dan membuat rekomendasi untuk
pekerjaan survey, investigasi dan desain (SID)

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG IV - 5


4.2.2 Tenaga Sub Profesional
1. Tenaga Asisten Perencana Irigasi
Seorang Sarjana Teknik Sipil dengan pengalaman kerja sekurang-
kurangnya 6 (enam) tahun dalam pekerjaan perencanaan dan
jaringan irigasi. Adpun tugas – tugasnya secara rinci adalah sebagai
berikut:
a. Membantu dalam kelancaran penyelesaian Pekerjaan
perencancanaan irigasi yang dilakukan oleh tenaga ahli perencanaan
irigasi.
b. Menyiapkan semua kebutuhan yang menyangkut perencanaan irigasi
baik berupa data – data penunjang maupun peralatan yang akan
dipergunakan dalam pekerjaan perencanaan.
c. Memberikan informasi-informasi baik yang bersifat teknis, maupun
yang menyangkut aspek – aspek sosial kepada tenaga ahli
perencanaan irigasi.
2. Tenaga Asisten Geodesi
Seorang Sarjana Teknik Sipil dengan pengalaman kerja sekurang-
kurangnya 4 (empat) tahun dalam pekerjaan perencanaan dan
jaringan irigasi. Adpun tugas – tugasnya secara rinci adalah sebagai
berikut:
a. Membantu dalam kelancaran penyelesaian Pekerjaan pengukuran
jaringan irigasi yang dilakukan oleh tenaga ahli geodesi.
b. Menyiapkan semua kebutuhan yang menyangkut kelancaran
pekerjaan pengukuran dilapangan serta mampu menyiapkan data –
data penunjang maupun peralatan yang akan dipergunakan dalam
pekerjaan pengukuran.
c. Dapat berkoordinasi dengan baik terhadap anggota surveyor yang
ada dilapangan terkait dengan dinamika yang terjadi dilapangan,
maupun terhadap pengawas lapangan yang ditugaskan oleh dinas
dalam mengontrol pengukuran dilapangan yang dilakukan oleh
surveyor.

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG IV - 6


d. Mengontrol dan memastikan semua data ukur serta gambar situasi
maupun trase yang diberikan oleh surveyor tersebut telah sesuai
dengan kondisi yang ada dilapangan.

4.2.3 Tenaga Pendukung


1. Surveyor
Seorang lulusan STM/PTSP dengan pengalaman kerja minimal 6
(enam) tahun dalam melaksanakan pengukuran dan pemetaan
pekerjaan irigasi dan drainase. Tugas utamanya adalah melakukan
pengukuran situasi dan trase saluran yang akan direncanakan.

2. Draftman
Seorang juru gambar lulusan STM dengan pengalaman kerja
minimal 6 (enam) tahun dalam membuat gambar-gambar untuk
pekerjaan jaringan irigasi, sedangkan tugas utamanya adalah
membuat peta situasi serta trase saluran dan desain bangunan yang
telah di setujui oleh tim ahli serta pihak pengguna jasa.

4.3 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Jadwal pelaksanaan pekerjaan merupakan alat yang dapat menunjukkan


kapan berlangsungnya setiap kegiatan, sehingga dapat digunakan pada waktu
merencanakan kegiatan-kegiatan maupun untuk pengendalian pelaksanaan
pekerjaan secara keseluruhan.

Waktu yang diberikan oleh pengguna jasa yang sangat singkat yaitu
hanya 120 (seratus lima puluh) hari kalender dengan volume pekerjaan yang
cukup besar, maka diperlukan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan dan monitoring
yang sangat ketat, mengingat antara kegiatan satu dengan yang lainnya saling
terkait dan saling ketergantungan.

Secara rinci Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan untuk melaksanakan pekerjaan


ini dapat diperiksa pada Grafik 4-1

CV. GEOMETRIC | PERENCANAAN TERSIER D.I. AIR TERANG IV - 7

Anda mungkin juga menyukai