(TUGAS AKHIR)
OLEH:
Bangkit Alfan Asorfi
202210631013207
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan hidayah-
Nya proses restrukturisasi portofolio ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Saya sadar bahwa apa yang telah saya peroleh tidak semata-mata hasil dari jerih
payah saya sendiri, tetapi hasil dari keterlibatan semua pihak. Oleh sebab itu, kami
menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Rose Fitria Lutfiana, M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah
Computational Thinking yang telah membimbing dan mendidik saya selama
satu semester ini.
2. Teman-teman mahasiswa PPG Prajabatan jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar
3. Penyelenggara program PPG Prajabatan yang telah memberikan kesempatan
kepada saya untuk mempelajari lebih dalam mata kuliah Computational
Thinking ini.
Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan mendapat pahala dan hikmah
dari Allah Yang Maha Esa. Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam
restrukturisasi portofolio ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan restrukturisasi portofolio ini.
Akhir kata, saya berharap semoga portofolio ini bermanfaat bagi kita semua.
E. Elaborasi Pemahamahan
dan Koneksi Antar Materi
(Hasil Kaitan antara CP
mata pelajaran) .....................................................Y
F. Aksi Nyata (Hasil Refleksi) ................................... Y
Topic 1
Topic 1
Topic 1
Computational Thinking
Topik 1 Pendalaman Pemahaman Computational Thinking
Koneksi Antar Materi
Pertanyaan :
1. Tuliskan contoh-contoh hubungan CT dengan kehidupan sehari-hari
Anda!
2. Menurut pendapat Anda, dapatkah CT diterapkan pada mata pelajaran
yang akan Anda ajar? Penerapan CT dapat dilakukan baik pada metode
atau bentuk pengajaran, soal-soal, atau aktivitas lainnya di dalam kelas.
Jawaban :
1. Contoh CT dalam kehidupan sehari-hari :
a. Membuat Nasi Uduk
Dekomposisi: Pada tahap awal membuat nasi uduk, mari kita
menyiapkan langkah langkah untuk memecahkan masalah dengan
menyiapkan 3 cup beras, 5 cup air santan, 2 serai yang sudah dipotong,
4 daun pandan, 4 daun salam, 1sdt jinten bubuk, garam secukupnya,
dan tempat nasi hingga pemasak nasi atau rice cooker.
Pengenalan pola: Pengenalan pola dengan memahami dalam proses
membuat nasi uduk dari memasak air dulu, memasak beras dan
mencampurkan bahan menjadi satu di dalam tempat nasi hingga
menyalakan mesin pemasak nasi tersebut.
Abstraksi: Sebuah pandangan berapa banyak beras yang dibutuhkan
dalam membuat nasi uduk, masukan beras di rice cooker beserta airnya
dan nyalakan.
Algoritma: Sudah memahami polanya dari di atas, masukan 3 cup
beras, 5 cup air santan, 2 serai yang sudah dipotong, 4 daun pandan, 4
daun salam, 1sdt jinten bubuk, garam secukupnya, hingga nyalakan
mesin pemasak nasi.
b. Daur Ulang
Dekomposisi : Sampah yang berserakan memiliki dampak yang
negatif. Dan dapat didaur ulang memiliki nilai jual.
Pengenalan pola : Sampah kertas dapat dibuat kerajinan berupa
tempat tisu, jam dinding, tempat pensil, dan lain-lain. Untuk membuat
kreasi daur ulang yang unik dan menarik, diperlukan kreativitas tinggi
agar produk memiliki nilai jual. Manfaat yang diperoleh dari daur
ulang sampah yaitu mengurangi jumlah sampah yang masuk ke
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), mengurangi dampak lingkungan
yang terjadi akibat pembuangan sampah ke lingkungan, dan juga dapat
menambah penghasilan masyarakat melalui penjualan produk daur
ulang.
Abstraksi: Melakukan daur ulang berarti telah berkontribusi terhadap
kelestarian lingkungan. Mendaur ulang sampah juga berarti
penghematan sumber daya alam dan energi. Sampah dibuang ke
lingkungan akan menimbulkan pencemaran.
Algoritma : Dengan adanya daur ulang sampah ini dapat mengurangi
penumpukan sampah. Selain itu, menambah penghasilan masyarakat
melalui penjulanan prodeuk daur ulang dan dapat meningkatkan
lapangan pekerjaan.
Contoh CT dalam kehidupan di sekolah :
a. Pengelolaan Sampah di Sekolah
Dekomposisi : Pemilahan yaitu memisahkan menjadi kelompok
sampah organik dan non organik dan ditempatkan dalam wadah yang
berbeda.
Pengenalan Pola : Pengolahan dengan menerapkan konsep 3R yaitu:
Reuse (penggunaan kembali) yaitu menggunakan sampah-sampah
tertentu yang masih memungkinkan untuk dipakai [penggunaan
kembali botol-botol bekas. Reduce (pengurangan) yaitu berusaha
mengurangi segala sesuatu yang dapat menimbulkan sampah serta
mengurangi sampah-sampah yang sudah ada. Recycle (daur ulang)
yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu untuk diolah menjadi
barang yang lebih berguna (daur ulang sampah organik menjadi
kompos).
Abstraksi : Sampah yang dibuang ke TPS ditempatkan berdasarkan
pemilahan sampah yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan karena
sampah organik cepat membusuk sementara sampah non organik
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membusuk sehingga
memerlukan perlakuan khusus.
Algoritma : Peserta didik dapat melakukan pemilahan sampah secara
mandiri dengan membuang sampah sesuai TPS yang disediakan oleh
pihak sekolah, sehingga dengan pengelolaan demikian akan dapat
mengurangi sampah yang semakin banyak.
b. Kantong Ramah Lingkungan
Dekomposisi : Mengamati sampah plastik yang menumpuk sehingga
menyebabkan dampak negatif dari tumpukan sampah plastik.
Pengenalan pola : Peserta didik menggunakan kantong plastik untuk
membawa atau menyimpan barang. Peserta didik membeli makanan di
kantin menggunakan kantong plastik. Agar tidak terjadi penumpukan
sampah maka kantong plastik akan diganti dengan paper bag atau tas
canvas (kantong ramah lingkungan).
Abstraksi: Fokus pada bahan pembuatan kantong yang ramah
lingkungan dan mengabaikan design kantongnya.
Algoritma : Peserta didik dapat membuat kantong yang ramah
lingkungan sesuai dengan langkah-langkah pembuatan. Sehingga
peserta didik dapat mengganti kantong plastik dengan kantong yang
ramah lingkungan.
2. Computational thinking dapat diterapkan pada mata pelajaran pendekatan
dalam proses pembelajaran. CT memang memiliki peran penting dalam
pengembangan aplikasi komputer, namun CT juga dapat digunakan untuk
mendukung pemecahan masalah di semua disiplin ilmu, termasuk
humaniora, matematika dan ilmu pengetahuan. Computational juga dapat
diterapkan pada setiap pembelajaran yang akan diajarkan. Contohnya
seperti pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam membuat kolase dari
bahan biji-bijian. Selebum melaksanakan kegiatan pembuatan kolase,
menggambar terlebih dahulu sebuah gambar yang akan di gunakan untuk
kerajinan kolase, lalu menyiapkan biji-bijian untuk ditempel ke gambar,
lem dan gunting serta peralatan lain yang di butuhkan. Biji-bijian yang
digunakan terdiri dari berbagai jenis seperti jagung, kedelai,kacang-
kacangan,beras. Pandangan terkait seberapa banyak biji-bijian yang akan
di gunakan dalam membuat kerajinan kolase, sehingga menentukan
ukuran gambar. Telah memahami cara membuat kolase dari biji-bijian
yang nantinya akan ditempelkan ke gambar yang telah di buat.
AKSI NYATA
Topic 1
PERTANYAAN REFLEKTIF
1. Bagaimana pendapat Anda mengenai keberadaan CT di dalam
Kurikulum Merdeka?
Dalam pandangan saya, keberadaan CT di dalam Kurikulum Merdeka akan
sangat berdampak positif. Adanya CT pada ada kurikulum merdeka akan
menciptakan solusi-solusi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan secara
sistematis, kritis, analitis, dan kreatif. Dengan harapan mengasah keterampilan
problem solving yang efektif, efisien, dan optimal sebagai landasan untuk
menghasilkan solusi dengan menerapkan penalaran kritis, kreatif dan mandiri
pada peserta didik.
2. Karena CT berada dalam kurikulum, CT dipandang sebagai sesuatu yang
perlu dipelajari oleh peserta didik. Menurut Anda, mengapa CT tidak
diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri?
CT tidak diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri karena CT harus bisa
diintegrasikan di setiap mata pelajaran agar peserta didik bisa lebih terampil
menciptakan solusi-solusi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan secara
sistematis, kritis, analitis, dan kreatif..
3. Pada saat Anda membaca referensi-referensi yang ditugaskan oleh
dosen Anda, bagian mana yang:
• Paling menarik untuk Anda? Mengapa?
• Paling sulit untuk diajarkan? Mengapa?
Hal yang menarik untuk saya adalah bahwa CT akan menjadi keterampilan
dasar digunakan oleh semua orang pada pertengahan abad ke-21 seperti
membaca, menulis, dan berhitung. Melalui kebijakan diterapkannya CT di
kurikulum ini diharapkan dapat merubah paradigma belajar di sekolah selama
ini yang masih cenderung berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat
pada peserta didik (Student Centerl Learning). Adapun hal yang paling sulit
diajarkan adalah cara menyederhanakan konsep CT agar peserta didik bisa
memahami dan mengiplementasikannya dalam pembelajaran dan kehidupan
mereka sehari-hari.
EKSPLORASI KONSEP
1. Paparan Konsep
Penggunaan CT dalam pembelajaran dan pencapaian CP dibagi menjadi 7 fase
yaitu Fase A- Fase F. Fase A ( Umumnya untuk kelas 1 dan 2 SD ), Fase B (
Umunya untuk kelas 3 dan 4 SD), Fase C ( Umumnya untuk kelas 5 dan 6 ) ,
Fase D ( Umumnya untuk kelas VII-IX SMP ) fase E ( Umumnya untuk kelas
X SMA ) Fase F ( umumnya untuk Kelas XI dan XII ). Dalam Weintrop 2016
dikatakan bahwa pembelajaran CT membuat siswa dapat mengkonsepkan,
menganalisi, dan menyelesaikan persoalan kompleks dengan memilih dan
mengaplikasikan startegi-strategi baik secara virtual maupun dalan dunia
nyata. Dalam bidang pedagogik, CT dibagi menjadi 4 kompetensi pedagogik
yaitu: unplugged, tinkering, making dan remixing.
2. Menurut Anda, bagaimana posisi CT di Indonesia jika dibandingkan
keberadaannya di beberapa negara lain yang sudah berupaya terlebih
dahulu untuk memasukkan CT ke dalam kurikulumnya?
Pengintegrasian CT dalam kurikulum di Indonesia masih terbilang baru
dibandingakan dengan beberapa negara lain. Dalam hal ini, Kurikulum
Merdeka hadir upaya untuk diterapkannya CT di berbagai lembaga pendidikan
di Indonesia. Hal ini menjadi terobosan yang bagus karena semua mata
pelajaran diharapkan bisa menyelesaikan permasalahan yang mengarah pada
cara berpikir CT.
Nama / NIM VINA IMAN ADHIANA / 202210631013228
Fase (A/B/C/D/E/F) Fase A : Bahasa Indonesia Kelas I & II SD
• Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi
dan bernalar, sesuai dengan tujuan, kepada teman sebaya dan orang
dewasa di sekitar tentang diri dan lingkungannya.
• Peserta didik menunjukkan minat serta mampu memahami dan
menyampaikan pesan; mengekspresikan perasaan dan gagasan;
berpartisipasi dalam percakapan dan diskusi sederhana dalam
interaksi antar pribadi serta di depan banyak pendengar secara
santun.
• Peserta didik mampu meningkatkan penguasaan kosakata baru
melalui berbagai kegiatan berbahasa dan bersastra dengan topik
yang beragam.
• Peserta didik juga mulai mampu mengungkapkan gagasannya
secara lisan dan tulisan dengan sikap yang baik menggunakan kata-
kata yang dikenalinya sehari-hari.
Fase B : Bahasa Indonesia kelas III & IV SD
• Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi
dan bernalar, sesuai dengan tujuan, kepada teman sebaya dan orang
dewasa tentang hal-hal menarik di lingkungan sekitarnya.
• Peserta didik menunjukkan minat terhadap teks,
mampu memahami dan menyampaikan gagasan dari teks
informatif, serta mampu mengungkapkan gagasan dalam kerja
kelompok dan diskusi, serta memaparkan pendapatnya secara
lisan dan tertulis.
• Peserta didik mampu meningkatkan penguasaan kosakata baru
melalui berbagai kegiatan berbahasa dan bersastra
dengan topik yang beragam. Peserta didik mampu membaca
dengan fasih dan lancar.
Fase C : Bahasa Indonesia Kelas V & VI
• Peserta didik memiliki kemampuan berbahasa untuk
berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan dan konteks
sosial.
Peserta didik menunjukkan minat terhadap teks,mampu
memahami, mengolah, dan menginterpretasi informasi dan pesan
dari paparan lisan dan tulis tentang topik yang dikenali dalam teks
narasi dan informatif.
• Peserta didik mampu menanggapi dan mempresentasikan
informasi yang dipaparkan;berpartisipasi aktif dalam diskusi;
menuliskan tanggapannya terhadap bacaan menggunakan
pengalaman dan pengetahuannya;menulis teks untuk
menyampaikan pengamatan danpengalamannya dengan lebih
terstruktur.
• Peserta didik memiliki
• kebiasaan membaca untuk hiburan, menambah pengetahuan, dan
keterampilan.
Tuliskan Kata-Kata Kunci yang membedakan masing-masing fase.
Fase A : peserta didik mampu mengungkapkan gagasannya melalui lisan dan tulisan dengan
bahasa yang baik berdasarkan bahasa sehari-hari
Fase B : peserta didik mampu serta memaparkan pendapatnya secara
lisan dan tertulis.
Fase C : mengolah, dan menginterpretasi informasi dan pesan dari paparan lisan dan tulis
tentang topik yang dikenali dalam teks narasi dan informatif.
Setelah memperhatikan dengan lebih seksama kata kunci pembeda pada tiap fase, tuliskan
peningkatan kompleksitas capaian fase A-C :
Pada fase A-C tersebut terdapat peningkatan kognitif sesuai dengan taksonomi Bloom yaitu
pada fase A peserta didik mampu menyampaikan gagasan secara lisan atau tertulis sesuai
dengan C1, kemudian pada Fase B peserta didik tentunya mengalami peningkatan Capaian
dengan mampu memaparkan pendapatnya sesuai dengan C-2 serta C-3 , Pada fase C terjadi
peningkatan bahwa peserta didik mampu menginterprestasikan informasi, pada tahap ini
peserta didik mencapai pada C5
RUANG KOLABORASI
Name : Bangkit Alfan Asorfi
NIM : 202210631013207
Email : ppg.bangkitalfanasorfi15@program.belajar.id
Subject : Computational Thinking
Class : PPG PGSD
Topic 2
Hasil Penilaian : B
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL SUB 1
Apa saja jenis teks yang digunakan pada tes PISA untuk literasi membaca?
• Naratif: Teks naratif adalah jenis teks yang digunakan untuk menceritakan sebuah cerita
atau pengalaman. Pada tes PISA, teks naratif biasanya berupa cerita pendek atau novel
pendek.
• Ekspositoris: Teks ekspositoris adalah jenis teks yang digunakan untuk menjelaskan
atau menguraikan sebuah topik atau konsep. Pada tes PISA, teks ekspositoris biasanya
berupa artikel, ensiklopedia, atau buku non-fiksi.
• Fungsional: Teks fungsional adalah jenis teks yang digunakan untuk memberikan
instruksi atau informasi yang bersifat praktis. Pada tes PISA, teks fungsional biasanya
berupa surat, petunjuk, atau manual penggunaan.
• Diagram atau Grafik: Teks diagram atau grafik adalah jenis teks yang berisi informasi
yang disajikan dalam bentuk visual, seperti diagram, grafik, atau tabel. Pada tes PISA,
siswa akan diminta untuk membaca dan menginterpretasikan informasi yang disajikan
dalam bentuk visual tersebut.
Setiap jenis teks pada tes PISA memiliki tujuan dan struktur yang berbeda, sehingga siswa
perlu memiliki kemampuan membaca yang beragam untuk dapat menguasai setiap jenis
teks dengan baik. Selain itu, tes PISA juga menilai kemampuan siswa dalam melakukan
tindakan membaca, seperti menemukan informasi, mengidentifikasi tujuan penulis,
menafsirkan makna dari kata-kata, dan menarik kesimpulan dari teks yang dibaca.
Terdapat 6 level progress pada literasi literacy Tuliskan apa yang seharusnya siswa
dapat lakukan jika ada atau melewati level tersebut!
Level Apa yang dapat dilakukan siswa
1b Siswa dapat menemukan sebuah informasi yang mudah didapat dari sebuah teks
sederhana. Informasi yang dicari biasanya sering diulang di dalam teks.
Informasi yang dicari juga bisa dinyatakan dalam gambar dan grafik sehingga
memudahkan siswa menemukan informasi tersebut.
• Menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal maupun
teks jamak
• Menyimpulkan perasaan dan sifat tokoh pada teks sastra sesuai jenjangnya.
• Menyusun inferensi (kesimpulan) terkait isi teks untuk menentukan apakah
suatu komentar/ pertanyaan/ pernyataan relevan dengan isi teks pada teks sastra.
• Membandingkan hal-hal utama (misalnya karakter tokoh atau elemen intrinsik
lain) dalam teks sastra yang terus meningkat sesuai jenjangnya.
2 Memahami teks secara literal:
• Mengidentifikasi kejadian yang dihadapi tokoh cerita pada teks sastra sesuai
jenjangnya. Menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks
tunggal maupun teks jamak:
• Menyimpulkan perasaan dan sifat tokoh pada teks sastra sesuai jenjangnya.
• Menyusun inferensi (kesimpulan) terkait isi teks untuk menentukan apakah
suatu komentar/ pertanyaan/ pernyataan relevan dengan isi teks pada teks sastra.
• Membandingkan hal-hal utama (misalnya karakter tokoh atau elemen intrinsik
lain) dalam teks sastra yang terus meningkat sesuai jenjangnya
Pengenalan Pola
Pengenalan pola dilakukan dengan memahami
bagaimana pola pelaku grafiti liar dalam
menjalankan aksinya, yaitu dengan melakukan
aksi secara diam-diam dan dilakukan aksi secra
diam-diam dan dilakukan pada ruang publik yang
kosong seperti dinding-dinding yang
Identifikasi 4 fondasi CT yang anda memungkinkan untuk grafiti
gunakan dalam meyelesaikan Abstrasi
3 masalahnya! Abstraksi dilakukan dengan penghapusan grafiti
yang ditemukan di ruang-ruang publik, dan juga
dengan penindakan pelaku grafiti agarada efek jera
bagi pelaku grafiti
Tabel 3.2 Perbaikan yang perlu dilakukan
Nomor Hal yang diperlukan Masukan atau saran perbaikan
soal
1 Sumber yang digunakan Dari seluruh jawaban, belum ada sumber
referensi yang meyakinkan untuk
menjawab makna istilah dalam literasi
3.
Pertemuan Ke Kriteria Ketercapaian Pembelajaran
1 Peserta didik mengidentifikasi puisi
4. Kegiatan Pembelajaran.
• Skenario kegiatan pembelajaran yang yang belum
ditambahkan integrasi CTDeskripi Aktivitas :
Peserta didik mengidentifikasi puisi sesuai dengan
penggunaan kosa kata kreatif
• Skenario kegiatan pembelajaran yang yang belum
ditambahkan integrasi CT Deskripi Aktivitas : Peserta
didik menampilkan puisi sesuai dengan penggunaankosa
kata kreatif
5. Asesmen.
Komponen 4 3 2 1
Contoh hal atau persoalan zaman sekarang yang tidak memakai computer TIK, dan robot tapi
membutuhkan CT :
1. Pengelolaah Sampah di sekolah
A. Penerapan Fondasi CT dalam Kehidupan Sehari-hari
Jawaban yang sudah tepat :
1. Pengelolaan Sampah di Sekolah :
• Dekomposisi Pemilahan yaitu memisahkan menjadi kelompok sampah organik dan non
organik dan ditempatkan dalam wadah yang berbeda.
• Pengenalan Pola Pengolahan dengan menerapkan konsep 3R yaitu:
Reuse (penggunaan kembali) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu yang masih
memungkinkan untuk dipakai [penggunaan kembali botol-botol bekas].
Reduce (pengurangan) yaitu berusaha mengurangi segala sesuatu yang dapat menimbulkan
sampah serta mengurangi sampah-sampah yang sudah ada.
Recycle (daur ulang) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu untuk diolah menjadi
barang yang lebih berguna [daur ulang sampah organik menjadi kompos].
• Abstraksi Sampah yang dibuang ke TPS ditempatkan berdasarkan pemilahan sampah yang
telah dilakukan. Hal ini dilakukan karena sampah organik cepat membusuk sementara
sampah non organik membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membusuk sehingga
memerlukan perlakuan khusus.
• Algoritma Peserta didik dapat melakukan pemilahan sampah secara mandiri dengan
membuang sampah sesuai TPS yang disediakan oleh pihak sekolah, sehingga dengan
pengelolaan demikian akan dapat mengurangi sampah yang semakin banyak
B. Jawaban Kurang Tepat
1. Membuat kerajinan kolase dari daun kering
• Dekomposisi Menggambar terlebih dahulu sebuah gambar yang akan di gunakan untuk
kerajinan kolase, lalu menyiapkan daun kering yang di potong kecil-kecil untuk
ditempel ke gambar, lem dan gunting serta peralatan lain yang di butuhkan
• Pengenalan Pola dengan membuat gambar terlebih dahulu peserta didik menyiapkan
potongan daun kering untuk ditempel menggunakan lem sesuai dengan ukuran gambar
yang dikerjakan
• Abstraksi pandangan terkait seberapa banyak daun kering yang akan di gunakan dalam
membuat kerajinan kolase, sehingga menentukan ukuran gambar
• Algoritma telah memahami cara membuat kolase dari daun kering yang nantinya akan
ditempelkan ke gambar yang telah di buat
RUANG KOLABORASI