Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS MASALAH-MASALAH FIQIH

Di Susun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Masail Fiqhiyah

Dosen Pengampu : Muhammad Bahauddin, S.Hum, M.Hum

Di Susun Oleh :

Ahmad Syafiqul Umam

( 2010110007 )

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN AKADEMIK 2024


Deskripsi Masalah :

1. Menurut akidah ahlussunnah wal jamaah, wasilah kepada aulia’


diperkenankan, baik ketika masih hidup atau sudah wafat. Namun akhir-
akhir ini muncul makam-makam baru atau makam lama yang diklaim
sebagai makam wali. Penemuan ini lebih sering menggunakan pendekatan
supranatural.
a. Apa ukuran sebuah makam disebut makam wali atau tidak, sehingga
timbul hukum sunnah diziarahi?
b. Siapa yang bertanggung jawab ketika pada akhirnya muncul makam-
makam baru yang diklaim kalangan tertentu sebagai makam wali?
c. Bagaimana hukum ziarah makam yang belum jelas statusnya?
2. Bulan januari tahun 2024 adalah waktu PPDB yang sekaligus berbarengan
dengan waktu kampanye pileg dan pilpres tahun 2024. Keduanya memiliki
karakter yang hamper sama. Menempel spanduk dan poster sembarangan,
padahal pemerintah sudah menyiapkan tempat2 tertentu untuk tempat
pemasangan banner dan semacamnya.
a. bagaimana hukumnya memasang foto calon, banner atau informasi
PPDB di tempel dengan paku dan kawat pada pohon di tepian jalan?
b. bagaimana hukumnya memasang foto calon, banner atau informasi
PPDB di tiang Listrik dan Telepon?

Jawaban Analisis :

Deskripsi Masalah – 1 :

a. Pada dasarnya hukum berziarah kubur itu adalah suatu hal yang diperbolehkan
bahkan tergolong sebagai hal yang dianjurkan (sunnah). Anjuran
melaksanakan ziarah kubur ini bersifat umum baik untuk menziarahi orang-
orang shalih ataupun untuk menziarahi orang-orang islam secara umum.
Bahkan legalitas ziarah kubur ini telah disepakati oleh seluruh madzhab islam.
Kemudian untuk ukuran sebuah makam bisa disebut sebagai makam wali, itu
biasanya makam tersebut banyak didatangi oleh orang-orang dengan maksud

2
untuk berziarah dan bertabarruk bahkan makam wali tersebut dibangun
dengan kubah dengan tujuan untuk menghidupkan ziarah. Selain itu makam
tersebut sudah diketahui asal usulnya bahwa orang yang di kubur di dalamnya
itu pada masa hidupnya memang benar-benar orang yang shalih dan wali.
Maka sunnah untuk diziarahi dan diistimewakan dengan membangun
bangunan agar orang-orang nyaman untuk berziarah ke makam tersebut.
Referensi :
1) Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulum Ad-Dien, Juz 4, Hal : 521.
Yang berbunyi sebagai berikut :

‫زي ارة القب ور مس تحبة على اجلمل ة للت ذكر و اإلعتب ار وزي ارة قب ور الص احلني مس تحبة‬
‫ألجل التربك مع اإلععتبار‬
Artinya :
“ziarah kubur disunnahkan secara umum dengan tujuan untuk mengingat
(kematian) dan mengambil pelajaran, dan menziarahi kuburan orang-orang
shalih disunnahkan dengan tujuan untuk tabarruk (mendapat barokah)
serta pelajaran”
2) Abu Bakr Muhammad Syatha dalam kitab Hasyiyah Ianah Ath-Thalibin,
Juz 2, Hal.137. Yang Berbunyi Sebagai Berikut :

،‫ولو يف مسبلة‬: ‫قبور الصاحلني جيوز بناؤها ولو بقبة إلحياء الزيارة والتربك ـ قال احلليب‬
‫وأفىت به‬
Artinya :
“Makam para ulama boleh dibangun meskipun dengan kubah, untuk
menghidupkan ziarah dan mencari berkah, al-halabi berkata: “meskipun
dilahan umum”, dan ia menfatwakan hal itu”.
b. Sebenarnya Ketika ada makam-makam baru yang diklaim sebagai makam
wali oleh kalangan tertentu atau oleh masyarakat tertentu, maka yang
bertanggung jawab atas makam tersebut adalah pemerintah atau perangkat
desa setempat. Karena merekalah yang mewakili pemerintah pusat atau
pemimpin dan bertanggung jawab terhadap penyimpangan dan akidah yang
terjadi dalam masyarakat setempat tersebut. Jika memang itu makam wali dan

3
disetujui oleh perangkat desa tersebut bahkan telah dimusyawarahkan oleh
tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan agama, maka mereka dan
masyarakat harus merawat makam tersebut, menziarahi dan mencari tahu
silsilah dari makam tersebut. Jadi semisal Ketika suatu saat dari kalangan luar
datang dan bertanya tentang silsilah makam tersebut, kita yang sebagai juru
kunci dari makam tersebut tahu dan dapat menjawab pertanyaan dari kalangan
luar tersebut.
Referensi :
1) Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Jawi Dalam Kitabnya Nihayatuz Zain
Syarh Qurratul ‘Ain, Beirut: Darul Fikr, Hal: 112. Yang Berbunyi Sebagai
Berikut :

‫إذا أم ر ب واجب تأك د وجوب ه وإذا أم ر مبن دوب وجب وإن أم ر مبب اح ف إن ك ان في ه‬
‫مصلحة عامة كرتك شرب الدخان وجب خبالف ما إذا أمر مبحرم أو مكروه أو مباح ال‬
‫مصلحة فيه عامة‬
Artinya :
“Ketika seorang pemimpin pemerintahan memerintah perkara wajib, maka
kewajiban itu makin kuat, bila memerintahkan perkara sunnah maka
menjadi wajib, dan bila memerintahkan perkara mubah, maka bila di
dalamnya terdapat kemaslahatan publik, maka wajib dipatuhi seperti
larangan untuk merokok. Berbeda bila ia memerintahkan perkara haram,
makruh atau perkara mubah yang tidak mengandung kemaslahatan publik,
-maka tidak wajib dipatuhi”
2) Ibnu Qutaibah Ad-Dainuri Dalam Kitab As-Sulthan, Halaman : 57. Yang
Berbunyi Sebagai Berikut :

‫ فالدين أس وامللك حارس‬،‫ إن امللك والدين أخوان الغين بأحدمها عن اآلخر‬،‫يا بين‬
Artinya :
“hai anakku, negara dan agama bagai dua saudara tak terpisahkan, agama
adalah pondasi, sedang negara adalah penjaganya.”
c. Hukum ziarah makam yang belum jelas statusnya. Bahwasanya hukum
berziarah makam itu adalah sunnah, hal ini telah disepakati oleh para ulama

4
sehingga menjadi ijma’ ulama. Ziarah kubur ini sunnah bagi laki-laki ataupun
perempuan, khusus bagi perempuan apabila tidak ada fitnah didalamnya.
Bahkan pada suatu kitab itu diperbolehkan ziarah makam ke orang non
muslim, jika tujuanya adalah untuk mengambil pelajaran terhadap orang yang
meninggal atau untuk mengingat kematian, bahkan ziarah makam ini
diperbolehkan bagi orang atau makam yang tidak dikenalinya atau tidak
diketahui statusnya tetapi lebih dianjurkan berziarah ke orang yang
dikenalinya.
Referensi :
1) An-Nawawi Dalam Kitab Syarhul Muhaddzab, Juz 5, Halaman : 310.
Yang Berbunyi Sebagai Berikut :

‫أم ا األحك ام ف اتفقت نص وص الش افعي واألص حاب على أن ه يس تحب للرج ال زي ارة‬
‫القبور وهو قول العلماء كافة نقل العبدري فيه إمجاع املسلمني‬
Artinya :
“Beberapa nash ulama mazhab Syafi’i sepakat bahwa ziarah kubur bagi
laki-laki hukumnya sunah. Bahkan Imam Al-‘Abdari menyebut bahwa
permasalahan ini telah menjadi ijma’ ulama.”
2) Imam As-Syirwani dalam Kitab Hasiyatus Syirwani ‘Ala Tuhfatil Muhtaj,
Juz III, Halaman 300. Yang Berbunyi Sebagai Berikut :

‫وإمنا تس ن الزي ارة لإلعتب ار وال رتحم وال دعاء أخ ذا من ق ول الزركش ي إن ن دب الزي ارة‬
‫مقيد بقصد اإلعتبار أو الرتحم واإلستغفار أو التالوة والدعاء وحنوه ويكون امليت مسلما‬
‫أي ولو أجنبيا ال يعرفه لكنها فيمن يعرفه آكد فال تسن زيارة الكافر بل تباح كما يف‬
‫اجملموع‬
Artinya :
“Sejatinya ziarah kubur disunahkan karena tujuan mengambil pelajaran
atas kematian seseorang, mengasihi dan berdoa. Hal tersebut sebagaimana
yang dipahami dari keterangan Imam Az-Zarkasyi. Selain itu, kesunahan
ziarah juga disyaratkan kepada mayit yang beragama Islam, meskipun
orang tersebut bukan kerabat atau bahkan tidak dikenalinya. Hanya saja
ziarah ke orang yang dikenali hukumnya lebih dianjurkan. Maka dari itu

5
tidak sunah berziarah ke kuburan orang nonmuslim. Namun hukumnya
mubah.”

Deskripsi Masalah – 2 :

a. Menurut pandangan fiqih terkait dengan memasang foto calon, banner, atau
informasi PPDB pada pohon di tepian jalan dengan paku dan kawat tersebut,
bahwa pada dasarnya pohon yang berada pada tepian jalan itu masih berada
pada wilayah seseorang, sehingga pemanfaatan wilayah atau tanah milik
seseorang adalah hak prerogatif yang dimiliki oleh orang tersebut. Dan
tentunya bagi orang lain tidak berhak untuk mengintervensi karena status
orang lain bukan pemilik tanah tersebut. Maka perlu adanya izin kepada orang
pemilik wilayah tersebut dalam pemanfaatan wilayah atau tanah miliknya
untuk memasang foto calon, banner atau informasi PPDB.
Apabila seseorang tersebut memanfaatkan tanah atau wilayah orang lain
dengan tanpa izin seperti halnya membangun suatu bangunan, menanam suatu
pohon, atau bahkan memasang foto calon, banner atau informasi PPDB
dengan tanpa izin pemilik wilayah atau tanah tersebut. Maka Tindakan ini
termasuk pada kategori ghosob. Dan ghosob sendiri adalah Tindakan kriminal
dalam islam yang dihukumi haram.
Referensi :
1) AL-Nawawi dalam kitab Al-Majmu Syarh Al-Muhadzab (15/102) menukil
pendapat Al-Syafi’i yang tertulis dalam kitab Al-Mukhtashar karya Al-
Muzani. Berikut penjelasan penjabaran permasalahan oleh Al-Nawawi,
beliau mengatakan :

‫فإذا غصب أرضا وغرس فيها غراسا أو غصبها وبىن فيها بناء ودعاه صاحب األرض‬
‫إىل قلع الغراس ونقص البناء لزم الغاصب ذلك حلديث سعيد بن زيد‬
Artinya :
“Maka Ketika sesorang menghasab sebidang tanah dan menanaminya
dengan suatu tanaman atau mengghasabnya kemudian membangun suatu

6
bangunan dan kemudian pemilik tanah menggugat untuk mencabut
tanaman dan merobohkan bangunan tersebut maka bagi pelaku tindak
kriminal ghosob wajib melaksanakan gugatan tersebut sebagaimana hadis
yang diriwayatkan oleh said bin zaid”
Hadis Riwayat Said bin Zaid yang dinuqil oleh Al-Nawawi tersebut
adalah:

‫ وليس لعرق ظامل حق‬.‫من أحيا أرضا ميتة فهي له‬


Artinya :
“Barang siapa yang menghidupkan bumi mati maka dia berhak
memilikinya, dan tidak ada hak milik sama sekali bagi keringat orang yang
zalim” (HR. Al-Tirmidzi No. 1378, Abu Dawud No. 3078, Al-Baihaqi
No.6/142)
Dalam Majmu-Nya, Al-Nawawi menulis pendapat Al-Tirmidzi yang
menukil pendapat Abi Dawud Al-Thayalisi tentang interpretasi lafadz ‫عرق‬

‫ ظامل‬dengan makna pelaku tindak kriminal ghasab yang mengambil sesuatu

yang bukan haknya.


2) Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini dalam kitab Kifayatul Akhyar
mengatakan :

‫فل و جلس على بس اط الغ ري أو اغ رتف بآني ة الغ ري بال إذن فغاص ب وإن مل يقص د‬
‫اإلستيالء ألن غاية الغصب أن ينتفع باملغصوب‬
Artinya :
“Duduk di teras (perkarangan) orang lain atau menciduk air menggunakan
gayung orang lain tanpa izin berarti sudah termasuk ghasab, meskipun
tidak berniat untuk menguasai dan memilikinya. Karena tujuan ghasab
adalah mengambil manfaat atas barang ghasaban.”
b. Hukum memasang foto calon, banner, atau informasi PPDB di tiang listrik
dan telepon, bahwa berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU)
nomor 15 tahun 2023. Bahwa hal itu tidak diperbolehkan untuk memasang
alat peraga kampanye (APK) pada Gedung atau fasilitas milik pemerintah.
Selain itu juga dari PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) menghimbau untuk

7
tidak memasang alat peraga kampanye (APK) atau sejenisnya pada jaringan
listrik. Karena hal itu berpotensi membahayakan masyarakat umum dan
dikhawatirkan akan menambah beban tiang listrik sehingga bisa menjadi
miring. Selanjutnya apabila jika kita pandang menurut hukum islam mengenai
hal tersebut bahwa mentaati peraturan pemerintah untuk tidak memasang alat
peraga kampanye (APK) atau sejenisnya pada tiang listrik dan telepon, dan hal
ini tidak menyimpang dari hukum islam maka hukumya adalah wajib dan
apabila dilanggar maka hukumnya adalah haram.
Referensi :
1) Imam Al-Muzani dalam kitab Syarh As-Sunnah, cetakan kedua, tahun
1432 H, ta’liq : Dr. Jamal Azzun, penerbit Maktabah Dar Al-Minhaj.

‫والطاعة ألويل األمر فيما كان عنداهلل عز وجل مرضيا واجتناب ماكان عند ااهلل مسخطا‬
‫وترك اخلروج عند تعديهم وجورهم والتوبة عند اهلل كيما يعطف هبم على رعيتهم‬
Artinya :
“Taat kepada ulil amri (pemerintah) dalam hal-hal yang diridhai allah azza
wa jalla dan meninggalkan (ketaatan kepada mereka) pada hal-hal yang
dimurkai allah. Meninggalkan sikap khuruj (memberontak) Ketika
pemerintah bersikap kasih saying terhadap rakyatnya”.
2) Imam Jalaluddin Abd. Rahman Bin Abu Bakar Al-Suyuthi. 1960. Al-
Asybab Wa Al-Nazhair Fil Al-Furu’. Mesir: Multazam Mathba’ Wa Al-
Nasyar, Cet. III, Hal. 83. Dalam sebuah kaidah fiqhiyah berbunyi :

‫تصرف اإلمام على الرعية منوط باملصلحة‬


Artinya :
Kebijakan imam (ulil amri, penguasa atau pemerintah) terhadap rakyat
hendaklah berkaitan (memperhatikan) kemaslahatan.

Anda mungkin juga menyukai