BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Informasi Umum
Survei dilakukan peneliti pada ruas jalan Narogong dan ruas jalan Pangkalan 5
Kota Bekasi, kedua ruas jalan ini menggunakan perkerasan lentur. Ruas jalan
Narogong merupakan jalan arteri primer yang mempunyai tipe jalan yaitu 2/2 UD,
artinya mempunyai dua (2) lajur dan dua (2) arah tanpa median pemisah, dengan
lebar jalur ±10 meter. Ruas jalan Pangkalan 5 merupakan jalan sekunder dengan tipe
jalan yaitu 2/2 UD dengan lebar jalur ± 6 meter.
Hasil survei yang didapatkan yaitu jenis kerusakan, ukuran kerusakan dan
tingkat kerusakan jalan. Pencatatan pada jalan Narogong dilakukan dari STA 0+00
s/d 7+600 untuk ruas jalan Pangkalan 5 dilakukan dari STA 0+00 s/d 1+00. Survei
dilakukan pada kedua sisi lajur jalan menggunakan alat seperti meteran, odo meter
dan Laser Distance Meter yang menghasilkan dimensi panjang dan lebar.
Pengukuran dilakukan manual dengan menambahkan faktor eror dan pembulatan
keatas.
36
Universitas Bakrie
37
Universitas Bakrie
245.49
TOTAL 245.49
38
Universitas Bakrie
Tipe kerusakan dalam satu stasiun yang sama dijumlahkan luasan kerusakannya. Pada
tabel di atas, juga didapat kondisi dari saluran drainase jalan.
b) Jenis Kerusakan Pada Jalan Narogong
Tabel 4. 2 Jenis Kerusakan Jalan Narogong
39
Universitas Bakrie
40
Universitas Bakrie
41
Universitas Bakrie
42
Universitas Bakrie
43
Universitas Bakrie
44
Universitas Bakrie
45
Universitas Bakrie
46
Universitas Bakrie
tipe kerusakan dalam satu stasiun yang sama dijumlahkan luasan kerusakannya, pada
tabel di atas juga didapat kondisi dari saluran drainase jalan.
4.2.2 Penetapan Angka Kerusakan Jalan Berdasarkan Luas
Ruas jalan raya Narogong yang diteliti memiliki ukuran panjang 7600 m dan
lebar 10 meter, sedangkan jalan Pangkalan 5 yang diteliti memiliki panjang 1000 m
dan lebar 6 meter. Pada metode Bina Marga terdapat angka kerusakan berdasarkan
luasannya, penetapan ini digunakan untuk kerusakan retak-retak, tambalan dan
lubang. Untuk mendapatkan angka kerusakan yaitu dengan cara, total luasan
kerusakan yang nantinya akan dikonversi menjadi persentase kerusakan. seperti pada
rumus 2.2. Contoh perhitungan:
Penentuan Angka Tambalan Dan Lubang
a. Ruas Jalan Pangkalan 5
Kerusakan tambalan dan lubang mempunyai total luas pada seluruh segmen
sebesar 91.51 M², dari nilai ini maka dapat ditentukan persentase kerusakannya
sebagai berikut:
= 1.53 %
b. Ruas Jalan Narogong
Pada Tabel 4.2 terdapat jenis kerusakan pada ruas jalan Narogong, dimana
kerusakan tambalan dan lubang mempunyai total luas pada seluruh segmen
sebesar 474.47 M², dari nilai ini maka dapat ditentukan persentase kerusakannya
sebagai berikut:
=
= 0,62%
47
Universitas Bakrie
tambalan, kekasaran permukaan didasarkan pada jenis kerusakannya saja. Untuk alur
angka kerusakan didasarkan pada kedalaman kerusakan yang terjadi, untuk kerusakan
amblas angka kerusakan berdasarkan pada panjang amblas per segmen. Untuk jenis
kerusakan retak-retak angka kerusakan dipertimbangkan dari tipe retak, luas retak,
dan lebar retak, dimana untuk penilaian kerusakan retak diambil angka kerusakan
terbesar dari ketiga komponen penilaian tersebut. Hasil rekapitulasi angka kerusakan
ruas jalan Narogong dan pangkalan 5 terdapat pada Tabel 4.3 dan 4.4:
a. Ruas Jalan Pangkalan 5
Tabel 4. 3 Penetapan Kondisi Jalan Pangkalan 5
Angka untuk Kerusakan
Retak-retak Total
Tipe Luas Lebar
(Cracking)
Kerusakan Kerusakan (%) Retak (mm)
10-- < Kerusakan
30 <10 >2 1--2
30 1
Buaya - - - - - - -
Acak - - - - - - -
Melintang 3 - - 1 - 2 - 3
Memanjang 2 - 1 - 2 - 2
Angka untuk Kerusakan
Kedalaman (mm)
11--
Alur
>20 20 6 -- 10 0 -- 5
7 - - - 7
Angka untuk Kerusakan
Tambalan & Luas(%)
Lubang >30 20 -- 30 10 -- 20 <10
- - - 0 0
Kekasaran Angka untuk Kerusakan
Permukaan
Disintegration -
Pelepasan Butir 3 3
Rough -
Faty 1 1
Close texture -
Angka untuk Kerusakan
Panjang Kerusakan (m/100)
Amblas
>5 2 -- 5 0 -- 2 Tidak Ada
- 2 - - 2
Total 18
48
Universitas Bakrie
7 - - - 7
49
Universitas Bakrie
4 - - - 4
Total 29
Jalan Pangkalan 5
50
Universitas Bakrie
51
Universitas Bakrie
52
Universitas Bakrie
dari total luas kerusakan, kerusakan retak acak mempunyai luas 64.02 m² atau sebesar
2.352%, kerusakan retak memanjang sebesar 54.69 m² atau sebesar 2.01% dari total
kerusakan, kerusakan retak buaya sebesar 44.32 m² atau sebesar 1.629 % dari total
kerusakan, kerusakan retak melintang sebesar 7.60 m² atau sebesar 0.279 % dari total
kerusakan.
4.4 Analisis Hasil Kerusakan
Pada kedua ruas jalan yang diteliti masing-masing mempunyai kerusakan yang
berbeda, baik dari jenis kerusakan maupun dengan dimensi kerusakan jalan.
Kerusakan pada ruas jalan dapat mengurangi kenyamanan pada saat berkendara,
selain itu kerusakan jalan juga menunjukkan menurunnya kualitas jalan untuk
menerima beban di atasnya.
Pada ruas jalan Pangkalan 5 terdapat beberapa jenis kerusakan jalan dimana,
kegemukan aspal (fatty) merupakan kerusakan yang paling dominan yaitu sebesar
40,73% dari total kerusakan. Fatty menciptakan permukaan halus, mengkilat, dan
reflektif. Penyebab dari kerusakan ini yaitu penggunaan aspal berlebih, rongga udara
rendah, kualitas aspal yang kurang baik, faktor cuaca, dan lapis ikat berlebih. Hal ini,
membuat jalan membentuk jalur roda, menjadi cukup lengket ketika cuaca panas
(Nono, 2011).
Kerusakan dominan yang kedua tambalan dan lubang sebesar 37,28% dari total
kerusakan, ukuran kerusakan bervariasi dimana rata-rata kedalaman kerusakan
mencapai 3-10 cm dan lebar kerusakan > 10 cm. Penyebab dari kerusakan ini yaitu
karena kehilangan material pada lapis permukaan, beban kendaraan yang berlebih,
tertariknya aspal lapis permukaan karena roda kendaraan, tergerus oleh genangan air,
dan rendahnya kualitas bahan lapis pondasi (Nono, 2011). Kerusakan lepas butir,
alur, amblas, retak memanjang dan melintang bisa disebabkan oleh bahan yang
kurang bagus, drainase yang kurang baik, dan beban kendaraan yang berlebihan
(Nono, 2011).
Pada ruas jalan Narogong terdapat beberapa jenis kerusakan jalan dimana, alur
merupakan kerusakan yang paling dominan yaitu sebesar 44,7% dari total kerusakan.
Kerusakan alur membentuk penurunan permukaan perkerasan di jejak roda kendaraan
53
Universitas Bakrie
bisa juga dikarenakan menurunnya tanah dasar setelah aplikasi beban lalu-lintas
berlebih (Nono, 2011). Kerusakan alur pada ruas jalan Narogong bisa dikategorikan
dalam keadaan rusak berat, dimana kedalaman rata-rata kerusakan mencapai 5-10 cm
dan lebar kerusakan bervariasi. Kerusakan ini disebabkan oleh beban muatan berlebih
(structural overloading), kualitas bahan yang kurang baik, perkerasan kurang tebal,
serta kurang baiknya pengendalian mutu khususnya pada saat pemadatan dan sistem
drainase (Nono, 2011). Kemudian kerusakan fatty, tambalan dan lubang.
Kerusakan amblas pada ruas jalan Narogong sebesar 145,08 m² atau 5,3% dari
total kerusakan. Kerusakan ini berbentuk cekungan di satu tempat, dimana elevasi
permukaan perkerasan lebih rendah dari permukaan perkerasan di sekitarnya
(Nono,2011). Penyebab dari kerusakan ini yaitu penurunan pada tanah dasar, beban
lalu lintas yang berlebih, kurangnya pemadatan lapisan tanah dan drainase yang
kurang baik (Nono, 2011). Kerusakan lepas butir, retak acak, memanjang, buaya, dan
melintang dapat disebabkan oleh kurang baiknya bahan yang digunakan, sistem
drainase dan juga kelebihan muatan pada jalan tersebut.
4.5 Drainase Jalan
Pada Tabel 4.1 dan 4.2 masing-masing terdapat kondisi dari eksisting drainase
jalan, baik itu di ruas jalan Narogong maupun jalan Pangkalan 5. Aspal atau
perkerasan lentur rentan terhadap air, apabila sudah terendam air dalam jangka waktu
tertentu, aspal akan mudah pecah. Ini dibuktikan dengan kasus jalan rusak paling
banyak ditemui saat musim hujan (Indrasurya, 2003). Drainase merupakan
komponen yang penting untuk kelengkapan jalan, karena drainase yang baik dan
memadai akan mempermudah aliran air hujan mengalir ke tempat yang semestinya
tanpa tergenang di jalan sehingga mengurangi dampak penurunan kemampuan
pelayanan jalan. Menurut spesifikasi umum (2018) Peninjauan atau pemeliharaan
drainase sangat diperlukan adapun ketentuan yang telah ditetapkan sebagai berikut,
saluran air eksisting harus diperbaiki agar bebas dari semua bahan yang lepas,
sampah dan pertumbuhan tanaman yang dapat menghalangi/menyumbat aliran air
permukaan, memastikan sistem drainase tetap bekerja dengan baik selama hujan lebat
tidak ada luapan air atau penyumbatan, setiap kerusakan/kelainan drainase seperti
54
Universitas Bakrie
luapan air, erosi, atau rancangan lainnya yang kurang cocok harus diambil langkah
penanganan.
Drainase pada jalan Pangkalan 5 rata-rata merupakan drainase tertutup dimana
pada ruas jalan ini tidak terdapat bahu jalan sehingga, apabila diperlukan saluran
drainase ini juga bisa berfungsi sebagai jalur pedestrian. Pada ruas jalan pangkalan 5
yang diteliti terdapat beberapa segmen yang tidak mempunyai saluran drainase
keadaan ini bisa menambah faktor lain dari kerusakan jalan yang dialami, karena
tidak terdapat drainase sehingga aliran air tergenang di jalan maka akan menimbulkan
kerusakan jalan seperti lubang, pelepasan butir, retak-retak, dan alur.
55
Universitas Bakrie
56
Universitas Bakrie
B. BAHAN
1. Agregat A M26a M3 1.3107 220,174.00 288,579.78
JUMLAH HARGA BAHAN 288,579.78
57
Universitas Bakrie
C. PERALATAN
2. Perbaikan P2 (Pengaspalan)
Tabel 4. 10 RAB Perbaikan P2
58
Universitas Bakrie
59
Universitas Bakrie
A. TENAGA
60
Universitas Bakrie
PERBAIKAN P2
b Pengaspalan 21.12 1,044,556.95 22,061,042.71
c PERBAIKAN P5
Penambalan dengan Aspal 245.79 1,843,447.59 453,100,983.56
panas
d Jumlah Harga Pekerjaan a+b+c 488,641,241.46
(Sumber: Hasil Kajian Penulis, 2021)
Berdasarkan Tabel 4.9 didapatkan Total Harga Perbaikan Jalan Narogong dan
pangkalan 5 Sebesar Rp.488,641,241.46 terbilang (empat ratus delapan puluh
delapan juta enam ratus empat puluh satu ribu dua ratus empat puluh satu rupiah).
61