Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN HARIAN

HASIL AKUISISI
FIELD SURVEY TERPADU 2019

Nama Praktikan :
Rizki Putri Amaliastuti
Adjeng Yalastri A. N
Ramaditio Bagus Pradana
M. Lutfilah K
Abbiyu Tsani
Bagoes Idcha M
Diki Setiawan
NRP :
03411640000008
03411640000038
03411640000031
03411640000054
03411640000063
03411640000046
03411640000048
Kelompok :

2 (Dua)

DEPARTEMEN TEKNIK GEOGISIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
METODOLOGI

1.1 Lokasi Akuisisi


Lokasi Pengukuran
Alamat : Desa Jari, Kecamatan Gondang, Bojonegoro
Titik Pengukuran
Koordinat Titik Ground X = 07.38450S ; Y = 111.800900 E ; Z = 260 m

1.2 Alat dan Bahan


1 Alat MT | AMT (Zonge) 11 Peta Geologi
2 Kabel Konektor 12 Data Sheet
3 Coil 13 Bentonit
4 Porous Pot 14 Selotip Listrik
5 Water Pass 15 Cangkul
6 GPS Handheld 16 Linggis
7 Avometer 17 Botol CuSO4
8 Accu 18 Kantong Plastik
9 Senter 19 Air Mentah
10 Kamera

1.3 Alur Kerja


1.3.1 Desain Akuisisi

Gambar 1.1 Desain Akuisisi Pengukuran Metode AMT MT


1.3.2 Pengukuran

Gambar 1.2 Layout Pengukuran AMT MT


HASIL DAN PEMBAHASAN SEMENTARA

2.1 Data Hasil Pengukuran


Tabel 1.1 Data Resist dan Tegangan Uji Porous Pot
Resistansi
Channel DC (mV) AC (mV) Length (m)
(kOhm)
Porous Pot N 0,5 1,6 4,3 50
Porous Pot E 0,5 6,6 4,3 50
Porous Pot S 0,5 9,2 4,3 50
Porous Pot W 0,5 8,4 4,3 50
Ex 0,5 7,5 4,4 100
Ey 0,7 1,9 4,3 100

Tabel 1.2 List Serial Number Koil

AMT Serial MT Serial


Channel Length (m)
Number Number
Hx 3086 1954 10
Hy 3076 2044 10
Hz 3106 1964 10

Tabel 1.3 Parameter Pengukuran dan Nama File


Bandwidth
Metode Stack File Name Durasi (s)
(Hz)
192 - 8192 100 AMTF2X 12,5
AMT 3 - 256 50 AMTF2Y 400
0.0938 - 8 25 AMTF2Z 3200
MT 0.0059 - 8 15 30720

2.2 Pembahasan Sementara


Akuisisi dilakukan dengan menggunakan metode magnetotellurik, yang mengukur arus listrik
alami dalam bumi, yang dihasilkan oleh induksi magnetik dari arus listrik di ionosfer. Metode ini
dapat digunakan untuk menentukan sifat listrik bahan pada kedalaman yang relatif besar (termasuk
mantel) di dalam bumi. Perbedaan pada sinyal tercatat digunakan untuk memperkirakan distribusi
resistivitas listrik bawah permukaan. Perkiraan tahanan listrik untuk menentukan kedalaman formasi
batuan sedimen yang berada jauh di dalam bumi dengan cara mengukur tahanan jenis formasi batuan
tersebut berdasarkan pengukuran serempak medan listrik dan medan magnet yang berosilasi pada
lokasi yang sama, yaitu dengan mencatat rentang frekuensi yang tergantung dari kedalaman sasaran.
Komponen-komponen yang digunakan pada pengukuran MT terdiri dari sensor-sensor yang
dapat digunakan untuk mengukur medan magnet dan medan listrik. Sensor-sensor tersebut terdiri dari
sensor magnetik (coil) dan sensor elektrik (porous pot). Dalam peletakan komponennya, untuk coil x
(Hx) diletakkan di kuadran I dengan arah Utara-Timur (NE), untuk coil y (Hy) diletakkan di kuadran
II dengan arah Utara-Barat (NW), dan untuk Hz diletakkan di kuadran III dengan arah Barat-Selatan
(WS). Peletekan porous pot diletakkan di tiap-tiap arah mata angin (Utara, Barat, Timur dan Selatan)
tiap 50 meter dari ground yang dipasangkan di base. Akuisisi dilakukan di 07ᵒ38.945 dan 111ᵒ80.090
dengan Z 260ᵒ. Kemiringan lereng cukup curam sehingga perjalanannya tidak terlalu mudah.
Gambar 1.3 Layout Pengukuran AMT MT

Dalam pengukuran ini dilakukan 2 metode, AMT (Audio Magnetotelluric) dan MT


(Magnetotelluric). Untuk perekaman AMT dilakukan pada 3 bandwidth, dan dilakukan selama 3 jam.
Setelah dilakukan pengukuran diperoleh data berupa time series. Kemudian dilakukan quality control
menggunakan software MTFT2 dan diperoleh hasil seperti pada gambar berikut;

Gambar 1.4 Data AMT di titik MT 2


Dari gambar ini dapat dilihat bahwa resistivitas yang tinggi menandakan adanya batuan
vulkanik, dan sesuai kurva di atas, terlihat bahwa semakin dalam maka resistivitas yang diperoleh
semakin kecil. Interpretasi sementara yang dapat dilakukan dengan meninjau peta geologi
menandakan bahwa pada kedalaman dangkal litologi batuannya adalah batuan vulkanik (intrusi) dan
semakin ke dalam maka litologinya adalah batuan sedimen.

Gambar 1.5 Smoothing D+ kurva Impedansi menggunakan software MTFT2


Sama seperti hasil MTFT2 pada data MTF6 yang dilakukan pada hari sebelumnya pada
tanggal 3 September 2019. Dapat dilihat pada Gambar 1.5, juga terlihat bahwa resistivitas tinggi
diidentifikasikan adanya batuan vulkanik. Maka semakin dalam, maka resistivitas yang diperoleh
litologi dengan meninjau peta geologi menandakan batuan sedimen. Setelah dilakukan seleksi
crosspower menggunakan MTFT2, kemudian export file data dalam format .edi agar dapat
dilanjutkan proses pemodelan 1-D menggunakan WinGLink.
Dapat dilihat kurva sounding pada Gambar 1.6 menunjukkan bahwa pada frekuensi rendah
10 s dan kedalaman 20 – 60 m nilai resistivitas tinggi. Sehingga, pada frekuensi dan kedalaman
-3

tersebut kemungkinan dapat diidentifikasikan merupakan batuan vulkanik. Sedangkan pada frekuensi
10 - 102 s dan kedalaman 300 – 3000 m kemungkinan merupakan batuan sedimen dikarenakan nilai
resistivitas rendah.
Gambar 1. 6 Kurva Sounding MTF6
SARAN DAN EVALUASI

3.1 Evaluasi
 Keberangkatan terlalu siang dikarenakan harus mobilisasi alat dari Titik sebelumnya
 Jalan dari pemberhentian alat dan titik akuisisi hanya bisa dijangkau oleh motor
 Kabel koil ada yang putus
 Kabel di Alat Zonge ke porous pot tidak menancap dengan pasti
 Didatangi pihak perhutani, dan penjaga base tidak membawa surat

3.2 Saran
 Alat dan Kabel dilakukan pengecekan terlebih dahulu
 Penjaga Base disarankan melengkapi surat – surat izin
Lampiran : Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai