Anda di halaman 1dari 10

1k. Bagaimana struktur kepengurusan Puskesmas berdasarkan UU?

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun


2019, pada pasal 41 menyebutkan bahwa organisasi puskesmas
paling sedikit terdiri atas kepala puskesmas, kepala tata usaha dan
penanggung jawab. a. Kepala puskesmas adalah penanggung jawab atas seluruh
penyelenggaraan kegiatan di Puskesmas, pembinaan
kepegawaian di satuan kerjanya, pengelola keuangan dan
pengelolaan bangunan, prasarana dan peralatan. Kepala
puskesmas diangkat dan diberhentikan oleh bupati/walikota
b. Kepala tata usaha memiliki tugas dalam perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan administrasi perkantoran Puskesmas. c. Penanggung jawab
setidaknya terdiri atas:
a) Penanggung jawab UKM dan keperawatan kesehatan
masyarakat;
b) Penanggung jawab UKP, kefarmasian dan laboratorium;
c) Penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan
jejaring Puskesmas;
d) Penanggung jawab bangunan, prasarana dan peralatan
puskemas; dan
e) Penanggung jawab mutu
Penanggung jawab lainnya dapat dibentuk sesuai kebutuhan
Puskesmas dengan persetujuan kepala dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota (Kementrian Kesehatan, 2019).

1L. Apa saja yang dibahas dalam rapat evaluasi bulanan?


Pembahasan pada rapat evaluasi bulanan puskesmas ditingkat
kabupaten/kota :
1) Menerima rujukan / konsultasi dari Puskesmas dalam
melakukan perhitungan hasil kegiatan, menganalisis data dan
membuat pemecahan masalah.
2) Memantau dan melakukan pembinaan secara integrasi lintas
program sepanjang tahun pelaksanaan kegiatan Puskesmas
berdasarkan urutan prioritas masalah.
3) Melakukan verifikasi hasil penilaian kinerja puskesmas dan
menetapkan kelompok kinerja Puskesmas.
4) Melakukan verifikasi analisis data dan pemecahan masalah
yang telah dibuat Puskesmas dan mendampingi Puskesmas
dalam pembuatan rencana usulan kegiatan.
5) Mengirim umpan balik ke Puskesmas dalam bentuk penetapan
kelompok tingkat kinerja Puskesmas.
6) Penetapan target dan dukungan sumber daya masing masing
Puskesmas berdasarkan evaluasi hasil kinerja Puskesmas dan
rencana usulan kegiatan tahun depan.
(Permenkes, 2016).

1t. Apa peran Bupati mengenai Kesehatan?


Bupati/Walikota bertanggungjawab dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan sesuai SPM Kesehatan yang dilaksanakan oleh
Perangkat Daerah Kabupaten/Kota dan masyarakat. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah, peran Bupati antara lain (Depkes RI, 2006):
1. Urusan kesehatan merupakan urusan pemerintahan wajib yang
berkaitan dengan pelayanan dasar, yang wajib diselenggarakan
oleh semua daerah;
2. Pelaksanaan pelayanan dasar urusan kesehatan berpedoman
pada Standar Pelayanan Minimal (SPM);
3. Penyelenggaraan jaminan kesehatan. 4. Pemerintah daerah harus
mengalokasikan anggaran urusan
kesehatan minimal 10% dari total belanja APBD diluar gaji.
5. Pendanaan urusan kesehatan dapat bersumber dari APBN dan
APBD.

z. Bagaimana cara dalam menggerakan ibu untuk datang ke Posyandu?


1. Promosi kesehatan
2. Penyuluhan
3. Edukasi
(Yanti dkk, 2018).
Yanti Meyi, Asbiran Nursal dan Rusti Sukarsi. 2018. Analisis Faktor Yang
Mempengaruhi Cakupan Penimbangan Balita Ke Posyandu Di Kota
Padang Tahun 2018. Jurnal ilmu kesehatan Vol 3 No 1

2b. Apa saja azas penyelenggaraan Puskesmas?


Azas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah:
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
Azas penyelenggaraan puskesmas yang pertama adalah
pertanggungjawaban wilayah. Dalam arti puskesmas bertanggungjawab
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus melaksanakan berbagai
kegiatan, antara lain sebagai berikut:
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan,
sehingga berwawasan kesehatan
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehata
masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayahkerjanya
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata
dan terjangkau di wilayah kerjanya.
2. Azas pemberdayaan masyarakat
Azas penyelenggaraan puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan
masyarakat. Dalam arti puskesmas wajib memberdayakan perorangan,
keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap
upaya puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun
melalui pembentukkan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa
kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka
pemberdayaan masyarakat antara lain:
a. Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina Keluarga Balita
(BKB)
b. Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c. Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi, Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi)
d. Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali
murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren)
e. Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
f. Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda
g. Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h. Upaya kesehatan jiwa: posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa
Masyarakat (TPKJM)
i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat Keluarga(TOGA),
Pembinaan Pengobat Tradisional (Battra)
j. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): dana sehat,Tabungan
Ibu Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana keagamaan
3. Azas keterpaduan
Azas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah keterpaduan. Untuk
mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang optimal,
penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara
terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan.
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yakni:
a. Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan
berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab puskesmas.
Contoh keterpaduan lintas programantara lain:
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan
P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan
2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan
dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan
reproduksi remaja dan kesehatan jiwa
3) Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi,
promosi kesehatan, kesehatan gigi
4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan jiwa,
promosi kesehatan
b. Keterpaduan lintas sektor
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan
upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan
berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk
organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas
sektor antara lain:
1) Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama
2) Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian.
3) Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, PKK, PLKB
4) Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia
usaha, PKK, PLKB
5) Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi,
dunia usaha, organisasi kemasyarakatan
6) Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha.
4. Azas rujukan
Penyelenggaraan puskesmas yang keempat adalah rujukan. Sebagai
sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki
oleh puskesmas terbatas. Padahal puskesmas berhadapan langsung
dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatannya. Untuk
membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan
tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan
setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) harus
ditopang oleh azas rujukan. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan
tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang
diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti satu
strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan
lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar sarana pelayanan
kesehatan yang sama. Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang
diselenggarakan oleh puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal,
yakni:
a. Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus
penyakit. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi
satu kasus penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut wajib
merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu(baik
horisontal maupun vertikal). Sebaliknya pasien paska rawat inap
yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke
puskesmas. Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas
tiga macam:
1) Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
medik (biasanya operasi) dan lain-lain.
2) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga
yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan kepada
tenaga puskesmas dan ataupun menyelenggarakan pelayanan
medik di puskesmas.
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah
kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran
lingkungan, dan bencana Rujukan pelayanankesehatan masyarakat
juga dilakukan apabila satu puskesmas tidak mampu
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan
pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah
menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu puskesmastidak
mampu menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, maka
puskesmas tersebut wajib merujuknya ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. (Permenkes, 2019).
Permenkes RI, 2019. Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (Hal63)

2f. Apa saja tugas dari Kepala Dinas Kesehatan?


1. Mempersiapkan program dan kebijaksanaan teknis di bidang perencanaan
pembangunan daerah dalam rangka pencapaian tujuan penyelenggaraan
tugas pokok, fungsi dan kewenangan badan;
2. Memimpin, membina, mengkoordiinasikan, memantau dan mengendalikan
pelaksanaan program dan kebijakan teknis di Dinas Kesehatan, agar sesuai
dengan rencana strategis (Renstra) Dinas Kesehatan;
3. Mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan perencanaan pembangunan
daerah dengan Perangkat Daerah guna menyusun RPJPD, RPJMD, KUA
PPAS dan rencana pembangunan tahunan sesuai dengan tahapan yang
melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya serta
melakukan pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan daerah
agar dapat tercapainya visi, misi pembangunan daerah;
4. Mempelajari peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
perencanaan pembangunan daerah sebagai acuan pelaksanaan tugas;
5. Membagi habis tugas kedinasan di bidang teknis dan administrasi kepada
bawahan/staf, agar setiap aparatur yang berada di lingkungan Badan
mengetahui dan memahami beban tugas dan tanggung jawab;
6. Memberikan petunjuk teknis dan pengarahan serta bimbingan kepada
bawahan tentang pelaksanaan tugas, untuk menghindari terjadinya
penyimpangan dalam pelaksanaan tugas;
7. Memberikan masukan, usulan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang
langkah dan kebijakan yang akan diambil di bidang perencanaan
pembangunan daerah;
8. Menilai aktivitas, kreatifitas dan produktifitas pelaksanaan tugas bawahan;
9. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan atasan, untuk
kelancaran pelaksanaan tugas;
10. Membuat laporan kepada atasan sebagai masukan untuk dijadikan bahan
pertimbangan lebih lanjut (Dinkes, 2018).
Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. 2018. Pedoman Penilaian
Kinerja Puskesmas. Jawa Timur: Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa
Timur.

3c. Apa tujuan dari Lokakarya?


Adapun tujuan penyelenggaraan lokakarya mini secara umum
adalah sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Meningkatkan fungsi puskesmas melalui penggalangan kerja
sama tim baik lintas program maupun lintas sektor serta
terlaksananya kegiatan puskesmas sesuai dengan perencanaan.
2. Tujuan khusus
a) Tergalangnya kerjasama tim baik lintas program maupun
lintas sektor.
b) Terpantaunya hasil kegiatan puskesmas sesuai dengan
perencanaan.
c) Teridentifikasinya masalah dan hambatan dalam
pelaksanaan kegiatan puskesmas.
d) Teridentifikasinya penyebab masalah serta diupayakannya
pemecah masalah.
e) Tersusunnya rencana kerja untuk periode selanjutnya.
(Depkes RI, 2006).
Departemen Kesehatan. 2006. Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

3i. Bagaimana langkah PTP dan PKP?


II. Penilaian Kinerja Puskesmas
a. Pengumpulan data dan pengolahan data hasil
kegiatan (dari data bulanan/triwulan)
b. Konsultasi ke/ pembinaan dan bimbingan dari dinas
kesehatan kabupaten/kota
c. Memberikan laporan perhitungan kinerja
puskesmas kepada kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota, dan membahas keterkaitannya
dengan verifikasi data da perhitungannya
d. Menerima umpan balik nilai akhir kinerja
puskesmas berikut penjelasan dalam perbaikan
perhitungan bilamana terjadi kesalahan.
e. Menyajikan hasil akhir perhitungan cakupan dan mutu kegiatan, dalam bentuk
grafik sarang laba-laba, atau cara penampilan lainnya.
III Pasca Penilaian Kinerja Puskesmas
a. Menganalisa masalah dan kendala, merumuskan
pemecahan masalah, rencana perbaikan sekaligus
rencana usulan kegiatan tahun yang akan datang
b. Menerima informasi dari kabupaten/kota tentang
rencana anggaran yang mungkin akan diterima
masing-masing puskesmas dengan membahas
rancangan kegiatan, besarnya target, besarnya biaya
dan kebutuhan sumber daya lain yang diperlukan,
dan jadwal kegiatan bersama Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota.
c. Bersama tim perencanaan Puskesmas menyusun
rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) Puskesmas
untuk tahun berjalan.
d. Membahas rencana kegiatan yang melibatkan unsur
lintas sektor terkait untuk keterpaduan.
e. Mendiseminasikan informasi sekaligus membagi
tugas dan tanggung jawab untuk kegiatan tahun
yang akan dilaksanakan dalam forum pertemuan
lokakarya mini tahunan Puskesmas.
f. Menyelenggarakan pertemuan dengan lintas sektor
terkait de kecamatan untuk Mendiseminasikan
rencana kegiatan Puskesmas yang ada kaitannya
dengan Lintas Sektor di tingkat kecamatan.
g. Mempersiapkan seluruh pelayanan puskesmas
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan.
2) Waktu Pelaksanaan Penilaian oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
I Pra Penilaian Kinerja Puskesmas
a. Pemantauan penyelenggaraan kegiatan Puskesmas
dan hasilnya untuk periode waktu tertentu dan
pembinaan dalam rangka mendorong pencapaian
cakupan hasil kegiatan puskesmas.
II. Penilaian Kinerja Puskesmas
a. Menerima konsultasi dari/pembinaan dan
bimbingan kepada puskesmas
b. Menerima laporan perhitungan penilaian kinerja
dari puskesmas, melakukan verifikasi atas data dan
perhitungan puskesmas
c. memberikan umpan balik nilai akhir penilaian
kinerja puskesmas sesuai dengan urutan peringkat
dalam kelompok masing-masing puskesmas.
d. Menyajikan hasil kinerja semua puskesmas di
kabupaten/kota, berdasarkan urutan peringkat
dalam kelompoknya, sebaiknya dalam bentuk
grafik batang (bar-chart).
III. Pasca Penilaian Kinerja Puskesmas
a. Menganalisis masalah dan kendala yang dihadapi
Puskesmas dan kabupaten serta merumuskan
pemecahan masalah, rencana perbaikan sekaligus
rencana kegiatan tingkat kabupaten/kota tahun yang
akan datang, memberikan arahan kebijaksanaan dan
rencana pengembangan tahun yang akan datang
kepada Puskesmas, berikut target kabupaten/kota
dan rancangan pembagiannya untuk semua
puskesmas.
b. Membahas rancangan kegiatan, besarnya target,
besarnya biaya yang diperlukan dan jadwal
kegiatan bersama puskesmas.
c. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan tingkat
kabupaten/kota, baik dalam kegiatannya sendiri
maupun rencana pembinaan kepada Puskesmas.
(Megawati, F. 2012).
Megawati, F. 2012. Perbandingan Penilaian Kinerja Puskesmas Pada Komponen
Pelayanan Kesehatan Tahun 2012 Di Kabupaten Bondowoso (Studi di
Wilayah Kerja Puskesmas Tamanan dan Puskesmas Tlogosari).

Anda mungkin juga menyukai