Anda di halaman 1dari 3

Nama : Anindiva Bilqis Auralya Nadzwa.

Kelas : XI BIC 2.
Absen : 05.

TUGAS 3

1. Jelaskan kandungan QS at-Taubah [9]: 122 !

Jawab :

• Ayat ini menerangkan bahwa tidak setiap mukmin dituntut untuk mengikuti
perang. Karena perang hukumnya adalah fardhu kifayah, yang apabila telah
dilaksanakan oleh sebagian mukmin, maka gugurlah kewajiban mukmin yang
lainnya, bukan fardhu ain yang wajib dilaksanakan tiap orang. Perang baru
berhukum fardhu ain apabila Rasulullah sendiri keluar dan mengarahkan kaum
mukmin untuk berperang.
• Meskipun tidak semua mukmin diwajibkan untuk berperang, harus ada
pembagian tugas dalam masyarakat, sebagian lainnya berperang, sebagian yang
lainnya harus menuntut ilmu dan menekuni ilmu agama supaya dapat diajarkan
dan diamalkan dengan baik oleh masyarakat.
• Ayat tersebut juga mengisyaratkan tentang wajibnya pendalaman agama dan
bersedia untuk mengajarkannya di berbagai permukiman serta memahamkan
orang-orang lain tentang agama. Sehingga, mereka mengetahui hukum-hukum
agama secara umum yang wajib diketahui oleh setiap mukmin. Mereka
mendapat kedudukan yang tinggi di sisi Allah swt., dan tidak kalah tingginya
dari kalangan pejuang yang mengorbankan harta dan jiwa dalam meninggikan
kalimat Allah swt., membela agama dan ajaran-Nya di medan perang. Bahkan,
mereka boleh jadi lebih utama dari para pejuang.

2. Jelaskan asbābun-Nuzūl QS Āli Imrān [3]: 190-191!

Jawab : Surat Ali Imran ayat 190-191 di atas diturunkan sebagai bantahan untuk kaum
Yahudi yang mengklaim kefakiran dari Allah SWT. Ibnu Abbas di dalam riwayat Ath-
Thabrani dan Ibnu Abi Hatim mengungkapkan bahwa “orang-orang Quraisy
mendatangi orang-orang Yahudi dan bertanya kepada mereka, apa tanda-tanda yang
dibawa oleh Musa kepada kalian semua?”

“Tongkat dan tangan yang putih bagi orang-orang yang melihatnya.” jawab orang-
orang Yahudi.

Setelah itu, orang-orang Quraisy datang menghampiri orang-orang Nasrani dan


bertanya “apa tanda-tanda yang diperlihatkan Isa?”
“Dia dulu menyembuhkan orang yang buta, orang sakit kusta dan menghidupkan orang
yang telah mati," kata orang-orang Nasrani.

Tak sampai di situ, orang-orang Quraisy juga mendatangi Nabi Muhammad SAW dan
berkata "Berdoalah kepada Tuhanmu untuk dapat mengubah bukit shafa menjadi emas
untuk kami." Setelah itu, Rasulullah SAW pun berdoa kepada Allah SWT, lalu tak lama
setelah itu turunlah ayat 190-191 dalam surat Ali Imran. Sebagaimana yang kita tahu,
tujuan dari diturunkannya ayat ini adalah sebagai pembuktian tauhid, keesaan, dan
kekuasaan Allah swt. Di mana, hukum-hukum alam yang melahirkan kebiasaan-
kebiasaan, pada hakikatnya telah ditetapkan dan diatur oleh Allah swt. Hal ini dipahami
dengan adanya undangan kepada manusia untuk berpikir dan merenungkan keesaan
Allah karena sesungguhnya dalam penciptaan aneka benda angkasa seperti matahari,
bulan, dan jutaan gugusan bintang–bintang yang terdapat di langit, atau dalam
pengaturan sistem kerja langit yang sangat teliti, terdapat tanda- tanda kemahakuasaan
Allah swt. bagi orang-orang yang memiliki akal murni.

3. Bagaimana etika seorang muslim dalam menghadiri suatu majelis sebagai implementasi
QS al-Mujādalah [58]: 11?

Jawab :

• Memberikan kelapangan tempat duduk bagi yang baru datang. Maksudnya ialah
memberi tempat yang wajar serta mengalah kepada orang-orang yang dihormati
atau yang lemah. Bahkan ketika ada orang tua non muslim sekalipun, jika ada
yang lebih muda duduk di bus atau kereta, sedang dia tidak mendapat tempat
duduk, maka adalah wajar dan beradab jika yang lebih muda berdiri untuk
memberi tempat duduk.
• Apabila pemilik majelis menyuruh berdiri, maka berdirilah, karena tidak laik
apabila orang yang baru datang meminta berdiri orang yang telah datang
terlebih dahulu dan duduk di tempat orang tersebut.

4. Jelaskan manfaat beriman dan berilmu pengetahuan!

Jawab : Akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Orang beriman dan berilmu
pengetahuan akan menunjukkan sikap yang arif dan bijaksana. Iman dan ilmu tersebut
akan membuat orang mantap dan agung. Kita bisa saksikan, orang-orang yang dapat
menguasai dunia ini adalah orang-orang yang berilmu, yang dengan mudahnya mereka
bisa mengumpulkan harta benda, mempunyai kedudukan dan dihormati orang. Ini
merupakan suatu pertanda bahwa Allah swt. mengangkat derajatnya. Iman dan ilmu
pengetahuan juga akan berbuah amal jariyah apabila disalurkan dan dibagikan kepada
orang lain.

5. Sebutkan hukum mencari ilmu sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Ibnu Mājah dari
Anas bin Mālik!
Jawab : Hukum menuntut ilmu pengetahuan itu berbeda-beda tergantung kondisi setiap
orangnya. Umpamanya, hukum mencari ilmu syar’i adalah farḍu kifāyah, apabila sudah
ada orang yang mempelajarinya, maka bagi yang lainnya hukumnya menjadi sunnah.
Terkadang hukum mencari ilmu ini juga menjadi farḍu ‘ain bagi manusia. Batasannya
adalah apabila seseorang akan melaksanakan ibadah atau mengerjakan muamalah,
maka dia wajib mengetahui bagaimana cara melakukan ibadah dan melaksanakan
muamalah tersebut.

Adapun ilmu yang lainnya (yang tidak akan dilakukan saat itu), maka tetaplah
hukumnya farḍu kifāyah. Oleh karena itu, setiap pencari ilmu harus menyadari bahwa
dirinya sedang melaksanakan amalan yang farḍu kifāyah ketika mencari ilmu agar dia
memperoleh pahala mengerjakan yang farḍu sembari memperoleh ilmu.

Anda mungkin juga menyukai