Apabila dicermati penjelasan pasal 12B Ayat (1) di atas, kalimat Pidana Korupsi.
orupsi. Contoh Gratifikasi yang dianggap suap dapat dilihat
yang termasuk definisi gratifikasi adalah sebatas kalimat: pemberian pada Contoh 1, 2 dan 3 di halaman 35-37. dalam arti luas, sedangkan kalimat setelah itu merupakan bentuk- 2. Gratifikasi yang Tidak Dianggap Suap. bentuk gratifikasi. Dari penjelasan pasal 12B Ayat (1) juga dapat dilihat bahwa pengertian gratifikasi mempunyai makna yang netral, artinya Yaitu Gratifikasi yang diterima oleh Pegawai Negeri atau tidak terdapat makna tercela atau negatif dari arti kata gratifikasi Penyelenggara Negara yang berhubungan dengan jabatan dan tidak tersebut. Apabila penjelasan ini dihubungkan dengan rumusan pasal berlawanan dengan kawajiban atau tugasnya sebagaimana dimaksud 12B dapat dipahami bahwa tidak semua gratifikasi itu bertentangan dalam dalam Pasal 12 B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 dengan hukum, melainkan hanya gratifikasi yang memenuhi kriteria tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah dalam unsur pasal 12B saja. Uraian lebih lanjut mengenai hal ini dapat diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang dilihat pada bagian selanjutnya. Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Kategori Gratifikasi Gratifikasi yang Tidak Dianggap Suap yang terkait dengan Kegiatan Kedinasan meliputi penerimaan dari: Penerimaan gratifikasi dapat dikategorikan menjadi dua kategori yaitu Gratifikasi yang Dianggap Suap dan Gratifikasi yang Tidak a. pihak lain berupa cinderamata dalam kegiatan resmi kedinasan Dianggap Suap yaitu: seperti rapat, seminar, workshop, konferensi, pelatihan atau kegiatan lain sejenis; 1. Gratifikasi yang Dianggap Suap b. pihak lain berupa kompensasi yang diterima terkait kegiatan Yaitu Gratifikasi yang diterima oleh Pegawai Negeri atau kedinasan, seperti honorarium, transportasi, akomodasi dan Penyelenggara Negara yang berhubungan dengan jabatannya dan yang pembiayaan lainnya sebagaimana diatur pada Standar Biaya yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, sebagaimana dimaksud berlaku di instansi penerima, sepanjang tidak terdapat pembiayaan dalam Pasal 12 B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang ganda, tidak terdapat Konflik Kepentingan, atau tidak melanggar Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah ketentuan yang berlaku di instansi penerima. Perlu diperhatikan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan adanya penerimaan honorarium atau fasilitas lainnya yang tidak sesuai atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan dengan standar biaya umum yang berlaku di instansi penerima. Hal ini Tindak wajib dilaporkan ke KPK