Anda di halaman 1dari 49

PENUNTUN PRAKTIKUM

FARMASETIK DASAR
Semester Genap T.A 2021/2022

Dosen Pengampu :

Apt. Cindhany D.F.U Mala, S.Farm., M.Sc.


Apt. Ermalyanti Fiskia, S.Farm., M.Si.

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

2022
DAFTAR ISI

Daftar Isi ……………………………………………………...............................……………ii

Tata Tertib Praktikum .................................................................................................................... iii

Literatur Yang Wajib Tersedia Selama Praktikum ......................................................................... v

Praktikum I Bahasa latin dan Penandaan Obat ......................................................................... 1

Praktikum II Resep dan Dosis .................................................................................................. 7

Praktikum III Pulvis/Pulveres/Serbuk ...................................................................................... 14

Praktikum IV Granul ................................................................................................................. 14

Praktikum V Kapsul ................................................................................................................. 16

Praktikum VI Suppositoria ......................................................................................................... 19

Praktikum VII Syrup .................................................................................................................. 22

Praktikum VIII Dispersi Cair ........................................................................................................ 25

Praktikum IX Salep ................................................................................................................... 26

Lampiran……………………………………………………..………………………………… 29
TATA TERTIB PRAKTIKUM

A. RESPONSI
1. Responsi yang dimaksud pada praktikum ini adalah responsi awal (pintu) dan responsi akhir.
2. Praktikan wajib mengikuti responsi disetiap pelaksanaan praktikum, bagi yang tidak
mengikuti respon dengan alasan apapun tidak dibenarkan mengikuti praktikum.
3. Praktikan wajib mengikuti respon pintu sebelum masuk praktikum, praktikan yang tidak
lulus respon pintu, maka tidak diperkenankan mengikuti praktikum.
4. Praktikan wajib mengikuti responsi akhir yang dilaksanakan diakhir praktikum. Respon
akhir yang dimaksud adalah respon tertulis.
5. Hasil respon akhir disusun dengan rapi dan dilampirkan pada jurnal praktikum, kemudian
diperiksa dan dinilai oleh asisten.

B. Praktikum
1. Praktikan adalah Mahasiswa Farmasi Universitas Khairun yang sedang memprogramkan Mata
Kuliah / Praktikum Farmasetika Dasar
2. Praktikan diwajibkan mengikuti seluruh kegiatan praktikum (KEHADIRAN 100%)
3. Praktikan tidak diperkenankan menggunakan pakaian berbahan kaos dan jeans selama
praktikum
4. Pada waktu bekerja dilaboratorium, praktikan diwajibkan memakai jas praktikum bersih
dan tanda pengenal berupa papan nama. Praktikan diwajibkan mengenakan alat pelindung
diri standar yaitu masker dan sarung tangan saat menangani bahan.
5. Praktikan wajib membawa penuntun, alat dan bahan perorangan/perkelompok yang akan
digunakan pada saat praktikum.
6. Selama praktikum berlangsung, praktikan dilarang menggunakan handphone atau media
lain yang tidak terkait dengan kegiatan praktikum.
7. Area laboratorium (ruangan laboratorium dan koridor) adalah area bebas asap rokok
8. Praktikan wajib menjaga sikap dan sopan santun kepada seluruh peserta praktikum
(Mahasiswa, Dosen, Asisten dan Laboran).
9. Praktikan diwajibkan datang 15 menit sebelum praktikum dimulai untuk mempersiapkan
alat serta bahan yang akan di gunakan selama praktikum. Bagi mahasiswa yang terlambat
tanpa alasan yang jelas dianggap tidak hadir dan tidak diperbolehkan mengikuti praktikum
pada hari itu.
10. Praktikan wajib membuat menyelesaikan jurnal sebelum praktikum selesai.

11. Praktikan hanya diperbolehkan menggunakan alat dan bahan yang diambil melalui bon
alat dan bahan dari laboran.
12. Setiap praktikan bertanggung jawab atas kebersihan bahan dan menjaga bahan
dari kontaminasi
13. Praktikan diwajibkan mengembalikan bahan dan ke tempatnya semula setelah
praktikum berakhir. Bacalah baik-baik label wadah. Bahan yang kurang/habis supaya
dilaporkan kepada dosen pendamping praktikum
14. Praktikan diwajibkan memeriksa dan mencocokkan alat-alat dengan daftarnya setiap mulai
dan selesai praktikum bila ternyata tidak cocok (pecah/hilang) segera melapor kepada dosen
pendamping praktikum. Praktikan diwajibkan mengganti alat-alat yang pecah/hilang.
15. Praktikan yang telah menyelesaikan pelatihan/percobaan ditugaskan, diharuskan
segera mengembalikan alat.
16. Praktikan wajib menjaga kebersihan ruangan, alat dan meja praktikum
17. Selama praktikum berlangsung, praktikan tidak boleh meninggalkan laboratorium tanpa
izin dosen atau asisten pembimbing.
18. Apabila terdapat materi atau penjelasan yang kurang dimengerti, praktikan berhak
meminta penjelasan ulang kepada penanggung jawab materi.
19. Praktikan dibagi ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok bertanggung jawab
atas peralatan yang digunakan.
20. Untuk penilaian proses praktikum adalah sebagai berikut :
a. Respon dan Kelengkapan Praktikum, merupakan SYARAT MASUK praktikum. Nilai
lulus responsi ≥60, dan jika praktikan tidak memenuhi nilai tersebut maka praktikan
tetap dipersilahkan masuk dan mengikuti praktikum DENGAN NILAI
AKTIVITAS/KEHADIRAN DIPOTONG 50% (Nilai Aktivitas/Kehadiran merupakan
10% dari total nilai keseluruhan)
b. Nilai Responsi akhir, merupakan 10% dari nilai total keseluruhan
c. Nilai Keterampilan, merupakan 25% dari nilai total keseluruhan.
d. Nilai Jurnal, merupakan 20% dari nilai total keseluruhan.
e. Nilai Ujian Praktikum, merupakan 35% dari nilai total keseluruhan
21. Syarat Ujian Akhir Praktikum adalah mahasiswa wajib membuat laporan lengkap
individu serta nilai pada kartu kontrol praktikum telah lengkap terisi.
LITERATUR YANG WAJIB TERSEDIA SELAMA PRAKTIKUM

Demi kelancaran praktikum di laboratorium Farmasetika Dasar harus tersedia buku-buku:


1. Farmakope Indonesia edisi III, IV dan V ( FI III, FI IV dan FI V ).
2. MIM’S
3. ISO ( Indeks Spesialit Obat Indonesia )
4. The Extra Pharmacopeae Martindale
5. Formularium Medicamentum Selectum (FMS).
6. Formularium Nasional (Fornas)
7. Formularium Indonesia (FI)
8. Farmakologi dan Terapi.

Peralatan dan buku-buku yang disediakan dilaboratorium dapat Anda pergunakan selama
praktikum berlangsung. Peralatan dan buku-buku yang tersedia harus Anda
pertanggungjawabkan bila terjadi kerusakan/pecah atau hilang.
TATA CARA
PENGGUNAAN ALAT TIMBANGAN (NERACA)

1. Diperiksa apakah semua komponen timbangan/neraca sudah lengkap dan sesuai pada
tempatnya dengan mencocokkan nomor-nomor yang terdapat pada komponen tersebut
2. Periksa kedudukan timbangan sejajar atau rata, dapat dilihat dari posisi jarum anting dengan
alas anting harus tepat. Jika belum tepat, atur tombol pengatur tegaknya timbangan
3. Periksa apakah posisi pisau sudah tepat pada tempatnya. Jika sudah, tuas penyangga diputar
hingga timbangan terangkat dan akan kelihatan apakah piringnya seimbang atau berat sebelah.
Jika tidak seimbang kita dapat memutar mur kiri atau kanan sesuai dengan keseimbangannya
hingga neraca seimbang
4. Letakkan kertas perkamen di atas kedua piring timbangan, kemudian lihat apakah neraca
seimbang atau berat sebelah. Jika belum seimbang, lakukan dengan penambahan sedikit kertas
atau batu penara pada salah satu piring timbangan hingga neraca menjadi seimbang. Tidak
diperkenankan menara dengan anak timbangan. Selanjutnya, penimbangan bahan-bahan atau
obat dapat dimulai
5. Alas bahan atau wadah bahan untuk menimbang terlebih dahulu harus disetarakan.
6. Cara penimbangan bahan-bahan atau obat:
a. Bahan padat (serbuk, lilin) : ditimbang di atas kertas perkamen. Bahan-bahan yang
dipersyaratkan untuk diayak, penimbangan bahan dilakukan setelah diayak terlebih
dahulu.
b. Bahan setengah padat (vaselin, adeps lanae) : ditimbang diatas kertas perkamen atau
cawan penguap.
c. Bahan cair : ditimbang di atas kaca arloji, cawan penguap, atau langsung dalam botol atau
wadah.
d. Bahan cair kental :
o Extr.Belladone, Extr.Hyosiami : ditimbang di atas kertas perkamen.
o Ichtyol : ditimbang di atas kertas perkamen yang sebelumnya dibasahi dengan
parafin cair atau vaselin.
o Bahan oksidator (KMnO4, Iodin, Argenti nitras), ditimbang pada gelas timbang atau
gelas arloji yang dapat ditutup.
o Bahan yang bobotnya kurang dari 50 mg dilakukan pengeceran.
e. Bahan yang akan ditimbang diletakkan di daun timbangan sebelah kanan, dan anak
timbangan diletakkan di daun timbangan sebelah kiri.
f. Bahan obat yang beratnya lebih dari 1g, hendaknya ditimbang di timbangan gram. Daya
beban 250 gram – 1000 gram dengan kepekaan sebesar 200 mg. Bobot yang boleh
ditimbang : 1 gram – 500 gram
g. Bahan obat yang beratnya kurang dari 1 g, di timbangan milligram. Daya beban 25 mg –
50 mg dengan kepekaan sebesar 5 mg. Bobot yang boleh ditimbang : 50 mg - < 1 gram.
h. Setelah selesai menimbang, bahan obat terus dimasukkan ke dalam tempat (mortir, beker
glass, labu takar, atau lainnya) untuk siap dikerjakan. Sedangkan botol tempat bahan obat
segera dikembalikan ke tempat semula. Tidak boleh menimbang obat kalau belum akan
dikerjakan.
i. Catatlah segala penimbangan yang saudara lakukan.

Gambar 1.
Timbangan/Neraca

Keterangan :
1. Papan Landasan Timbangan
2. Tombol Pengatur Tegaknya Berdiri Timbangan
3. Waterpass (pengatur keseimbangan timbangan)
4. Jarum
5. Skala
6. Tuas Penyangga
7. Pisau Tengah
8. Pisau Tangan
9. Tangan Timbangan
10. Tombol/Mur Pengatur Keseimbangan
11. Piring Timbangan
PRAKTIKUM I

BAHASA LATIN DAN PENANDAAN OBAT

I.1 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa mampu memahami istilah latin yang tertulis pada resep
2. Mahasiswa mampu memahami penandaan yang terdapat pada kemasan obat

I.2. Teori Umum


I.2.1 Bahasa Latin
Aturan Penggunaan
Tulisan Dalam Resep Latin Arti
s.d.d Semel de die 1 kali sehari
b.d.d Bis de die 2 kali sehari
t.d.d Ter de die 3 kali sehari
q.d.d Quarter de die 4 kali sehari
5.d.d Quinques de die 5 kali sehari
6.d.d Sexies de die 6 kali sehari
o.alt.h Omnibus alternis horis Tiap 2 jam

Takaran / Jumlah
Tulisan Dalam Resep Latin Arti
c. Cochlear Sendok makan (15mL)
cp. Cochlear pultis Sendok bubur (8mL)
cth. Cochlear theae Sendok the (5mL)
Gtt. Guttae Tetes
p.d..sig. Pro dose singulari Untuk dosis tunggal
conc. Concentratus Pekat
Bahasa Perintah
Tulisan Dalam Resep Latin Arti
a.a. Anna/ana Masing-masing
a.d Ad Sampai
add Addle Tambahkan
ad.libit Ad libitum Sesukanya
agit. Agita, agitetur Kocok/kocoklah
cito Cito Segera
d.d. De die Sehari / Setiap hari
da.ad.lag. Da ad lagenam Berikan dalam botol
d.c.f Da cum formula Berikan dengan resepnya
det. Detur Diberikan
d.in.2.plo Da in duplo Berikan dua kali banyaknya
d.in.3plo Da in triplo Berikan tiga kali banyaknya
d.i.d Da in dimidio Berikan setengahnya
d.s Da signa Berikan dan tandailah
d.t.d Da tales doses Berikan dengan takaran sebanyak
div.in.part.aeq. Divide in partes aequales Bagi dalam bagian yang sama
haust. Haustus Sekali minum
iter iteretur Ulang
i.m.m In manus medicine Berikan kepada dokter
m.i. Mihi ipsi Pemakaian sendiri
m.f. Misce fac Campur, buatlah
nedet. Ne detur Belum diberikan
n.i Ne iteretur Tidak diulang
p.i.m Periculum in mora Berbahaya jika ditunda
p.r.n. Pro re nata Bila perlu
R/ Recipe Ambillah
r.p. Recente paratus Segar (dibuat baru)
p.c.c Pro copy conform Disalin sesuai aslinya
s. Signa Tandai
s.n.s Si necesse sit Bila perlu
s.o.s Si opus sit Bila perlu
q.s. Quantum satis Secukupnya
q.v. quantum volueris Sebanyak anda suka
u.p Usus propius Untuk digunakan sendiri
u.c Usus cognitus Cara pakai sudah diketahui

Lokasi Penggunaan
Tulisan Dalam Resep Latin Arti
a.d. Auris Dextrae Telinga Kanan
a.s. Auris Sinister Telinga Kiri
us. ext. / u.e. Usus Externum Untuk Pemakaian Luar
ext.ut. Externe Untendum Pemakaian Sebagai Obat Luar
us.int. Usus Internum Untuk Pemakaian Dalam
loc.dol Locus dolens Tempat yang nyeri
i.v Intra vena Ke dalam pembuluh darah
i.m Intra muscular Ke dalam jaringan otot
oc. Oculus Mata
o.d. Oculus dexter Mata Kanan
o.s. Oculus Sinister Mata Kiri
p.o Per oral Melalui mulut
s.c Sub cutan Di bawah kulit
oris Oris Mulut
fl Flesh Botol

Bentuk Sediaan
Tulisan Dalam Resep Latin Arti
ampl. Ampula Ampul
aurist. Auristillae Obat Tetes Telinga
bol. Boli Pil Besar
caps. Capsule Kapsul
collut. Collutio Obat Cuci Mulut
Collun. collunarium Obat semprot hidung
garg. Gargarisma Obat Kumur
crem. Cremor Krim
emuls. Emulsum Emulsi
Lin. Linimentum Obat Gosok
Liq. Liquidus Cair
pulv. Pulveres Serbuk Terbagi
narist. Naristillae Obat Tetes Hidung
oculent. Oculentum Salep Mata
past.dentifr. Pasta Dentrificia Pasta Gigi
pil. Pilula Pil
pot. Potio Obat Minum
pulv. Pulvis Serbuk
pulv.adsp. Pulvis Adspersorius Serbuk Tabur
troch trochiscus Tablet hisap
Ung/ungt. Unguentum Salep
Supp. Suppositorium Suppositoria
sol. Solutio Larutan

Keterangan waktu
Tulisan Dalam Resep Latin Arti
a m. Ante meridiem Sebelum tengah hari
a.n. Ante nocte Sebelum tengah malam
a.c. Ante coenam Sebelum makan
d.c. Durante coenam Selagi makan
feb.dur. Febri durante Sewaktu demam
p.c. Post coenam Setelah makan
i.s. inter sibos Antara dua waktu makan
h.d. Hora decubitus Pada waktu tidur
h.m. Hora matutina Pagi hari
h.s Hora somni Pada waktu hendak tidur
h.v. Hora vespertina Pada malam hari
m.et.v. Mane et vespere Pagi dan malam
o.m. Omni manae Tiap pagi
o.n. Omni nocte Tiap tengah malam
q.h. Quaquw hora Tiap jam

Angka
Angka Lambang Latin Angka Lambang Latin
1 I Unus: satu 30 XXX Triginta
2 II Duo 40 XL Quadraginta
3 III Tres 50 L Quinquaginta
4 IV Quattor 60 LX Sexaginta
5 V Quinque 70 LXX Septuaginta
6 VI Sex 80 LXXX Octoginta
7 VII Septem 90 XC Nonaginta
8 VIII Octo 100 C Centum
9 IX Novem 200 CC Ducenti
10 X Decem 300 CCC Trecenti
11 XI Undecem 400 CD Quadringenti
12 XII Duodecim 500 D Quingenti
13 XII Terdecim 600 DC Sescenti
14 XIV Quattor decim 700 DCC Septingenti
15 XV Quin decim 800 DCCC Octingenti
16 XVI Sedecim 900 DCCCC Nongenti
17 XVII Septen decim 1000 M Mille
18 XVIII Duo deviginti
19 XIX Undeviginti
20 XX Viginti
I.2.2 Penandaan Obat
Penggolongan obat berdasarkan penandaan

a) Obat Keras

: Obat keras tidak dapat dibeli dengan bebas di apotek melainkan harus menggunakan
resep dokter.

b) Obat Bebas

: Obat yang bisa dibeli tanpa resep Dokter. Pada kemasan diberi tanda lingkaran
hijau dengan garis tepi bewarna hitam

c) Obat Bebas Terbatas

: Obat yang termasuk obat keras namun dalam jumlah tertentu masih dapat dijual
di apotek dan dapat dibeli tanpa resep dari dokter. Selain itu, disertai pula tanda
peringatan pada kemasannya, seperti berikut:

d) Narkotika

: Obat narkotika ditandai dengan lambang Palang Mendali Merah.


PRAKTIKUM II

RESEP, SALINAN RESEP DAN DOSIS

II.1 Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian resep meliputi skrining resep, perhitungan


dosis, dan pembuatan etiket
2. Mahasiswa mampu menuliskan salinan resep berdasarkan resep asli

II.2 BAGIAN-BAGIAN RESEP


1. Inscriptio : Identitas dokter penulis resep, SIP, alamat, tanggal dan R/
2. Praescriptio : Inti resep terdiri dari nama obat, dosis obat dan jumlah obat
3. Signatura : Tanda yang harus ditulis pada etiket obat meliputi nama pasien dan
aturan penggunaan obat
4. Subscriptio : Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep

INSCRIPTIO

PRAESCRIPTIO

SIGNATURA

SUBSCRIPTIO

dr. Sita Maryama, Sp.A


II.3 PENGKAJIAN RESEP
Kegiatan pengkajian resep meliputi: administrasi, kesesuaian farmasetik, dan
pertimbangan klinis.

Kajian administrasi meliputi:


1. Nama pasien, umur, jenis kelamin & berat badan
2. Nama dr, No. SIP, alamat, No. Telp & paraf.
3. Tanggal penulisan resep

Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:


1. Bentuk & kekuatan sediaan
2. Stabilitas
3. Kompatibilitas (ketercampuran)

Pertimbangan klinis meliputi:


1. Ketepatan indikasi & dosis obat
2. Aturan, cara dan lama penggunaan obat
3. Duplikasi& atau polifarmasi
4. Rx obat yg tidak diinginkan
5. Kontraindikasi
6. Interaksi

II.4 Pengkajian Resep Narkotika dan Psikotropika


Salah satu pelayanan resep yang menbutuhkan perhatain khusus yaitu resep narkotika
dan psikotropika, Syarat dan penanganan resep narkotika dan psikotropika yaitu :
1. Resep harus diskrining terlebih dahulu
a. Harus resep asli (bukan copy resep)
b. Ada nama penderita dan alamat lengkapnya yang jelas
c. Tidak boleh ada tulisan “iter” yang artinya dapat diulang
d. Aturan pakai yang jelas dan tidak boleh ada tulisan u.c (usus cognitus) yang artinya
cara pakai diketahui
2. Obat narkotika di dalam resep diberi garis bawah tinta merah
3. Resep yang mengandung narkotika tidak boleh diulang, tetapi harus dibuat resep baru
4. Resep yang mengandung narkotika harus disimpan terpisah dari resep yang lain
5. Jika pasien hanya meminta ½ obat narkotika yang diresepkan, maka diperbolehkan
untuk dibuatkan copy resep bagi pasien tersebut, tetapi copy resep tersebut hanya dapat
ditebus kembali di apotek tersebut yang menyimpan resep aslinya, tidak bisa di apotek
lain.
6. Jika pasien sedang berada di luar kota, maka copy resep tetap tidak bisa ditebus,
melainkan harus dibuatkan resep baru dari dokter di daerah/kota tersebut dengan
menunjukkan copy resep yang dibawa sehingga pasien tetap bisa memperoleh obatnya.

II.5 PERHITUNGAN DOSIS


Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan
atau diberikan kepada seorang penderita, baik untuk obat dalam maupun obat luar. Dosis
obat yang harus diberikan kepada pasien untuk menghasilkan efek yang diharapkan
tergantung banyak faktor antara lain umur, bobot badan, luas permukaan tubuh, jenis
kelamin, kondisi penyakit dan kondisi penderita.
Dosis maksimum adalah takaran obat terbesar yang diberikan yang masih
dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan keracunan pada penderita. Dosis
maksimum berlaku untuk satu kali dan satu hari. Penyerahan obat yang dosisnya
melebihi dosis maksimum dapat dilakukan dengan membubuhkan tanda seru dan paraf
dokter penulis resep; memberi garis bawah nama obat tersebut;dan menuliskan banyak obat
dengan huruf secara lengkap (Syamsuni, 2005).
Dosis obat dimaksud jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan berat
(gram, milligram, mikrogram) atau satuan isi (milliliter, liter) atau unit-unit lainnya. Berikut
macam – macam dosis:
1. Dosis lazim, merupakan Jumlah obat yang memberikan efek terapi
2. Dosis maksimal, merupakan jumlah obat yg masih aman diberikan dalam takarannya
3. Dosis toksik, adalah jumlah obat yang dapat mengakibatkan keracunan
4. Dosis letal adalah jumlah obat yg dapat mengakibatkan kematian
Perhitungan dosis maksimum untuk anak dapat didasarkan pada:
1. Berdasarkan umur (yang biasa dipakai)
2. Berdasarkan berat atau bobot badan
3. Berdasarkan luas permukaan tubuh

Rumus menghitung dosis maksimum berdasarkan umur:

1. Rumus Young (n adalah usia < 8 tahun) :

n/n+12 x DM dewasa

2. Rumus Dilling (n adalah usia 8 – 20 tahun) :

n/20 x DM dewasa

3. Rumus Fried (n adalah usia bayi dalam bulan)

n/150 x DM dewasa

Rumus menghitung dosis obat berdasarkan berat badan

Dosis = n/70 x DM dewasa

dimana n adalah berat badan dalam kg

Rumus menghitung dosis obat berdasarkan luas permukaan tubuh

Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh merupakan perhitungan dosis yang
lebih akurat ketimbang menggunakan rumus perhitungan dengan umur saja, atau dengan berat
badan saja, perhitungan dosis BSA (Body Surface Area) ini yang sebaiknya dilakukan terutama
untuk pasien pediatrik/anak-anak :

Luas Permukaan Tubuh (m2) = √


Tinggi (cm) Bobot (kg)

3600
Setelah Luas permukaan tubuh (BSA) dihitung, maka dimasukkan kedalam persamaan
Crowford-Terry-Rourke dibawah ini untuk melakukan konversi/penyesuaian dari dosis dewasa ke
dosis anak-anak.

Luas Permukaan Tubuh (m2)


Dosis perkiraan pada anak = x Dosis Dewasa
1,73 (m2)

Langkah-langkah menghitung DM dalam racikan


1. Tuliskan DM obat disamping kanan resep (daftar DM obat dapat dilihat pada lampiran)
2. Lihat umur pasien
a. Jika pasien dewasa maka langsung ke tahap 3
b. Jika pasien anak, maka hitunglah DM berdasarkan umur
3. Hitung jumlah obat ber-DM tiap bungkus
a. Jika resep memakai dtd, maka jumlah bahan yang tertera pada resep ditujukan sebagai
takaran dalam tiap bungkus sediaan
b. Jika resep tanpa dtd, maka jumlah bahan yang tertera dalam resep merupakan jumlah
bahan keseluruhan untuk seluruh sediaan.
4. Hitung pemakaian menurut resep untuk 1 kali pakai dan 1 hari pakai. Tentukan resep boleh
diserahkan atau tidak.

a. Jika resep boleh diserahkan maka langsung ke langkah nomor 5


b. Jika resep tidak boleh diserahkan, maka laporkan. Setelah terdapat perubahan resep maka
kembali ke langkah nomor 3.
5. Hitung berat obat yang ditimbang

Contoh Perhitungan DM
R/ Extract Belladone 0,12 20 mg/80 mg

antypirin 1,5 1 g/4 g


SL qs

m.f.pulv No. XII


s.t.d.d.p.i
pro : Endah (15 tahun)
DM untuk umur 15 tahun :

Ekstrak Belladone DM sekali = 15/20 x 20 = 15


DM sehari = 15/20 x 80 = 60

Antypirin DM sekali = 15/20 x 1 = 0,75 = 750

DM sehari = 15/20 x 3 = 2,25 = 2250

Setiap bungkus mengandung :


0 . 12
Ekstrak Belladone = 12
= 0.01 r = 10
1.5
Antipirin = = 0.125 = 125
12

Pemakaian menurut resep :


Ekstrak Belladonese sekali = 10mg < DM
sehari = 3 x 10mg = 30mg < DM
Antypirin sehari = 125mg < DM
sekali = 3 x 125mg = 375mg < DM
Kesimpulannya adalah resep dapat dibuat karena tidak Over Dosis (OD)
Menghitung : SL ............. q.s.
Berat 1 bungkus : Misal 250mg, maka untuk 12 bungkus 3000 mg

Ekstrak Belladona : 0.12 gram = 120mg


Antipirin : 1.5 gram = 1500mg
SL q.s = 3000 mg – (120mg + 1500mg)
= 3000 mg – 1620mg
= 1380 mg
Penimbangan Bahan Obat :
1. Ekstrak Belladone : 120mg
2. Antypirin : 1500mg
3. SL : 1380mg
II.6 SALINAN RESEP

APOTEK UNKHAIR Salinan resep memuat semua


Jalan Raya Gambesi, Ternate, Telp : 0921-123456
Apt. Mutiara Ahmad, S.Farm. keterangan yang ada didalam
SIPA : 001/0123/1427/i-16
resep asli, salinan resep harus
SALINAN RESEP
memuat pula :
No. Resep : ...................... Tgl Resep : 10-11-22 1. Nama&Alamat Apotek
Dokter : dr. Ariyani Putri, Sp.A Tgl Pembuatan : 12-11-22
Untuk : Murlys Inalele 2. Nama&Nomor SIPA Apoteker

R/ Ambroxol 30 mg No. V 3. Tandatangan/Paraf APA


Cetrizine 10 mg No. II ½ 4. Tanda det (detur) untuk obat
Dexamethasone 0,5mg No. VII
Vitamin C 50 mg No. III yang sudah diserahkan atau ne

m.f.pulv No. XV
det (ne detur) untuk obat yang
S. 3dd1 Pulv belum diberikan
_______________________________det orig__________
5. Nomor resep dan tanggal
Cap pembuatan resep.
Pcc Apotek
(Paraf Apoteker)

Apt. Mutiara Ahmad, S.Farm


II.7 ETIKET
Penyerahan obat harus dilengkapi dengan etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiket
biru untuk obat luar dan suntik serta menempelkan label “kocok saat akan diminum” pada sediaan
bentuk emulsi atau suspensi. Etiket memuat hal sebagai berikut:
1. Nama & alamat apotek
2. Nama & no. SIP Apoteker
3. No & Tanggal obat dibuat
4. Nama pasien
5. Aturan pemakaian
6. Nama & jumlah obat
7. Tanda lain yang diperlukan, misalnya sebelum makan, obat tetes, dll.

INSTALASI FARMASI INSTALASI FARMASI


RSUD KOTA TERNATE RSUD KOTA TERNATE
Jl. Saleh Efendi, Kel. Stadion, Ternate Jl. Saleh Efendi, Kel. Stadion, Ternate

No R : Tgl : / /2021
No R : Tgl : / /2021 No. RM :
No. RM : Nama :
Nama :
X Sehari Sendok Teh / Sendok Makan
X Sehari Tablet/Kaplet/Kapsul/Bungkus Jam = Sebelum /Sesudah Makan
Jam = Sebelum /Sesudah/Saat Makan
KOCOK SAAT AKAN DIMINUM

INSTALASI FARMASI
RSUD KOTA TERNATE
Jl. Saleh Efendi, Kel. Stadion, Ternate

No R/ : Tgl : / /2021
No. RM :
Nama :

Aturan Pakai :

OBAT LUAR
PRAKTIKUM III
PULVIS / PULVERES / SERBUK

III.1 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan yang terdapat pada resep
2. Mahasiswa mampu menyiapkan sediaan serbuk berdasarkan permintaan yang tertera
pada resep

III.2 Teori Umum


Serbuk adalah bahan obat yang kering dan halus serta homogen, dapat dimaksudkan
bahan tunggal atau campuran. Serbuk dibagi atas dua macam, yaitu:
1. Pulvis yaitu serbuk tidak terbagi, yang dapat digunakan sebagai obat luar seperti serbuk tabor,
bedak, dan lain-lain; maupun sebagai obat dalam yang cara pemakaian menggunakan sendok.
2. Pulveres, yaitu serbuk yang dibagi-bagi atau dibungkus-bungkus yang umumnya adalah
sebagai obat dalam.
Untuk memperoleh campuran serbuk yang homogen, perlu dilakukan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
1. Lapisilah lumpang dengan sedikit bahan penambah terlebih dahulu.
2. Dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit.
3. Bahan-bahan obat yang berwarna diaduk diantara dua lapisan zat netral.
4. Bahan obat yang kasar dihaluskan terlebih dahulu.
5. Bahan obat yang berbobot ringan dan bahan-bahan obat yang mudah menguap dimasukkan
terakhir.
Cara membagi serbuk/ pulveres
1. Untuk serbuk/ pulveres berjumlah maksimal sepuluh bungkus dapat dibagi sama rata menurut
pandangan mata langsung.
2. Lebih dari sepuluh bungkus dikerjakan sebagai berikut:
 Dibagi terlebih dahulu dengan cara penimbangan dalam sekian bagian sehingga setiap
bagian maksimum dapat dibuat sepuluh bungkus serbuk.
 Untuk jumlah yang ganjil, tentukan berat rata-ratanya, timbanglah satu bungkus
secukupnya, sisanya dibagi
3. Terhadap bahan-bahan obat yang pemakaiannya lebih dari 80% terhadap Takaran Maksimal,
harus ditimbang satu persatu
III.3 Alat dan Bahan Praktikum
III.3.1 Alat Praktikum
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah lumpang, alu, timbangan kasar,
timbangan gram halus, timbangan miligram, anak timbangan gram, anak timbangan
miligram, sendok tanduk, sudip.

III.3.2 Bahan Praktikum


Asetosal, Luminal, Paracetamol, CTM, Dexametasone, Ekstrak belladonna, Papaverin HCl,
Methampiron, Laktosa, Menthol, Camphor, Adeps Lanae, Zink Oksida, Amilum, Asam
Salisilat, talk, Aminofilin, Efedrin HCl, Prednison, GG, Sak obat. Kertas perkamen,
Cangkang kapsul.

III.4 Prosedur Kerja


1. Setiap mahasiswa diminta untuk mengerjakan resep sesuai dengan resep yang didapatkan
2. Tahapan pengerjaan resep
a. Mahasiswa diminta untuk menyiapkan area kerja dan mengatur tata letak lumpang,
alu dan peralatan lain
b. Mahasiswa diminta untuk menimbang bahan sesuai hasil perhitungan. Jika
tidak dinyatakan lain, bahan aktif berjumlah kurang dari 1 gram ditimbang di
timbangan miligram. Bahan aktif berjumlah kurang dari 50 mg harus dibuat
pengenceran serbuk.
c. Mahasiswa diminta untuk meracik serbuk dengan memperhatikan pengerjaan
khusus bahan-bahan tertentu sesuai resep. Jika seluruh komposisi sediaan berwarna
putih, mahasiswa diminta untuk menambahkan pewarna.
d. Mahasiswa diminta untuk mengemas sediaan sesuai dengan bentuk sediaannya.
Untuk serbuk bagi, jika tidak dinyatakan lain mahasiswa diminta untuk
membungkus serbuk dengan kertas perkamen
e. Mahasiswa diminta untuk memberi etiket dan mengumpulkan sediaan kepada
pengawas
f. Ketika waktu habis, seluruh kegiatan pengerjaan harus dihentikan
g. Langkah kerja yang lebih terperinci disesuaikan dengan resep yang diperoleh
dan dikomunikasikan dengan asisten pendamping.
PRAKTIKUM IV
KAPSUL
IV.1 TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan yang terdapat pada resep
2. Mahasiswa mampu menyiapkan sediaan kapsul berdasarkan permintaan yang
tertera pada resep

IV.2 Teori Umum


Kapsul adalah sediaan berupa serbuk yang diisikan kedalam cangkang kapsul kosong atau
dapat pula berupa sediaan cair, setengah padat yang dibungkus/ dimasukkan kedalam kapsul dasar.
Kapsul keras (hard kapsul) adalah sediaan obat dalam bentuk kapsul menggunakan
cangkang kapsul yang terbuat dari massa gelatin dalam bermacam-macam ukuran/ nomor yang
disesuaikan dengan volume/ bobot serbuk obat yang akan diisikan. Cangkang kapsul umumnya
berbentuk tabung berujung bulatterdiri dari wadah dan tutup.
Obat diisikan penuh kedalam cangkang kapsul wadah, lalu ditutup menggunakan cangkang
tutup yang sesuai dan dipatri dengan air, lem atau cairan lendir yang cocok. Kapsul yang sudah
ditutup tidak mudah dibuka lagi. Untuk serbuk obat yang berjumlah sedikit agar cangkang kapsul
mudah terisi penuh, dapat ditambahkan zat tambahan yang cocok, misalnya Lactosum.
Cara pengisian bahan-bahan serbuk kedalam cangkang kapsul dapat dilakukan dengan berbagai
cara, sebagai berikut:
1.Dengan tangan
2.Dengan alat bukan mesin
3.Dengan alat mesin
Cara pertama banyak dipakai di apotek dalam melayani resep dokter. Bahan-bahan obat
serbuk setelah dicampur homogen, dibagi sesuai dengan jumlah kapsul yang akan dibuat,
kemudian masing-masing bagian diisikan kedalam cangkang kapsul wadah, lalu ditutup dengan
cangkang kapsul tutup. Untuk memasukkan serbuk obat kedalam cangkang kapsul, pilihlah ukuran
berapa yang akan kita pakai (biasanya bergantung pada pengalaman). Ukuran kapsul menunjukkan
volume dari kapsul.
No Kapasitas Berat
000 700-1000mg 1 gram
00 500-700mg 0.6 gram
0 300-500mg 0.5 gram
1 200-300mg 0.4 gram
2 150-200mg 0.25gram
3 100-150mg 0.2 gram
4 50-100mg 0.15 gram
5 <50mg 0.1 gram

IV.3 Alat dan Bahan Praktikum


IV.3.1 Alat Praktikum
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah lumpang, alu, timbangan kasar,
timbangan gram halus, timbangan miligram, anak timbangan gram, anak timbangan miligram,
sendok tanduk, sudip.
IV.3.2 Bahan Praktikum
Asetosal, Luminal, Paracetamol, CTM, Dexametasone, Ekstrak belladonna, Papaverin
HCl, Methampiron, Laktosa, Menthol, Camphor, Adeps Lanae, Zink Oksida, Amilum, Asam
Salisilat, talk, Aminofilin, Efedrin HCl, Prednison, GG, Sak obat. Kertas perkamen, Cangkang
kapsul.

IV.4 Prosedur Kerja


1. Setiap mahasiswa diminta untuk mengerjakan resep sesuai dengan resep yang didaptkan
2. Tahapan pengerjaan resep
a. Mahasiswa diminta untuk menyiapkan area kerja dan mengatur tata letak lumpang,
alu dan peralatan lain
b. Mahasiswa diminta untuk menimbang bahan sesuai hasil perhitungan. Jika tidak
dinyatakan lain, bahan aktif berjumlah kurang dari 1 gram ditimbang di timbangan
miligram. Bahan aktif berjumlah kurang dari 50 mg harus dibuat pengenceran serbuk.
c. Mahasiswa diminta untuk meracik sediaan kapsul dengan memperhatikan pengerjaan
khusus bahan-bahan tertentu sesuai resep. Jika seluruh komposisi sediaan berwarna
putih, mahasiswa diminta untuk menambahkan pewarna.

d. Mahasiswa diminta untuk mengisi hasil racikan ke dalam cangkang kapsul sesuai
ukuran. Ukuran cangkang kapsul ditentukan berdasarkan hasil perhitungan bahan.
e. Mahasiswa diminta untuk mengemas sediaan sesuai dengan bentuk sediaannya.
Untuk sediaan kapsul, mahasiswa diminta untuk mengemasnya ke dalam sak obat
f. Mahasiswa diminta untuk memberi etiket dan mengumpulkan sediaan kepada
pengawas
g. Ketika waktu habis, seluruh kegiatan pengerjaan harus dihentikan
h. Langkah kerja yang lebih terperinci disesuaikan dengan resep yang diperoleh dan
dikomunikasikan dengan asisten pendamping.
PRAKTIKUM V
SUPPOSITORIA

V.1 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan yang terdapat pada resep
2. Mahasiswa mampu menyiapkan sediaan suppositoria berdasarkan permintaan yang
tertera pada resep

V.2 Teori Umum


Menurut Farmakope Indonesia, yang dimaksud supositoria dan ovula adalah sediaan padat
yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh
pada suhu tubuh (Farmakope Indonesia Edisi III).
Sementara itu menurut Farmakope Indonesia Edisi IV kedua sedian tersebut didefinisikan
sebagai sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau
uretra.
Menurut Ansel, supositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang pemakaiannya
dilakukan dengan cara memasukkan sediaan tersebut melalui lubang atau celah pada tubuh, dimana
sediaan tersebut akan melebur, melunak atau melarut dan memberikan efek lokal atau sistemik.
Penggunaan supositoria umumnya dimasukkan melalui rectum dan vagina. Namun demikian,
kadang-kadang penggunaannya dilakukan melalui saluran urin. Suppositoria mempunyai
persyaratan khusus :
1. Berbentuk padat pada suhu kamar
2. Dapat melepaskan obatnya dengan melebur, meleleh atau melarut
3. Basis tidak mengiritasi dan dapat campur dengan obatnya

Macam-Macam Suppositoria
1. Rektal Supositoria rectal (anus), dimasukkan dengan menggunakan tangan
Bentuk seperti peluru dengan panjang + 32 mm (1,5 inci)
Berat supositoria untuk orang dewasa 3 g dan untuk anak-anak 2 g
2. Vaginal Suppositoria = Ovula = Pessary, dimasukkan ke dalam vagina dengan alat.
3. Urethral Suppositoria = Bacilla = Bougies, dimasukkan ke dalam urethra (saluran kemih)
pria dan wanita
V.3 Alat dan Bahan Praktikum
V.3.1 Alat Praktikum
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah erlenmeyer (50 ml, 100 ml 250
ml), gelas beaker (100 ml, 250 ml, 1000 ml), gelas ukur (5 ml, 10 ml, 25 ml, 50 ml, 100 ml),
corong (75 ml), kompor listrik, penangas air, lumpang, alu, timbangan kasar, timbangan gram
halus, timbangan miligram, anak timbangan gram, anak timbangan miligram, sendok tanduk,
sudip, botol cokelat, kaca arloji, cetakkan suppositoria.
V.3.2 Bahan Praktikum
Aquadest, Alkohol, Amminophylline, Fenobarbitallum, Oleum Cacao, Cera Alba.

V.4 Prosedur Kerja


1. Setiap mahasiswa diminta untuk mengerjakan resep sesuai dengan resep yang didapatkan
2. Tahapan pengerjaan resep
a. Mahasiswa diminta untuk menyiapkan area kerja dan mengatur tata alat gelas, letak
lumpang, alu dan peralatan lain
b. Mahasiswa diminta untuk menimbang bahan sesuai hasil perhitungan. Jika tidak
dinyatakan lain, bahan aktif berjumlah kurang dari 1 gram ditimbang di timbangan
miligram. Bahan aktif berjumlah kurang dari 50 mg harus dibuat pengenceran
cairan.
c. Mahasiswa diminta untuk meracik sediaan suppositoria dengan
memperhatikan pengerjaan khusus bahan-bahan tertentu sesuai resep.
d. Mahasiswa diminta untuk mengemas sediaan sesuai dengan volume yang diminta
di dalam resep. Wadah sediaan disesuaikan.
e. Mahasiswa diminta untuk memberi etiket dan mengumpulkan sediaan kepada
pengawas.
f. Ketika waktu habis, seluruh kegiatan pengerjaan harus dihentikan
g. Langkah kerja yang lebih terperinci disesuaikan dengan resep yang diperoleh dan
dikomunikasikan dengan asisten pendamping.
PRAKTIKUM VI

LARUTAN

VI.1 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan yang terdapat pada resep
2. Mahasiswa mampu menyiapkan sediaan larutan berdasarkan permintaan yang
tertera pada resep

VI.2 Teori Umum


Larutan adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat yang dapat larut, biasanya
dalam pelarut air. Komponen larutan terdiri dari dua zat yaitu solven (pelarut) dan solute (zat
terlarut). Larutan terjadi atau terbentuk bila kedua komponen (zat padat dan zat cair) saling
bersinggungan.
VI.2.1 SIRUP
Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sukrosa tidak kurang dari 64%
dan tidak lebih dari 66%. Pembuatan Sirup Kecuali dinyatakan lain dibuat sebagai berikut: buat
cairan untuk sirup, panaskan tambahkan gula (jika perlu didihkan hingga larut). Tergantung sifat
fisika dan kimia bahan obat, sirup dibuat dengan empat cara, yaitu:
1. Larutan/ sirup dengan bantuan pemanasan (Komponen sirup tidak rusak atau menguap oleh
pemanasan)
a. Gula + sirup dipanaskan sampai terbentuk larutan
b. Komponen lain yang tidak tahan panas, ditambahkan ke sirup panas, langsung didinginkan,
tambahkan volume sesuai yang diinginkan.
c. Untuk senyawa yang mudah menguap (alkohol, minyak atsiri) ditambahkan terakhir.
d. Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat dan berwarna coklat.
2. Larutan/sirup dengan bantuan pengadukan, tanpa pemanasan (untuk menghindari panas yang
merangsang inverse sukrosa) Proses ini memakan waktu yang lebih lama tapi produknya
mempunyai kestabilan yang maksimal, contoh Sirup Ferro Sulfas.
3. Penambahan sukrosa kedalam cairan obat/cairan yang diberi rasa (Untuk cairan obat seperti
tinktur/ekstrak cair)
a. Campuran tinktur/ekstrak kental dengan air kemudian biarkan terpisah kemudian saring
b. Filtrat diambil (cairan obat) kemudian tambahkan sukrosa ke dalam sediaan sirup ini.
Contoh Sirup Sennae.
4. Perkolasi sumber-sumber bahan obat/sukrosa Menggunakan alat percolator. Contoh Sirup Tolu
Balsem, Sirup Ipecae.

VI.2.2 ELIXIR (ELIKSIR)


Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, mengandung
bahan obat dan bahan tambahan seperti pemanis, zat warna, pewangi, dan pengawet, digunakan
sebagai obat dalam. Pelarut utama sediaan eliksir adalah alkohol (etanol), untuk meningkatkan
kelarutan obat. Selain itu dapat ditambahkan gliserol, propilenglikol, sorbitol/ gula. Ciri Khas
Eliksir :
1. Mengandung alkohol 5-10%
2. Rasa manis, tidak semanis sirup
3. Warna sesuai dengan aroma
Pembuatan Eliksir :
1. Larutan Sederhana dengan pengadukan/pencampuran dua atau lebih bahan-bahan cair.
2. Untuk komponen yang larut dalam air, dilarutkan dalam air. Komponen yang larut dalam
alkohol, dilarutkan dalam alkohol.
3. Larutan ini ditambahkan kedalam larutan alkohol atau sebaliknya.
4. Setelah tercampur, cukupkan volume dengan pelarut atau pembawa yang telah ditentukan.

VI.3 Alat dan Bahan Praktikum


VI.3.1 Alat Praktikum
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Peralatan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah erlenmeyer (50 ml, 100 ml 250 ml), gelas beaker (100 ml, 250 ml, 1000 ml),
gelas ukur (5 ml, 10 ml, 25 ml, 50 ml, 100 ml), corong (75 ml), kompor listrik, penangas air,
lumpang, alu, timbangan kasar, timbangan gram halus, timbangan miligram, anak timbangan
gram, anak timbangan miligram, sendok tanduk, sudip, botol cokelat, kaca arloji.
VI.3.2 Bahan Praktikum
Succus liquiritae, Ammonium chloride, SASA, Aquadest, Menthol, Sirup simpleks, Sak
obat. Kertas perkamen, kalium permanganat aquadest,
VI.4 Prosedur Kerja
1. Setiap mahasiswa diminta untuk mengerjakan resep sesuai dengan resep yang didapatkan
2. Tahapan pengerjaan resep
a. Mahasiswa diminta untuk menyiapkan area kerja dan mengatur tata alat gelas, letak
lumpang, alu dan peralatan lain
b. Mahasiswa diminta untuk menimbang bahan sesuai hasil perhitungan. Jika tidak
dinyatakan lain, bahan aktif berjumlah kurang dari 1 gram ditimbang di timbangan
miligram. Bahan aktif berjumlah kurang dari 50 mg harus dibuat pengenceran
cairan.
c. Mahasiswa diminta untuk meracik sediaan larutan dengan memperhatikan
pengerjaan khusus bahan-bahan tertentu sesuai resep. Jika tidak dinyatakan lain,
seluruh sediaan harus disaring sebelum dikemas.
d. Mahasiswa diminta untuk mengemas ke dalam botol coklat sesuai dengan volume
yang diminta di dalam resep. Untuk resep larutan topikal, wadah sediaan harus
disesuaikan.
e. Mahasiswa diminta untuk memberi etiket dan mengumpulkan sediaan kepada
pengawas.
f. Ketika waktu habis, seluruh kegiatan pengerjaan harus dihentikan
g. Langkah kerja yang lebih terperinci disesuaikan dengan resep yang diperoleh dan
dikomunikasikan dengan asisten pendamping.
PRAKTIKUM VII
DISPERSI CAIR

VII.1 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan yang terdapat pada resep
2. Mahasiswa mampu menyiapkan sediaan disperse cair (suspense dan emulsi)
berdasarkan permintaan yang tertera pada resep

VII.2 Teori umum


VII.2.1 Emulsi
Defenisi :
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam
cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Emulsi merupakan
sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya minyak dan air, dimana cairan
yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain.
Tipe Emulsi :
1. Emulsi tipe air dalm minyak (A/M) atau water in oil (W/O) atau disebut juga tipe Air, dimana
air terdispersi merata dalam larutan minyak.
2. Emulsi tipe minyak dalam air (M/A) atai oil in water (O/W) atau disebut juga tipe Minyak,
dimana minyak terdispersi merata dalamlarutan air.
Macam-macam Emulgator:
1. Emulgator Alam, contoh: kacang, kuning telur.
2. Emulgator Buatan
Minyak lemak
 Paraffin liquidum
 Lemak padat/cera
 Axtrak spisum
 Tragacant
 PGS
 Agar-agar
 CMC
 Sapo
 Tween dan Span
Komponen Penyusun Emulsi:
1. Bahan/ zar berkhasiat (berupa cairan)
2. Zat pengemulsi
3. Zat pengawet
4. Zat antioksidan
5. Zat pemberi rasa dan warna

VI.2.2 Suspensi
Defenisi:
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan padat obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat
mengendap dan bila dikocok perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali. Suspensi
merupakan sediaan cair yang heterogen yang terdiri dari dua fase (padat dan cair) dan salah satu
fase tak terlarut dan terdispersi dalam fase lainnya.
Zat Pensuspensi:
 Gom arab (serbuk + 2 gr/100 ml,  Metal Celulosa 0,5-2%
mucilage 10-20 ml/ 150 ml)  Na CMC 0,25-2%
 Tragacant 1-2%  Bentonite 2-5%
 Pati 2%  CMC 0,5-2%
 Sodium alginate 1-2%  Veegum 0,5-2%
Komponen penyusun Suspensi:
1. Zat aktif (padat yang tidak larut)
2. Pembawa (air)
3. Zat pensuspensi
4. Zat pengawet
5. Antioksidan
6. Pewarna, bau dan rasa
Metode pembuatan suspensi yang paling umum digunakan adalah Metode Dispersi, dimana zat
padat yang mudah dibasahi dan didispersikan dengan medium pandispersi. Contoh: zat padat
digerus dengan zat pensuspensi kemudian ditambahkan air (zat + PGS + air 7x berat PGS yang
digunakan). Zat pensuspensi dihitung dari berat total sediaan yang akan dibuat

VII.3 Alat dan Bahan Praktikum


VII.3.1 Alat Praktikum
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah erlenmeyer (50 ml, 100 ml 250 ml),
gelas beaker (100 ml, 250 ml, 1000 ml), gelas ukur (5 ml, 10 ml, 25 ml, 50 ml, 100 ml), corong
(75 ml), kompor listrik, penangas air, lumpang, alu, timbangan kasar, timbangan gram halus,
timbangan miligram, anak timbangan gram, anak timbangan miligram, sendok tanduk, sudip dan
pipet tetes.
VII.3.2 Bahan Praktikum
Fenitoin, sirup simpleks, gom arab, calamine, zink oksida, bentonite, cotrimoxazol,
aquadest, Na-CMC, polisorbat 80, propilenglikol, sukrosa, metil paraben.

VII.4 Prosedur Kerja


1. Setiap mahasiswa diminta untuk mengerjakan resep sesuai dengan resep yang didapatkan
2. Tahapan pengerjaan resep
a. Mahasiswa diminta untuk menyiapkan area kerja dan mengatur tata alat gelas, letak
lumpang, alu dan peralatan lain
b. Mahasiswa diminta untuk menimbang bahan sesuai hasil perhitungan. Jika tidak
dinyatakan lain, bahan aktif berjumlah kurang dari 1 gram ditimbang di timbangan
miligram. Bahan aktif berjumlah kurang dari 50 mg harus dibuat pengenceran
cairan.
c. Mahasiswa diminta untuk meracik sediaan suspensi dan atau emulsi dengan
memperhatikan pengerjaan khusus bahan-bahan tertentu sesuai resep.
d. Mahasiswa diminta untuk mengemas ke dalam botol yang sesuai. Mahasiswa
diminta untuk memberi etiket dan mengumpulkan sediaan kepada pengawas.
e. Ketika waktu habis, seluruh kegiatan pengerjaan harus dihentikan
f. Langkah kerja yang lebih terperinci disesuaikan dengan resep yang diperoleh dan
dikomunikasikan dengan asisten pendamping.
PRAKTIKUM VIII
SEDIAAN SEMI PADAT
VII.1 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan yang terdapat pada resep
2. Mahasiswa mampu menyiapkan sediaan semipadat berdasarkan permintaan yang tertera pada
resep

VII.2 Teori Umum


VII.2.1 Salep
Menurut Farmakope Indonesia Ed. III, Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah
dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
Pemerian : tidak boleh berbau tengik
Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau obat
narkotik, kadar obat adalah 10%
Dasar Salep : Kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar digunakan vaselin putih.

Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian, dapat dipilih salah satu bahan
dasar sebagai berikut :
1. Dasar salep senyawa Hidrokarbon, misalnya vaselin putih, vaselin kuning, atau campurannya
dengan malam kuning atau dengan malam putih, atau dengan senyawa hidrokarbon lain yang
cocok.
2. Dasar salep serap, yaitu dapat menyerap air antara lain : adeps lanae, lanolin, unguentum
simplex (campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen), Hydrophilic
petrolatum.
3. Dasar salep dapat dicuci air, misalnya emulsi tipe M/A seperti Vanishing Cream dan
Emulsifying Ointment B.P.
4. Dasar salep yang dapat larut dalam air, misalnya polyethylenglikol ointment USP (campuran
PEG 4000 40% dengan PEG 400 60%).
Homogenitas
Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus
menunjukkan susunan yang homogen. Penandaan : Pada etiket harus tertera “Obat Luar”.
Aturan Umum Pembuatan Salep:
1. Bahan obat yang dapat larut dalam campuran dasar salep, dilarutkan di dalamnya bila perlu
dengan pemanasan rendah.
2. Bahan obat yang tidak larut dalam dasar salep, dijadikan serbuk halus No. 100 kemudian
digerus dengan setengah sampai sama berat dengan dasar salep.
3. Bahan –bahan obat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu menyerap
air tersebut, dilarutkan dulu dalam air, larutan dimasukan sedikit-sedikit ke dalam dasar salep.
Air yang digunakan dikurangi dengan basis salep.
4. Bahan-bahan dasar salep yang dibuat dengan pemanasan/ pelelehan di atas tangas air, harus
dilelehkan/ dicairkan terlebih dahulu. Setelah mencair selalu harus diaduk sampai dingin. Salep
yang lebih banyak mengandung bahan obat padat dibandingkan dengan bahan dasar salepnya
sehingga konsistensinya agak lebih kasar dibandingkan salep, disebut PASTA.

VII.2.2 Krim
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air,
dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim terdiri dari:
1. Krim tipe Air dalam Minyak (A/M) atau Water in Oil (W/O)
2. Krim tipe Minyak Dalam Air (M/A) atau Oil in Water (W/O)
Untuk membuat krim diperlukan emulgator atau surfaktan. Untuk krim tipe air dalam minyak
digunakan emulgator sabun polivalen, span, adeps lanae, cholesterol, cera. Sedangkan untuk
membuat krim tipe minyak dalam air digunakan emulgator tween, Na. Lauryl Sulfat, Kunung telur,
gelatin, Casseinum, CMC, Pectinum, Emulgid. Untuk menstabilkan krim dapat ditambahkan
antioksidan dan pengawet Nipagin (0,12% -0,18%) atau Nipasol (0,02% - 0,16%)

Ketentuan Umum Pembuatan Krim:


1. Basis krim harus dibuat terlebih dahulu (bentuk jadi), baru kemudian bahan obat dapat digerus
dengan basis yang sudah jadi.
2. Peraturan yang ada di Salep tidak berlaku di Krim. Jadi walaupun terdapat obat yang mudah
larut dalam air, tidak perlu dilarutkan, cukup digerus sampai halus kemudian tambahkan basis,
gerus sampai homogen.
Pembuatan Basis Krim
1. Dibuat menjadi 2 fase, yaitu fase minyak (dilebur) dan fase air (dilarutkan).
2. Bahan-bahan setengah padat dan padat seperti lilin (vaselin, cera, as. Stearat, paraffin solid,
cetil alcohol, span) dilebur bersama-sama diatas penangas air.
3. Bahan-bahan yang berbentuk cair dan bahan padat berbentuk serbuk (Tween, TEA, propilen
glikol, nipagin, Na. Tetraborat) dilarutkan dalam air panas. Kedua fase tersebut dicampur
panas-panas lalu diaduk sampai terbentuk masa krim.

VII.3 Alat dan Bahan Praktikum


VII.3.1 Alat Praktikum
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah erlenmeyer (25 ml, 50 ml), gelas
ukur, kompor listrik, penangas air, lumpang, alu, timbangan kasar, timbangan gram halus,
timbangan miligram, anak timbangan gram, anak timbangan miligram, sendok tanduk, sudip dan
pipet tetes, pot plastic, tube salep.
VII.3.2 Bahan Praktikum
Asam Salisilat, Sulfur, Cortison Asetat, Vaselin, Hidrokortison, Asam Stearate, Gliserin,
TEA, Nipagin, Nipasol, Mentol, Aquadest

VII.4 Prosedur Kerja


1. Setiap mahasiswa diminta untuk mengerjakan resep sesuai dengan resep yang
didapatkan
2. Tahapan pengerjaan resep
a. Mahasiswa diminta untuk menyiapkan area kerja dan mengatur tata alat gelas,
letak lumpang, alu dan peralatan lain
b. Mahasiswa diminta untuk menimbang bahan sesuai hasil perhitungan. Jika tidak
dinyatakan lain, bahan aktif berjumlah kurang dari 1 gram ditimbang di timbangan
miligram. Bahan aktif berjumlah kurang dari 50 mg harus dibuat pengenceran
cairan.
c. Mahasiswa diminta untuk meracik sediaan semi padat dengan memperhatikan
pengerjaan khusus bahan-bahan tertentu sesuai resep.
d. Mahasiswa diminta untuk mengemas ke dalam wadah pot atau tube yang sesuai.
Mahasiswa diminta untuk memberi etiket dan mengumpulkan sediaan kepada
pengawas.

e. Ketika waktu habis, seluruh kegiatan pengerjaan harus dihentikan


f. Langkah kerja yang lebih terperinci disesuaikan dengan resep yang diperoleh dan
dikomunikasikan dengan asisten pendamping.
LAMPIRAN

Daftar Dosis Maksimal menurut Farmakope Indonesia


NAMA ZAT PER 1 X (mg) 1 H (mg) SUMBER
Acetarsolum Oral 250 1000 EFI
Acidum Acetylsalicylicum Oral 1000 8000 FI 3
Acidum Acetylsalicylicum Rektal 1000 8000 FI 3
Acidum Aethacrynicum Oral 400 EFI
Acidum Nicotinicum Oral 200 800 FI 3
Aconiti tct Oral 250 750 FI 1 vol 1
Aethinylestradiol Oral 0,3 0,3 FI 3
Aethylmorphin HCl Oral 30 100 FI 3
Allobarbital Oral 300 600 EFI
Aloe Oral 300 1000 EFI
Aloe ext Oral 200 600 EFI
Aloes aquosum ext Oral 1500 FI 1 vol 1
Amidopyrin Oral 1000 3000 FI 1 vol 1
Aminophenazon Oral 500 1500 FI 2
Aminophyllinum oral, rektal 500 1500 FI 3
Amitripthylini HCl Oral 30 300 FI 3
Ammonii Bromidum Oral 1000 3000 FI 3
Ammonii Chloridum Oral 10000 FI 3
Amobarbital Oral 500 1000 EFI
Amobarbital Na sk, iv, im, 250 750 EFI
rektal
Amphetamini sulfat Oral 20 40 FI 3
Ampicillinum Oral 4000 FI 3
Ampicillinum trihydras Oral 4000 FI 3
Amylis Nitris Inhalasi 200 1000 EFI
Antimonii Kalii Tartras Oral 100 300 EFI
Antipyrin Oral 1000 3000 FI 1 vol 1
Antipyrin cum Coffein et Oral 1000 3000 FI 1 vol 1
Ac.Citric
Antipyrin salicylas Oral 2000 6000 FI 1 vol 1
Apomorphini HCl Oral FI 3
Aprobarbital Oral 300 600 EFI
Aqua Laurocerasi artificialis Oral 2000 10000 FI 1 vol 1
Arseni trioksid Oral 5 15 EFI
Atropini sulfat oral, sk 1 3 FI 3
Barbitalum Oral 1000 1000 FI 3
Barbitalum Natricum oral, im 1000 1000 FI 3
Belladon tct Oral 2000 4000 FI 3
Belladonnae ext Oral 20 80 FI 3
Belladonnae Herba Oral 250 500 FI 3
Benzhexolii HCl Oral 15 EFI
Betamethason Oral 8,4 EFI
Biperiden lactas im 8 EFI
Bisacodyl oral 30 FI 3
Bromevalum oral 1500 3000 FI 2
Bromisovalum oral 1500 3000 FI 1 vol 1
Bromoform oral 500 1500 FI 1 vol 1
Buformini HCl oral 300 FI 2
Busulphan oral 6 6 EFI
Butobarbital oral 300 600 EFI
Calcii Bromidum oral 1250 3750 EFI
Calcii Chloridum oral 2000 8000 FI 3
Calcii Lactas oral 15000 FI 3
Calcii pantothenat oral 50 EFI
Camphora monobromata oral 250 1000 FI 1 vol 1
Cantharis oral 25 100 EFI
Carbachol oral 4 6 EFI
Carbachol sk 0,5 1 EFI
Carbamazepin oral 1200 FI 3
Carbarzonum oral 250 500 FI 3
Carbinoxamin maleat oral 8 EFI
Carbromalum oral 1000 3000 EFI
Carcacholum oral 4 FI 1 vol 1
Carcacholum sk 0,5 FI 1 vol 1
Cephalexin oral 1000 4000 FI 3
Chloral hydrat oral, rektal 2000 8000 FI 3
Chlordiazepoxide oral 100 FI 3
Chlordiazepoxide HCl oral 100 FI 3
Chlorotrianisenum oral 50 EFI
Chlorpheniramin maleat oral 40 FI 3
Chlorpromazin HCl oral 250 1000 FI 3
Chlorpropamidum oral 750 FI 3
Cocain HCl oral 60 300 FI 2
Cochici tct oral 1000 5000 FI 1 vol 1
Codein HCl oral 60 300 FI 3
Codein phosphas oral 60 300 FI 3
Codeinum oral 90 270 FI 1 vol 1
Coffein oral 500 1500 FI 3
Coffein citras oral 1000 3000 FI 3
Coffein natrii benzoat oral, sk 1000 3000 EFI
Coffein natrii salicylat oral, sk 1000 3000 EFI
Colchicinum oral 2 6 FI 1 vol 2
Colocynthidis ext oral 150 FI 1 vol 1
Cortison asetat oral 150 400 FI 3
Cotarnin Chloridum oral 100 300 FI 1 vol 1
Cyclobarbital oral 500 1000 FI 1 vol 1
Cyproheptadin HCl oral 20 FI 3
Dapson oral 400 seminggu 2x FI 3
Dexamethason natrii phosphas im, iv 50 EFI
Dexamphetamin sulfat oral 20 40 FI 3
Dextromoramid tartras oral, im, rektal 20 20 EFI
Dextromoramin bitartras oral, im, rektal 20 20 FI 2
Dextropropoxyphen HCl oral 300 EFI
Diaethylstilboestrolum oral 25 FI 3
Diazepam oral 40 FI 3
Dichlorophenamid oral 300 EFI
Dicyclomin HCl oral 30 120 FI 3
Dienestrolum oral 1500 EFI
Digitalis Folium oral 1000 FI 3
Digitalis injectio oral 5 ml 5 ml FI 1 vol 1
Digitalis sol oral 3000 10000 FI 1 vol 1
Digitalis Tct oral 6000 FI 3
Digitoxin oral 0,5 1 FI 3
Digoxin oral 1,5 2 FI 3
Dihydralazin sulfas oral 300 FI 2
Diiodohydroxyquinolinum oral 1000 2000 FI 3
Dimercaprolum im 300 1500 FI 1 vol 2
Diphenhidramin HCl oral 100 250 FI 3
Diphenhidramin teoclas oral 100 250 FI 3
Doxycyclin oral 100 600 FI 3
Doxycyclin HCl oral 100 600 FI 3
Emetin HCl sk 100 100 FI 2
Ephedrin oral 40 120 EFI
Ephedrin HCl oral 50 150 FI 3
Ephedrin sulfas oral 50 150 EFI
Ephedrin sulfas sk 40 120 EFI
Epinephrin sk 1 4 FI 1 vol 1
Epinephrin bitartras sublingual 1 5 EFI
Ergometrin Maleat oral 1 3 FI 3
Ergometrin Maleat im, iv 0,5 1,5 FI 2
Ergometrin Maleat sk 0,5 1,5 FI 2
Ergotamin tartras oral 2 6 FI 3
Erophonii Chloridum iv 30 30 EFI
Erythromycin oral 500 4000 FI 3
Erythromycin stearat oral 0,5 FI 3
Fibrinogen oral 8000 EFI
Filicis aethereum ext oral 8000 8000 FI 1 vol 1
Flourouracilum iv 1000 EFI
Fluphenazin HCl oral 0,5 6 FI 3
Glycerilis trinitras oral 0,25 1 FI 1 vol 2
Glycerylis trinitratis sol sublingual 2 20 FI 3
Griseovulvin oral 1000 FI 3
Haloperidol oral 15 EFI
Heptobarbital Oral 500 1000 FI 1 vol 1
Hexamin oral 1000 4000 FI 3
Hexamin maleat oral 1000 4000 EFI
Hexobarbital oral 2000 FI 1 vol 1
Hexylresorcinol oral 1000 1000 EFI
Histamin phosphas sk 1 2 EFI
Homatropin HCl oral 1 3 FI 3
Hydralazin HCl oral 200 FI 3
Hydrargyri Chloridum ophtalmic <> FI 1 vol 1
Hydrargyri Iodidum rubrum oral 5 20 FI 1 vol 1
Hydrastidis ext oral 1000 4000 FI 1 vol 1
Hydrochlorthiazid oral 100 200 FI 3
Hydrocodoni bitartras oral 20 60 EFI
Hydrocodoni bitartras sk 15 45 EFI
Hydrocodoni HCl sk 15 45 FI 1 vol 1
Hydrocortison oral 100 200 FI 2
Hydrocortison acetas intraartikuler 100 200 FI 3
Hydromorphin HCl oral, sk 5 15 FI 3
Hyoscyami Ext oral 125 500 FI 3
Hyoscyami Herba oral 400 1200 FI 3
Hyoscyni HBr oral 1 3 EFI
Hyoscyni HBr sk 0,5 1 EFI
Hyoscyni KBr oral 1 3 FI 3
Hyoscyni KBr sk 0,5 1 FI 3
Hyoscyni Methylbromid oral 5 15 EFI
Imipramin HCl oral 300 FI 3
Indomethacin oral 200 FI 3
Ipecacuanhae Tct oral 25000 25000 FI 1 vol 2
Ipececuanhae Pulv/Radix oral 2000 2000 FI 3
Isoniazid oral 500 10/kg FI 3
Isoprenalin HCl oral 15 60 FI 3
Isoprenalin HCl sublingual 15 60 FI 3
Isoprenalin HCl inhalasi 10 30 FI 3
Isoprenalin sulfat oral, 15 60 EFI
Isoprenalin sulfat sublingual 15 60 EFI
Isoprenalin sulfat inhalasi 15 60 EFI
Kalii Arsenitis sol oral 100 500 EFI
Kalii benzylpenicillin oral 2 juta UI FI 3
Kalii Bromidum oral 2000 6000 FI 2
Kalii Iodidum oral 2000 6000 FI 2
Kalii sulfaguaiacolat oral 1000 3000 FI 3
Kreosot oral 500 1500 FI 1 vol 1
Kreosot Karbonas oral 1000 3000 FI 1 vol 1
Lanatosid C oral 1 1 FI 1 vol 2
Levodopa oral 8000 FI 3
Levomepromazin oral, rektal 800 FI 2
Lobelin HCl sk 20 50 EFI
Lobelin HCl iv 6 20 EFI
Menadion oral 2 10 FI 1 vol 2
Mepacrin HCl oral 200 1000 EFI
Mepenzolii Bromidum oral 50 EFI
Meprobamatum oral 800 2400 FI 3
Mepyrami maleat oral 50 200 FI 3
Mersalyl im 200 200 EFI
Methadon HCl oral 15 45 FI 3
Methanthelini Bromidum oral 100 EFI
Methimazol oral 60 EFI
Methotrexatum oral, im, iv 10 FI 3
Methylamphetamin HCl oral 20 40 FI 2
Methylphenobarbital oral 500 1000 FI 1 vol 1
Methylthiouracilum oral 200 600 EFI
Metoilasin HCl oral 8 32 FI 3
Minocyclin Hcl oral 300 FI 3
Morphin HCl oral, sk 20 50 FI 3
Morphin sulfat oral 20 50 FI 1 vol 2
Nalorphin HCl oral FI 3
Naphtolum obat luar 500 1000 FI 1 vol 1
Natrii Arsenas oral 10 30 FI 1 vol 1
Natrii Bromidum oral 2000 6000 FI 3
Natrii Cacodylas oral, sk 100 200 FI 1 vol 1
Natrii Citrat iv 80/kg FI 3
Natrii Cloxacilin oral, im, iv 6000 EFI
Natrii Dioctysulfasuccinat oral 500 FI 3
Natrii Iodidum oral 2000 6000 EFI
Natrii Levothyroxin oral 1 ml FI 3
Natrii Methicillin im 8000 EFI
Natrii Methicillin iv 16000 EFI
Natrii Methylarsonas oral, sk 100 200 EFI
Natrii Nafcillin oral, im, iv 1500 6000 EFI
Natrii Oxacillin oral, im, iv 3000 12000 EFI
Natrii Paraminosalicylat oral 15000 FI 3
Natrii Salicylat oral 2000 18000 FI 3
Natrii Sulfobromphtalein iv 2/kg 5/kg FI 3
Neoarsphenamin iv 900 900 EFI
Neoarsphenazin iv 500 500 FI 1 vol 1
Neomycin sulfat im 5/kg 15/kg FI 3
Neomycin sulfat iv 15/kg 30/kg FI 3
Neostigmin Bromidum oral 30 90 FI 3
Neostigmin Methylsulfa iv 5 FI 3
Neostigmin Methylsulfa im, sk 5 FI 3
Nicethamid oral, sk, im, iv 500 2000 FI 3
Nicotinamid oral 500 1000 FI 3
Nitrofurantoin oral 300 600 FI 3
Nitroglycerin Spirituosa sol oromucosal 100 1000 FI 1 vol 1
Noraethysteron oral 40 FI 3
Noscapinum oral 60 250 EFI
Oleum Chenopodii oral 500 1500 FI 1 vol 1
Opialum oral 45 150 FI 1 vol 1
Opialum sk 30 150 FI 1 vol 1
Opii aquosum ext oral 100 300 FI 1 vol 1
Opii ext oral 100 250 FI 3
Opii pulv oral 200 500 FI 3
Opii Pulvis Compositum oral 1500 5000 FI 3
Opii tct oral 1500 5000 FI 3
Opii Tct Aromatica oral 2000 5000 FI 3
Opium oral 150 500 FI 3
Opium Concentratum oral 45 150 FI 1 vol 1
Opium Concentratum sk 30 150 FI 1 vol 1
Ouabain ?? iv 0,5 1 EFI
Oxyphenisatin acetas oral 25 50 EFI
Papaverin Hcl oral 200 600 FI 3
Pentetrazolum sk, im, iv 200 500 FI 3
Pentobarbital oral, iv 500 1000 EFI
Petidin HCl oral 200 600 FI 3
Petidin HCl sk, im 200 600 FI 3
Petidin HCl rektal 200 600 FI 3
Phenacetin oral 500 1500 FI 3
Phenazon oral 1000 4000 FI 2
Phenobarbital oral 300 600 FI 3
Phenobarbital Na oral 300 600 FI 3
Phenol oral 100 300 FI 1 vol 2
Phenoxymethylpenicillin oral 500 1500 EFI
Phenyl salicylas oral 1000 5000 EFI
Phenylbutazon oral 200 600 FI 3
Phenylephrin HCl sk 10 FI 3
Phenylephrin HCl oral 25 75 EFI
Phenylephrin HCl iv 0,5 EFI
Phenytoin oral 400 800 FI 3
Phenytoin Na oral 400 800 FI 3
Phenytoin Na iv 50 800 FI 3
Pholcodin oral, rektal 60 120 EFI
Physostigmin salicylas oral 1 3 FI 3
Physostigmin sulfat oral 2,5 FI 1 vol 2
Picrotoxin iv 3 6 EFI
Pilocarpin HCl oral 20 50 FI 3
Pilocarpin Nitras lokal 20 50 EFI
Pilocarpin Nitrat oral 20 50 FI 3
Piperazin adipas oral 4500 4500 EFI
Piperazin phospat oral 4500 4500 EFI
Pituitari posterius oral 20 60 EFI
Podophylli resina oral 50 100 EFI
Podophylli rhizoma oral 1250 2500 EFI
Prednisolon asetas oral 100 EFI
Prednisolon Natrii phospat im, iv 100 EFI
Prednisolon pivalas intraartikuler 100 EFI
Prednison asetas oral 100 EFI
Primaquin diphosphas oral 30 50 FI 3
Primidonum oral 30 50 FI 3
Procain benzilpenicillin im 300.000-1.200.000 UI FI 3
Procain HCl sk 250 250 FI 1 vol 1
Procain HCl intrathecal 150 150 FI 1 vol 1
Procain HCl anestesi 500 500 FI 1 vol 1
infiltrasi
Promethazin HCl oral 50 150 FI 3
Promethazin HCl im, iv 50 150 FI 3
Promethazin Teoclas oral 50 150 EFI
Propanolol HCl oral 320 FI 3
Propanthelin Bromidum oral 30 150 EFI
Propoxyphen HCl oral 520 FI 3
Propylthiouracilum oral 250 600 FI 3
Pulv Bellad Herba standard oral 150 500 FI 1 vol 2
Pulv Hyoscyami Herba 0,05 % oral 500 1500 FI 1 vol 2
Pulv Stramonii Herba 0,25 % oral 250 1000 FI 1 vol 2
Pulv Strychni Seminis standard oral 100 300 FI 1 vol 2
Pyridostigmin Bromidum oral 180 450 FI 3
Quinidin HCl oral 500 2000 FI 2
Quinidin sulfat oral 1000 3000 FI 3
Quinin bisulfat oral 500 2000 EFI
Quinin HCl oral 500 2000 FI 3
Quinin sulfat oral 500 2000 FI 3
Quiniophon oral 750 EFI
Reserpin oral 1 5 FI 3
Salicylamid oral 1000 8000 FI 3
Santonin oral 100 300 FI 2
Secale Cornuti tct oral 10000 30000 FI 1 vol 1
Secale Cornutum oral 1000 3000 FI 1 vol 1
Secale Cornutum desoleatum oral 650 2000 FI 1 vol 1
Secalis cornuti ext oral 1000 3000 FI 3
Secalis cornuti pulv oral 650 2000 FI 3
Spironolakton oral 50 400 FI 3
Stibii et Natrii tartras iv 120 200 FI 1 vol 2
Stramonii pulvis oral 250 1000 EFI
Strophanti tct oral 500 1500 FI 1 vol 2
Strychni ext oral 50 100 FI 1 vol 1
Strychni tct oral 4000 8000 FI 1 vol 1
Strychnin nitrat oral, sk 5 10 FI 3
Sulfadiazin oral 2000 8000 FI 3
Sulfarsphenamin im 500 500 FI 1 vol 1
Teobromin oral 1000 4000 EFI
Teobromin Na et Na.Salicylas oral 2000 4000 FI 1 vol 1
Tetrachloramethylen oral 5000 5000 EFI
Theophyllin oral, rektal 500 1000 FI 3
Thiabendazol oral 1500 3000 EFI
Thiopropazati HCl oral 30 100 EFI
Thyroid oral 150 300 FI 3
Tripelenamin HCl oral 150 450 FI 3
Urethanum oral 1000 6000 EFI
Viomycin sulfat im 2 mega UI EFI
DAFTAR PUSTAKA
BPOM. (2018). Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor 4 Tahun 2018 tentang
Pengawasan, Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, BPOM, Jakarta.

British Pharmacopoiea Commision. (2013). British Pharmacopoiea. London: The Pharmaceutical


Press.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.

European Pharmacopoeia. (2005). European Pharmacopoeia 5th edition. Europe, secretariat of the
European Pharmacopoeia for the quality of medicine.

Rowe, R.C. et Al. (2002). Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, The
Pharmaceutical Press, London.

Tim Dosen Universitas Hasanuddin. (2020). Modul Praktikum Farmasetika Dasar. Universitas
Hasanuddin Makassar.

Syamsuni, H.A. (2006).Ilmu Resep, Kedokteran EGC, Jakarta.

Syamsuni, H.A. (2007).Ilmu Resep, Kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai