Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Puskesmas mendorong

seluruh pemangku kepentingan berpartisipasi dalam upaya mencegah dan

mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok,

dan masyarakat melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (PERMENKES

No.43, 2019).

Prinsip penyelenggaraan puskesmas meliputi:

a. Paradigma sehat

b. Pertanggungjawaban wilayah

c. Kemandirian masyarakat

d. Ketersediaan akses pelayanan kesehatan

e. Teknologi tepat guna

f. Keterpaduan dan kesinambungan

Sumber daya manusia puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan

tenaga non kesehatan. Perhitungan kebutuhan ideal terhadap jumlah dan

jenjang jabatan masing-masing jenis Tenaga Kesehatan dan Tenaga Non

Kesehatan melalui analisis beban kerja dengan mempertimbangkan jumlah

pelayanan yang diselenggarakan, rasio terhadap jumlah penduduk dan


persebarannya, luas dan karakteristik wilayah kerja, ketersediaan fasilitas

pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan

pembagian waktu kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang

undangan. Jenis tenaga kesehatan paling sedikit terdiri atas:

a. Perawat

b. Bidan

c. Tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku

d. Tenaga sanitasi lingkungan

e. Nutrisionis

f. Tenaga apoteker dan/ atau tenaga teknis kefarmasian

g. Ahli teknologi laboratorium medik

Tenaga Non-Kesehatan dimaksud harus dapat mendukung kegiatan

ketatausahaan, Admin keuangan, system informasi, dan kegiatan

operasional lain di Puskesmas. Setiap dokter layana primer, dokter gigi, dan

tenaga kesehatan laun yang memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas

harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar

prosedur operasional, dan etika profesi (PERMENKES No. 43, 2019).

Dalam rangka pemenuhan pelayanan kesehatan yang didasarka pada

kebutuhan dan kondisi masyarakat pada PERMENKES No. 43 tahun 2019

Puskesmas dapat dikategotikan berdasarkan:

a. Karakteristik wilayah kerja, meliputi:

a) Puskesmas Kawasan perkotaan


b) Puskesmas Kawasan pedesaan

c) Puskesmas Kawasan terpencil

d) Puskesmas Kawasan sangat terpencil

b. Kemampuan pelayanan, meliputi:

a) Puskesmas rawat inap

b) Puskesmas non-rawap inap

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalamrangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas

Puskesmas menyelenggarakan fungsi:

a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya

b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya

➢ Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) merupakan kegiatan yang

dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat

juga untuk mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan

pada masyarakat baik perorangan atau kelompok (Kemenkes RI, 2019)

a. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial

Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial harus diselenggarakan oleh

setiap puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan

minimal (SPM) Kabupaten atau Kota di bidang kesehatan, Upaya

Kesehatan Masyarakat Esensial terdiri atas:


a) Pelayanan Promosi Kesehatan (Promkes)

b) Pelayanan Kesehatan Lingkungan (Kesling)

c) Pelayanan Kesehatan Keluarga yang bersifat UKM

d) Pelayanan Gizi yang bersifat UKM

e) Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2M)

f) Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (PERKESMAS)

b. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan

Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan bersidat

inovatif dan disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan,

terkhusus wilayah kerja, dan potensi sumber daya yang tersedua di

Puskesmas, contoh UKM pengembangan ini adalah:

a) Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat

b) Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer

c) Pelayanan Kesehatan Olahraga

d) Pelayanan Kesehatan Kerja

e) Pelayanan Kesehatan Lainnya

Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan UKM tingkat pertama di

wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk:

a. Menyusun perencanaan kegiatan berdasarkan hasil analisis maslaah


kesehatan masyarakat dan kebutuhan pelayanan yang diperlukan

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan


masyarakat dalam bidang kesehatan
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada etiap tingkat perkembangan
masyarakat yang bekerja sama dengan pimpinan wilayan dan sector
lain

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap institusi, jaringan


pelayanan puskesmas dan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat

f. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi


sumber daya manusia puskesmas

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan

h. Memberikan pelayanan kesehata yang berorientasi pada keluarga,


kelompok, dan msyarakat dengan mempertimbangkan factor
biologis, psikologis, social, budaya dan spiritual

i. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap akses,


mutu dan cakupan pelayanan kesehatan

j. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat


kepada dinas kesehatan daerah kabupaten/ kota

k. Melaksanakan system kewaspadaan dini dan respon penanggulangan


penyakit

l. Melaksanakan kegiatan pendekatan keluarga, dan

m. Melakukan kolaborasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat


pertama dan rumah sakit di wilayah kerja

➢ Upaya Kesehatan Perongangan (UKP)

Upaya Kesehatan Perorangan merupakan kegiatan pelayanan yang

dilakukan pada Puskesmas dengan tujuan untuk meningkatkan,

mencegah, menyembuhkan penyakit, serta menurunkan angka kesakitan


akibat penyakit dan memulihkan kesehatan masyarakat. Kegiatan UKP

dilaksanakan oleh doketr, doketr gigi, dan dokter layanan primer, serta

tenaga kesehatan lainnya seduai dengan kompetensi dan kewenangan

yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

(Kemenkes RI, 2019). Adapun UKP tingkat pertama di Puskesmas dapat

dilaksanakan dalam bentuk:

a) Rawat jalan, baik kunjungan sehat maupun kunjungan sakit

b) Pelayanan gawat darurat

c) Pelayanan persalinan normal

d) Perawatan di rumah (home care), dan

e) Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan


kesehatan

Melalui pengkoordinasian sumber daya kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan UKP tingkat

pertama di wilayah kerja Puskesmas berwenang untuk:

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,

berkesinambungan, bermutu, dan holistik yang mengintegrasikan

faktor biologis, psikologi, sosial, dan budaya dengan membina

hubungan dokter - pasien yang erat dan setara;

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya

promotif dan preventif

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berpusat pada

individu, berfokus pada keluarga, dan berorientasi pada kelompok


dan masyarakat

d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan

kesehatan, keamanan, keselamatan pasien, petugas, pengunjung, dan

lingkungan kerja

e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif

dan kerja sama inter dan antar profesi

f. Melaksanakan penyelenggaraan rekam medis

g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu

dan akses pelayanan kesehatan

h. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi

sumber daya manusia puskesmas

i. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan

sistem rujukan; dan

j. Melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan fasilitas pelayanan

kesehatan di wilayah kerjanya, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

2.2 Profil Puskesmas Rawat Inap Kemiling


2.2.1 Sejarah Puskesmas Rawat Inap Kemiling
UPT Puskesmas Rawap Inap Kemiling berdiri sejak tahun 1958

bertempat di Kelurahan Sumberejo Kemiling Kecamatan

Tanjungkarang Barat dengan nama Balai Pengobatan (BP) Kemiling

dan belum menetap karena masih menumpang dirumah

warga.Kemudian pada tahun 1965 telah memiliki gedung sendiri yang

sederhana dan tanahnya merupakan wakaf dari Yayasan Budi Suci*)


dengan nama Balai Pengobatan ( BP ) Kemiling, adapun program yang

dilaksanakan baru Balai Pengobatan dan Kesehatan Ibu dan Anak(KIA)

Kemudian pada tahun 1984 setatusnya dari Balai Pengobatan berubah

menjadi Puskesmas Pembantu (Pustu) Kemiling dipimpin olehseorang

Perawat (Ny.Renny Ginting),yang menginduk pada Puskesmas Rawat

Jalan Gedung Air Kecamatan Tanjung Karang Barat.

Pada tahun 1986 Pemerintah Kotamadya Dati II Bandar Lampung

mengadakan rehab gedung total yang kemudian dibangun gedung baru,

satu unit gedung Puskesmas ,satu unit perumahan dokterdan satu unit

perumahan paramedis, kemudian berubah statusnya menjadi

Puskesmas Induk Kemiling yang dikepalai oleh seorang dokter umum

(dr.Firhat Esfandiari).

Pada tahun 1998 Pemerintah Kotamadya Dati II Bandar

Lampung berubah nama menjadi Pemerintah Kota Bandar Lampung.

Pada tahun 2002 Pemerintah Kota Bandar Lampung mengadakan

pemekaran wilayah Kecamatan Tanjungkarang Barat menjadi dua

Kecamatan yaitu:

1. Kecamatan Tanjung Karang Barat

2. Kecamatan Kemiling

Puskesmas Kemiling berada di wilayah Kecamatan Kemiling

dengan memiliki wilayah kerja yang berganti pada beberapa tahun lalu,

dimulai memiliki 3 wilayah kerja, hingga saat ini memiliki 4 wilayah

kerja, yaitu:
1. Kelurahan Sumber Rejo Sejahtera

2. Kelurahan Sumber Rejo

3. Kelurahan Kemiling Raya

4. Kelurahan Kemiling Permai

Kemudian berdasarkan Keputusan Walikota Bandar Lampung

No. 209/IV.41/HK/2012 pada tanggal 27 Februari 2012 Puskesmas

Kemiling yang sebelumnya rawat jalan, berubah statusnya menjadi

Puskesmas rawat inap sehingga menjadi UPT. Puskesmas Rawat Inap

Kemiling

Adapun yang pernah menjabat sebagai pimpinan Puskesmas

Kemiling dari tahun 1958 s/d Sekarang adalah:

1. Bapak Karyadi, Bapak Sumardi, Bapak Kandar, Bapak Komari,

Bapak Fatullah Amir, Bapak Suratman s/d tahun 1984. *(Sumber:

Ny. Hj. Fatimah sebagai tokoh masyarakat Kemiling)

2. Renny Ginting (1984-1986)

3. dr. Firhat Esfandiari (1986-1988)

4. dr. H. M. Harun Akib (1988-1995)

5. dr. Gomal Marpaung (1995-1996)

6. dr. Endang Sri Handayani (1996-1997)

7. dr. Lis Yunita Pohan (1997-1998)

8. dr. Rekso (1998-2006)

9. dr. Endang .R, M.Kes (2006-2019)

10. dr. Hany Musliha (2019-sekarang)


Puskesmas Rawat Inap Kemiling didirikan berdasarkan Peraturan

Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 05 tahun 2003 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT)

pada Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

Struktur Organisasi Puskesmas Rawat Inap Kemiling Kota

Bandar Lampung ditetapkan dengan Surat Keputusan Walikota Bandar

Lampung Nomor : 76 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Organisasi

dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pusat Kesehatan Masyarakat pada

Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

SPEK LEGALITAS PUSKESMAS

Berdasarkan keputusan kepala dinas penanaman modal dan pelayanan

terpadu satu atap Kota Bandar Lampung (PTSP):

1. Dikeluarkan Izin Operasional Puskesmas dengan nomor

1871/503/00019/445-IOPKM/III.16/XII/2019 tanggal 11 Desember

2019.

2. Dikeluarkan Izin Keterangan Rencana Kota (KRK) dengan nomor

1871/503/01075/650-KRK/III.16/II/2020 tanggal 12 Februari 2020.

3. Dikeluarkan Surat Izin Pendahuluan Membangun (IPM) dengan

nomor 1871/503/00019/645-IPM/III.16/II/202 tanggal 12 Februari

2020.

4. Dikeluarkan Izin Mendirikan Membangun (IMB) dengan nomor

1871/503/00754/IMB/III.16/V/2020 tanggal 8 Mei 2020.


2.2.2 Visi dan Misi Puskesmas Rawat Inap Kemiling

➢ VISI
Menjadi Puskesmas dengan pelayanan bermutu dan mandiri.

➢ MISI

1. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, professional,

merata dan terjangkau

2. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal

3. Menerapkan system manajemen yang professional, transparan,

dan akuntable

4. Meningkatkan sumber daya manusia professional

5. Membangun Puskesmas yang aman dan nyaman

6. Menjadikan Puskesmas dengan program ramah anak

2.3 Program Kesehatan Lingkungan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggrakan sendiri

atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau

masyarakat. Sesuai dengan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

bentuk dan jenis pelayanan, ruang lingkup kegiatan dan sasaran pelayanan

kesehatan. Kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit atau

gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan

kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun

sosial
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2020 pasal 60

menyatakan bahwa Direktorat Kesehatan Lingkungan menyelenggarakan

fungsi sebagai berikut:

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyehatan air dan sanitasi

dasar, penyehatan pangan, dan penyehatan udara, tanah, dan Kawasan,

serta pengamanan limbah dan radiasi

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyehatan air dan sanitasi dasar,

penyehatan pangan, dan penyehatan udara, tanah, dan Kawasan serta

pengamanan limbah dan radiasi

3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

penyehatan air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan, dan penyehatan

udara, tanah dan Kawasan, serta pengamanan limbah dan radiasi

4. Fasilitas pengelolaan di bidang penyehatan air dan sanitasi dasar,

penyehatan pangan, dan penyehatan udara, tanah, dan Kawasan, serta

pengamanan limbah dan radiasi

5. Pelaksanaan kegiatan teknis berskala nasional di bidang penyehatan air

dan sanitasi dasar, penyehatan pangan, dan penyehatan udara, tanah,

dan Kawasan, serta pengamanan limbah dan radiasi

6. Pemberian bimbingan teknis dan supervise di bidang penyehatan air

dan sanitasi dasar, penyehatan pangan, dan penyehatan udara, tanah,

dan Kawasan, serta pengamanan limbah dan radiasi


7. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang penyehatan air dan

sanitasi dasar, penyehatan pangan, dan penyehatan udara, tanah, dan

Kawasan, serta pengamanan limbah dan radiasi

8. Pelaksanaan urusan administrasi direktorat.

2.4 Sampah
2.4.1 Definisi
Sampah adalah materi sisa yang nilai gunanya sudah habis

terpakai. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari

sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum

memiliki nilai ekonomis” (Permenkes No. 2 tahun 2023).

Jenis- jenis sampah dapat dibedakan, yaitu :

1. Berdasarkan Sifatnya Berdasarkan sifatnya sampah dapat

digolongkan sebagai berikut :

A. Sampah organik merupakan sampah dapat diurai

(degradable) yang mudah membusuk seperti sisa

makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya.

Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos

B. Sampah anorganik merupakan sampah tidak terurai

(undegradable) yang tidak mudah membusuk, seperti

plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik

mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan

sebagainya (Kemenkes RI, 2020).


2. Berdasarkan Sumbernya sampah dapat digolongkan

sebagai berikut :

a. Sampah alam

b. Sampah manusia

c. Sampah konsumsi

d. Sampah nuklir

e. Sampah industry

f. Sampah pertambangan.

3. Berdasarkan Bentuknya sampah dapat dibagi menjadi :

a. Sampah padat

b. Sampah cair

c. Sampah alam

d. Sampah manusia

e. Limbah radioaktif

2.4.2 Faktor-faktor yang memengaruhi adanya sampah

Terdapat beberapa factor yang memengaruhi ada dan banyaknya

sampah, diantaranya adalah:

1. Jumlah penduduk

2. Kebiasaan hidup masyarakat

3. Musim atau waktu

4. Keadaan social ekonomi

5. Cara pengelolaan sampah


6. Kemajuan teknologi

2.4.3 Dampak sampah bagi manusia dan lingkungan

Pencemaran lingkungan akibat industri maupun rumah tangga,

dapat membuat pencemaran baik pada manusia itu sendiri ataupun

lingkungan. Banyaknya sampah yang tidak dikelola dengan baik akan

menimbulkan banyaknya penyakit sehingga hal ini dapat membuat

kerugian pada manusia, seperti: Penyakit diare, kolera, tifus menyebar

dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan

pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam

berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di

daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai (Mulyati, 2010).

Dampak sampah dapat membuat lingkungan tercemar, dimana

akan terdapat rembesan cairan sampah yang masuk ke saluran air, dll.

Penguraian samoah yang dibuang kedalam air akan menghasilkan asam

organic dan gas-cair organic, seperti metana, sehingga akan

menimbulkan bau yang bisa mencemari udara sekitar (Arisanty, D.,

2020).

2.4.4 Alternatif pengelolaan sampah

Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh

perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill bukan

merupakan alternatif yang sesuai, karena landfill tidak berkelanjutan

dan menimbulkan masalah lingkungan. Malahan alternatif-alternatif


tersebut harus bisa menangani semua permasalahan pembuangan

sampah dengan cara mendaur-ulang semua limbah yang dibuang

kembali ke ekonomi masyarakat atau ke alam, sehingga dapat

mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam. Untuk mencapai hal

tersebut, ada tiga asumsi dalam pengelolaan sampah yang harus diganti

dengan tiga prinsip–prinsip baru. Daripada mengasumsikan bahwa

masyarakat akan menghasilkan jumlah sampah yang terus meningkat,

minimisasi sampah harus dijadikan prioritas utama.

Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat

dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal, daripada dibuang ke

sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada saat ini.

Dan industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka

untuk memudahkan proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini

berlaku untuk semua jenis dan alur sampah.

Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi

nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-

bahan organik dapat mengkontaminasi/ mencemari bahan-bahan yang

mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun dapat menghancurkan

kegunaan dari keduanya. Sebagai tambahan, suatu porsi peningkatan

alur limbah yang berasal dari produk-produk sintetis dan produk-

produk yang tidak dirancang untuk mudah didaur-ulang; perlu

dirancang ulang agar sesuai dengan sistem daur-ulang atau tahapan

penghapusan penggunaan.
2.5 Metode Evaluasi Program

Evaluasi program ini dilakukan sesuai dengan Kepmenkes RI

No.585/Menkes/SK/V/2007 dengan pengumpulan data, analisis data dan

pengolahan data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan

pelaksanaan kegiatan dengan cara melihat serta melakukan survey terkait

kepatuhan petugas atau tenaga kesehatan dalam menempatkan jenis sampah

di Puskesmas Rawat Inap Kemiling tahun 2023, serta menemukan penyebab

masalah dengan menggunakan system yang telah ditetapkan.

2.6 Penetapan Prioritas dan Alternatif Masalah

Menetapkan prioritas masalah sangat diperlukan karena untuk

memilih dan melihat masalah yang harus diutamakan dalam pencarian

solusinya. Sama halnya dengan mencari alternatif/ solusi pada masalah,

Berikut tahapan dimulai dari penetapan prioritas msalah hingga menentukan

prioritas pemecahan masalah:

1. Menentukan masalah yang terjadi

Menentukan msalah yang terjadi dengan cara membandingkan

pencapaian keluaran/ output program dengan tolak ukur keluaran.

Bila terdapat kesenjangan, makan ditetapkan sebagai maslaah.

Selanjutnya membuat daftar masalah yang dikelompokkan menurut

jenis upaya, target, pencapaian, dan masalah yang ditemukan

(Notoadmodjo, 2010).

2. Menetapkan prioritas masalah


Pada point ini, digunakan metode USG (Urgency, Seriousness,

Growth) yang merupakan salah satu alat untuk menyusun urutan

prioritas masalah yang harus diselesaikan. cara menggunakan

metode USG ini yaitu dengan memberikan nilai pada masalah

tersebut dengan skala nilai 1-5, masalah yang memiliki skor total

tertinggi maka itulah yang menjadi prioritas masalahnya.

a. Urgency

Dilihat dari waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut harus

diselesaikan

b. Seriousness

Dilihat dari dampak masalah tersebut terhadap produktifitas

kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, dan membahayakan

system atau tidak

c. Growth

Dilihat dari kemungkinan masalah akan semakin memeburuk

jika dibiarkan

3. Identifikasi penyebab masalah/ Diagram Fishbone

Identifikasi penyebab masalah digunakan metode diagram

sebabakibat dari Ishikawa (diagram tulang ikan/fish bone). Diagram

fishbone merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi,

mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail

semua penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan.

Diagram fishbone disusun dengan menuliskan masalah pada kepala


ikan, kemudian membuat garis horizontal dengan anak panah

menunjuk ke arah kepala ikan. Selanjutnya menetapkan kategori

utama penyebab, dan membuat garis dengan anak panah mengarah

ke arah horizontal. Dalam analisis penyebab masalah pada tulisan ini

menggunakan 5 kategori yaitu Man, Materials&Machine, Method,

Money, dan Environtment.

a. Man : semua orang yang terlibat dalam sebuah proses tersebut.


b. Materials & Machine : Sarana dan Pra-sarana yang dibuthkan
selama proses tersebut.
c. Method : Cara atau metode yang digunakan dalam proses
tersebut
d. Money : Materi dukungan yang memengaruhi proses tersebut.
e. Environtment : Lingkungan, dimana kondisi sekitar yang
memengaruhi prises tersebut

4. Menentukan Prioritas Penyebab Masalah

Untuk Menyusun prioritas masalah ada beberapa indikator

yang sering dipergunakan, yaitu:

a. Pentingnya masalah (Importancy (I)), Semakin penting masalah

tersebut maka akan semakin diprioritaskan dalam

penyelesaiannya. Ukuran pentingnya masalah, diukur dengan:

a) Besarnya masalah (Prevalence/ P)

b) Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (Severity/ S)

c) Kenaikan besarnya masalah (Rate of Increase/ RI)

d) Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (Degree

of Unmeet Need/ DU)


e) Keuntungan social karena selesainnya masalah (Social

benefit/ SB)

f) Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (Public Concern/

PB)

g) Suasana politik (Political Climate/ PC)

b. Kelayakan Teknologi (Technical feasibility (T)), semakin layak

teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi

masalah maka akan semakin diprioritaskan masalah tersebut.

Kelayakan teknologi yang dimaksud adalah menunjukan

penguasaan ilmu dan teknologi yang sesuai.

c. Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (Resources avaibility

(R)), semakin tersedianya sumber daya yang dapat dipakai untuk

mengatasi masalah, maka akan semakin diprioritaskan masalah

tersebut. Sumber daya yang dimaksud adalah yang menunjukan

pada tenaga seperi manusia, dana, dan sarana.

Akan diberi nilai 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting) untuk

setiap kriteria yang sesuai. Perhitungan prioritas masalah dilakukan

dengan rumus “I x T x R”
Gambar … Menetapkan Prioritas Masalah

5. Menentukan Prioritas Pemecah Masalah

Dari berbagai alternatif cara pemecahan masalah yang telah

dibuat, maka akan dipilih satu cara pemecahan masalah (untuk

masing-masing penyebab masalah) yang dianggap paling baik dan

memungkinkan. Pertama ditetapkan nilai efektifitas untuk setiap

alternatif jalan keluar, yakni dengan memberikan angka 1 (paling

tidak efektif) sampai angka 3 (paling efektif). Prioritas jalan keluar

adalah yang nilai efektifitasnya paling tinggi.

Untuk menilai efektivitas jalan keluar, diperlukan kriteria tambahan

sebagai berikut :

a. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan (Magnitude).

Makin besar masalah yang dapat diatasi, makin tinggi prioritas

jalan keluar tersebut.

b. Pentingnya jalan keluar (Importancy). Pentingnya jalan keluar

dikaitkan dengan kelangsungan masalah. Makin baik dan

sejalan selesainya masalah, makin penting jalankeluar

tersebut.

c. Sensitivitas jalan keluar (Vulnerrability). Sensitifitas dikaitkan

dengan kecepatan jalan keluar dalam mengatasi masalah,

makin cepat masalah teratasi, makin sensitif jalan keluar

tersebut.

Selanjutnya ditetapkan nilai efisiensi (efficiency) untuk setiap

alternatif jalan keluar. Nilai efisiensi biasanya dikaitkan


dengan biaya (cost) yang diperlukan untuk melaksanakan jalan

keluar. Makin besar biaya yang diperlukan makin tidak efisien

jalan keluar tersebut. Beri angka 1 (biaya paling sedikit)

sampai angka 5 (biaya paling besar). Nilai prioritas (P)

dihitung untuk setiap alternatif jalan keluar. Dengan

membatasi hasil perkalian nilai MxIxV dengan C. Jalan keluar

nilai P tertinggi, adalah prioritas jalan keluar terpilih.

P = MxIxV
C
Keterangan :
P: priority, M: Magnitude, I: Importancy, V: Vulnerability, C: Cost

Anda mungkin juga menyukai