CAPAIAN PEMBELAJARAN
12. Jika dua kali tidak mengikuti praktikum, maka tidak diperbolehkan
mengikuti responsi.
13. Evaluasi praktikum dapat diselenggarakan dengan ketentuan kehadiran setiap
mahasiswa minimal 75 %.
14. Setiap mahasiswa peserta praktikum farmasetika 2 harus mentaati dan
melaksanakan ketentuan dan tata cara praktikum dan apabila melanggar akan
dikenakan sanksi yang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.
Perhatian!!!
Simpan uang, perhiasan, dan barang-barang berharga lainnya.
Kehilangan barang-barang tersebut menjadi tanggung jawab mahasiswa
yang bersangkutan.
ETIKET OBAT
1. Etiket obat ada dua macam, yaitu etiket putih dan etiket biru.
2. Etiket putih untuk obat yang melewati saluran pencernaan , etiket biru
untuk obat yang tidak melewati saluran pencernaan.
Contoh etiket obat warna putih :
LAB. FARMASETIKA JURUSAN FARMASI FIKES UNSOED
Jl. Dr.Suparno Karangwangkal Purwokerto Telp. 0281 642840
APA :……………………..
No. SIPA :………………………
Nama Obat :
No. Tanggal
Nama Pasien
……… X sehari ………. Tab/cap/bungkus
Pagi jam : ……………… Sore jam : ……………...
Siang jam: ……………… Malam jam : ……………….
Sebelum/menjelang/sesudah makan
Paraf
Nama Obat :
No. Tanggal
Nama Pasien
……… X sehari ………. Suppositoria
Pagi jam : ……………… Sore jam : ……………...
Siang jam: ……………… Malam jam : ……………….
Obat Luar
Paraf
PRAKTIKUM FARMASETIKA II
Nama :
NIM :
Golongan :
Dosen Pembimbing :
Asisten :
LABORATORIUM FARMASETIKA
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2019
Farmasi Universitas Jenderal Soedirman |9
Petunjuk Praktikum Farmasetika II
Judul Praktikum :
Hari/Tgl praktikum :
Nama Asisten :
1. Tujuan Praktikum
2. Resep
a. Resep yang bersangkutan.
b. Resep standar sesuai dengan sumbernya bila diperlukan
3. Keabsahan dan kelengkapan resep.
4. Fungsi masing-masing bahan dan indikasi bentuk sediaan obat
5. Problema resep dan penyelesaiannya.
6. Perhitungan dosis maksimal bila diperlukan.
7. Perhitungan bahan untuk penimbangan.
8. Cara kerja, ditulis dengan singkat dan jelas dalam bentuk bagan.
9. Etiket.
10. Copy resep bila diperlukan
11. Wadah dan cara penyimpanan obat
12. Pembahasan cara kerja
13. Daftar Pustaka
Copy resep adalah salinan yang dibuat oleh apotek. Salinan ini
memuat semua keterangan dalam resep asli, seperti dibawah ini :
1. Nama dan alamat apotek
2. Nama dan Nomor SIPA Apoteker Pengelola Apotek
3. Tanda tangan atau paraf Apoteker Pengelola Apotek
4. Tanda det untuk obat yang sudah diserahkan dan nedet untuk
obat yang belum diserahkan.
5. Nomor resep dan tanggal pembuatan
P.C.C
Cap
apotek
Paraf dan Nama Apoteker
DOSIS
1. Rumus Young
𝑛
Danak = 𝑥 𝐷𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
𝑛+12
2. Rumus Dilling
𝑛
Danak = + 𝐷𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
20
4. Rumus Crawford
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑇𝑢𝑏𝑢ℎ 𝐴𝑛𝑎𝑘
Danak = 𝑥 𝐷𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑇𝑢𝑏𝑢ℎ 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
2. Ukuran partikel.
Makin halus zat terlarut, makin kecil ukuran partikel, makin luas
permukaannya yang kontak dengan pelarut sehingga zat terlarut makin
cepat larut.
3. Pengadukan.
2. EMULSI
Emulsi adalah sediaan yang mengandung obat cair atau larutan
obat yang terdispersi dalam cairan pembawa dalam bentuk tetesan kecil.
Emulsi biasa distabilkan dengan zat pengemulsi/emulgator. Emulgator
diperlukan untuk mencegah penyatuan tetesan-tetesan kecil (fase yang
terdispersi) menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase yang
akan memisah. Sediaan farmasi maupun kosmetika dalam bentuk emulsi
banyak dijumpai baik untuk pemakaian topical maupun sistemik.
Emulgator dikelompokkan menjadi
1. Surfaktan
2. Hidrokoloid (gom, sellulose, collagen, dll)
3. Zat padat halus terdispersi
Ada dua tipe emulsi :
1. Emulsi o/w, fase dispersnya minyak dengan medium dispersnya air.
2. Emulsi w/o, fase dispersnya air dan medium dispersnya minyak.
Cara membedakan tipe emulsi ada beberapa cara antara lain :
1. Dengan pengenceran.
2. Dengan kertas saring.
3. Dengan pemberian zat warna, missal : sudan III, metilen blue.
4. Metode konduktivitas listrik.
3. SUSPENSI
Suspensi adalah suatu bentuk sediaan cair yang mengandung bahan
obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan
pembawa. Zat yang terdispersi halus tidak boleh cepat mengendap, jika
digojog perlahan endapan harus segera terdispersi kembali.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspense antara lain :
1. Ukuran partikel
2. Banyak sedikitnya partikel bergerak
3. Tolak menolak antar partikel (muatan listrik)
4. Konsentrasi suspensoid
4. SIRUPI
Sirupi atau sirup adalah bentuk sediaan cair yang mengandung
sacharosa atau gula. Konsistensi sirup mengandung konsistensi yang
kental. Sirup banyak digunakan dalam pengobatan baik sebagai corigens
rasa atau sebagai obat.
Terdapat pula sediaan sirup dalam bentuk dry sirup (sirup kering).
Sirup ini merupakan campuran obat dengan sacharose dimana dalam
penggunaannya harus dilarutkan dalam jumlah air tertentu sebelum
digunakan.
5. ELIXIR
Eliksir atau elixir adalah sediaan farmasi yang berbentuk cair yang
mengandung air dan alkohol (hidroalkohol), definisi lainnya
menyebutkan eliksir adalah sediaan cair hidroalkohol, jernih dan manis,
untuk penggunaan oral.
6. PREPARAT GALENIKA
Sediaan ini dibuat dengan menyari/mengekstraksi simplisia dengan
penyari yang sesuai. Secara garis besar cara pembuatan preparat
galenika dibagi :
1. Penyarian dengan pemanasan (suhu 90⁰C) dengan pelarut air :
infusa, decocta.
2. Penyarian dengan perkolasi, maserasi, dengan berbagai pelarut
yang sesuai : tinctura, extractum.
7. OBAT TETES ORAL
Obat tetes (Guttae) adalah sediaan cair berupa larutan-larutan,
emulsi, atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar,
digunakan dengan cara meneteskan, dengan menggunakan alat penetes
yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan baku yang berlaku.
Tetes Oral (guttae orales ) adalah obat tetes yang digunakan dengan
meneteskan ke dalam minuman atau makanan untuk ditelan.
I. SOLUTIO
Problema resep :
1. Mencari resep standar
2. Penimbangan bahan yang diperlukan
3. Cara pemakaian
4. Etiket penggunaan
Cara pembuatan :
1. Asam borat ditimbang, ditambahkan aquades ± 60 ml,
dipanaskan hingga larut, lalu didinginkan.
2. Tambahkan sisa aquades lalu diaduk.
3. Disaring dengan kertas saring melalui corong ke dalam botol.
4. Masukkan dalam botol dan beri etiket.
Permasalahan :
1. Indikasi pengobatan solutio acidi borici.
II. MIXTURA
R/ Ammonium Chlorida 1
Succ. Liquiritiae 5
SASA 3
Aqua 135
m.f.mixt.
S.t.d.d.C. 1
Pro : Sumini (23 th)
Problema resep :
1. Bentuk sediaan obat.
2. Etiket yang digunakan.
3. Cara penggunaan obat dan aturan pakai.
Cara pembuatan :
1. Timbang bahan-bahannya.
2. Gerus Succus dalam mortir dengan air hangat yang dituang sedikit
demi sedikit. Masukkan dalam botol. Dinginkan.
3. Larutkan ammonium klorida dengan aquades, masukkan dalam
botol.
4. Terakhir, tambahkan SASA ke dalam botol.
5. Tutup dan beri etiket.
Permasalahan :
1. Tujuan pengobatan dengan potio nigra c. tussim.
2. Sediaan paten dalam perdagangan.
III. INFUSA
Problema resep :
1. Pengertian infusa
2. Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam infusa dan jumlahnya
3. Peruraian Hexamin
Cara Pembuatan :
1. Timbang bahan-bahan.
2. Folio orthosiphon dimasukkan ke dalam panci infusa dan
ditambahkan aqua dan air ekstra. Kemudian panci tersebut
dipanasi, setelah suhunya mencapai 90⁰C, dibiarkan sampai 15
menit. Kemudian didinginkan. Setelah dingin, massa disaring
dengan kain kassa sampai mendapatkan infus sejumlah yang
diinginkan.
3. Larutkan hexamin dalam cairan infusa yang didapat.
4. Masukkan botol, beri etiket.
Permasalahan :
Tujuan pengobatan dengan kombinasi obat yang tertulis dalam resep.
IV. SUSPENSIONES
R / Sulf. Praecip. 7
Camphor 1
PGA 1,5
Sol.Calc.Hydroxyd
Aquae rosarum aa ad 100
m.f.susp.
S.b.d.d.u.e
Pro : Anisa Wulandari (20 tahun)
Problema resep :
1. Pembuatan Sol. Calcii Hydroxydi.
2. Bentuk sediaan obat, bahan tambahan yang diperlukan.
3. Cara penggunaan obat oleh pasien.
4. Etiket yang digunakan
Cara pembuatan :
1. Timbang camphor, masukkan mortir, ditetesi spiritus dilutus,
digerus.
2. Timbang sulfur praecipitatum yang sudah diayak B50,
masukkan ke dalam mortir sedikit demi sedikit, sambil diaduk
homogen.
3. Tambahkan PGA, aduk kembali.
4. Tambahkan aqua rosarum sedikit demi sedikit dan diaduk
hingga homogen.
5. Suspensi yang diperoleh dimasukkan ke dalam botol, ditutup
dan beri etiket.
Permasalahan :
1. Tujuan pengobatan dengan kombinasi obat yang tertulis dalam
resep.
2. Pemilihan bentuk sediaan.
3. Sediaan paten yang beredar.
V. EMULSA
m.f.emuls.
S.t.d.d.Cth.1
Problema resep :
1. Apa beda emulsi dan suspensi
2. Cara penggunaan obat oleh pasien
3. Etiket yang digunakan
Cara pembuatan :
1. Timbang bahan-bahannya.
2. Oleum Iecoris Aselli dimasukkan ke dalam mortir, tambahkan
PGA dan aqua sebanyak 1,5X berat PGA. Kemudian diaduk
kuat dengan gerakan dari luar ke dalam hingga terbentuk
korpus emulsi.
3. Tambahkan gliserol, aduk homogen.
4. Tambahkan sisa aqua, lalu masukkan ke dalam botol.
5. Terakhir teteskan oleum cinnamomi
6. Tutup botol dan beri etiket.
Permasalahan :
1. Tujuan pengobatan dengan kombinasi obat yang tertulis dalam
resep.
2. Pemilihan bentuk sediaan.
3. Obat paten dalam perdagangan.
VI. SATURATIONES
R/ Acid citric 5
Aquae 30
Spirit. Citri 5
Natrii Subcarbonas 6
Sir.Simpl. 20
Aquae 110
m.f.pot.eff.
S.duab.vicib.summend
Cara pembuatan :
1. Timbang bahan-bahannya.
2. Masukkan natrii subcarbonas dalam mortir, digerus dan
ditambah aqua sedikit demi sedikit. Natrii subcarbonas yang
sudah larut dimasukkan botol, yang belum larut ditambahkan
lagi air sedikit demi sedikit. Begitu seterusnya sampai semua
natrii subcarbonas habis terlarut.
3. Asam sitrat dilarutkan dengan aqua.
4. Tambahkan sirupus simplex dan spiritus citri ke dalam larutan
asam sitrat. Campuran ini dimasukkan sedikit demi sedikit
melalui dinding botol sambil digojog untuk membuang CO 2
yang terbentuk sampai kurang lebih 2/3 bagiannya.
5. Masukkan sisa 1/3 bagian campuran yang tersisa sekaligus
dengan cepat lewat didinding botol. Segera tutup botol dengan
tutup champagne.
Permasalahan :
Tujuan pengobatan dengan betuk sediaan saturationes
VII. ELIXIR 1
R/ Elixir Paracetamol 80 ml
s.p.r.n. Cth I (febris)
Problema resep :
1. Bentuk sediaan obat.
2. Definisi sediaan elixir
3. Etiket yang digunakan.
4. Cara penggunaan obat.
Cara pembuatan :
1. Parasetamol ditimbang, digerus hingga homogen. Dilarutkan
dalam etanol yang sudah dihitung.
2. Dihitung propilenglikol, gliserol, dan solutio sorbitol 70%,
dicampur sampai homogen.
3. Dicampurkan ke campuran no (1) lalu masukkan ke dalam
botol.
4. Beri etiket
Permasalahan :
Tujuan pengobatan dengan bentuk sediaan elixir.
R/ Sol. Lugoli 25
S.t.d.d. gtt. V
Problema resep :
1. Mencari resep standar
2. Penimbangan bahan yang diperlukan
3. Cara pemakaian
4. Etiket penggunaan
Cara pembuatan :
1. Timbang Kalii Iodida, dimasukkan mortir, digerus dan
dilarutkan dalam air sebanyak 2,5X berat Kalii iodida (air mula-
mula dalam resep standar).
2. Iodium ditimbang dalam botol timbang tertutup, masukkan
dalam larutan KI dengan bantuan sendok porselen, gerus pelan-
pelan.
3. Tambahkan sisa aqua. Aduk.
4. Masukkan dalam botol dan beri etiket.
Permasalahan :
1. Indikasi pengobatan sediaan yang dibuat.
2. Warna botol yang digunakan.
R/ Amoksisilin 125mg/5ml
CMC Na 1%
Sukrosa 20%
Na-benzoat 0,25%
Aqua ad 50 ml
S.t.d.d. C.I
Problema resep :
1. Penimbangan bahan yang diperlukan
2. Cara pembuatan dan cara pelarutan dry sirup.
3. Etiket penggunaan
Cara pembuatan :
1. Amoksisilin, Sukrosa, Na-benzoat ditimbang dan dihaluskan
sampai homogen.
2. Ditambahkan CMC-Na
3. Dimasukkan ke dalam botol dan diberi etiket.
4. Dilakukan pelarutan dengan aqua yang sudah dihitung ke dalam
sediaan dry sirup yang telah dibuat.
Permasalahan :
X. ELIXIR 2
Problema resep :
1. Penimbangan bahan yang diperlukan
2. Cara pembuatan dan cara pelarutan elixir.
3. Etiket penggunaan
Cara pembuatan :
1. Timbang champora dan larutkan dengan ±5 ml etanol
2. Dikocok hingga larut
3. Tambahkan larutan dengan sisa etanol
4. Tambahkan dengan aquadest sedikit demi sedikit
5. Masukkan ke dalam botol dan beri etiket
Permasalahan :